Makna Ummi Dalam Al-Qur'an (Semantik)
Makna Ummi Dalam Al-Qur'an (Semantik)
UDUL
SKRIPSI
Oleh:
FITHRI DIAN SUKMA DEWI
NIM: 1704026179
ii
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi atas di bawah ini:
Nama : Fithri Dian Sukma Dewi
NIM : 1704026179
Judul : Makna Ummi Dalam Al-Qur’an (Kajian Semantik Toshihiko
Izutsu)
Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin dan
Humaniora UIN Walisongo Semarang pada tanggal:............. dan telah diterima
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Agama dalam Ilmu
Ushuluddin dan Humaniora.
---------------------------------- -----------------------------
-------------------- -----------------------------
Pembimbing I Pembimbing II
--------------------- ----------------------------
iv
MOTTO
{ َو ِاَذا ِقْيَل اْنُش ُزْو ا َفاْنُش ُزْو ا َيْر َفِع الّٰل ُه اَّلِذ ْيَن ٰاَم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِعْلَم َدَر ٰج ٍۗت.....}
Artinya:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.“ (QS. Al-Mujadilah :11)1
1
Al-Qur’ān ul Karim Kemenag
v
TRANSLITERASI ARAB
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf latin Keterangan
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب ba’ B Be
ت ta’ T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
Zet
ذ Zal Ż
(dengan titik diatas)
ر ra’ R Er
س Sin S Es
vi
غ Gain G Ge
ف fa’ F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wawu W We
ه ha’ H Ha
ي ya’ Y Ye
B. Vokal Pendek
َ Fathah Ditulis A
ِ Kasrah Ditulis I
ُ Dammah Ditulis U
C. Vokal Panjang
Fathah bertemu alif Ā
ِم َه اُد
Ditulis
Mihaad
Fathah bertemu alif layyinah Ā
Ditulis
تنسى Tansaa
Kasrah bertemuya’ mati ī
ِم ِن Ditulis
ُمْؤ ْيَن Mu’miniin
Dammah bertemu wawu mati ū
Ditulis
َيْم ُك ُر ْو َن yamkuruun
vii
D. Vokal Rangkap
Fathah bertemu ya’ mati Ai
Ditulis
بينكم Bainakum
Fathah bertemu wawu mati Au
ِفْر َعْو َن
Ditulis
Fir`aun
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
ix
11. Teman-teman kamar An-Na’im
Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dalam penulisan ini,
maka dari itu penulis mengharapakn apresiasi dan saran dari semua pihak untuk
penyempurnaan.
Penulis
x
PERSEMBAHAN
Karya ini disusun dengan rasa semangat yang luar biasa, penulis persembahkan
kepada :
1. Bapak Mustahajul Qowim, pribadi yang sarat dengan energi, memotivasi dan
konsisten menunjukkan pentingnya hidup.
2. Ibu Nur Asiyah, sosok yang selama ini menjadi sumber dukungan bagi
penulis. Terimakasih telah mengajarkan perihal pengabdian dan pengorbanan.
3. Qabil-i Khil’at Filsuf Aqil Herfanda, sosok kakak yang tak pernah lelah
mendoakaan dan memberikan arahan kepada adik-adiknya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DEKLARASI...........................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iii
PENGESAHAN......................................................................................................iv
MOTTO...................................................................................................................v
TRANSLITERASI ARAB......................................................................................vi
A. Konsonan Tunggal....................................................................................vi
B. Vokal Pendek...........................................................................................vii
C. Vokal Panjang..........................................................................................vii
D. Vokal Rangkap.......................................................................................viii
UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................ix
PERSEMBAHAN...................................................................................................xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
ABSTRAK............................................................................................................xiv
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
xii
B. Pengertian Semantik................................................................................12
C. Sejarah Perkembangan Semantik.............................................................12
D. Semantik Menurut Toshihiko Izutsu........................................................13
E. Jenis-jenis Semantik................................................................................14
F. Prinsip-prinsip Metodologi Semantik Al-Qur’ān Toshihiko Izutsu.......15
A. Pengertian Ummi......................................................................................18
B. Ayat-ayat Ummi Dalam Al-Qur’ān .........................................................19
C. Ayat-ayat Ummiyyun dan Ummiyyin dalam Al-Qur’ān .........................22
D. Klasifikasi Ayat Makkiyyah dan Madaniyyah........................................19
E. Makna Ummi Menurut Para Mufassir.....................................................20
BAB V : PENUTUP.............................................................................................50
A. Kesimpulan..............................................................................................50
B. Kritik dan Saran.......................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................55
xiii
ABSTRAK
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
11
12
Etimologis, dan cara berpikir dekat. Pada dasarnya, karya Izutsu berencana
untuk membuat wacana erat yang tersertifikasi antara berbagai kebiasaan
sosial. Sebagai peneliti terkemuka, Izutsu telah melihat lebih dari 20 dialek
yang tidak diketahui. Semantik Al-Qur'an berpegang pada keinginan untuk
memperkenalkan informasi baru tentang kontribusi yang diberikan Al-Qur'an
kepada orang-orang sehingga orang dapat menerapkan ide-idenya dalam
menjalani kehidupan yang ceria.
Al-Qur'an yang dimiliki setiap orang saat ini mengandung bahasa
empat belas abad sebelumnya. Menurut Amin al-Khulliy, jika kita tidak dapat
menafsirkan informasi tentang kandungan dalam Al-Qur'an, dan belum
mampu dalam bahasa yang digunakan saat diturunkan. Maka ada sebuah
metode yang dapat dikenakan guna memahami isi al-Qur’an yaitu : melalui
aspek internal al-Qur’an. Kajian ini melibatkan mengikuti pengembangan arti
dan makna kalimat khusus yang bersifat tunggal dalam al-Qur’an, dan
kemudian menelaah indikator makna ini pada generasi yang berbeda dan
pengaruh sosio-psikologis dan peradaban mereka pada pergeseran makna.
Mengingat resensi yang telah disampaikan, Al-Qur'an dikaitkan
dengan awal kata dan kalimat yang digunakan dalam buku tersebut. Dengan
demikian, semantik merupakan strategi yang cocok untuk
mengkomunikasikan harapan dan mengikuti perubahan makna untuk
perbaikan suatu kata sehingga dapat diperoleh kepentingan yang menyatu
dengan kepentingan pembuatnya (Tuhan).3
Diskusi tentang gagasan "buta huruf" bukanlah hal baru dalam studi
Islam. Bagi peneliti, asal muasal ini masih merupakan salah satu pembicaraan
ilmiah dari waktu sebelumnya. Namun, penyelidikannya tetap menjadi subjek
penting hingga hari ini. Dengan cara ini, bukan hal yang biasa jika
penyelidikan Ummi diselesaikan oleh peneliti Muslim, tetapi juga oleh
orientalis.
3
Tajdid, Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol.I, No. I, April 2017: 45-73
13
"Ummi" sangat dekat dengan Nabi. Gagasan Ummi (buta huruf) atau tidak
benar-benar mahir membaca dan mengarang yang dipunyai Nabi, bukanlah
konsekuensi dari penciptaan Nabi Muhammad sendiri, melainkan hanya
sebagai salah satu sekutu wahyu Allah.
Nabi Muhammad SAW adalah pengemban misi Islam, khususnya
hudā (petunjuk) dan din al-ḥāq (agama hakiki), kecuali bahwa kehadiran Nabi
Muhammad di tengah Hari Akhir adalah pengamat, pembawa kabar
menggembirakan, peringatan yang menyeru ke jalan Allah dan menerangi.
Rasulullah SAW mempunyai akhlak mulia yang patut kita teladani seperti
Siddiq (jujur), Amanah (iman), Tabligh (menyampaiakn) dan Fathānah
(bijaksana). Menurut peneliti modern, ada banyak perdebatan tentang
karakter Muhammad, yang tidak ahli dalam membaca atau mengarang. Allah
4
Sri Aliyah, Ummiyat Arab dan Ummmiyat Nabi file:///F:/Documents/499-Article
%20Text-1071-1-10-20160416.pdf diakses 5 Oktober 2021.
14
B. Identifikasi Masalah
Seperti yang diungkapkan lebih dahulu, Al-Qur'an dapat
dikonsentrasikan melalui berbagai cara. Salahsatunya adalah penelitian
semantik Toshihiko Izutsu, sehingga dapat mengenali sejumlah masalah yang
muncul, antara lain:
1. Perlunya pemahaman tentang kata Ummi
2. Karena setiap pengulangan Al-Qur'an berbeda dalam arti yang sama.
3. Untuk mengetahui pentingnya arti kata Ummi menngunakan kajian
semantik Toshihiko Izutsu.
C. Batasan Masalah
Usai mengidentifikasi permasalahan, fokus pembahasan penelitian
ini mengangkat tentang kata ummi. Diskusi ummi kali ini mengenakan
metode semantik al-Qur’an yang dipelajari atau diteliti dengan bantuan
Toshihiko Izutsu. Dan mengumpulkan ayat yang mengandung kata Ummi dan
diteliti dengan metode semantik.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penamaan Ummi di dalam Al-Qur’ān ?
2. Bagaimana pemaknaan Ummi perspektif semantik Al-Qur’ān
Toshihiko Izutsu?
E. Tujuan Penelitian
1. Guna mengetahui bagaimana penamaan Ummi di dalam Al-Qur’ān
5
Maulana Iban Salda, t. 2018, Makna Ummi dan Penisbahannya Kepada Nabi
Muhammad dalam Al-Qur’an, Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Filsafadt UIN Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh.
15
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat bagi
semua pembaca, antara lain:
1. Secara teoritis
Kajian ini menjelaskan penafsiran kata “ummi” dalam Al-Qur’an dan
kata-kata yang memiliki akar kata atau makna yang sama untuk
mengetahui perbedaan penafsiran para mufassir.
2. Secara praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dukungan atau
perilaku, khususnya bagi masyarakat muslim. Hasil penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai bahan referensi atau sebagai sumber penelitian
pada penelitian selanjutnya
G. Kajian Pustaka
Bahasan ummi dalam al-Qur'an sebetulnya tidak hal baru bagi kajian
ilmu islam, khususnya ilmu tafsir. Bahasan umm tentang akhlak Nabi
Muhammad mudah ditemukan di artikel, blog dan email group.
Adapun tema Ummiyyatu Muhammad, setelah mencari di berbagai
sumberpenulis menemukan skripsi dengan judul :
1. Wawasan Al-Qur’ān Tentang al-Ummi (sebuah kajian tafsir maudhu’i)
yang ditulis oleh Muh. Syarifuddin pada Rabu, 17 April 2013.
2. Paper yang berjudul “Konsep Ummi dalam Al-Qur’ān (sebuah telaah
tematis)” yang ditulis oleh Fitriliza.
3. “Ummi dalam Al-Qur’ān kajian tematik Tafsir Al Misbah karya M.
Quraish Shihab” oleh M. Basuki tahun 2013.
4. Penelitian “Yahudi dalam dalam Al-Qur’ān ” yang dilaukan oleh Drs.
Zainal Arifin
16
H. Kerangka Teori
Dalam mempermudah menganalisis, penulis mengaplikasikan teori
menggunakan metode semantik al-Qur’an karya Toshihiko Izutsu. Teorinya
tentang analisis kamus di al-qur’an adalah sebagaiimana berikut:
1. Menentukan kata inti, mengumpulkan ayat yang menjadi pokok kajian,
asbabunnuzul dan dikategorikan antara ayat makiyah dan madaniyah.
2. Membedah makna dari ayat-ayat yang komprehensif, yang meliputi :
a) Arti Dasar dan arti Relatif
Arti dasar yaitu yang merekat pada kata dan berlanjut dimanapun
kata itu diposisikan,6 Cara pencariannya dengan arti lokal.
Sedangkan arti nisbi yaitu arti yang diimbuhkan dan dialokasi pada
arti yang ada dengan memposisikan khas dalam bidang istimewa.7
Model kajian arti relasional sebagai berikut :
1) Telaah sintagmatik
Tujuannya dalah memastikan arti kata dengan mencermati
kata sebelum dan sesudah pada bagian yang diberikan. Kata-
kata tersebut saling berkaitan dalam membangun arti kata
tersebut.
2) Analisis paradigmatik
Adalah analisis yang membandingkan kata yang menyerupai
atau berrbanding atau konsep lain.8
b) Sinkronik dan Diakronik
Sinkronik adalah bentuk kata yang diam. Arti kata tidak berubah.
Diakronis adalah kata yang berkembang dan beralih bebas dengan
6
Toshihiko Izutsu, Relaasi Tuhan dan Manusia terj (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1997)
7
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusiq ...... h. 12
8
Wahyu Kurniawan, Makna Khalifah ..... h. 14
17
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari sumber informasi yang dihimpun, penelitian ini termasuk
dalam studi kepustakaann. Jenis penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kepustakaan, yaitu studi tentang berbagai bahan yang bearada
dalam perpustakaan, seperti buku, majalah, dokumenn, penggalan
sejarah, dan hikayat. Penelitian dengan tujuan untuk menghimpun
informasi dan data melalui bantuan. Pada intinya, informasi yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan ini dapat digunakan sebagai basic
dan srana utama dalam penelitian lapngan. Penelitian ini pula dikenal
menjadi penelitian yang mengangkat informasi estrogen.
2. Sistem Pengumpulan data
Peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
a) Studi Kepustakaan (Library research)
Yaitu penelitian yang menghimpun informasi yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi, baik dari buku atau sumber tertulis
lainnya (presentasi, artikel atau laporan penelitian).
b) Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan informasi melalui benda-benda warisan
tertulis, terutama yang berupa arsip, termasuk konsep, teori,
argumentasi atau hukum dan buku-buku lain yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dipelajari.
3. Sumber Data
Sumber data ada dua jenis yaitu: .
a) Sumber primer
Adalah sumber yang memberikan informasi langsung dari sumber.
Sumber utama penelitian ini adalah ayat-ayat Umm dan artinya
dalam Al-Qur'an.
b) Sumber sekunder
18
J. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan secara sistematis dengan tujuan untuk memudahkan
penelitian skripsi ini, sistematika ada lima bab yaitu:
Bab pertama merupakan gambaran pertama, penulis berusaha
menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, batasan, dan rumusan masalah.
Selain itu, bab ini juga menjelaskan tujuan menjawab permasalahan
penelitian dan manfaat penelitian akademik. membahas tentang karya-karya
sebelumnya dengan topik yang sama dan perbedaan dalam tesis ini. Penulis
juga menjelaskan metode dan sistematika yang digunakan.
Bab Kedua, berisi Semantik Al-Qur'an oleh Toshihiko Izutsu.
Terdiri dari berbagai bagian, antara lain biografi singkat, pemahaman
semantik, sejarah perkembangan, dan semantik Al-Qur'ān Toshihiko Izutsu.
Bab Ketiga, menjelaskan ayat-ayat yang mengandung ungkapan
Ummi dan Ummiyyun. Bab ini terdiri dari empat subbab, yaitu makna kata
Ummi, ayat tentang Ummi, ayat tentang Ummiyyun, klasifikasi ayat-ayat
Ummi dan interpretasi menurut beberapa ahli.
Bab keempat, terdapat analisis yang terdiri dari dua sub bab, yaitu.
makna dasar, relasional, sinkronis, dan diakronis. Artinya dibagi dua, yaitu.
analisis sintagmatik dan paradigmatik. Dan diakronis terbagi menjadi tiga
yaitu pra-Qur'an, pasca-Qur'an dan pasca-Qur'an.
Bab kelima, berisi kesimpulan dan saran. Pada bab ini dijelaskan
kesimpulan dari penelitian, serta kekurangan yang dikemukakan dan usulan
agar kekurangan dari penelitian ini dijelaskan pada karya selanjutnya.
9
Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan; Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa,
1987), 42.
19
BAB II
B. Pengertian Semantik
Semantik adalah bagian dari fonetik. Kata semantik berasal dari kata
Yunani sema (benda) dan berarti 'tanda; semelon (kata kerja tindakan) berarti
"tanda".0 Menurut KBBI semantik adalah arti, maksud atau maksud.0
Semantik menurut para ahli:
1. Abdul Chaer
Semantik dicirikan sebagai studi tentang makna atau signifikansi. Ini
adalah salah satu dari tiga tingkat analisis bahasa.
2. Dr. Mansoer Pateda
Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang berhubungan dengan arti.
Penelitian ini cocok digunakan untuk membuka tabir untuk menemukan
makna teks.
3. J.W.M Verharr; 1981:9
Semantik dikatakan sebagai teori makna, yaitu bagian sistematis bahasa
yang mempelajari makna.0
0
https://tafsiralquran.id/mengenal-toshihiko-izutsu-pengkaji-semantik-al-quran-asal-
jepang/ Diakses 21 Maret 2022 Jam 21.33.
0
Herliyna Ginting, dan Adelina Ginting, Beberapa Teori dan Pendekatan Semantik,
Fakultas Ilmu Budaya USU dan FKIT UNIKA ST, hal. 71.
0
https://seputarilmu.com/2021/11/pengertian-semantik-menurut-para-ahli.html diakses
pada 21 Maret 2022, Jam 20:39.
0
Nafinuddin, Surianti, Pengantar Semantik (Pengertian, Hakikat, Jenis), hal.4-5.
13
0
Erwin Suryaningrat, Pengertian, Sejarah dan Ruang Lingkup Kajian Semantik (At-
Ta’lim, Vol. 12, No. 1, Januari 2013 )hal. 108
0
Toshihiko Izutsu, Relasi tuhan dan manusia ....h. 3
0
Aminuddin, Semantik, Pengantar Studi tentang Makna, (Bandung: Sinar Baru, 1988).
14
E. Jenis-jenis Semantik
1. Semantik Leksikal
Adalah leksikon bahasa berfungsi sebagai subjek semantik leksikal.
Cabang semantiik yang juga mangkaji makna leksem bahasa (kata).
Sedangkan leksem (kata) yang dalam bahasa Arab disebut dengan
kalimat, merupakan satuan grmatikal bebas terkecil.
2. Semantik Gramatikal
Adalah makna yang dihasilkan dari operasi gramatikal seperti operasi
afiksasi, reduplikasi, dan komposiisi dikenal sebagai semantik
gramatikal (Chaer, 1994). Dengan menambahkan awalan “bisa” ke kata
angkat dalam kalimat, adik juga mampu mengangkat batu besar,
0
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’ān ,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), hal. 2-3
15
0
Nafinuddin, Surianti, Pengantar Semantik (Pengertian, Hakikat, Jenis), hal. 10
0
Tajdid, Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol.I No. I April 2017: 45-73
16
0
Semantik Al-Qur’ān Perspektif Toshihiko Izutsu
BAB III
A. Pengertian Ummi
Akar kata amma-yaummu, yang juga dapat merujuk pada sumber,
tempat tinggal, kelompok atau agama, adalah asal kata Ummi. Tujuan,
penekanan, dan contoh adalah wawasan terkait yang muncul dari pemahaman
ini. Karena ibu adalah landasan dan panutan utama bagi anak-anaknya, kata
"Umm" yang berarti ibu berasal dari akar kata ini. Karena kondisi anak yang
baru lahir terbatas ruang bicaranya dan sebaliknya tidak jelas apa yang Ummi
katakan tentang kata Ummi dengan arti ibu. 0 Keadaan ini diilustrasikan
sebagai masyarakat Arab di zaman jahiliyah, yang kebanyakan tidak ahli
membaca dan menulis, terutama bagi golongan perempuan.
Menurut kamus Al-Munawwir, al-Ummi dimaknai sebagai orang
yang buta huruf, kasar dan keibuan serta orang bodoh yang tidak ahli
membaca dan menulis.0 Al-Ummi: man laa ya’rifu al-kitabah wa la al-
qiraah, al--Ummiyah jahlu al-kitabah wa al-qiraah menurut kamus al-
Munjid.0 Kata al- Ummi dalam Lisan al-‘Arab mengacu pada seseorang yang
buta huruf.
0
MQuraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’ān : Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati,
2017), 1038.
0
Munawir, al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, 1472.
0
Luis Ma’luf, al-Munjid: fi> al-Lug{ah wa al-A’la>m (Beirut: Da>r al-Masyriq, 1973), 17
18
19
َو ِم ْنُه ْم ُأِّمُّيوَن اَل َيْع َلُم وَن ٱْلِكَٰت َب ِإٓاَّل َأَم اَّىِن َو ِإْن ُه ْم ِإاَّل َيُظُّنوَن
Artinya:
Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab
(Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-
duga. [QS. Al-Baqarah : 78]0
Allah berfirman: “Di antara mereka ada yang buta huruf”, artinya di
antara ahli kitab. Mujahid berkata: "(Al-Ummiyuna) adalah formal dari
(Ummi) berarti orang yang tidak ahli membaca dan menulis." Diriwayatkan
juga oleh Abul 'Aliyah, Rabi' bin Anas, Qatadah, Ibrahim an-Nakha'i dan
ulama lainnya. Makna ini adalah yang tampak jelas pada firman-Nya :
ِك
(
“ ) اَل َيْع َلُم وَن ٱْل َٰت َبMereka tidak mengetahui al-Kitab (Taurat).”
Yang berarti tidak tahu isi kitab tersebut. Oleh karena itu, di antara sifat Nabi
Muhammad adalah al-Ummi.
Ayat selanjutnya adalah surat ali Imran ayat 20. Surat ini termasuk
surat Madaniyah, terdiri dari 200 ayat.
ۗ َح ۤاُّج ْو َك َفُقْل َاْس َلْم ُت َو ْج ِه َي ِلّٰلِه َو َم ِن اَّتَبَعِن ۗ َو ُقْل ِّلَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب َو اُاْلِّم ّٖيَن َءَاْس َلْم ُتْم َفِاْن
َا َل ا َق ِد ا َتَد اۚ ِاْن َّل ا َفِاَمَّنا َل اْل ٰل ُغۗ الّٰل ِص ٌۢر ِباْلِع اِد َفِاْن
َب َع ْيَك َب َو ُه َب ْي ْس ُمْو َف ْه ْو َو َتَو ْو
0
Depart Agama RI,Alqur'anul Karim Syamil Qur'an Terjemah Per-kata, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hal. 12.
20
Artinya:
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka
katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang
telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang Ummi: "Apakah kamu
(mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sebenarnya merekatelah
mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu
menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha melihat akan hamba-
hamba Nya menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya. [QS. Ali Imran : 20]0
Ayat yang ketiga adalah surat Ali Imran ayat 75. Surat ini termasuk
surat Madaniyah, terdiri dari 200 ayat.
Artinya:
Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada
orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak
dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang
demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami
terhadap orang-orang Ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal
mereka mengetahui. [QS. Ali Imran: 75]0
Ayat yang keempat adalah Surat Al a'raf ayat 157. Surat ini masuk
ke dalam kelompok surat Makkiyyah, terdiri dari 206 ayat.
0
Depart Agama RI., Alqur'anul Karim Syamil Qur'an Terjemah Per-kata, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hal. 52.
0
Depart Agama RI., Alqur'anul Karim Syamil Qur'an Terjemah Per-kata, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hal. 59.
21
َع َل ْي ِه ْم ۚ َفا َّلِذ ي َن آ َم ُنوا ِبِه َو َع َّز ُر و ُه َو َنَص ُر و ُه َو ا َّتَبُع وا الُّنو َر ا َّلِذ ي ُأْنِز َل
َمَعُهۙ ُأو َٰلِئَك ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح و َن
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran),
mereka itulah orang-orang yang beruntung. [QS. Al- A'raf: 157]0
Ayat yang ke-5 adalah Surat Al a'raf ayat 158. Surat ini masuk ke
dalam kelompok surat Makkiyyah, terdiri dari 206 ayat.
ِذ
ُقْل َيا َأُّيَه ا الَّنا ُس ِإِّني َر ُس و ُل ال َّلِه ِإَلْي ُك ْم َج ِم ي ًع ا ا َّل ي َلُه ُم ْل ُك
و ِلِه ِم ِب ِه ِم ِإَٰل ِإ ِت
ال َّس َم ا َو ا َو اَأْلْر ِض ۖ اَل َه اَّل ُه َو ُيْح ِي ي َو ُي ي ُت ۖ َفآ ُنوا ال َّل َو َر ُس
الَّنِب ِّي ا ُأْلِّم ِّي ا َّلِذ ي ُيْؤ ِم ُن ِبال َّلِه َو َك ِل َم ا ِتِه َو اَّتِب ُع و ُه َلَع َّلُك ْم َتْه َتُد و َن
Artinya:
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan
mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang
Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-
kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk" [QS. Al-A'raf:
158]0
Ayat yang ke-6 adalah surat al-jumu’ah ayat 2. Surat ini masuk ke
dalam kelompok surat Madaniyah, terdiri dari 11 ayat.
0
Departemen Agama RI, Alqur'anul Karim Syamil Qur'an Terjemah Per-kata, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 170.
0
Departemen Agama RI., Alqur'anul Karim Syamil Qur'an Terjemah Per-kata, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 170.
22
Artinya:
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
[QS. Al- Jumu'ah : 2]0
َو ِم ْنُه ْم ُأِّمُّيوَن اَل َيْع َلُم وَن ٱْلِكَٰت َب ِإٓاَّل َأَم اَّىِن َو ِإْن ُه ْم ِإاَّل َيُظُّنوَن
Artinya:
Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab
(Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-
duga.
0
Departemen Agama RI., Alqur'anul Karim Syamil Qur'an Terjemah Per-kata, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal. 553.
0
FachruddinHs, EnsiklopediaAl-Qur’ān ,(Jakarta: PT RinekaCipta, 1992), hal. 523.
0
M. Jamal al-Din al-Qasiim, Mahassin al-Ta’wil, Jilid VII …, hal. 813.
19
4. Wahbah Zuhaily
0
Ismâȋl bin ‘Umar ibn Katsȋr ad-Damsyiqȋ, Tafsȋr al-Qur’ân al-‘Adhim, juz I (Beirut: Dâr
al-Kutub, 2012), 310.
0
Abu al-Hasan ‘Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Mawardi al-Bashri, Al-Nukat wa
al-‘Uyun, juz II (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992), 268.
0
Maulana Iban Salda, t. 2018, Makna Ummi dan Penisbahannya Kepada Nabi Muhammad
dalam Al-Qur’an, Skripsi UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.
21
BAB IV
0
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir: Aqidah, Syari’ah,, dan Manhaj, Cet I, Jilid 5,
(Jakarta: Geama Insani, 2016), hal. 123
0
Toshihiko Izutsu, God and Man in the Koran (North Stratford, NH: Ayer, 2006), 11.
22
mengatakan bahwa kata أّميdidapat dari akar kata أّمyang artinya ibu. Dalam
cakupan makna ini أّميbermakna sifat keibuan. Sifat keibuan ini merujuk pada
makna seorang anak yang tidak mampu membaca dan menulis sebagaimana
saat ia dilahirkan. Pendapat kedua, Al-Baghawi dalam kitab tafsirnya
menjelaskan kata أّميberasal melalui kata ( أمةummah) artinya umat. Pendapat
ini mengacu kepada keadaan umat manusia terutama bangsa Arab yang tidak
menguasi baca-tulis. Pendapat ketiga mengatakan asal kata أّميadalah أّم القرى
0
Al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi, Ma’alim at-Tanzil, IV, vol. 3 (Da>r T{ayyibah, 1997),
288.
27
menulis, bodoh dan kasar, dan yang meng-ibu. 0 Ibn Mandzur dalam Lisan
al-‘Arab memberikan pengertian kata أّم يUmmi secara bahasa adalah yang
tidak bisa membaca. Lebih lanjut, Ibn Mandzur mengutip penjelasan Ibn
Zujaj yang memahami kata Ummi sebagai kondisi di mana seseorang tidak
mempelajari baca-tulis semenjak dari pangkuan ibunya, tidak bisa membaca
dan menulis, serta tidak mengetahui keduanya melainkan hanya sebatas yang
mereka kehendaki.0
Abu Ishaq memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa makna kata
Ummi dikaitkan dengan keadaan seorang anak yang masih dalam pangkuan
ibunya sehingga belum bisa melakukan apapun, termasuk menulis. Lebih
lanjut Ibn Ishaq menjelaskan bahwa dulunya para penulis bangsa Aab
mayoritas berasal dari Thaif (Syiria). Mereka belajar menulis dari penduduk
Hirah (Irak) yang juga belajar dari penduduk Anbar (Irak). 0 Dari sejumlah
penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa makna dasar kata
Ummi adalah sifat keibu-ibuan. Makna dasar inilah yang kemudian
mengakuisisi beberapa makna yang berhubungan dengan makna asal tersebut
misalnya sifat keibu-ibuan berarti sifat ketidaktahuan (bodoh). Termasuk juga
kedalam cakupan makna ini adalah ketidakmampuan seseorang untuk
menulis (buta huruf).
0
Ahmad Warson Munawwwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, ed. oleh Ali
Maʼshum dan Zainal Abidin Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), 40.
0
Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab (Kairo: Dar al-Maarif, t.t.), 138.
0
Mandzur, 138.
0
Izutsu, God and Man in the Koran, 13.
28
kata, posisi kata dan hubungan antar kata sangat penting. Dalam kajian
semantik al-Qur'an, tujuan analisis makna relasional adalah mengungkap
hubungan aspek gramatikal dan konseptual suatu ekspresi dengan ekspresi
lain dalam posisi dan konteks tertentu. Setidaknya ada dua metode analisis
yang dapat digunakan untuk menemukan makna relatif suatu kata, yaitu
analisis sintagmatik dan paradigmatik
1. Analisis Sintagmatik
Adalah proses menemukan arti dari kata dengan melihat kata sebelum
dan sesudah. Kata Ummi dan turunannya (Ummiyyun dan Ummiyyin)
diulang enam kali dalam Al Qur'an. Pengulangan ini ditemukan secara
berurutan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 78, QS. Ali Imran [3]: 20 dan 75,
QS. Al-A'raf [7]: 157 ja 158 ning QS. al-Jumu'ah [62]: 2 Di antara
enam penggunaan kata tersebut, kata Ummi mengandung beberapa arti
relatif sebagai berikut:
a) Ummi merujuk kepada Nabi
Makna ini terkait dengan kata al-Ummi yang sejajar dan berasal
dari an-nabi na'at (kata sifat), yang berarti Nabi Muhammad SAW.
Kata al-Ummi terkait dengan an-nabi dalam QS. al-A'raf [7]: 157
dan 158::
َاَّل ِذ ْي َيَّتِبُع َن الَّر َل الَّنَّيِب اُاْلِّم َّي اَّل ِذ ِجَي ُد ْو َن هٗ َم ْك ُت ًب ا ِعْن َد ُه ىِف
ْم ْو ْي َن ْو ُس ْو
ِر ِحُي ِف ِب ِة ِاْل ِجْن
الَّتْو ٰر ى َو ا ْي ِل َي ْأُمُر ُه ْم اْلَم ْع ُر ْو َو َيْنٰه ىُه ْم َعِن اْلُم ْنَك َو ُّل ُهَلُم
ِا
الَّطِّيٰب ِت َو َحُيِّر ُم َعَلْيِه ُم اَخْلٰۤبِٕى َث َو َيَض ُع َعْنُه ْم ْص َر ُه ْم َو اَاْلْغ ٰل َل اَّلْيِت َك اَنْت
ٗٓاَّت وا الُّن اَّل ِذ ٓ ُاْن ِز َل ه ِب ِذ
َمَع َعَلْيِه ْم ۗ َفاَّل ْيَن ٰاَم ُنْو ا هٖ َو َع َّز ُرْو ُه َو َنَص ُر ْو ُه َو َبُع ْو َر ْي
(ُقْلٰي َٓاُّيَه االَّناُس ِاْيِّن َرُس ْو ُل الّٰل ِه ِاَلْيُك ْم ِمَج ْيًع ا١٥٧) ُۙاوٰۤلِٕى َك ُه ُم اْلُم ْف ِلُح ْو َن
يٖ ِمُي ۖ َف ٰاِم ا ِبالّٰل ِه ِاٰل ِا ِت ِذ
ۨاَّل ْي َل هٗ ُم ْل ُك الَّس ٰم ٰو َو اَاْلْر ِض ۚ اَل ٓ َه اَّل ُه َو ْحُي َو ْيُت ُنْو
) َو َرُسْو ِلِه الَّنِّيِب اُاْلِّم ِّي اَّلِذْي ُيْؤ ِم ُن ِبالّٰل ِه َو َك ِلٰم ِت هٖ َو اَّتِبُعْو ُه َلَعَّلُك ْم َتْه َتُد ْو َن
(١٥٨
Artinya:
29
كان نبيكم َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم أميا ال يكتب وال يقرأ وال حيسب
Artinya:
Nabi kalian adalah dari golongan Ummi yang tidak pandai
menulis, membaca dan berhitung
0
Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran, II, vol. 5 (Kairo: Da>r
al-Kutub al-Mishriyyah, 1964), 298.
30
(٧٨) َو ِم ْنُه ْم ُاِّمُّيْو َن اَل َيْع َلُمْو َن اْلِكٰت َب ِآاَّل َاَم اَّيِن َو ِاْن ُه ْم ِااَّل َيُظُّنْو َن
Artinya:
Di antara mereka ada yang Ummi (buta huruf), tidak memahami
Kitab (Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya
menduga-duga.
ahl al-kitab dan nama keluarga al-kitab, yaitu. orang terdahulu yang
menerima al-Kitab, Yahudi dan Nasrani.
۞ َو ِم ْن َاْه ِل اْلِكٰت ِب َمْن ِاْن َتْأَم ْن ُه ِبِق ْنَط اٍر ُّيَؤ ِّدهٖٓ ِاَلْيَۚك َو ِم ْنُه ْم َّم ْن ِاْن
َتْأَم ْن ُه ِب ِد ْيَناٍر اَّل ُيَؤ ِّدهٖٓ ِاَلْي َك ِااَّل َم ا ُدْمَت َعَلْي ِه َقۤإِى ًم اۗ ٰذ ِل َك ِب َاَّنُه ْم َق اُلْو ا
٧٥ َلْيَس َعَلْيَنا ىِف اُاْلِّم ّٖيَن َس ِبْيٌۚل َو َيُقْو ُلْو َن َعَلى الّٰلِه اْلَك ِذَب َو ُه ْم َيْع َلُمْو َن
Artinya :
“Di antara Ahlulkitab ada orang yang jika engkau percayakan
kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya
kepadamu. Akan tetapi, ada (pula) di antara mereka orang yang
jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak
mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu
menagihnya, Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, Tidak
0
al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkaam al-Quran, 1964, 5:45; Lihat juga al-Baghawi, Ma’alim
at-Tanzil, 3:20; Abu al-Qasim at-Thabarani, Tafsir Al-Qur’ān al-’Adzim (Ardan: Dar al-Kutub at-
Tsaqafi, 2008).
32
2) Kufr
Menurut Anwar, kata Ummi dalam Al-Qur’ān setidaknya
menunjukkan lima makna: 1) tidak dapat membaca dan
menulis. 2) tidak memiliki kitab suci, 3) tidak bisa membaca
kitab, 4) tidak cakap menulis, 5) mengingkari kebenaran
Rasulullah beserta kitab suci yang dibawanya. 0 Makna yang
terakhir ini sesuai dengan pemaknaan lafaz Ummiyyun dalam
QS. al-Baqarah [2]: 78. Imam at-Thabari, dengan mengutip Ibn
Zaid, menjelaskan bahwa ketidaktahuan Sebagian orang
Yahudi bukan karena mereka tidak bisa membaca, akan tetapi
0
Munawwir, Al-Munawwir, 40.
0
Mandzur, Lisan al-‘Arab, 713.
0
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an (Bandung, 2009), 305.
35
ٍّۖق
الّٰل ِه َو َيْق ُتُل ْو َن الَّنِب ّٖيَن ِبَغِرْي َح َّو َيْق ُتُل ْو َن ِاَّن اَّل ِذ ْك ُف َن ِب ٰاٰيِت
ْيَن َي ُر ْو
الَّناِۙس َفَبِّش ْر ُه ْم ِبَعَذ اٍب َاِلْيٍم ِب ِق ِط ِم َّلِذ
ا ْيَن َيْأُمُر ْو َن اْل ْس َن
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat
Allah, membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar),
dan membunuh manusia yang memerintahkan keadilan,
sampaikanlah kepada mereka kabar gembira tentang azab
yang pedih.”
َو َم ا ُك ْنَت َتْتُلْو ا ِم ْن َقْبِلهٖ ِم ْن ِكٰت ٍب َّو اَل ُخَتُّطهٗ ِبَيِم ْيِنَك ِاًذا اَّل ْر َتاَب اْلُم ْبِط ُلْو َن
Artinya:
“Engkau (Nabi Muhammad) tidak pernah membaca suatu
kitab pun sebelumnya (Al-Qur’ān ) dan tidak (pula)
menuliskannya dengan tangan kananmu, Sekiranya (engkau
pernah membaca dan menulis) niscaya orang-orang yang
mengingkarinya ragu (bahwa ia dari Allah).”
0
Al-Thabari, Jami’ al-Baya>n fi> Tafsir al-Qur’a>n, 23:373–74.
36
4) Dhall
0
Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran, II, vol. 13 (Kairo: Da>r
al-Kutub al-Mishriyyah, 1964), 351.
0
Wan Zailan Kamaruddin Wan Ali, “Konsep Ummi Nabi Muhammad (S.A.W) Dari
Perspektif Al-Qur’ān ,” Jurnal Usuluddin 7 (30 Juni 1998): 161–62.
37
)٧٠ ( يَٰٓاْه َل اْلِكٰت ِب َمِل َتْك ُفُر ْو َن ِبٰاٰيِت الّٰلِه َو َاْنُتْم َتْش َه ُد ْو َن
Artinya:
‘Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat
Allah padahal kamu mengetahui (kebenarannya)”
ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِكٰت َب ٰاِم ُنْو ا َمِبا َنَّز ْلَن ا ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َمَعُك ْم ِّم ْن َقْب ِل
َاْن َّنْطِم َس ُوُجْو ًه ا َفَنُر َّدَه ا َعٰٓلى َاْد َباِر َه ٓا َاْو َنْلَعَنُه ْم َك َم ا َلَعَّن ٓا
)٤٧ ( َاْص ٰح َب الَّس ْبِت ۗ َو َك اَن َاْم ُر الّٰلِه َم ْف ُعْو اًل
Artinya:
“Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab, berimanlah
pada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur’ān) yang
membenarkan Kitab yang ada padamu sebelum Kami
mengubah wajah-wajah(-mu), lalu Kami putar ke belakang
(sebagai penghinaan) atau Kami laknat mereka sebagaimana
Kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari
Sabat (Sabtu) Ketetapan Allah (pasti) berlaku.”
َو ِاَّن ِم ْنُه ْم َلَف ِر ْيًق ا َّيْلوَٗن َاْلِس َنَتُه ْم ِباْلِكٰت ِب ِلَتْح َس ُبْو ُه ِم َن اْلِكٰت ِب َو َم ا
ُۚه َو ِم َن اْلِكٰت ِۚب َو َيُقْو ُل ْو َن ُه َو ِم ْن ِعْن ِد الّٰل ِه َو َم ا ُه َو ِم ْن ِعْن ِد الّٰل ِه
٧٨ َو َيُقْو ُلْو َن َعَلى الّٰلِه اْلَك ِذَب َو ُه ْم َيْع َلُمْو َن
Artinya:
39
ِع
َح َّد َثَنا آَدُم َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َح َّد َثَنا اَأْلْس َو ُد ْبُن َقْيٍس َح َّد َثَنا َس يُد ْبُن َعْم ٍر و َأَّنُه
ِمَس َع اْبَن ُعَمَر َر ِض َي الَّلُه َعْنُه َم ا َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َأَّنُه َقاَل ِإَّنا ُأَّم ٌة
ِع ِت
ُأِّمَّي ٌة اَل َنْك ُتُب َو اَل ْحَنُس ُب الَّش ْه ُر َه َك َذ ا َو َه َك َذ ا َيْع يِن َم َّرًة ْس َعًة َو ْش ِر يَن
ِث
َو َم َّرًة َثاَل َني
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada
kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin Qais,
telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Amru, bahwa dia
mendengar Ibnu'Umar radliallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Kita ini adalah ummat yang Ummi, yang
tidak biasa menulis dan juga tidak menghitung satu bulan itu jumlah
harinya segini dan segini, yaitu sekali berjumlah dua puluh sembilan
dan sekali berikutnya tiga puluh hari.”
(HR. Bukhari)
adalah redaksi ( ِإَّنا ُأَّم ٌة ُأِّمَّي ٌةkita adalah umat yang Ummi). Ibn Hajar al-
Asqalani menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata Ummah
adalah para sahabat yang datang dalam pembicaraan itu, termasuk
pribadi Nabi.0 Penjelasan tentang makna Ummiyah dijelaskan dengan
cukup gamblang dalam redaksi selanjutnya, ( اَل َنْك ُتُب َو اَل ْحَنُس ُبyang tidak
0
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, vol. 3 (Bairut: Dar
Thuq an-Najah, 1422), 27; Lihat juga “Shahih Bukhari 1780,” diakses 16 November 2021,
https://www.carihadis.com/Shahih_Bukhari/1780.
0
Abī Ṭayib Muḥammad Syamsi al-Haq al-Aẓim Ābadi, ‘Aun al-Ma’bud, vol. 6 (Madinah:
Maktabah Salafiyyah, t.t.), 427.
42
Hadits lain yang memuat penjelasan makna kata Ummi adalah hadits
riwayat Anas bin Malik:
اِلٍك َأَّن َن الَّل ِه
َّيِب َح َّد َثَنا ُيوُنُس َح َّد َثَنا َش ْيَباُن َعْن َقَت اَدَة َقاَل َو َح َّد َث َأَنُس ْبُن َم
َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َم ا َبَنْي َعْيَنْي ِه َم ْك ُتوٌب ك ف ر ُكْف ٌر ُمَه ًّج ى َيُق وُل
0 ِت ِم ِف
َك ا ٌر َيْق َر ُؤ ُه ُك ُّل ُمْؤ ٍن ُأِّم ٌّي َو َك ا ٌب
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami [Yunus] telah menceritakan kepada
kami [Syaiban] dari [Qatadah] berkata; [Anas Bin Malik] telah
menceritakan, nabiyullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:”
"Adalah dajjal, tertulis di antara kedua matanya KA FA RA, alias kafir,
yang bisa dieja setiap mukmin, baik buta huruf maupun yang bukan."
(HR. Ahmad)
ُم ْؤ ِم ٍن َك اِتٌب َغْي َك اِتٍب.0 Dari perbedaan redaksi matan hadits di atas
َو ُر
dapat disimpulkan bahwasanya makna Ummi adalah “ َغْي َك اِتٍبorang
ُر
yang tidak ahli menulis” dan ٍ“ َغْي َقاِر ئorang yang tidak ahli membaca”.
ُر
Dari dua hadits di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya
penggunaan serta pemakanaan kata Ummi dalam bahasa komunikasi
masyarakat Arab saat itu adalah merujuk pada makna keadaaan orang
yang tidak pandai membaca, menulis, maupun berhitung. Para
akademisi sebenarnya masih memperdebatkan apakah kondisi
mayoritas masyarakat Arab pada masa awal Islam menunjukkan
keadaan buta huruf ataupun tidak. Pendapat pertama mengatakan
bahwasanya budaya tulis-menulis di kalangan masyarakat Arab
memang kurang familiar. Kondisi masyarakat Arab pra-Islam yang
suka berperang memperebutkan daerah kekuasaan megakibatkan aspek
pendidikan menjadi kurang diperhatikan. Sebagian pendapat bahkan
mengatakan bahwa kegiatan tulis-menulis bagi masyarakat Arab adalah
aib dan mereka lebih mengandalkan kekuatan hafalan. Pendapat kedua
mengatakan bahwa pemaknaan Ummi dengan buta huruf dinilai
agaknya kurang pas apabila merujuk pada sejarah budaya masyarakat
Arab. Kondisi kota Makkah sebagai pusat peradaban dan perdagangan
secara otomatis akan membantah tuduhan masyarakat Arab tidak bisa
berhitung dan menulis.0 Sejarah yang mengatakan bahwa syair-syair
Arab terbaik digantung di pasar Ukaz dan dinding Ka’bah menunjukkan
bahwa masyarakat Arab sudah mengenal tulisan sebelumnya.
Muhammad Musthafa al-Azami dalam bukunya Kuttab an-Nabi bahkan
menyebut ada 48 nama sahabat Nabi yang turut berkontribusi dalam
penulisan wahyu Al-Qur’ān .0 Di luar dari perdebatan tersebut, menurut
hemat penulis penggunaan kata Ummi dan derivasinya sebagai bahasa
0
Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, vol. 38 (Kairo: Muassasah al-
Risa>lah, 2001), 431.
0
Ahmad Fahruddin, “Learning Society Arab Pra Islam (Analisa Historis Dan Demografis),”
KUTTAB 1 (31 Maret 2017): 42, https://doi.org/10.30736/kuttab.v1i1.98.
0
Muhammad Musthafa al-Azami, Kuttab an-Nabi SAW, trans. oleh Mahfudz Hidayat
Lukman (Jakarta: Gema Insani, 2008).
44
(٤٨) َو َم ا ُك ْنَت َتْتُلْو ا ِم ْن َقْبِلهٖ ِم ْن ِكٰت ٍب َّو اَل ُخَتُّطهٗ ِبَيِم ْيِنَك ِاًذا اَّل ْر َتاَب اْلُم ْبِط ُلْو َن
Artinya:
0
Ali, “Konsep Ummi Nabi Muhammad (S.A.W) Dari Perspektif Al-Qur’ān ,” 152.
45
0
Sayyid Hussein Nasr, Islam Antara Cita dan Fakta, trans. oleh Abdurrahman Wahid dan
Hasyim Wahid (Yogyakarta: Pusaka, 2001), 22.
46
0
Mandzur, Lisan al-‘Arab, 138.
47
0
Salma Monica, Akhmad Dasuki, dan Nor Faridatunnisa, “Analisis Makna Kawā’ib dalam
Al-Qur’ān (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu),” Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’ān dan Hadis 3,
no. 1 (30 Juni 2021): 88, https://doi.org/10.15548/mashdar.v3i1.2765.
0
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-Qur’ān
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), 17.
48
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang bisa penulis paparkan:
1. Dalam Al Qur'an, kata Ummi dan turunannya diucapkan enam kali
dalam bentuk tunggal dan empat kali dalam bentuk jamak. Dalam
bentuk tunggal atau tunggal, ucapan Ummu disebutkan dua kali
bersama dengan ucapan Nabi dan Rasul. Dalam bentuk jama, Ummin
lafadzi disebutkan dalam bentuk jama' mudzakar Salimi Ummiyyun dan
Ummiyyin sebanyak 4 kali, yaitu Surat Ali Imran ayat 20 dan 75, Surat
al-Jumu'ah ayat 2 dan Surat al-Baqarah ayat 78. Al -Qur'ān Surah Ali
Imran ayat 20 dan 75 dan Al-Qur'ān Surah al-Jumu'ah ayat 2, ungkapan
Ummiyyin ditunjukkan kepada warga Arab, sedangkan dalam Al-Qur'
bentuk jamak pengucapannya adalah Ummiyyun. ān Surah al-Baqarah
ayat 78 diberikan kepada orang Yahudi.
2. Arti utama kata Ummu dalam Al-Qur'an adalah tidak mampunya
seseorang untuk menulis (buta huruf). Secara semantik, kata Ummi
berkaitan kencang dengan kata Al-Qur'an lainnya seperti Jahl, Kufr,
Maa Tatluu wa Laa Takhuttu, Dhall identik dengan Ummi dalam Al-
Qur'an. Meskipun antonimnya adalah kata-kata Ahl Kitab, Ya'lam dan
Tilawah, yang masing-masing memiliki penjelasannya sendiri sesuai
dengan konteks ayat-ayat Al-Qur'an. Jika ditelaah secara sinkronis dan
diakronis, makna kata Ummi dalam bahasa Arab sehari-hari pada saat
itu berarti keadaan orang yang tidak bisa membaca, menulis, atau
mengucapkan. Kemudian, pada waktu Al-Qur'an, arti kata Ummi erat
kaitannya dengan konsep wahyu dan kitab suci (al-kitab). Pada periode
pasca-Qur'an, ditemukan sebuah puisi yang mengatakan bahwa kata
Ummi mengalami sedikit perubahan konseptual, tetapi tidak mengalami
perkembangan makna yang signifikan. Awalnya berkaitan dengan
keterampilan membaca dan menulis, yang kemudian menjadi kefasihan
dalam berbicara. Dan kata Ummi Weltanschauung adalah ketidaktahuan
50
51
akan sesuatu, dalam hal ini ketidaktahuan terhadap kitab suci yang
diturunkan Allah sebelumnya.
Ābadi, Abī Ṭayyib Muḥammad Syamsi al-Haq al-Aẓim. ‘Aun al-Ma’bud. Vol. 6.
Madinah: Maktabah Salafiyyah, t.t.
Abu al-Hasan ‘Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Mawardi al-Bashri, Al-Nukat wa
al-‘Uyun, juz II, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim. Shahih al-Bukhari. Vol. 3.
Bairut: Dar Thuq an-Najah, 1422.
Ali, Wan Zailan Kamaruddin Wan. “Konsep Ummi Nabi Muhammad (S.A.W)
Dari Perspektif Al-Qur’ān .” Jurnal Usuluddin 7 (30 Juni 1998): 147–62.
Al-Qur’ān ul Karim kemenag. (n.d)
Al-Thabari, Muhammad bin Jarir. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an. X. Vol. 23.
Bairut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah, 2009.
Anwar, Rosihon. Pengantar Ulumul Qur’an. Bandung, 2009.
Azami, Muhammad Musthafa al-Kuttab an-Nabi SAW. Diterjemahkan oleh
Mahfudz Hidayat Lukman. Jakarta: Gema Insani, 2008.
Baghawi, Al-Husain bin Mas’ud al-. Ma’alim at-Tanzil. IV. Vol. 3. Da>r
Tayyibah, 1997.
Fahruddin, Ahmad. “Learning Society Arab Pra Islam (Analisa Historis Dan
Demografis).” KUTTAB 1 (31 Maret 2017): 39–49.
https://doi.org/10.30736/kuttab.v1i1.98.
Hanbal, Ahmad bin. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Vol. 21. Kairo:
Muassasah al-Risalah, 2001.
Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Vol. 38. Kairo: Muassasah al-Risalah, 2001.
Ismail bin ‘Umar ibn Katsir ad-Damsyiqȋ, Tafsȋr al-Qur’ân al-‘Adhim, juz I,
Beirut: Dâr al-Kutub, 2012.
Izutsu, Toshihiko. God and Man in the Koran. North Stratford, NH: Ayer, 2006.
Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-Qur’ān .
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997.
Khazin, Ali bin Muhammad al-. Tafsir al-Khazin Lubab at-Ta’wil fi Ma’ani at-
Tanzil. Vol. 4. Bairut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah, 1415.
Mandzur, Ibn. Lisan al-‘Arab. Kairo: Dar al-Maarif, t.t.
52
53
Maulana Iban Salda, Makna Ummi dan Penisbahannya Kepada Nabi Muhammad
dalam Al-Qur’an, Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-
Raniry Darussalam Banda Aceh, t. 2018
Monica, Salma, Akhmad Dasuki, dan Nor Faridatunnisa. “Analisis Makna
Kawā’ib dalam Al-Qur’ān (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu).”
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’ān dan Hadis 3, no. 1 (30 Juni 2021): 53–
96. https://doi.org/10.15548/mashdar.v3i1.2765.
Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan; Prosedur dan Strategi, (Bandung:
Angkasa, 1987), 42.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Disunting
oleh Ali Maʼshum dan Zainal Abidin Munawwir. Surabaya: Pustaka
Progressif, 2002.
Nasr, Sayyed Hossein. Islam Antara Cita dan Fakta. Diterjemahkan oleh
Abdurrahman Wahid dan Hasyim Wahid. Yogyakarta: Pusaka, 2001.
Nugraha, Eva. “Konsep Al-Nabī al-Ummī Dan Implikasinya Pada Penulisan
Rasm.” Refleksi 13, no. 2 (3 April 2012): 263–87.
https://doi.org/10.15408/ref.v13i2.901.
Qurthubi, Muhammad bin Ahmad al-. al-Jami’ li Ahkam al-Quran. II. Vol. 5.
Kairo: Da>r al-Kutub al-Mishriyyah, 1964.
al-Jami’ li Ahkam al-Quran. II. Vol. 13. Kairo: Da>r al-Kutub al-
Mishriyyah, 1964.
rowi, Muhammad Mutawalli as-Sya’. Tafsir as-Sya’rowi. Kairo: Akhbar al-Yaum,
1991.
Safarini, Muhammad as-. Syarh Sulasiyyat Musnad Ahmad. Vol. 2. Kairo: al-
Maktabah al-Islami, t.t.
“Shahih Bukhari 1780.” Diakses 16 November 2021.
https://www.carihadis.com/Shahih_Bukhari/1780.
Sri Aliyah, Ummiyat Arab dan Ummmiyat Nabi file:///F:/Documents/499-Article
%20Text-1071-1-10-20160416.pdf Diakses 5 Oktober 2021.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’ān ; Ditinjau adri Aspek Kebahasaan
Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan Pustaka, 1997.
Syaukani, Muhammad bin Ali as-. Fath al-Qadir. Bairut: Dar Ibn Katsir, 1414.
54
Thabarani, Abu al-Qasim at-. Tafsir Al-Qur’ān al-’Adzim. Ardan: Dar al-Kutub
at-Tsaqafi, 2008.
“ المع–––اجم العربية،الردي–––ف.”. http://radif.sourceforge.net/?word=&أميdict=synonyms
Diakses 4 November 2021.
https://seputarilmu.com/2021/11/pengertian-semantik-menurut-para-ahli.html
diakses pada 21 Maret 2022, Jam 20:39.
https://tafsiralquran.id/mengenal-toshihiko-izutsu-pengkaji-semantik-al-quran-
asal-jepang/ Diakses 21 Maret 2022 Jam 21.33.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
1. MI Darussa’adah Karangtumpuk - Gresik
2. MTs. Tarbiyatut Tholabah Kranji - Lamongan
3. MA. Tarbiyatut Tholabah Kranji - Lamongan
4. UIN Walisongo – sekarang
55