Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI WORLD UYGHUR CONGRESS (WUC)

DALAM MENYUARAKAN KASUS ETNIS UYGHUR


DI XINJIANG TAHUN 2014 - 2019
1) 2) 3)
Ni Wayan Sri Upayoni , Putu Ratih Kumala Dewi , D.A Wiwik Dharmiasih
123}
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
1 2 3
Email: sriupayoni@gmail.com , ratihkumaladewi@unud.ac.id , wiwikd@unud.ac.id

ABSTRACT
This study aims to explain WUC's strategy in voicing Uyghurs’rights. The method used
in this research is a qualitative method. The background in this study are Chinese policies that
discriminate against Uyghurs. Chinese government created the policy as government
considered Uyghurs as a separatist group. The act of discrimination has gradually become a
violation of human rights which has prompted WUC to voice this case in international forums.
The Researcher use the boomerang pattern concept and tactical typology as a framework. The
level of analysis used by the researcher is international system. This research then found the
answer that the WUC had succeeded in building alliances with other countries and other
international organizations to exert pressure on China. This success is a form of the boomerang
pattern strategy and is supported by four typologies of tactics adopted by WUC.

Keywords: WUC, Uyghurs, Xinjiang, Boomerang Pattern.

1. PENDAHULUAN isu bila bergabung dalam jaringan advokasi


transnasional. Isu-isu yang dimaksud
Semenjak munculnya kajian–kajian meliputi lingkungan, Hak Asasi Manusia
transnasionalisme dalam Ilmu HI setelah (HAM), pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Perang Dunia II, aktor–aktor non-negara Salah satu organisasi non-pemerintah yang
menunjukkan eksistensinya dalam melakukan advokasi secara transnasional
hubungan internasional (Aulia, et. al., yaitu World Uyghur Congress (WUC).
2019). Adanya system transnasionalisme
World Uyghur Congress (WUC)
membuka peluang aktor–aktor non-negara
merupakan organisasi non-pemerintah
untuk berkolaborasi dan menangani isu
yang merepresentasikan kepentingan
lintas batas negara, salah satunya dengan
bersama Etnis Uyghur di seluruh dunia
membentuk jaringan yang disebut
(World Uyghur Congress, n.d.). Sebagai
Transnational Advocacy Network (TAN)
organisasi yang mewakili Etnis Uyghur,
(Parameswari, 2016). Salah satu aktor
WUC berperan untuk memperjuangkan hak
yang menjadi pemeran utama di dalam
dan kepentingan mereka. Terbentuknya
TAN yaitu Non-Government Organization
WUC dilatarbelakangi oleh keadaan Etnis
(NGO) atau organisasi non-pemerintah.
Uyghur di Xinjiang yang mengalami
Organisasi non-pemerintah dapat
pelanggaran HAM.
memperluas ruang geraknya dalam
melakukan agenda advokasi terkait suatu

1
Etnis Uyghur memiliki latar belakang ekonomi denganEtnis Han, pembatasan
yang berbeda dengan etnis asli Tiongkok hak–hak dalam beragama, hingga
yaitu Etnis Han. Perbedaan tersebut mengalami tindakan kriminalitas.
teridentifikasi dengan jelas melalui
Tindakan–tindakan kriminalitas dan
perbedaan bahasa keseharian yang
diskriminasi terhadap Etnis Uyghur yang
digunakan, Etnis Uyghur menggunakan
dilakukan oleh Pemerintah Tiongkok
Bahasa Turki sedangkan Etnis Han
tersebut menuai kecaman dari beberapa
menggunakan Bahasa Mandarin.
aktor internasional seperti organisasi non-
Perbedaan ini diakibatkan oleh migrasi
pemerintah dan para aktivis HAM
Etnis Han menuju Xinjiang, yang dahulu
internasional. Kecaman terhadap
disebut Republik Turkistan Timur (Amalia,
Pemerintah Tiongkok juga berasal dari
2018). Sejak Xinjiang menjadi bagian dari
diaspora Etnis Uyghur. WUC sebagai
Tiongkok, Etnis Uyghur berkeinginan dan
organisasi transnasional juga berupaya
berusaha untuk memperjuangkan
mencari solusi atas kasus pelanggaran
kemerdekaannya seperti bangsa lain yang
HAM yang dialami Etnis Uyghur di Xinjiang.
berhasil mendirikan negara–negara yang
WUC berupaya membantu menyelesaikan
merdeka (Bovingdon, 2010). Keinginan
isu Etnis Uyghur secara demokratis tanpa
Etnis Uyghur tersebut dianggap sebagai
kekerasan. Namun, Pemerintah Tiongkok
gerakan separatis oleh Pemerintah
tidak merespon upaya tersebut dengan
Tiongkok.
baik.
Pemerintah Tiongkok kemudian
Pemerintah Tiongkok justru melakukan
menerapkan kebijakan dalam ranah sosial-
propaganda terhadap WUC dengan
budaya hingga ekonomi yang bertujuan
menyebutnya sebagai kelompok separatis
untuk mencegah perpecahan wilayahnya
dan teroris. Propaganda tersebut dilakukan
tersebut (BBC, 2018). PemerintahTiongkok
untuk mencegah simpati dari dunia
yang menganut system politik komunis
internasional terkait isu Etnis Uyghur
dalam mempertahankan kedaulatan
(Hidayat, 2013). Propaganda yang
negaranya sulit menerima heterogenitas
ditujukan pada WUC, menjadi satu
atau keberagaman. Hal itu menyebabkan
hambatan bagi WUC untuk mencapai
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
tujuannya. Oleh karenanya, Peneliti
PemerintahTiongkok cenderung
kemudian mempertanyakan bagaimana
berorientasi monokultural, sehingga
strategi World Uyghur Congress (WUC)
menimbulkan tindakan diskriminasi dan
dalam menyuarakan kasus diskriminasi
mempersempit ruang kebebasan Etnis
Etnis Uyghur di Xinjiang tahun 2014 - 2018.
Uyghur di Xinjiang (Karisma, 2017).
Adapun tindakan–tindakan diskriminasi Berdasarkan pada pemaparan diatas,
yang dialami oleh Etnis Uyghur seperti Penulis kemudian ingin mempertanyakan
adanya kesenjangan hak sosial dan bagaimana strategi World Uyghur Congress

2
(WUC) dalam menyuarakan kasus TAN. Kedua, Peneliti dapat memahami
diskriminasi etnis Uyghur di Xinjiang tahun penerapan empat tipologi taktik yang dapat
2014 - 2019. digunakan untuk menganalisis upaya
advokasi yang dilakukan oleh organisasi
2. TINJAUAN PUSTAKA
non-pemerintah. Meski demikian, tulisan
Peneliti menggunakan dua literature dari Ula (2017) tersebut belum dapat
dalam tulisan ini. Literatur pertama yang melengkapi kerangka berpikir dari
Peneliti gunakan adalah tulisan dari penelitian ini, sehingga Peneliti
Syarifatul Ula (2017) dengan judul “Peran memerlukan tulisan lain yang mampu
Aktor Non-Negara dalam Hubungan memaparkan mengenai strategi organisasi
Internasional: Studi Kasus Human Rights non-pemerintah dalam menyuarakan
Watch dalam Krisis Kemanusiaan di pelanggaran HAM.
Myanmar.” Tulisan Ula (2017) membahas
Tulisan kedua yang Peneliti gunakan
mengenai peran organisasi non-pemerintah
yaitu tulisan dari Roihanatul Maziyah (2020)
dalam menangani isu kemanusiaan. Ula
dengan judul “‘Seafood not Slavefood’:
(2017) menganalisis peran organisasi non-
Advokasi Aktivisme Transnasional untuk
pemerintah yaitu Human Rights Watch
Mengakhiri Perbudakan Modern di Industri
dalam menangani isu kemanusiaan di
Perikanan Thailand.” Maziyah (2020)
Myanmar dengan menggunakan konsep
memaparkan mengenai upaya advokasi
TAN. Ula (2017) menjelaskan Human
yang dilakukan oleh organisasi non-
Rights Watch sebagai actor dalam TAN dan
pemerintah yaitu Environmental Justice
memaparkan peran organisasi non-
Foundation (EJF) dalam menyelesaikan
pemerintah tersebut dengan menggunakan
masalah pelanggaran HAM yang dialami
empat tipologi taktik TAN.
oleh pekerja perikanan di Thailand. Pada
Ula (2017) membantu Peneliti penelitiannya, Maziyah (2020) memaparkan
mengetahui posisi organisasi non- peran organisasi non-pemerintah dalam
pemerintah dalam sebuah jaringan memengaruhi sikap pemerintah negara dan
advokasi seperti TAN. Selain itu, Ula (2017) strategi Boomerang Pattern yang
juga memaparkan upaya advokasi yang digunakan dalam melakukan advokasi.
dilakukan organisasi non-pemerintah dalam Maziyah (2020) mengungkapkan bahwa
menangani kasus pelanggaran HAM yang strategi Boomerang Pattern dapat
dialami oleh kelompok etnis tertentu. memengaruhi sikap dan kebijakan
Melalui tulisan Ula (2017), Peneliti dapat pemerintah negara. Hal tersebut dapat
melihat dua hal penting yang dapat dilakukan dengan menggunakan empat
digunakan sebagai kerangka berpikir tipologi taktik TAN.
penelitian ini. Pertama, Peneliti dapat
Maziyah (2020) membantu Peneliti
memahami definisi organisasi non-
mengetahui strategi yang digunakan
pemerintah dan keberadaannya dalam
organisasi non-pemerintah untuk

3
melakukan advokasi terkait suatu isu norma, identitas dan kepentingan dalam
pelanggaran HAM. Organisasi non- sistem internasional adalah suatu yang
pemerintah dapat menggunakan strategi konstruktif dan rekonstruktif, mereka bisa
Boomerang Pattern dengan menerapkan saja mengalami pergeseran, salah satunya
empat tipologi taktik dalam melakukan dapat dilakukan maupun dialami oleh suatu
advokasi terkait isu pelanggaran HAM negara. Sehingga ketika hal tersebut
tersebut. Pada tulisannya, Maziyah (2020) terjadi, aktor non negara dapat
menggunakan empat tipologi taktik untuk menunjukkan eksistensinya sebagai norm
menganalisis upaya advokasi yang promotor agent dalam politik transnasional.
dilakukan oleh EJF. Melalui tulisan Maziyah Soetjipto (2018) menegaskan bahwa aktor
(2020), Peneliti dapat melihat strategi non negara dapat memainkan peran
Boomerang Pattern dan empat tipologi penting dalam politik transnasional dengan
taktiknya yang dapat digunakan dalam melakukan berbagai hal yang relevan
menjalankan advokasi untuk memengaruhi sesuai dengan situasi terkini seiring dengan
pemerintah negara dan menerapkannya perkembangan globalisasi, diantaranya
sebagai kerangka berpikir pada penelitian melakukan kampanye dan menegakkan
ini. norma-norma universal tertentu seperti
HAM, lingkungan, gender, dan sebagainya.
Aktor-aktor non-negara salah
KerangkaPemikiran satunya yaitu organisasi non-pemerintah
seringkali melakukan aktivitas tersebut
Peneliti menggunakan Strategi
melintasi batas-batas negara, sebab
Boomerang Pattern untuk menjawab
mereka merupakan aktor yang independen
rumusan permasalahan yang diajukan
dan tidak diikat oleh kedaulatan suatu
dalam penelitian ini. Boomerang Pattern
negara. Edwards (2010) menyebutkan
berisikan strategi yang dilakukan oleh
bahwa organisasi non-pemerintah
organisasi non-pemerintah dan jaringannya
merupakan organisasi independen, non-
dalam melakukan advokasi agar sesuai
profit, berorientasi pada tujuan bersama,
dengan tujuannya.
dan tidak didirikan maupun dikontrol oleh
Keck & Sikkink mengkonsepkan pemerintah. Sifatnya yang independen
strategi Boomerang Pattern sebagai menjadi sebuah keistimewaan bagi aktor
strategi dalam Transnational Advocacy non-negara khususnya organisasi non
Network (TAN) yang dimotori oleh aktor pemerintah atau Non-Governmental
non-negara. Hal tersebut dikonsepkan Organization (NGO) untuk dapat
melalui pemikiran transnasionalisme yang melakukan aktivitas-aktivitas transnasional.
dipengaruhi oleh aliran konstruktivisme Diantaranya yaitu melakukan advokasi
dalam Hubungan Internasional (Keck & transnasional hingga membentuk
Sikkink, 1998). Keck & Sikkink (1998; Transnational Advocacy Network (TAN)
Soetjipto, et. al., 2018) beranggapan bahwa

4
bersama dengan aktor-aktor non-negara Keck & Sikkink (1999) mengonsepkan
lainnya maupun pemerintah negara. Boomerang Pattern sebagai pola interaksi
Keck & Sikkink (1999) mengkaji TAN NGO dengan aktor-aktor TAN untuk
sebagai sebuah bentuk organisasi yang menekan pemerintah suatu negara.
dicirikan dengan pola komunikasi yang Strategi Boomerang Pattern dijalankan
bersifat sukarela, timbal balik, dan sejajar ketika pemerintah suatu negara
(horizontal). Jaringan advokasi tersebut menghambat maupun membatasi
terorganisir untuk mempromosikan suatu pergerakan organisasi non-pemerintah
isu, ide-ide, dan norma-norma untuk untuk masuk ke arena politik domestik
mengadvokasi perubahan kebijakan. Aktor– suatu negara dan melakukan advokasi
aktor utama yang tergabung dalam TAN terkait suatu permasalahan yang terjadi.
saling bekerja sama mendukung dan Organisasi non-pemerintah tersebut
melakukan advokasi terkait suatu isu. Salah kemudian mencari dukungan dari aktor-
satu aktor utama yang tergabung dalam aktor lainnya seperti pemerintah negara
TAN yaitu organisasi non-pemerintah. lain, IGO, sesama organisasi non-
Organisasi non-pemerintah bersama aktor pemerintah, dan media, hingga melakukan
TAN lainnya berperan sebagai fasilitator kerja sama. Melalui kerja sama dan
bagi masyarakat untuk menyampaikan dukungan dari aktor-aktor tersebut, tekanan
suara mereka di dalam politik internasional. terhadap pemerintah negara yang menjadi
Agar advokasinya berhasil serta mencapai target menjadi bertambah. Tekanan yang
tujuannya, maka organisasi non-pemerintah dihasilkan dari pola hubungan dan interaksi
memerlukan strategi. aktor-aktor tersebut menjadi kekuatan dari
organisasi non-pemerintah yang melakukan
Maziyah (2020) menggunakan
advokasi untuk menuntut dan mendapatkan
pendekatan dari Keck & Sikkink
perhatian dari pemerintah negara yang
mengatakan bahwa ketika suatu negara
ditargetkan. Penelitimenggambarkan cara
membatasi gerakan organisasi non-
kerja Strategi Boomerang Pattern melalui
pemerintah yang menuntut perubahan
Gambar 1.
maka organisasi non-pemerintah dapat
bekerja sama hingga membentuk jaringan
berupa jaringan advokasi dan menyusun
strategi untuk menekan pemerintah negara
tersebut. Melalui jaringan advokasi
tersebut, organisasi non-pemerintah dapat
mengumpulkan kekuatan bersama aktor-
aktor lainnya sehingga dapat menyerang
balik negara target. Strategi serangan balik
Gambar 1.1 Cara KerjaStrategi
tersebut dikenal dengan istilah Boomerang
Boomerang Pattern
Pattern.

5
lebih kuat agar dapat memengaruhi
situasi tertentu ketika salah satu
anggota dari suatu jaringan tidak
memiliki peluang untuk memberikan
pengaruhnya.
4. Accountability politics yaitu usaha-usaha
untuk meyakinkan aktor-aktor yang lebih
kuat agar tetap memegang kebijakan
Sumber: Keck &Sikkink (1999) atau prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan.

Keberhasilan strategi Boomerang Peneliti menggunakan Strategi

Pattern dalam melakukan advokasi Boomerang Pattern dan empat tipologi

tergantung pada penerapan empat tipologi taktik dari Keck &Sikkink (1999) dalam

taktik, seperti yang dikutip dari Keck dan menganalisis strategi yang digunakan WUC

Sikkink (1999; Maziyah, 2020). Keck dalam melakukan advokasi terkait kasus

&Sikkink (1999) menyatakan bahwa para kemanusiaan Etnis Uyghur. Konsep ini juga

aktor TAN termasuk organisasi non- memaparkan cara kerja strategi yang dapat

pemerintah biasanya melakukan strategi digunakan oleh organisasi non-pemerintah

maupun upaya-upaya advokasi dengan ketika mendapatkan hambatan dari negara

menggunakan tipologi taktik. Jadi target advokasi.

organisasi non-pemerintah dapat


melakukan strategi Boomerang Pattern
dengan menggunakan tipologi taktik untuk 3. METODOLOGI PENELITIAN
mencapai tujuannya. Terdapat empat
Metode penelitian yang digunakan
tipologi taktik yang digunakan NGO, yaitu:
dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
1. Information politics yaitu kemampua deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif

nuntuk menghasilkan dan mengarahkan bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena

informasi yang digunakan secara politik yang menjadi objek penelitian melalui

dengan cepat dan kredibel sehingga angka-angka maupun gambaran verbal

akan memiliki dampak yang besar. (Punaji, 2010). Sedangkan penelitian


kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
2. Symbolic politics yaitu kemampuan
untuk memahami fenomena yang terjadi
untuk menyerukan simbol-simbol, aksi-
untuk mengetahui apa yang dialami oleh
aksi, dan cerita mengenai situasi
subjek penelitian melalui perilaku, motivasi,
tertentu sehingga dapat dipahami oleh
tindakan dan persepsi dalam bentuk kata-
publik.
kata atau deskripsi (Moleong, 2005,
3. Leverage politics yaitu kemampuan
h.6).Melalui penelitian deskriptif kualitatif,
untuk menarik simpati aktor-aktor yang
Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana

6
strategi World Uyghur Congress (WUC) keringanan pajak bagi Etnis Han (The
dalam menyuarakan kasus diskriminasi Diplomat, 2017). Perpindahan tersebut
Etnis Uyghur di Xinjiang tahun 2014-2018. membuahkan hasil berupa peningkatan
jumlah Etnis Han di Provinsi Xinjiang serta
menggeser keberadaan Etnis Uyghur di
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Xinjiang. Pasca migrasi tersebut, Etnis Han
menguasai berbagai sektor di Xinjiang
Etnis Uyghur di Xinjiang
khususnya sector ekonomi. Sebab
Pasca berakhirnya Perang Dingin, Pemerintah Tiongkok dan perusahaan-
Xinjiang menjadi pintu bagi Tiongkok untuk perusahaan di Xinjiang menetapkan aturan-
mengakses negara-negara Asia Tengah. aturan yang cenderung mengutamakan
Wilayah Xinjiang berbatasan dengan Etnis Han (Zang, 2016; Wahyuni, 2019).
Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Akibatnya kondisi Etnis Uyghur di Xinjiang
Afghanistan, Mongolia, Rusia, Pakistan, semakin terhimpit, mereka tidak bisa
dan India (CNN, 2020). Bagi Tiongkok yang mendapatkan pekerjaan yang layak dan
berambisi untuk memperluas pengaruhnya pendapatannya pun rendah, hingga mereka
di kawasan Asia, termasuk Asia Tengah, tidak dapat memenuhi kebutuhannya dan
letak geografis Xinjiang memiliki nilai berada di garis kemiskinan.
strategis yang sangat tinggi. Etnis Uyghur,
Setelah penetapan kebijakan
etnis mayoritas yang menempati provinsi
tersebut, Pemerintah Tiongkok kembali
tersebut pasca Perang Dingin, dianggap
menetapkan kebijakan-kebijakan lain yang
sebagai sebuah ancaman bagi Tiongkok.
mendiskriminasi Etnis Uyghur. Salah satu
Berdasarkan sejarahnya yang berulang kali
kebijakan tersebut adalah Revolusi Budaya
berupaya memisahkan diri dari Tiongkok,
yang bertujuan untuk membatasi
etnis tersebut dilabeli sebagai ‘kelompok
kebudayaan dan kegiatan beribadah
separatis Xinjiang’ (BBC, 2014). Oleh
(Hidayat, 2013: 169). Pembatasan
karenanya, Etnis Uyghur mengalami
kebudayaan dan kegiatan beribadah
perlakukan yang ketat dari pemerintah
tersebut tidak hanya diterapkan pada
Tiongkok guna menumpas cikal-bakal
kampanye Revolusi Budaya saja,
separatisme yang dapat berdampak pada
melainkan diterapkan lebih lanjut pada
lepasnya Xinjiang dariTiongkok.
kebijakan strike hard yang dikeluarkan
Guna mempertahankan Xinjiang pada tahun 1996. Hal ini menunjukkan
sebagai bagian dari Tiongkok, Pemerintah bahwa kebijakan Pemerintah Tiongkok
Tiongkok menerapkan berbagai kebijakan menganut monokulturalisme.
di Xinjiang. Kebijakan tersebut diawali
Kebijakan-kebijakan tersebut
dengan migrasi Etnis Han menuju Xinjiang,
tentunya berdampak pada Etnis Uyghur
yang mana Pemerintah Tiongkok
dengan budaya dan agama yang berbeda
menawarkan lapangan pekerjaan dan
dari masyarakat asli Tiongkok yaitu Etnis

7
Han, sehingga menyebabkan Etnis Uyghur Meskipun Pemerintah Tiongkok
terdiskriminasi. Diskriminasi-diskriminasi telah memperketat kebijakan-kebijakannya,
yang dialami Etnis Uyghur di Xinjiang hingga tahun 2014 masih terjadi kerusuhan
tentunya menimbulkan kecemburuan antar dan aksi terror kepada PemerintahTiongkok
etnis di Xinjiang hingga terjadi aksi-aksi yang melibatkan Etnis Uyghur di Xinjiang.
unjuk rasa dan perlawanan (Karisma, 2017, Akibat dari kerusuhan-kerusuhan tersebut,
p.46). Seperti yang terjadi pada tanggal 5 Pemerintah Tiongkok memperbaharui
Juli 2009, Etnis Uyghur melakukan kebijakan Strike Hard dengan melakukan
perlawanan hingga menimbulkan karantina masal bagi orang-orang maupun
kerusuhan antar Etnis yaitu Etnis Uyghur kelompok-kelompok yang dianggap
dengan Etnis Han (BBC, 2018). Tragedi ini sebagai teroris di kamp-kamp yang berada
dianggap sebagai sebuah gerakan di wilayah Xinjiang (BBC, 2018).
separatisme, sehingga Pemerintah Pemerintah Tiongkok menjalankan
Tiongkok semakin memperketat kebijakan Strike Hard dengan dalih re-
pengawasannya pada masyarakat Etnis edukasi.
Uyghur.
Walaupun demikian, media
Pemerintah Tiongkok menerapkan memercayai bahwa kamp-kamp tersebut
kebijakan-kebijakan dan sanksi-sanksi bertujuan untuk memberikan doktrin
hukum untuk mengendalikan kegiatan kepada Etnis Uyghur menggunakan cara
keagamaan dan aktivitas Etnis Uyghur yang brutal dan melibatkan kekerasan
lainnya. Etnis Uyghur diawasi oleh pasukan (Berji, 2019). Pemerintah Tiongkok
militer Pemerintah Tiongkok dengan mengklaim pada karantina tersebut Etnis
berbagai kamera yang terpasang di setiap Uyghur menerima pendidikan Bahasa
sudut provinsi Xinjiang, dipantau melalui Mandarin, Konsep Hukum Tiongkok, dan
komputer dan aktivita sponselnya (Human pelatihan kejuruan (BBC, 2018). Namun
Rights Watch, 2020). Selain itu, Pemerintah menurut kesaksian masyarakat Uyghur
Tiongkok juga semakin memperketat yang berhasil kabur dari kamp, selama di
pengawasannya terhadap kegiatan- tahan di kamp masyarakat Etnis Uyghur
kegiatan keagamaan Etnis Uyghur, mengalami siksaan fisik dan psikologis. Hal
diantaranya Etnis Uyghur dilarang tersebut semakin memperburuk keadaan
mengajarkan agama Islam bagianak-anak, Etnis Uyghur di Tiongkok. Kondisi-kondisi
dilarang menggunakan nama-nama Etnis Uyghur tersebut kemudian mencuri
Muslim, dilarang menggunakan produk- perhatian masyarakat internasional
produk halal selain makanan, dan para diantaranya diaspora Etnis Uyghur yang
pejabat Uyghur juga dilarang beribadah ke tegabung dalam organisasi World Uyghur
Masjid, serta melaksanakan ibadah puasa Congress (WUC).
(BBC, 2018).

8
WORLD UYGHUR CONGRESS tersebut (UNPO, 2009). Walaupun Rebiya

World Uyghur Congress (WUC) Kadeer telah memberikan pernyataan resmi

merupakan organisasi internasional yang terkait isu tersebut, masyarakat Tiongkok

merepresentasikan kepentingan bersama tetap menganggap bahwa WUC

Etnis Uyghur di Xinjiang dan di seluruh merupakan organisasi teroris dan separatis

dunia. Berdasarkan Bovingdon (2010), dengan tujuan memisahkan Xinjiang dari

WUC merupakan hasil dari pecahan East Tiongkok (CCTV, 2009). Hal ini semakin

Turkestan National Center (ETNC) yang mempersulit WUC untuk memperoleh

semula didirikan di Tiongkok. WUC terlibat dukungan dari masyarakat Tiongkok.

dalam perdebatan dengan Pemerintah Hambatan selanjutnya yang


Tiongkok akibat Kecenderungan dihadapi oleh WUC adalah besarnya
Pemerintah Tiongkok untuk pengaruh perekonomian Tiongkok dalam
mempertahankan kebijakan forum internasional. Meskipun Etnis
monokulturalnya (Waisbich, 2014). Hal Uyghur, yang mayoritas merupakan
tersebut sekaligus sebagai upaya penduduk Muslim, mengalami pembatasan-
Pemerintah Tiongkok untuk mencegah pembatasan hak dalam melaksanakan
terbentuknya gerakan-gerakan nasionalis ibadah sesuai kepercayaan yang
Uyghur. dianutnya, negara-negara Islam justru

Hal tersebut mengakibatkan WUC bungkam dalam isu ini. Dikutip melalui VOA

gagal memperjuangkan Uyghur. Tiongkok (2019), pengaruh bantuan dan kerjasama

bahkan berhasil menggiring masyarakatnya perekonomian Tiongkok dengan Pakistan,

untuk menolak keberadaan WUC. Hal ini Arab Saudi, serta negara-negara di benua

memberikan tekanankepada WUC hingga Afrika mengakibatkan terbentuknya blok

mengakibatkan pembubaran NGO tersebut. yang tidak mengecam, bahkan mendukung

Namun, pada 16 April 2004, WUC berhasil tindakan Tiongkok di Xinjiang. Bahkan,

bangkit dan terbentuk kembali di Jerman Arab Saudi dan Pakistan menyuarakan

(Bovingdon, 2010). Kembalinya WUC tidak pujian mereka kepada Tiongkok atas

lantas memudahkan perjalanan NGO keberhasilan dan keefektivan penumpasan

tersebut dalam memperjuangkan HAM aksi terorisme di Xinjiang, serta prestasi

Etnis Uyghur penegakan HAM di Tiongkok (Maizland,


2020). Hal ini menimbulkan permasalahan
Ketika terjadi kerusuhan di Urumqi bagi WUC yang memiliki kepentingan untuk
antara Etnis Han dengan Etnis Uyghur mengangkatisu HAM di Xinjiang kedalam
pada tahun 2009, media berita Tiongkok, forum internasional.
Xinhua dan Chinese Central Television
(2009), menyatakan bahwa Rebiya Kadeer, WUC sulit untuk menekan kembali

pemimpin WUC, merupakan dalang dari pemerintahTiongkok terkait isu Etnis

kerusuhan tersebut. Akan tetapi, Rebiya Uyghur. Sulitnya memperoleh dukungan

Kadeer telah menyangkal pernyataan internasional akibat pengaruh

9
perekonomian Tiongkok membuat WUC aktor yang terlibat dalam kerja sama
harus menjalin kerja sama dengan aktor- dengan organisasi non-pemerintah tersebut
aktor lain guna memperoleh dukungan. Hal adalah Jerman hingga terbentuk WUC.
ini disebabkan, WUC tidak dapat berjuang Terlibatnya Jerman dalam pembentukan
sendiri untuk menekan Tiongkok. WUC merupakan tahap awal dari strategi
Keberadaannya sebagai NGO boomerang pattern yang dilakukan oleh
kemanusiaan, membuka peluang untuk organisasi non-pemerintah yang bertujuan
menjalin kerja sama dengan negara-negara untuk memperjuangkan Etnis Uyghur di
dan organisasi internasional (baik NGO Xinjiang.
maupunorganisasikepemerintahan) yang
Setelah bermula di Munich,
memiliki kepedulian terhadap HAM.
Jerman, WUC melanjutkan strategi
Selain memperoleh dukungan dari boomerang pattern dengan melakukan
negara dan organisasi internasional, WUC kunjungan ke berbagai negara, di
juga harus mencanangkan strategi untuk antaranya negara-negara Barat, Asia
memperoleh dukungan masing-masing Tengah, hingga mengadakan konferensi
individu dari masyarakat internasional. WUC bersama Parlemen Jepang (Radio
Keterlibatan media dalam menyebarkan Free Asia, 2012). Selain itu WUC juga telah
informasi akan sangat dibutuhkan. Hal ini berpartisipasi dalam berbagai forum
karena WUC terkendala dalam internasional, seperti UNHRC dan
memperoleh dukungan dari masyarakat UNESCO untuk menyuarakan isu Etnis
Tiongkok. Oleh karena itu, dukungan yang Uyghur, khususnya yang berada di Xinjiang
berasal dari masyarakat internasional (Global Times, 2020). Upaya-upaya
diharapkan dapat membantu WUC untuk tersebut tentunya merupakan bagian dari
memperjuangkan isu HAM Etnis Uyghur. strategi WUC untuk mencari dukungan
Guna mengatasi berbagai hambatan, WUC dalam menyuarakan pelanggaran HAM
membutuhkan strategi yang tepat dalam yang dialami Etnis Uyghur.
menekan Pemerintah Tiongkok.
WUC yang aktif dalam
STRATEGI WORLD UYGHUR mengadakan pertemuan hingga kunjungan-
CONGRESS kunjungan ke berbagai negara merupakan
bentuk dari upaya WUC dalam membangun
Boomerang Pattern.
TAN. Sesuai dengan pernyataan Keck &
Selaras dengan pernyataan Keck & Sikkink (1998), bahwa kerja sama yang
Sikkink (1998), ketika suatu negara, dalam tengah diadakan oleh WUC merupakan
halini, Tiongkok, membatasi pergerakan bentuk dari pembangunan jaringan TAN.
organisasi non-pemerintah yang menuntut TAN memiliki ciri-ciri berupa pola
perubahan, yaitu ETNC, maka organisasi komunikasi yang bersifat sukarela, timbale
non-pemerintah tersebut dapat balik, dan sejajar. Hal ini tercermin dalam
bekerjasama dengan aktor lainnya. Adapun konferensi WUC bersama parlemen Jepang

10
dan partisipasi WUC di forum-forum Organization (UNPO) dalam
internasional, yang mana terjadi komunikasi mengumpulkan dan mempublikasikan
secara suka rela mengenai keberadaan informasi-informasi tersebut dalam bentuk
Etnis Uyghur di Xinjiang (Radio Free Asia, berita.
2012; Global Times, 2020).
Selain itu, selama periode tahun
WUC juga berperan dalam 2014-2018 WUC telah mengadakan
mengumpulkan informasi mengenai Etnis konferensi sebanyak enam kali. Konferensi
Uyghur di Xinjiang dan tersebut bernama Dewan Umum WUC
mempublikasikannya kepada khalayak yang secara garis besar membahas
umum. Pada publikasi tersebut,dimuat mengenai situasi terkait pelanggaran HAM
situasi-situasi yang dialami Etnis Uyghur, dan diskriminasi yang dialami Etnis Uyghur.
meliputi pembunuhan ilegal, penahanan Pada kegiatan tersebut WUC tidak hanya
yang sewenang-wenang oleh Pemerintah melibatkan organisasi non-pemerintah saja,
Tiongkok, pengenaan sanksi hukuman bahkan beberapa kali WUC bekerja sama
mati, kampanye strike hard, pengadilan dan dengan badan HAM Uni Eropa dalam
hukuman terhadap Ilham Tohti atas melaksanakan kegiatannya tersebut
tuduhan separatisme. Laporan tersebut (Turkistan Time, 2017). Jadi, melalui
juga memuat status para pengungsi konferensi-konferensi tersebut, WUC
maupun pencari suaka Uyghur, diskriminasi bertujuan untuk menyuarakan pelanggaran
agama, bahasa, dan budaya, kebebasan HAM yang dialami Etnis Uyghur di Xinjiang.
mobilitas di Xinjiang dan Tiongkok,
Hal ini merupakan bagian dari
transparansi dan akuntabilitas hokum
strategi yang ditempuh oleh WUC.
Tiongkok, dan akuntabilitas aparat
Organisasi non-pemerintah tersebut
keamanan Tiongkok atas pelanggaran yang
bertujuan untuk mencari dukungan dari
telah dilakukan terhadap Etnis Uyghur
organisasi-organisasi internasional dan
(World Uyghur Congress, 2015).
partisipan lainnya diantaranya media-media
Observasi dan investigasi WUC internasional agar turut serta menyuarakan
dalam pembuatan laporan tersebut juga kasus Etnis Uyghur dalam lingkup yang
melibatkan kerja sama dengan beberapa lebih luas. Dukungan yang diperoleh dapat
media internasional. Adapun media yang berupa tekanan oleh organisasi-organisasi
terlibat ialah Radio Free Asia, The Reuters, tersebut untuk Tiongkok. Selaras dengan
The New York Times, dan BBC (Global tujuan strategi boomerang pattern, yaitu
Times, 2020; Uyghur Congress, n.d). Selain untuk balas menekan negara target
itu, WUC juga bekerja sama dengan menggunakan dukungan yang diperoleh
organisasi non-pemerintah yang dari pihak luar, yakni negara lain serta
mengusung HAM seperti Human Rights organisasi internasional.
Watch (HRW), Amnesty International (AI),
dan Unpresented Nations People

11
WUC juga menyuarakan kasus dan NGO HAM lainnya ikut serta
Etnis Uyghur melalui demonstrasi damai memberitakan dan mempublikasikan artikel
yang sering kali dilakukan. Sejak tahun dan hasil investigasi WUC terkait
2014 hingga 2018, WUC melakukan situasiEtnis Uyghur, khususnya
demonstrasi damai bersama dengan pelanggaran HAM yang dialaminya.
beberapa organisasi non-pemerintah yang Adanya pemberitaan dari beberapa media
mengusung HAM secara masal di internasional dan artikel yang dirilis oleh
beberapa kota dan negara-negara di dunia. beberapa NGO HAM seperti HRW dan AI
Pada tahun 2017 WUC juga melakukan kemudian mendorong negara-negara Barat
aksi demonstrasi bersama European menunjukkan dukungannya dalam
Parliaments di Belgia (UNPO, 2018). menyuarakan kasus Etnis Uyghur bersama
Kemudian, pada tahun 2018 WUC bersama WUC. Tidak berhenti sampai disitu, pada
Uyghur Women telah melakukan tahun 2018 UNHRC, CEDAW, dan CERD
demostrasi besar secara massal di lima menanggapi laporan yang dikirimkan oleh
belas kota di tiga belas negara. Sebagian WUC dan membuat pernyataan hasil
besar demonstrasi yang dilakukan WUC tinjauannya di Tiongkok. Hingga kemudian
bertujuan untuk menyuarakan kasus Etnis PBB mengumumkan secara resmi hasil
Uyghur agar mendapat perhatian dari peninjauan tersebut dan memaparkan
masyarakat internasional dan aktor-aktor situasi Etnis Uyghur di Xinjiang (Reuters,
internasional serta sebagai upaya untuk 2018). Sejak saat itu, media-media
memprotes, menuntut, dan menekan internasional mulai ramai memberitakan
Pemerintah Tiongkok melalui opini-opini situasi Etnis Uyghur di Xinjiang dan
publik yang dibentuk dari aksi tersebut. mencuri perhatian masyarakat
Oleh karenanya, aksi demonstrasi yang internasional.
dilakukan oleh WUC merupakan strategi
Sepanjang periode tahun 2014-
yang krusial untuk menarik perhatian dunia
2019 tersebut WUC telah menjalankan
pada kasus Uyghur yang berlangsung di
strategi boomerang pattern-nya yang
Tiongkok. Dengan tujuan, perhatian yang
berdasarkan pada empat tipologi taktik.
diperoleh akan member tekanan bagi
Mulai dari information politics, symbolic
pemerintah Tiongkok yang tidak hanya
politics, dan leverage politics untuk
berasal dari organisasi internasional,
meyakinkan aktor-aktor internasional
namun kini melibatkan masing-masing
tersebut dan aktorl ainnya agar mendukung
individu dalam masyarakat internasional.
advokasi WUC. Hingga menjalankan
Segala upaya kampanye maupun accountability politics untuk menuntut dan
negosiasi yang telah dilakukan oleh WUC mendesak Pemerintah Tiongkok. Empat
secara perlahan menunjukkan tipologi taktik tersebutlah yang akan
keberhasilannya dalam menyuarakan menjelaskan lebih rinci bagaimana
kasus Etnis Uyghur. Media internasional boomerang pattern dapat dijalankan oleh

12
WUC. Tipologi taktik ini berperan sebagai secara tepat waktu dan dramatis. WUC
bagian krusial dari strategi WUC dalam dalam hal ini telah memenuhi ketiga syarat
menyuarakan kasus Etnis Uyghur di tersebut, yang mana WUC telah menjalin
Xinjiang. kerja sama dengan beberapa media
internasional yang bergerak dalam bidang
Tipologi taktik.
HAM, bahkan tidak jarang melibatkan
Taktik pertama yang dilakukan jurnalis yang merupakan keturunan Uyghur.
WUC yaitu information politics meliputi Lalu, WUC juga telah menjalin kerja sama
pengumpulan dan identifikasi informasi, dengan media-media terpercaya, seperti
serta penyebarluasan informasi Human Rights Watch untuk meyakinkan
terkaitsituasi Etnis Uyghur. WUC masyarakat bahwa informasi yang disajikan
mengumpulkan informasi dari berbagai berasal dari sumber yang kredibel. Hal
sumber. Diantarnya dari media-media tersebut tentunya memudahkan WUC untuk
internasional dan NGO HAM seperti HRW menyebarluaskan informasi, fakta, dan
dan AI. Selain itu, WUC juga dokumentasi terkait kasus-kasus Etnis
mengumpulkan informasi dari aktivis, Uyghur kepada masyarakat internasional.
pengacara, serta pejabat dan pemerintah
Taktik kedua yang dapat dilakukan
negara. Namun, sebelum informasi tersebut
WUC dalam menyuarakan kasus Etnis
dimuat dalam laporan dan disebarluaskan,
Uyghur yaitu dengan symbolic politics.
tentunya WUC kembali mengidentifikasi
Pada taktik ini WUC berupaya
informasi tersebut. Selanjutnya, WUC
menyuarakan kasus Etnis Uyghur dengan
mempublikasikan laporan tersebut pada
menggunakan simbol dan cerita, serta
situs web WUC dan disebarluaskan
melakukan aksi-aksi yang dapat menarik
kepada media-media internasional (World
perhatian. Pertama, trik label diterapkan
Uyghur Congress, n.d). Melalui langkah-
WUC bertujuan untuk mempermalukan
langkah tersebut, telah dipaparkan dengan
Pemerintah Tiongkok agar mematuhi
jelas mengenai beragamnya sumber
norma HAM dan menghentikan
informasi yang dimiliki oleh WUC guna
pelanggaran HAM yang telah dilakukan.
mendapatkan data yang akurat terkait
WUC menyebutkan dalam artikel serta
Uyghur.
laporannya bahwa Pemerintah Tiongkok
Menurut Keck & Sikkink (1998), merupakan pelaku human rights violations
agar mendapat perhatian dari media in East Turkestan (World Uyghur Congress,
internasional, sebuah kelompok advokasi n.d).
perlu memiliki hubungan baik dengan
Trik kedua yang dilakukan WUC
jurnalis yang bersimpati akan kasus yang
dalam menjalankan taktik symbolic politics
diadvokasikan, memiliki reputasi yang
yaitu pembingkaian isu. Trik ini masih
dapat dipercaya jurnalis, dan memiliki
memiliki keterkaitan dengan trik label, yang
kemampuan untuk mengemas informasi
mana WUC mengekspos dan menceritakan

13
fakta-fakta terkait silenced crimes yang satu anggota dari suatu jaringan tidak
dilakukan pemerintah Tiongkok dan human memiliki peluang untuk memberikan
rights violations in East Turkestan (World pengaruhnya (Keck &Sikkink, 1998).
Uyghur Congress, n.d). Publikasi cerita- Dengan taktik ini, WUC berupaya
cerita kekejaman Pemerintah Tiongkok dan mendesak pihak-pihak yang dianggap
pelanggaran HAM yang dialami Etnis memiliki pengaruh dan kemampuan dalam
Uyghur dapat memancing reaksi dari menyuarakan kasus Etnis Uyghur dan
masyarakat maupun aktor-aktor menekan Pemerintah Tiongkok agar
internasional. Trik ini bertujuan untuk menghentikan pelanggaran HAM yang
menyentuh sisi emosional masyarakat dilakukan.
umum guna berempati dengan Etnis
Adapun pihak-pihak tersebut
Uyghur.
meliputi negara-negara anggota Uni Eropa
Selain menggunakan kedua trik dan Amerika Serikat, organisasi
tersebut dalam menceritakan situasi Etnis internasional yaitu PBB dan Uni Eropa,
Uyghur, WUC juga menyertakan simbol- organisasi non-pemerintah seperti UNPO,
simbol dan karikatur dalam melakukan aksi- Uyghur Human Rights Project (UHRP), AI,
aksi demonstrasinya. WUC menggunakan HRW, organisasi-organisasi HAM, dan
gambar yang memiliki arti bahwa organisasi Uyghur lainnya. Media-media
masyarakat Etnis Uyghur di Tiongkok telah internasional juga tidak luput dari pihak
dibungkam, seperti yang dapat dilihat yang membantu WUC dalam meningkatkan
melalui gambar berikut. pengaruhnya, seperti Radio Free Asia, The
Reuters, dan BBC. Kerja sama WUC
Gambar 2. Karikatur Symbolic Politics.
bersama pihak atau aktor-aktor tersebut
tentunya diharapkan dapat membawa
pengaruh pada upaya WUC meyuarakan
kasus Etnis Uyghur sehingga dapat
memberi tekanan pada Pemerintah
Tiongkok. Adapun pengaruh yang dapat
diberikan oleh aktor-aktor tersebut yaitu
dari segi material dan moral (Keck &
Sikkink, 1999).

Pada kasus ini, WUC berupaya


memberikan pengaruh moral dan material
sumber: twitter.com/free_uighur dalam menjalankan taktik leverage politics.

Taktik ketiga, leverage politics,yaitu Upaya WUC guna memberikan pengaruh

kemampuan untuk menarik simpati aktor- material dapat dilihat melalui dialog-dialog

aktor yang lebih kuat agar dapat yang ditujukan kepada ParlemenEropa

memengaruhi situasi tertentu ketika salah (Radio Free Asia, 2019). WUC meminta

14
agar Parlemen Eropa bertindak tegas atas Pada taktik terakhir, WUC
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh berupaya untuk mendesak Pemerintah
Tiongkok pada Etnis Uyghur. Selain itu, Tiongkok agar meratifikasi perjanjian HAM
WUC juga menekankan pengaruh moral internasional dan menghentikan segala
melalui partisipasinya dalam forum-forum tindakan kekerasan dan diskriminasi
internasional. terhadap Etnis Uyghur (World Uyghur
Congress, 2014). Namun pada taktik ini
Sepanjang tahun 2014 sampai
WUC tidak dapat secara langsung
2019, WUC menjalankan taktik ini dengan
mendesak Pemerintah Tiongkok, sebab
mengadakan dan mengikuti konferensi-
WUC sudah memiliki reputasi yang tidak
konferensi internasional. Tiap tahunnya,
baik di mata Pemerintah Tiongkok. Maka
WUC mengadakan konferensi internasional
dalam menjalankan taktik ini, WUC
bersama dengan beberapa organisasi non-
memerlukan bantuan dari organisasi
pemerintah lainnya dan terkadang bekerja
internasional yang memiliki power lebih
sama dengan organisasi serta badan
besar. Oleh karenanya, pernyataan resmi
internasional. Pada periode tahun 2014-
dari PBB terkait situasi Etnis Uyghur di
2019 WUC telah mengadakan konferensi-
Xinjiang menjadi senjata bagi WUC untuk
konferenasi internasional yang berkaitan
dapat mendesak dan menekan Pemerintah
dengan kekerasan dan pelanggaran HAM
Tiongkok. Tidak hanya itu, resolusi
terhadap etnis minoritas di Tiongkok,
Parlemen Eropa tahun 2019 juga menjadi
penggunaan bahasa ibu di tengah situasi
senjata baru bagi WUC untuk menekan
yang dihadapi Etnis Uyghur di Xinjiang,
Pemerintah Tiongkok.
kebijakan anti minoritas khususnya yang
menindas kebebasan beragama, serta Berbagai upaya tersebut telah
ketidakamanan dan ketegangan politik dilakukan WUC dalam menjalankan taktik
yang dihadapi Etnis Uyghur di Xinjiang, dan accountability politics agar dapat mendesak
para pengungsi Uyghur ilegal yang dan menekan Pemerintah Tiongkok.
mendatangi beberapa negara (World Namun, upaya-upaya tersebut masih belum
Uyghur Congress, n.d). Partisipasi aktif mencapai hasilnya. Kendala yang dihadapi
WUC pada forum-forum internasional oleh WUC dalam menekan Tiongkok ialah
membawa dampak positif pada upaya pengaruh yang dimiliki oleh Tiongkok di
advokasinya. Berbagai pernyataan resmi kancah internasional. Bahkan, dalam rapat
dan resolusi sebagai bentuk dukungan UNHRC, negara-negara terbagi menjadi
terhadap upaya advokasi WUC menambah dua blok dan mayoritas berhasil dibungkam
power WUC untuk mempermalukan dan oleh Tiongkok agar tidak menyuarakan
menekan PemerintahTiongkok agar dapat protes terkait Etnis Uyghur di Xinjiang
mengubah perilaku dan kebijakannya. (VOA, 2019).
Upaya ini selanjutnya menjadi bagian pada
taktik accountability politics.

15
5. KESIMPULAN Ahmed, Shamima, & David Potter. (2006).
NGOs in International Politics. United
Berdasarkan dari pemaparan kondisi States of America: Kumarian Press,
Etnis Uyghur di Xinjiang dan advokasi WUC Inc.
dari tahun 2014 hingga 2019 tersebut,
Bovingdon, Gardner. (2010). The Starnger
WUC telah melakukan berbagai upaya
in Their Own Land.New York:
dalam menyuarakan kasus Etnis Uyghur di
Columbia University Press.
Xinjiang. WUC telah menggunakan strategi
boomerang pattern dalam menyuarakan Kamberi, D. (2015). Uyghurs and Uyghur

kasus Etnis Uyghur. Pada pelaksanaan Identity. Washington D.C : Radio

strategi tersebut, WUC tidak bekerja secara Free Asia.

independen, melainkan melibatkan aktor-


Keck, M., &Sikkink, K. (1999).
aktor internasional. Transnational Advocacy Network in
Adapun empat tipologi yang digunakan International and Regional Politics.
oleh WUC ialah: 1) Information politics,
Oxford: Blackwell.
yaitu WUC mengumpulkan informasi
mengenai keadaan Etnis Uyghur di Xinjiang Kelleher, D., McLaren, K., and Bisson, R.

dari berbagai sumber untuk diolah dan (1996). Grabbing the Tiger by

dipublikasikan; 2) Symbolic politics, yaitu theTail: NGOs Learning for

tindakan WUC dalam membingkai isu Organizational Change. Ottawa:

melalui penyertaan simbol-simbol guna CanadianCouncil for International

menarik simpati masyarakat internasional Cooperation

atas Etnis Uyghur; 3) Leverage politics, Lewis, David. (2001). The Management of
WUC menjalankan taktik ini melalui dialog Non-Governmental Development
dalam forum-forum dan konferensi Organizations : An Introduction.
internasional untuk menarik simpati aktor- London: Routledge
aktor internasional; 4) Accountability
Mingst, K. A. (1947). Essentials of
politics, WUC menjalankan taktik ini melalui
International Relations. New York: W.
demonstrasi damai bersama organisasi
W. Norton & Company. Inc.
non-pemerintah dan aliansinya, serta
menuliskan rekomendasi-rekomendasi Moleong, J. Lexy. (2005). “Metodologi
kepada Pemerintah Tiongkok untuk Penelitian Kualitatif”. Bandung :
mendesak Pemerintah Tiongkok. Remaja Rosdakarya.

Setyosari, Punaji. (2010). Metode


DAFTAR PUSTAKA Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana
Buku:
Soetjipto, Ani, et.al. (2018).
Transnasionalisme : Peran Aktor Non

16
Negara dalam Hubungan Nations To The 21st Century: Ten
Internasional. Jakarta: Yayasan Attributes Of Highly Successful
Pustaka Obor Indonesia Human Rights NGOs. Michigan State
Journal of International Law. 18(2).
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian
165-228. Diakses dari
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
https://www.google.com/url?sa=t&rct
________. (2013). Metode Penelitian =j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ca
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. d=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi81fm6r
Bandung: Alfabet. Y3qAhVHfSsKHcSfDjYQFjACegQIB
BAB&url=https%3A%2F%2Fdigitalco
________. (2016). Metode Penelitian
mmons.law.msu.edu%2Fcgi%2Fview
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
content.cgi%3Farticle%3D1014%26c
Alfabeta
ontext%3Dilr&usg=AOvVaw2q8AjwP
Tregoe, B. B., & Zimmerman, J. W. (1980). Lm0hudSVyKkFC7u
Top Management Strategy : What Is
Hidayat, Muhammad Nizar. (2013).
and How To Make It Work. New
Diaspora Uyghur dan Hak Sipil di
York: Simon and Schuster.
Xinjiang Tiongkok. Jurnal
JURNAL Interdependence, 1(3), 165 – 179.
Diakses dari
Aulia, J., Isnaeni, N., & Yudono, R. M.
https://www.google.com/url?sa=t&rct
(2019). Kegagalan Strategi
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ca
Transnational Advocacy Network
d=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjp7qLlrI
dalam Menentang Pengesahan
3qAhUSOisKHYVQBcgQFjAAegQIA
Qanun Jinayat di Aceh. Jurnal
hAB&url=http%3A%2F%2Fe-
Hubungan Internasional. XII (1). 97-
journals.unmul.ac.id%2Findex.php%
114. Diakses dari
2FJHII%2Farticle%2Fdownload%2F1
https://www.google.com/url?sa=t&rct
327%2F1012&usg=AOvVaw0y6R_h
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ca
Rhz-cZuYmOikiTUW
d=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjd4Mv
Oro3qAhWCYysKHaXmDD8QFjAAe Karisma, Gita. (2017).Konflik Etnis di
gQIBBAB&url=https%3A%2F%2Fe- Xinjiang: Kebijakan Monokultural dan
journal.unair.ac.id%2FJHI%2Farticle Kepentingan Negara Tiongkok
%2Fdownload%2F8978%2F8071&us Terhadap Keutuhan Wilayah.Jurnal
g=AOvVaw3RseAiyRK2chX9qymp5 Sosiologi. 19(1). 41-52. Diakses dari
Vbn https://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ca
Edwards, G. E. (2010). Assessing The
d=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiOl9fW-
Effectiveness of Human Rights Non-
9_qAhVm93MBHciiBpMQFjABegQIA
Governmental Organizations (NGOs)
RAB&url=http%3A%2F%2Frepositor
From The Birth Of The United

17
y.lppm.unila.ac.id%2F6158%2F1%2 Waisbich, Laura Trajber. (2014).
F364-712-1- Transnationalization as Mediation:
PB.pdf&usg=AOvVaw101yFBW9pn3 Uyghur’s rights-based mobilization
tyulZ3fxHsS outside China. [Diakses pada: 2
Desember 2020, melalui
Maziyah, Roihanatul. (2020). “Seafood not
http://epress.utsc.utoronto.ca/cord/w
Slavefood”: Advokasi Aktivisme
p-
Transnasional untuk Mengakhiri
content/uploads/sites/82/2014/05/Ch
Praktik Perbudakan Modern di
apter-12-Waisbich.pdf ]
Industri Perikanan Thailand. Journal
of International Relations. 6(1). 92- LAPORAN RESMI
107. Diakses dari
Amnesty International. (2009).Uyghur
https://ejournal3.undip.ac.id/index.ph
Ethnic Identity Under Threat In
p/jihi/article/view/26261/23249
Tiongkok. diakses melalui
Olson, Fanny. (2015). Uyghur Identity http://www.amnesty.org/en/library/inf
Contestation and Construction of o/ASA17/010/2009/en pada tanggal
Identity in a Conflict Setting. [Diakses 06 Juni 2019
pada: 4 Desember 2020, melalui
HRW. (2018). “Tiongkok : Penggerebekan
https://gupea.ub.gu.se/bitstream/207
Besar – Besaran Di Wilayah
7/40575/1/gupea_2077_40575_1.pdf
Muslim”. diakses melalui
]
www.hrw.org/id/news/2018/09/09/32
Parameswari, P. (2016). Gerakan 2309 pada tanggal 01 Juli 2019
Transnasional dan Kebijakan :
WUC. (2016). “Forced Labour in East
Strategi Advokasi Greenpeace Detox
Turkestan: State-Sanctioned Hashar
Campaign on Fashion di Tiongkok.
System”. diakses melalui
Dauliyah Journal of Islamic and
https://www.uyghurcongress.org/en/
International Studies. 1(2). 209-228.
wp-
Diakses dari 601-1054-1-SM.pdf
content/uploads/2016/11/Forced_Lab
Ula, Syarifatul. (2017). Peran Aktor Non- our_in_East_Turkestan WUC.pdf
Negara dalam Hubungan pada tanggal 25 November 2020
Internasional: Studi Kasus Human
BERITA
Rights Watch dalam Krisis
Kemanusiaan di Myanmar. Journal of Amnesty International. (2019). China 2019.
International Relations. 3(3). 19-28. [Diakses pada: 6 Desember 2020,
Diakses dari melalui
https://ejournal3.undip.ac.id/index.ph https://www.amnesty.org/en/countrie
p/jihi/article/view/16758/16094 s/asia-and-the-pacific/china/report-
china/ ]

18
BBC. (2018). “Muslim Uyghur di Tiongkok : Uyghur di Xinjiang”. Diakses melalui
Persekusi melalui kamp “pendidikan https://m.cnnindonesia.com/internasi
kembali””. Diakses melalui onal/20181220172227-106-
www.bbc.com/indonesia/amp/dunia- 355273/kemlu-panggil-dubes-
45835871 pada tanggal 01 Juli 2019 Tiongkok-terkait-muslim-Uyghur-di-
xinjiang pada 08 Juni 2019
BBC. (2018). “PBB klaim satu juta etnis
minoritas muslim Uyghur ditahan di European Parliament. (2019). JOINT
kamp – kamp politik Tiongkok”. MOTION FOR A RESOLUTION.
Diakses melalui [Diakses pada: 7 Desember 2020,
www.bbc.com/indonesia/amp/indone melalui
sia -45154379 pada 01 Juli 2019 https://www.europarl.europa.eu/doc

BBC. (2020). Muslim Uighur: China sebut eo/document/RC-9-2019-

jutaan warga Xinjiang ikut program 0246_EN.html ]

"pendidikan vokasi", AS samakan


Human Rights Watch. (2020). China's
dengan kamp konsentrasi. [Diakses
Influence on the Global Human
pada: 2 Desember 2020, melalui
Rights System. [Diakses pada: 5
https://www.bbc.com/indonesia/dunia
Desember 2020, melalui
-54161896 ]
https://www.hrw.org/news/2020/09/
Cao, Yaxue. (2016). Making the Case for 14/chinas-influence-global-human-
Nominating Ilham Tohti for the rights-system]
Sakharov Prize – My Remarks at the
Human Rights Watch. (2020). China : Big
European Parliament. [Diakses pada:
Data Program Targets Xinjiang’s
6 Desember 2020, melalui
Muslims. [Diakses pada: 16
https://chinachange.org/2016/05/31/
Desember 2020, melalui
making-the-case-for-nominating-
https://www.hrw.org/news/2020/12/
ilham-tohti-for-the-sakharov-prize-
09/china-big-data-program-targets-
my-remarks-at-the-european-
xinjiangs-muslims]
parliament/ ]

Chung, Chen –peng. (2002).” Tiongkok’s’ Maizland, Lindsay. (2020). China’s


War on Terror’: September11 and Repression of Uighurs in Xinjiang.
Uyghur Separatism”. Diakses melalui [Diakses pada: 5 Desember 2020,
http://www.cfr.org/publication/4765/Ti melalui
ongkoks_war_on_terror.html pada 06 https://www.cfr.org/backgrounder/c
Juni 2019 hinas-repression-uighurs-xinjiang ]

CNN Indonesia. (2018). “Kemlu Panggil Radio Free Asia. (2019). European
Dubes Tiongkok Terkait Muslim Parliament Passes Resolution

19
Condemning China on Treatment Turkestan Times. (2017). Press Release –
of Uyghurs in Xinjiang. [Diakses For immediate release. [Diakses
pada: 4 Desember 2020, melalui pada: 5 Desember 2020, melalui
https://www.rfa.org/english/news/uy https://turkistantimes.com/m/news-
ghur/resolution- 2172.html ]
12192019145547.html ]
UNPO. (2009). 2009 Hearing: World
Radio Free Asia. (2020). EU Seen Turning Uyghur Congress and UNPO at EU
Tough Rhetoric Into Action on Parliament. [Diakses pada: 7
Abuses Against Muslim Uyghurs in Desember 2020, melalui
China. [Diakses pada: 6 Desember https://unpo.org/article/11433 ]
2020, melalui
UNPO. (2017). East Turkestan: World
https://www.rfa.org/english/news/uyg
Uyghur Congress Speech at UN
hur/eu-seen-turning-tough-rhetoric-
Forum on Minority Issues Disrupted
into-action-02212020171252.html ]
By China. [Diakses pada: 7
Sudworth, John. (2018). “Investigasi BBC : Desember 2020, melalui
Tiongkok dirikan kamp – kamp https://unpo.org/article/19769 ]
rahasia untuk “mendidik” umat
Muslim Uyghur di Xinjiang”. Diakses UNPO. (2018). 2,000 March for Freedom of
melalui the Uyghurs in Large-Scale
www.bbc.com/indonesia/amp/dunia- Demonstration Organised by
45962686 pada 01 Juli 2019 UNPO and WUC. [Diakses pada: 4
Desember 2020, melalui
The Japan Times. (2018). U.N. says it has https://unpo.org/article/20774 ]
credible reports China is holding 1
million Uighurs in secret camps. VOA News. (2019). UN Human Rights
[Diakses pada: 7 Desember 2020, Council Divided Over China’s
melalui Xinjiang Policies. [Diakses pada: 5
https://www.japantimes.co.jp/news/ Desember 2020, melalui
2018/08/11/asia-pacific/u-n-says- https://www.voanews.com/east-
credible-reports-china-holding-1- asia-pacific/un-human-rights-
million-uighurs-secret-camps/ ] council-divided-over-chinas-
xinjiang-policies]
The Reuters. (2018). U.N. calls on China to
free Uighurs from alleged re- World Uyghur Congress. (2017). WORLD
education camps. [Diakses pada: 7 UYGHUR CONGRESS MAKES
Desember 2020, melalui INTERVENTION AT 10TH UN
https://www.reuters.com/article/us- FORUM ON MINORITY ISSUES.
china-rights-un-idUSKCN1LF1D6 ] [Diakses pada: 6 Desember 2020,

20
melalui
https://www.uyghurcongress.org/en
/world-uyghur-congress-makes-
intervention-at-10th-un-forum-on-
minority-issues/ ]

Xin, Liu dan Fan Lingzhi. (2020). World


Uyghur Congress a US-backed
network seeking the ‘fall of China’:
US news website. [Diakses pada: 6
Desember 2020, melalui
https://www.globaltimes.cn/content/1
182641.shtml ]

WEBSITE RESMI

World Uyghur Congress. (n.d).


https://www.uyghurcongress.org

21

Anda mungkin juga menyukai