Anda di halaman 1dari 17

KITAB SUCI AL QUR’AN

Sebuah Kajian tentang Perspektif Kristen kontemporer

Abdur Rohman
22502001
Outline
Pembahasan

01 Pendahuluan & Definisi Kunci

Al Qur’an Sebagai teks Suci Bagi


02 Islam & Kristen

03 Memediasi Perspektif kristen

04 Pertimbangan Akhir & Kesimpulan


Pendahuluan
Artikel ini menjelaskan bagaimana Al-Qur'an sendiri telah
diberikan status suci tertentu di antara sejumlah sarjana
Kristen kontemporer yang telah menulis panjang lebar tentang
kedekatan Al Qur’an dan Al Kitab (Injil).
Keyakinan akan adanya kanon kristen yang tertup hampir
menghilangkan kemungkinan untuk mengasimilasikan wahyu
berikutnya. Hal ini berarti bahwa keyakinan akan kanon kristen
yang tertututp telah mempengaruhi evaluasi Al Qur’an oleh
orang kristen dengan membuat mereka cenderung meniadakan
status sakral bagi Al Qur’an.
Pertanyaan yang harus dipertimbangkan sepanjang studi ini,
dan terutama pada bagian akhir, adalah bagaimana fungsi dan
penafsiran Al- Qur'an di dalam komunitas Muslim itu sendiri
dapat dihargai ? dan pada saat yang sama bagaimana kitab suci
ini dapat diakui oleh orang- orang Kristen sebagai pembawa
kebenaran ilahi yang sama ?
Definisi Kunci

Kitab Suci Penyaliban Tafsir


Yesus

Kematian Yesus
Dokumen tertulis Kristus Sang Juru Upaya untuk
Selamat Manusia
yang tertua dan Terjadi pada abad menginterpretasikan
otoritatif dalam ke -1 Masehi. atau menjelaskan
Menurut
masing-masing penanggalan makna suatu
agama. Juga yahudi, Ia mati naskah atau teks,
tergantung diatas
berlaku sebagai salib,beberapa khususnya naskah
simbol sakral bagi jam sebelum hari suci firman tuhan.
paskah Yahudi
mereka. dirayakan
Al Qur’an Sebagai Teks Suci
Umat Islam & Kristen

Dalam artikel tersebut, beberapa pandangan kristen


terhadap Al Qur’an dibahas. Ada pandangan yang
mengakui Al Qur’an sebagai firman Allah yang otentik,
tetapi dengan perbedaan esensial dari firman dalam
yesus kristus, Beberapa ahli kristen juga menganggap
Al Quran sebagai teks yang diilhami oleh Allah dan
bermanfaat bagi umat kristen. Namun, ada juga
pandangan bahwa Al Qur’an terutama dimiliki oleh
komunitas muslim dan memiliki interpretasi yang
berada dalam konteks islam. Meskipun ada persamaan
antara keyakinan kristen dan Al Qur’an, ada juga
perbedaan yang tidak dapat disatukan sepenuhnya,
Patriark Nestorian, Timotius I (wafat tahun 823),
Menyebut Al-Qur'an sebagai salah satu teks suci dalam islam
tetapi tidak mengakui keabsahan Al-Qur'an bagi orang Kristen,
karena kemunculannya tidak diramalkan di dalam Al kitab dan
juga tidak dikonfirmasikan dengan sebuah keajaiban.

George Sale (wafat 1736)


Menganggap Al Qur'an sebagai rencana Muhammad yang
disengaja dan berbeda dengan pewahyuan Kristen. Sale menolak
untuk menafsirkan Al Qur'an dengan cara yang polemis seperti
yang selama ini dilakukan oleh para mufassir tradisional muslim.

Al Qur’an
Sebagai teks
Suci dalam
Islam
Jacques Jomier
Menolak penafsiran tradisional muslim tentang ayat Al-Qur’an
tentang Inkarnasi, karena Yesus hanyalah seorang makhluk, "Al
Masih, Isa putera Maryam, hanyalah seorang rasul" (Q.4.171). Ia
tidak mengisyaratkan nilai spiritual yang mungkin dimiliki oleh Al
Qur'an di kalangan Muslim, meski memiliki 'nilai-nilai
kemanusiaan' yang sama

Wilfred Cantwell Smith


Al-Qur'an harus dievaluasi dalam konteks fungsi yang dilayaninya
dalam lingkaran tertentu. Tetapi Ia mendorong orang-orang non-
Muslim agar mengizinkan Al-Qur'an memiliki peran sakral bagi
umat Islam.

Al Qur’an
W. Montgomery Watt
Sebagai teks Al-Qur'an adalah Firman Allah, Umat Kristen harus mengakui

Suci dalam Muhammad sebagai seorang nabi. Ayat yang tampaknya


menyangkal penyaliban Yesus (Q.4.157) tidak boleh dianggap
sebagai pernyataan tentang fakta sejarah, seperti yang umumnya
Islam dipahami oleh kaum Muslim,
Jomier, Smith, dan Watt masing-masing melakukan
pendekatan yang agak berbeda, mereka semua
setuju bahwa Al-Qur'an memiliki tempat utama
sebagai kitab suci dalam Islam. Upaya mereka untuk
mengajak orang Kristen untuk menghormati fakta
Timotius dan Sale menghormati fungsi Al-
ini dan mempertimbangkan bahwa Al-Qur'an
Qur'an sebagai kitab suci di kalangan umat
adalah Firman Tuhan bagi umat Islam merupakan
Islam tetapi mereka berdua dengan tegas
kemajuan yang luar biasa dibandingkan dengan
menolak signifikansi apa pun yang mungkin
polemik yang terjadi pada generasi Kristen
dimilikinya sebagai Firman Tuhan bagi umat
sebelumnya. Namun demikian, bagi mereka Al-
Kristen.
Qur'an menyandang status yang tinggi ini hanya di
dalam komunitas "yang lain". Mereka menolak atau
mengabaikan pertanyaan apakah dan bagaimana Al-
Qur'an juga dapat berbicara dengan suara ilahi
untuk komunitas Kristen.
Louis Massignon (wafat tahun 1962)
Menemukan Al-Qur'an sebagai sumber kebenaran tentang Allah
tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi dirinya sendiri,
Massignon melihat adanya penekanan yang lebih berani pada ajaran
Alkitab tentang transendensi Allah dan pemenuhan perjanjian yang
dibuat oleh Allah kepada Abraham mengena anaknya, Ismail.

Youakim Moubarac
Menegaskan bahwa penafsiran Muslim tradisional telah salah
memahami makna asli dari teks-teks yang ia yakini sesuai dengan
wahyu Kristen. Ia mengklaim bahwa penafsiran yang tepat terhadap
Al- Qur'an harus dilakukan dengan metode kritis historis yang sama
seperti yang digunakan untuk Alkitab.

Al Qur’an Denise Masson


Sebagai teks Al-Qur'an menunjukkan wahyu ilahi sebagai sumber agama yahudi,
kristen dan islam. Penafsiran tentang ayat penyaliban bukanlah
Suci dalam Yesus dalam bentuk fisik, melainkan Firman yang kekal dan abadi
yang berinkarnasi di dalam tubuh dan yang tidak akan pernah mati

Kristen
Giulio Basetti-Sani
Al-Qur'an sebagai kitab suci yang berharga, pembacaan yang tepat
terhadap Al Qur'an seharusnya menopang Kristen. Hipotesis bahwa
jika Al Qur’an benar-benar berasal dari Tuhan, maka tidak mungkin
Al Qur’an mengandung kontradiksi yang jelas antara data historis
wahyu Kristen.

R. C. Zaehner (wafat 1974)


Menganggap Islam sebagai agama kenabian. Ia percaya bahwa
penegasan transendensi dan kemaha kuasaan Tuhan yang
ditampilkan dalam Al- Qur'an menunjukkan keaslian Muhammad
sebagai seorang nabi.

Al Qur’an
Sebagai teks
Suci dalam
Kristen
Zaehner, bersama dengan Masson dan Basetti-Sant,
menganggap bahwa kitab suci itu terutama sebagai kitab suci
yang harus dibaca oleh orang-orang Kristen untuk
kepentingan mereka sendiri. Untuk pujian mereka, orang-
orang Kristen ini telah tergoda untuk membuat evaluasi
positif terhadap sebuah dokumen yang bagi mereka selaras
dengan kebenaran yang mereka pahami. Tetapi mereka jelas
telah melangkah terlalu jauh dalam memaksakan penafsiran
yang sering kali sangat asing bagi teks tersebut.
Memediasi Pandangan Kristen

Dalam artikel tersebut , beberapa ahli teolog kristen


berpendapat bahwa mediasi antara islam dan kristen dapat
dilakukan melalui dialog dan pemahaman saling menghormati
terhadap masing-masing kitab suci. Misalnya, beberapa ahli
kristen mengakui bahwa Al Qur’an memimiliki nilai spiritual bagi
umat muslim dan dapat dibaca dengan tujuan untuk
memperdalam pemahaman mereka terhadap islam. Namun,
mereka juga mengakui bahwa Al Qur’an memiliki perbedaan
yang bsignifikan dengan ajaran kristen, terutama dalam hal
keyakinan tentang yesus kristus. Oleh karena itu mediasi anatara
islam dan kristen harus dilakukan dengan sikap rendah hati dan
penghormatan terhadap perbedaan keyakinan masing-masing
agama. Salah satu contoh mediasi yang dapat dilakukan adalah
memlaui dialog dan pemahaman bersama tentang bagaimana
masing-masing kitab suci dipahami sebagai firman Allah.
Hans Kung
Kung pertama-tama meneliti sifat dasar dari dakwah Muhammad dan
menyebutkan beberapa kesamaan dengan nabi-nabi dalam perjanjian lama.
Lebih jauh lagi, ia mengklaim bahwa Perjanjian Baru memungkinkan adanya
"seorang nabi yang benar setelah Yesus dan yang pada dasarnya sepaham
dengan Yesus.

Namun, Kung tidak dapat menerima diktum Muslim bahwa Muhammad


menerima wahyu ilahi sebagai Firman Allah secara kata demi kata. Bagi orang
Kristen untuk menganggap Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diilhami, Al-
Qur'an seperti halnya Alkitab, haruslah 'membuktikan wahyu dan firman
tersebut dalam bentuk manusia." Jika dialog ingin berkembang, umat Islam
juga harus mengakui unsur manusiawi dalam Al Qur 'an.

Memediasi
Prespektif
Kristen
Kenneth Cragg

Rekonsoliasi yang disampaikan yaitu, penerimaan yang terukur atas validitas


Al Qur’an sebagai Firman Allah yang berbicara kepada umat Muslim dan
Kristen. Ia berpendapat bahwa Al-Qur'an berasal dari tindakan Allah yang
disengaja, dan pada kenyataannya lebih layak untuk berpikir bahwa Roh Ilahi
yang membawa dan mencintai, dengan penuh kasih, kepada wahyu, pada
realitas yang ada dalam jiwa Nabi.

Dia bersikeras bahwa orang Kristen juga memiliki hak untuk menafsirkan Al
Qur'an, dan itu dari sudut pandang mereka tentang wahyu yang telah diterima
sebelumnya di dalam Kristus

Anggapan mengkristenkan Al-Qur'an adalah sebuah seruan terhadap


kedekatan historis dan teologis yang dinamis antara kedua agama yang
mengundang partisipasi orang luar yang bersimpati.

Memediasi Dalam hal penyaliban Isa Al-Masih. Ia mengakui bahwa pemahaman Muslim
konvensional terhadap teks Al-Qur'an sebagai penyangkalan terhadap
Prespektif peristiwa sejarah harus dibiarkan. Tetapi ia juga berpendapat bahwa
penyangkalan ini lebih dalam lagi bagi Islam, secara historis, peristiwa itu
Kristen tidak perlu terjadi, dan secara moral tidak perlu terjadi pada Yesus.
Pertimbangan Akhir

Para orientalis kristen mengakui Dikalangan kristen banyak yang


status sakral bagi Al Qur'an, Jika para pembaca Kristen menemukan bahwa Al Qur’an,
terkadang merasa bahwa
karena Al Qur'an berfungsi di termasuk pakaian tradisional
penafsiran tradisional Muslim
dalam komunitas Muslim, dan Muslim, dapat dibaca dengan
telah menemukan makna-makna
03 karena Al-Qur’an telah 01keuntungan, dan bahkan Tuhan
yang bukan merupakan bagian
memberikan wawasan spiritual 02dari maksud asli Al-Qur'an, maka dapat ditemukan berbicara di
bagi orang Kristen yang sana meskipun terkadang ada
akan lebih bijaksana jika mereka
meluangkan waktu untuk perbedaan dengan tema-tema
mengingat sejarah mereka sendiri
membacanya. Meskipun utama kepercayaan kristen. Jika
dan sejauh mana penafsiran
mungkin sulit, bahkan teks suci Islam ingin dibagikan
Alkitab sering kali menyesuaikan
paradoksal, untuk menegaskan kepada orang-orang Kristen yang
bahwa Al- Qur'an dapat diri dengan realitas sejarah, yaitu bersimpati, masih diperlukan
dalam penafsiran tradisional
berbicara dengan otoritas ilahi sebuah model bagi mereka agar Al-
Muslim yang bertentangan dengan
kepada kedua komunitas Qur'an dapat diterima dengan
keyakinan mereka. teks-teks yang
tersebut, namun ini adalah tepat,
biasa digunakan oleh umat Islam
pendekatan yang memiliki
integritas yang paling tinggi. untuk menentang doktrin Kristen
tentang pensaliban, Inkarnasi dan
Trinitas
Kesimpulan

Kesimpulan dalam artikel ini adalah, konsep kitab suci


dan signifikansinya dalam komunitas agama mempunyai
perspektif yang berbeda. Disebutkan bagaimana kitab suci
tertentu, seperti Al kitab ibrani, telah berasimilasi dengan
tradisi lain, namun tidak demikian halnya dengan Al
Qur’an dalam agama kristen. Penilaian terhadap Al
Qur’an oleh kristen kontemporer dipengaruhi oleh
hubungan muslim dan kristen. Artikel ini juga menyoroti
kanon kristen yang tertutup dan adanya pro kontra
terhadap status suci Al Qur’an oleh umat kristen.
Kekurangan

1. Keterbatasan data tentang


penjelasan teks-teks khusus
dalam Al Quran.

Kelebihan 2. Efektifitas Perspektif yang


mempunyai pengertian
1. Pendekatan yang sama.
komprehensif baik dari
kalangan tradisional hingga 3. Kurang jelasnya metode
kontemporer. penelitian yang digunakan
dalam pembahasan ini.
2. Keterbukaan penulis dalam
perspektif kristen, Al Qur’an
di akui sebagai wahyu ilahi.

3. Objekifitas Penulis dalam


menjelaskan Doktrin kristen
dan islam terhadap Al Quran
sebagai kitab suci.

Anda mungkin juga menyukai