Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

DINAS KESEHATAN
UPT BLUD PUSKESMASPARAMAN AMPALU
Jr. Paraman Ampalu Nagari Rabi Jonggor Kecamatan Gunung Tuleh

KEPUTUSAN KEPALA PUSKEMAS PARAMAN AMPALU


NOMOR : /SK/Pusk-PA/ / 2023
TENTANG
IDENTIFIKASI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PASIEN DENGAN RESIKO,
KENDALA DAN KEBUTUHAN KHUSUS

KEPALA UPT BLUDPUSKESMAS PARAMAN AMPALU,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin tercapainya hasil mutu


pelayanan yang sesuai harapan pasien, diperlukan
komunikasi yang baik antara petugas pemberi layanan
dengan pasien maupun keluarganya;
b. bahwa agar komunikasi antara petugas pemberi
layanan dengan pasien dapat berjalan optimal,
dipandang perlu untuk melakukan identifikasi
hambatan lain dalam pelayanan;
c. bahwa berdasarkanpertimbangan pada huruf a dan b,
perlumenetapkan Keputusan Kepala UPT BLUD
Puskesmas Paraman Ampal tentang identifikasi dan
pemenuhan kebutuhan pasein denga resiko, kendala
dan kebutuhan khusus UPT Puskesmas Paraman
Ampalu;
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
2. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009
tentangPelayanan Publik;
3. Peraturan PresidenNomor 2 Tahun 2015 tentang
RPJMN Tahun 2015-2019;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi;
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63/KEP/M.PAN/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas;
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 52 Tahun
2015 tentang Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019:
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : Keputusan Kepala UPT BLUD Puskesmas Paraman Ampalu
Tentang Pemenuhan Kebutuhan Pasien dengan Resiko
Kendala dan Kebutuhan Khusus di UPT BLUD Puskesmas
Paraman Ampalu

KESATU : Identifikasi dan Pemenuhan Kebutuhan Pasien dengan


Resiko Kendala dan Kebutuhan Khusus UPT Puskesmas
Paraman Ampalu

KEDUA : Menentukan kewajiban indetifikasi dan pemenuhan


kebutuhan pasien dengan resiko, kendala dan kebutuhan
khusus dalam pelayanan menjadi kewajiban bersama baik
Kepala Puskemas, petugas pendaftran maupun petugas
pemberi pelaynan klinis.

KETIGA : Identifikasi dan pemenuhan kebtuhan pasien dengan resiko,


kendala dan kebutuhan khsus dalam pelayanan
sebagaimana Diktum KESATU dilaksanakan sekali dalam
setahun dalam sebuah rapat koordinasi antara Kepala
Puskesmas dengan petugas pendaftaran dan petugas
pemberian laynan klinis.

KEEMPAT : Segala kebutuhan pasien dengan resiko, kendala dan


kebuthan khusus dalam pelaynan yang di identifikasi dan
dipenuhi pada saat rapat koordinasi, dilakukan tindak
lanjut untuk meminimalkan resiko dan kendala sehingga
proses pelayanan berjalan lancar.

KELIMA : Penanganan pasien difabel tercantum pada lampiran kedua.

KEENAM : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Paraman Ampalu


pada tanggal :
KEPALA UPT BLUD PUSKESMAS PARAMAN AMPALU,

Efriza Destineldi, SKM, MPH


NIP:19761223 200501 1005

LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA UPT BLUD PUSKESMAS PARAMAN AMPALU
NOMOR: /SK/ /2023
TENTANG IDENTIFIKASI DAN PEMENUHAN PASIEN DENGAN RESIKO,
KENDALA DAN KEBUTUHAN KHUSUS

A. DIFABEL
Difabeldilihatdariasfekfisiknyadapatdibagimenjadibeberapakategori,
yaitu:
1. Tuna Netra
Seseorang dikatakan tuna netra apabila mereka kehilanggan daya
lihatnya sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan
fasilitas pada umumnya.
Menurut Kaufman dan Hallahan, tuna netra adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari
6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.
Tuna netra dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Kurang awas( Low Vision), yaitu seseorang dikatakan kurang
awas bila masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa
sehingga masih sedikit melihat atau masih bisa membedakan
gelap dan terang.
b. Buta (blind), yaitu seseorang dikatakan buta apabila ia sudah
tidak memiliki sisa penglihatan sehingga tidak dapat
membedakan gelap dan terang.
Ciri-ciri fisik :
a. Memiliki daya dengar yang sangat kuat sehingga dengan
cepat menangkap pesan-pesan melalui pendengaran dapat
dikirim keotak.
b. Memiliki daya perabaan yang sensitive sehingga apa yang di
sarankan dapat dikirim langsung ke otak.
c. Kadang-kadang mereka suka mengusap-usap mata dan
berusaha membelalakannya.
d. Kadang-kadang mereka memiliki perilaku yang kurang
sedap bila dilihat oleh orang normal pada umumnya atau
dengan sebutan blindsm (misalnya :mengkerut-kerutkan
kening, menggeleng-gelengkan kepala secara berulang-ulang
dengan tanpa disadarinnya). Seseorang dikatakan
mengalami ketunadaksaan apabila terdapat kelemahanan
aggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit,
pertumbuhan yang salah bentuk sehingga mengakibatkan
turunnya kemampuan normal untuk melakukan gerakan-
gerakan tubuh tertentu dan untuk mengoptimalkan potensi
kemampuannya diperlukan layanan khusus.
Tuna daksa ada dua kriteria, yaitu :
a. Tuna daksa orthopedic (Orthopedicall), yaitu mereka
yang mengalami kelainan, kecacatan tertentu sehingga
terganggungnya fungsitubuh.
b. Tuna daksa syaraf (Neurological handicapped), yaitu
kelainan yang terjadi pada anggota tubuh yang
disebabkan gangguan pada urat syaraf.
Ciri-ciri fisik :
a. Memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat
cerdas
b. Depresi, kemerahan dan rasa kecewa yang mendalam
disertai dengan kedengkian dan permusuhan
c. Penyangkalan dan penerimaan atau suatu kendala emosi
yang mencerminkan suatu pergumulan yang diakhiri
dengan penyerahan.
d. Meminta dan menolak belaskasihan dari sesama.
Ciri-ciri Sosial
Kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas
karena keterbatasan aktifitas gerakannya. Dan kadang-
kadang menampakkan sikap marah-marah(emosi) yang
berlebihan tanpasebab yang jelas.
2. Tuna Rungu
Seseorang dikatakan tuna rungu apabila mereka kehilangan daya
dengarnya.
Ciri-ciri Fisik:
a. Berbicara keras dan tidak jelas
b. Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicara
c. Telinga mengeluarkan cairan
d. Menggunakan alat bantu dengar
e. Bibirsumbing
f. Suka melakukan gerakan tubuh
g. Cenderung pendiam
h. Suara sengau
i. Cadel
Ciri-ciri Mental :
Pada umumnya sering menaruh curiga terhadap orang-orang yang
ada disekitarnya.
3. Tuna Wicara
Seseorang dikatakan tuna wicara apabila mereka mengalami
kesulitan berbicara. Hal ini disebabkan kurang atau tidak
berfungsinya alat-alat bicara seperti rongga mulut, lidah, langit,
langit, dan pita suara
B. GANGGUANG BAHASA DAN BUDAYA
1. Hambatan Budaya
2. Hambatan Bahasa

LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KEPALA UPT BLUD PUSKESMAS PARAMAN AMPALU
NOMOR:/SK//2023
TENTANG IDENTIFIKASI DAN PEMENUHAN PASIEN DENGAN RESIKO,
KENDALA DAN KEBUTUHAN KHUSUS

PENANGANAN PASIEN DIFABEL


Untuk dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam memberikan
pelaynan bagi pasien difabel, Puskesmas Paraman Ampalu memiliki sarana
dan prasarana yang mendukung, seperti :
1. Kursi Roda
2. Brangkar
3. Ramp
Setiap pasien yang masuk kepuskesmas akan di skrining terlebih dahulu oleh
perawat/bidan.
Pelayananumum yang diberikan oleh Puskesmas Paraman Ampalu untuk
pasien dengan hambatan fisik atau difabel:
1. Pasien yang masih mampu berjalan
Pada saat masuk puskesmas, petugas mengandeng
/memapah/menggerakkan pasien difabel keregistrasi rawat
jalan/administrasion rawat jalan sesuai dengan kebutuhannya. Setelah
selesai proses pendaftaran petugas akan mengantarkan kembali pasien
kepolik linik/ruang rawat jalan
2. Pasien dengan kondisi tubuh lemah atau nyeri tinggi
Pada saat masuk puskesmas, petugas mengantarkan pasien dengan
menggunakan kursiroda. Untuk kondisi yang darurat, maka pasien
akan langsung diantarkan keruang tindakan dengan menggunakan
kursiroda/brangkrd.

Anda mungkin juga menyukai