Anda di halaman 1dari 50

CASE REPORT

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

Oleh
dr. Ulima Mazaya Ghaisani

Perceptor
dr. Rina Kriswiastiny, Sp.PD

Pendamping:
dr. Ratna Purwaningrum, M.Kes
dr. Dwi Robbiardy Eksa, M.Kes

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA RUMAH


SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Dengue adalah penyakit virus nyamuk yang telah dengan cepat menyebar di

seluruh wilayah dalam beberapa tahun terakhir. Dengue Fever (DF) dan Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

infeksi virus dengue.DHFdisebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari

genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga

tidak ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe

(hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus dengue ditularkan dengan perantara

nyamuk betina terutama spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes

aegypti merupakan pembawa demam kuning (yellow fever), chikungunya dan

infeksi zika. Dengue tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal

dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan tidak terencana urbanisasi

yang cepat (Sukohar, 2014)

DHF pertama kali diketahui di Asia Tenggara tahun 1950 dan sejak 1975

hingga saat ini DHF merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak di

negara Asia. Secara global, lebih dari 100 negara yang merupakan endemik DHF

diantaranya Afrika, Amerika, Mediantara Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat

adalah negara-negara yang paling banyak menderita penyakit ini. Sejak tahun

1997 dengue dinyatakan sebagai penyakit asal viral yang berbahaya dan berakibat

fatal bagi manusia. Penyebarannya secara global sebanding dengan malaria, dan

diperkirakan setiap tahun terdapat sebanyak 2500 juta orang atau dua per tiga dari

penduduk dunia beresiko terkena DHF. Setiap tahun terdapat 10 juta kasus infeksi
dengue di seluruh dunia dengan angka kematian sekitar 5% terutama pada anak-

anak(Hadi, 2010).

Pada tahun 2013, wabah dengue fever terjadi di Florida (Amerika Serikat)

dan provinsi Yunnan China.Di Asia, Singapura telah melaporkan peningkatan

kasus setelah selang beberapa tahun dan wabah juga telah dilaporkan di Laos.

Pada tahun 2014, terjadi peningkatan jumlah kasus di Republik Rakyat Cina,

Kepulauan Cook, Fiji, Malaysia dan Vanuatu, dengan dengue tipe 3 (DEN 3)

mempengaruhi negara Pulau Pasifik setelah lebih dari 10 tahun. Dengue juga

dilaporkan di Jepang setelah selang lebih dari 70 tahun.Pada tahun 2015 ditandai

dengan wabah DHF yang besar di seluruh dunia, dengan Filipina melaporkan

lebih dari 169 000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan DHF,

meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumnya.Pulau Hawaii

di negara bagian Hawaii, Amerika Serikat, dipengaruhi oleh wabah dengan 181

kasus yang dilaporkan pada tahun 2015 dan transmisi berkelanjutan pada tahun

2016. Diperkirakan 500.000 orang DHF yang parah memerlukan rawat inap setiap

tahun, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, sekitar 2,5% mengalami

kematian (WHO, 2016).


BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A

Umur : 21 tahun

Status : Sudah menikah

Jenis kelamin : Perempuan

Jenis Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Pesawaran

Agama : Islam

MRS : 7 April 2020

B. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesis

Tanggal : 8 April 2020

Jam : 10.00 WIB

Keluhan Utama : Demam yang semakin tinggi sejak 4 hari

Keluhan Tambahan : Perdarahan gusi, nyeri sendi, nyeri kepala, mual,

muntah, sesak
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSPBA dengan keluhan demam 4 hari SMRS,

demam dirasakan naik turun sepanjang hari, tanpa disertai mengigil dan

berkeringat. Demam tinggi pada sore menjelang malam disertai dengan

rasa dingin pada seluruh tubuh. Kedua kaki dan tangan terasa dingin

seperti es, hingga harus pakai beberapa lapis selimut untuk

menghangatkan. Demam turun ke suhu normal apabila saat mencapai

suhu tinggi dapat turun dengan pemberian parasetamol.

2 hari SMRS pasien mengalmai perdarahan pada gusi. Perdarahan

berasal dari gusi bagian bawah kiri secara hilang timbul. Darah muncul

secara tiba-tiba disaat yang tidak tentu. Perdarahan gusi memberat dan

bertambah banyak saat pasien sikat gigi, sehingga memberikan rasa tidak

enak dilidah.

Pasien juga mengeluh seluruh badannya terasa ngilu dan nyeri pada

sendi-sendinya. Badan terasa pegal dan terasa lemas. Nyeri kepala hebat

yang berdenyut dirasakan pada seluruh bagian kepala. Nyeri kepala

dirasakan terus menerus sepanjang hari. Pasien juga merasa mual yang terus

menerus. Mual disertai muntah dengan konsistensi cair dan berisi makanan

yang telah di makan. Muntah terus menerus sebanyak lebih dari 8x sehari,

mulut terasa pahit sehingga nafsu makanpun menurun. Muntah yang keluar

sebanyak ¾ gelas belimbing setiap kali muntah. Isi yang keluar berupa

makanan yang baru dimakan oleh pasien. Muntah diperberat apabila pasien

mencoba untuk makan.


Pasien juga mengeluhkan sesak hilang timbul, sesak yang dirasakan

tidak terlalu berat. Sesak dirasakan setelah berjalan dari kamar mandi.

Pasien belum pernah berobat sebelumnya dan belum memberikan

penanganan awal.

Riwayat penyakit dahulu dengan keluhan yang sama disangkal,

riwayat hipertensi dan diabetes melitus juga disangkal. Riwayat penyakit

keluarga dengan keluhan yang sama juga disangkal oleh pasien dan riwayat

penyakit keturunan di keluarga juga disangkal. Di lingkungan rumah pasien

juga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

Riwayat Penyakit Dahulu

(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu Ginjal /Sal.


Kemih
(-) Cacar Air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit Prostat
(-) Batuk Rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skirofula (-) Diabetes
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Kholera (-) Hipertensi (-) Penyakit
Pembuluh Darah
(-) Demam (-) Ulkus Ventrikuli (√) Dyspepsia
Rematik Akut
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Operasi
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Kecelakaan
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu

Riwayat Keluarga
Umur Jenis Keadaan Penyebab
Hubungan
(th) Kelamin kesehatan Meninggal
Kakek 50 ♂ Meninggal Tidak tahu
Nenek 65 ♀ Sehat -
Ayah 45 ♂ Sehat -
Ibu 43 ♀ Sehat -
Saudara(kakak) 28 ♂ Sehat -
Anak-Anak 4 ♂ Sehat -

Adakah Kerabat yang Menderita

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi √
Asma √
Tuberkulosa √
Artritis √
Rematisme √
Hipertensi √
Jantung √
Ginjal √
Lambung √ Ibu

C. ANAMNESIS SISTEM

Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan.

Kulit(tidak ada keluhan)


(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Kepala
(-) Trauma (+) Sakit kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada sinus

Mata (tidak ada keluhan)


(-) Nyeri (-) Radang keringat malam
(-) Sekret (-) Gangguan penglihatan
(-) Kuning / Ikterus (-) Ketajaman penglihatan

Telinga(tidak ada keluhan)


(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran
(-) Kehilangan pendengaran

Hidung(tidak ada keluhan)


(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis

Mulut
(+) Bibir kering (-) Lidah
(+) Perdarahan Gusi (-) Gangguan pengecap
(-) Selaput (-) Stomatitis

Tenggorokan
(+) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara

Leher(tidak ada keluhan)


(-) Benjolan (-) Nyeri leher

Jantung / Paru-Paru
(+) Nyeri dada (+) Sesak nafas
(-) Berdebar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (+) Batuk

Abdomen (Lambung / Usus)


(-) Rasa kembung (-) Perut membesar
(+) Mual (-) Wasir
(+) Muntah (-) Mencret
(-) Muntah darah (-) Tinja berdarah
(-) Sukar menelan (-) Tinja berwarna dempul
(+) Nyeri perut (+) Tinja berwarnahitam
(-) Benjolan

Saluran Kemih / Alat Kelamin(tidak ada keluhan)


(-) Disuria (-) Kencing nanah
(-) Stranguri (-) Kolik
(-) Poliuria (-) Oliguria
(-) Polakisuria (-) Anuria
(-) Hematuria (-) Retensi urin
(-) Kencing batu (-) Kencing menetes
(-) Ngompol (tidak disadari) (-) Penyakit prostat

Katamenis (tidak ada keluhan)


(-) Leukore (-) Perdarahan
() Lain-lain ()

Haid
(-) Haid terakhir (-) Jumlah dan lamanya (-) Menarche
(-) Teratur (-) Nyeri (-) Gejala
klimakterium
(-) Gangguan haid (√) Pasca menopause
Saraf dan Otot (tidak ada keluhan)
(-) Anestesi (-) Sukar menggigit
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot lemah (-) Hipo/hiper-estesi
(-) Kejang (-) Pingsan
(-) Afasia (-) Kedutan (tick)
(-) Amnesis (-) Pusing (Vertigo)
(-) Nyeri otot (-) Gangguan bicara (disartri)

Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(+) Nyeri sendi (-) Sianosis

Berat Badan

Berat badan rata-rata (kg) : 58kg

Tinggi Badan (cm) : 162 cm

Berat badan sekarang (kg) : 58 kg

(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)


Tetap (√ )
Turun ( )
Naik ()

Riwayat Hidup
Tempat lahir : ( ) Di rumah (√ ) Rumah Bersalin ( ) RS Bersalin
Ditolong oleh : ( ) Dokter (√ ) Bidan ( ) Dukun
( )Lain-lain

Riwayat Imunisasi (pasien tidak ingat)


( ) Hepatitis ( ) BCG ( ) Campak ( ) DPT ( ) Polio ( )Tetanus

Riwayat Makanan
Frekuensi /hari : ± 3-4 x sehari
Jumlah /hari : ± 3-4 piring sehari
Variasi /hari : Bervariasi
Nafsu makan : Baik

Pendidikan
( ) SD (√) SLTP ( ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan ( ) Akademi
( ) Kursus ( ) Tidak sekolah

Kesulitan
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan : tidak ada
Keluarga : tidak ada
Lain-lain : -

D. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 162 cm
Berat Badan : 58 kg
IMT : 22,1 (normal)
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit isi tegangan cukup.
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 38.0˚C
Sianosis : Tidak ada
Edema umum : Tidak ada
Rumple lead : tampak 25 prekie pada area volar dextra

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses fikir wajar.

Kulit
- Warna : Kuning langsat
- Jaringan parut : Tidak ada
- Pertumbuhan rambut : Normal, pertumbuhan rambut merata
- Suhu Raba : Febris
- Keringat : Ada
- Lapisan lemak : Cukup
- Efloresensi : Tidak ada
- Pigmentasi : (-)
- Pembuluh darah : Normal
- Lembab/ Kering : Lembab
- Turgor : Baik
- Ikterus : Tidak ada
- Edema : Tidak ada

Kelenjar Getah Bening


- Submandibula : Tidak teraba pembesaran
- Supra klavikula : Tidak teraba pembesaran
- Lipat paha : Tidak teraba pembesaran
- Leher : Tidak teraba pembesaran
- Ketiak : Tidak teraba pembesaran

Kepala
- Ekspresi wajah : Tampak sakit sedang
- Rambut : Hitam, ikal, tidak mudah dicabut
- Simetris muka : Simetris
- Pembuluh darah temporak : Tidak membesar

Mata
- Exopthalmus : -
- Kelopak : Normal
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Deviatio konjungtiva : -
- Enopthalmus : -
- Lensa : Jernih
- Gerak mata : Normal segala arah
- Tekanan bola mata : N/ palpasi
- Nistagmus :-

Leher
- Tekanan JVP : 5 – 2 cmH2O
- Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
- Kelenjar Limfe : Tidak teraba pembesaran

Dada
- Bentuk : Normochest
- Pembuluh darah : Normal
- Buah dada : Normal, simetris

Paru-Paru
Depan Belakang
Inspeksi Hemithoraks simetris Hemithoraks simetris
kiri dan kanan kiri dan kanan
Palpasi Kiri Fremitus taktil terasa Fremitus taktil terasa
pergerakan dinding pergerakan dinding
thorax (normal) thorax (normal)

Kanan Fremitus taktil terasa Fremitus taktil terasa


pergerakan dinding pergerakan dinding
thorax (normal) thorax (normal)
Perkusi Kiri Sonor pada seluruh Sonor pada seluruh
lapang paru. lapang paru.

Kanan Sonor pada seluruh Sonor pada seluruh


lapang paru (normal) lapang paru (normal)
Auskultasi Kiri Vesikuler (+), Vesikuler (+),
Ronkhi (-), Ronkhi (-),
Wheezing(-) (normal) Wheezing(-) (normal)

Kanan Vesikuler (+), Vesikuler (+),


Ronkhi (-) Ronkhi (-),
Wheezing(-) (normal) Wheezing(-) (normal)

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pulsasi di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS V linea sternal dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Batas jantung atas : ICS II lineasternal sinistra
Auskultasi : BJ I dan II normal reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi Dinding perut : Nyeri tekan (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genetalia Eksterna (Atas Indikasi) TIDAK DILAKUKAN


Laki-laki :
Penis :
Testis :

Wanita :
Genoitalia Eksterna :
Fluor albus/Darah :

Anggota Gerak
Kanan Kiri
Lengan Normal Normal
Otot Normal Normal
Tonus Normal Normal
Massa Tidak ada Tidak ada
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5/5 5/5
Lain-lain -

Tungkai dan kaki


- Luka : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
- Otot (tonus dan massa) : Normal
- Sendi : Normal
- Gerakan : Aktif
- Kekuatan : 5/5
- Edema : Tidak ada
- Lain-lain :-

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hematologi
Darah Lengkap tanggal 7 April 2020
Pemriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 11,3 12-16 g/dl
Leukosit 3.300 4.800 – 10.800
Trombosit 50.000 150.000 – 450.000
Hematokrit 31 40-50
MCH 85 79-99
MCV 29 27-31
Hitung Jenis 37 33-37
Basofil 0 0-1
Eosinofil 1 2-4
Batang 0 3-5
Segmen 76 50-70
Limfosit 12 25-40
Monosit 11 2-8
LED 12 0-15

Darah Lengkap tanggal 8 April 2020


Pemriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,8 12-16 g/dl
Leukosit 4.200 4.800 – 10.800
Trombosit 30.000 150.000 – 450.000
Hematokrit 33 40-50
MCH 88 79-99
MCV 31 27-31
Hitung Jenis 35 33-37
Basofil 0 0-1
Eosinofil 0 2-4
Batang 0 3-5
Segmen 57 50-70
Limfosit 33 25-40
Monosit 10 2-8
LED 15 0-15

Pemriksaan Hasil Nilai Normal


SGOT 116 <37
SGPT 43 <47
GDS 76 <140
Dengue Fever IgM Positif Negatif
Dengue Fever IgG Positif Negatif

RINGKASAN
Os datang dengan keluhan demam 4 hari SMRS, demam dirasakan terus

menerus naik turun sepanjang hari, tanpa disertai mengigil dan berkeringat.

Demam tinggi pada sore menjelang malam disertai dengan rasa dingin pada

seluruh tubuh. Perdarahan gusi terjadi 2 hari setelah demam muncul.

Perdarahan berasal dari gusi bagian bawah kiri secara hilang timbul. Pasien

juga mengeluh seluruh badannya terasa ngilu dan nyeri pada sendi-

sendinya. Badan terasa pegal dan terasa lemas. Nyeri kepala hebat yang

berdenyut dirasakan pada seluruh bagian kepala. Nyeri kepala dirasakan

terus menerus sepanjang hari. Pasien juga merasa mual yang terus menerus.

Muntah terus menerus sebanyak lebih dari 8x sehari, mulut terasa pahit

sehingga nafsu makanpun menurun. Pasien juga mengeluhkan sesak hilang

timbul.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg,

pernapasan 24x/menit, nadi 80x/menit, dan suhu 38˚C. Pada pemeriksaan

fisik kepaladidapatkan perdarahan gusi dan lidah tampak kotor. Pada

pemeriksaan fisik paru didapatkan bentuk dada normal, ekspansi dada sama,
fremitus taktil sama kanan dan kiri, sonor/sonor, vesikuler +/+, ronki -/-,

wheezing -/-. Pada pemeriksaan fisik jantung didapatkan batas kanan, kiri,

atas jantung dalam batas normal, bunyi jantung I-II reguler.Pada

pemeriksaan fisik abdomen didapatkan dalam batas nomal.Rumple lead

positif.

Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan hasil

hemoglobin 10,8 g/dl, hematokrit 31 % dan trombosit 30.000/ul.

Pemeriksaan serologi dengue fever IgM positif dan IgG positif.

F. DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS

1. Diagnosis Kerja
Dengue Hemorrhagic Fever(DHF) grade II

2. Dasar Diagnosis
Anamnesis : Demam 4 hari terus menerus tanpa disertai
mengigil, perdarahan gusi, nyeri kepala, mual,
muntah, mialgia
Pemeriksaan Fisik : Suhu : 38.0˚C, rumple lead (+)
Pemeriksaan Penunjang :
- Trombosit : 30.000
- Dengue Fever IgM positif
- Dengue Fever IgG positif

G. DIAGNOSIS DIFERENSIS DEFERENSIAL


1. Diagnosis Deferensial
Demam Dengue
Malaria
Demam Typhoid
2. Dasar Diagnosis Deferensial
demam, nyeri kepala, mialgia, malaise, mual, muntah

H. RENCANA PENGELOLA
1. Non Farmakologi
- Istirahat
- Minum obat teratur
- Menjaga asupan cairan. Pasien diminta banyak minum
- Jus jambu dan dari kurma untuk membantu menaikkan trombosit

2. Farmakologi :
- Infus kristaloid untuk kebutuhan cairan per hari.
Ringer Laktat 30h tetes per menit.
- Paracetamol 500 mg tab 3x1
- Antiemetik : Donperidone 10 mg tab 3x1
- Antibiotik : Ceftriaxone inj 2x1 amp iv

I. PENCEGAHAN
1. Mencegah penularan DHF
Melakukan pemberantasan nyamuk dan sarangnya dengan tindakan 3M:
- Menguras tempat-temat penampungan air secara teratur seminggu
sekali atau menaburkan bubuk larvasida (abate)
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
- Mengubur/menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air
2. Mencegah perburukan
- Tetap menjaga intake cairan setiap hari

J. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Dengue Fever (DF) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) (Dengue

Hemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue yang diperantarai oleh Aedes aegypti, dengan manifestasi

klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,

ruam, limfadenopati, trombositopenia dan disertai hemoragik (Suhendro,

Leonardo, Chen, & Pohan, 2009)

B. Epidemiologi

Di Indonesia, tahun 2014 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak

100.347 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang (IR/Angka

kesakitan= 39,8 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,9%).

Dibandingkan tahun 2013 dengan kasus sebanyak 112.511serta IR 45,85

terjadi penurunan kasus pada tahun 2014. Target Renstra Kementerian

Kesehatanuntuk angka kesakitan DBD tahun 2014 sebesar ≤ 51 per 100.000

penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2014.

Berikut tren angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2008-2014

(Yudianto, Budijanto, Hardhana, &Soenardi, 2015).


Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue Per 100.000
Penduduk Tahun 2008-2014

C. Etiologi

1. Agen Infeksius

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne

Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,

famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1,

DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akanmenimbulkan

antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang

terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat

memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain

tersebut(Hanim, 2013).

2. Vektor Penyebab

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan rata-rata nyamuklain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam

dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya.
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisapcairan tunlbuhan atan sari

bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap

darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada

binatang. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.

Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang

hari (16.00-17.00).

Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang

kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian

nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap

darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau diluar runlah.

Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung

dan biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Disini nyamuk

menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk betina

akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakan,sedikit

diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik

dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi

kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa (Siregar, 2004).


Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti

D. PATOGENESIS

Patogenesis Demam Berdarah Dengue sampai saat ini masih

kontrovesial dan belum dapat diketahui secara jelas. Terdapat dua teori

yang dikemukakan dan paling sering dianut adalah: Virulensi virus dan

Imunopatologi yaitu Hipotesis Infeksi Sekunder Heterolog (The Secondary

Heterologous Infection). Teori lainnya adalah teori endotel, endotoksin,

mediator, dan apoptosis.

1. Virulensi Virus

Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip

(DEN1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh

nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk

bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu.

Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut

virulensi.
Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk:

a. Menginfeksi lebih banyak sel,

b. Membentuk virus progenik,

c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,

d. Menghindari respon imun mekanisme efektor.

Penelitian terakhir memperkirakan bahwa terdapat perbedaan tingkatan

virulensi virus dalam hal kemampuan mengikat dan menginfeksi sel

target. Perbedaan manifestasi klinis demam dengue, DBD dan Dengue

Syok syndrome disebabkan oleh varian-varian virus dengue dengan

derajat virulensi yang berbeda-beda.

2. TeoriImunopatologi

Hipotesis infeksi sekunder oleh virus yang heterologous (secondary

heterologous infection) menyatakan bahwa pasien yang mengalami

infeksi kedua kalinya dengan serotype virus dengue yang heterolog

akan mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita Demam

Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue. Antibodi heterolog yang

telah ada sebelumnya akan mengenali virus lain yang telah

menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibody

yang kemudian berikatan dengan reseptor dari membrane sel leukosit,

terutama makrofag. Antibodi yang heterolog menyebabkan virus tidak

dinetralisasi oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi

dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent


enhancement (ADE), yaitu suatu proses yang akan meningkatkan

infeksi sekunder pada replikasi virus dengue di dalam sel mononuclear

yaitu terbentuknya komplek imun dengan virus yang berkadar antibody

rendah dan bersifat subnetral dari infeksi primer. Komplek imun

melekat pada reseptor sel mononukleus fagosit (terutama makrofag)

untuk mempermudah virus masuk ke sel dan meningkatkan

multiplikasi. Kejadian ini menimbulkan viremia yang lebih hebat dan

semakin banyak sel makrofag yang terkena. Sedangkan respon pada

infeksi tersebut terjadi sekresi mediator vasoaktif yang

mengakibatkan terjadinya keadaan hipovolemia dan syok.

3. Teori Endotoksin

Syok pada DBD menyebabkan iskemia usus, yang kemudian

menyebabkan translokasi bakteri dari lumen usus ke dalam

sirkulasi. Endotoksin sebagai komponen kapsul luar bakteri gram

negative akan mudah masuk ke dalam sirkulasi pada keadaan iskemia

berat. Telah dibuktikan oleh peneliti sebelumnya bahwa endotoksin

berhubungan erat dengan kejadian syok pada Demam Berdarah

Dengue. Endotoksinemia terjadi pada 75% Sindrom Syok Dengue dan

50% Demam Berdarah Dengue tanpa syok.

4. Teori Mediator

Makrofag yang terinfeksivirus Dengue mengeluarkan sitokin yang

disebut monokin dan mediator lain yang memacu terjadinya

peningkatan permeabilitas vaskuler dan aktivasi koagulasi dan


fibrinolysis sehingga terjadi kebocoran vaskuler dan perdarahan.

5. Teori Apoptosis

Apoptosis adalah proses kematian sel secara fisiologis yang merupakan

reaksi terhadap beberapa stimuli. Akibat dari apoptosis adalah

fragmentasi DNA inti sel, vakuolisasi sitoplasma, peningkatan

granulasi membrane plasma menjadi DNA subseluler yang berisi badan

apoptotik.

6. Teori Endotel

Virus Dengue dapat menginfeksi sel endotel secara invitro dan

menyebabkan pengeluaran sitokin dan kemokin. Sel endotel yang telah

terinfeksi virus Dengue dapat menyebabkan aktivasi komplemen dan

selanjutnya menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler dan

dilepaskannya trombomodulin yang merupakan pertanda kerusakan sel

endotel. Bukti yang mendukung adalah kebocoran plasma yang

berlangsung cepat dan meningkatnya hematocrit dengan mendadak.

E. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi

peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran

plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga akan menimbulkan

hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun

mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti efusi pleura,

hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan

mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat dan


menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS) yang akan

melibatkan 3 faktor yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2) trombositopenia;

dan (3) kelainan koagulasi.

Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus

berkembang biak di dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti

dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Respon imun humoral atau

seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi yang muncul pada

umumnya adalah IgGdan IgM, pada infeksi Dengue primer antibody

mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar antibody yang ada telah

meningkat.

Antibodi terhadap virus Dengue dapat ditemukan di dalam darah

sekitar demam pada hari ke5, meningkat pada minggu pertama sampai

minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer

antibody IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi

sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Diagnosis dini pada

infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibody IgM

setelah hari kelima, sedangkan pada infeksi sekunder dapat ditegakkan

lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat.

Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering

ditemukan pada sebagian besar kasus Demam Berdarah Dengue.

Trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai

terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada

masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai pada 7-10 hari sejak
permulaan sakit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit

dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.

Gangguan hemostasis melibatkan perubahan vaskuler,

pemeriksaan tourniquet positif, mudah mengalami memar,

trombositopenia dan koagulopati. DBD stadium akut telah terjadi

proses koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated Intravaskular

Coagulation (DIC) dapat dijumpai pada kasus yang berat dan disertai

syok dan secara potensial dapat terjadi juga pada kasus DBD tanpa syok.

Terjadinya syok yang berlangsung akut dapat cepat teratasi bila

mendapatkan perawatan yang tepat dan melakukan observasi disertai

pemantauan perembesan plasma dangan gangguan hemostatis.

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat

terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan

pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki


renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital

dan berakhir dengan kematian.

F. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun simtomatik

yang meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam

berdarah denguetermasuk sindrom syok dengue (DSS). Penyakit demam

dengue biasanya tidakmenyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa

gejala sisa. Sebaliknya, DHFmerupakan penyakit demam akut yang

mempunyai ciri-ciri demam, manifestasiperdarahan, dan berpotensi

mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkankematian. Gambaran

klinis bergantung pada usia, status imun penjamu, dan strainvirus.

Berikut ini adalah bagan manifestasi infeksi virus dengue :


Tanda-tanda dan gejala penyakit DBD adalah :

1. Demam

Penyakit DBD didahului oleh demam tinggi yang mendadak terus-

menerus berlangsung 2 - 7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam

secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak spesifik seperti:

anorexia lemas, nyeri pada tulang, sendi, punggung dan kepala.

2. Manipestasi Pendarahan.

Perdarahan terjadi pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3

setelah demam. Sebab perdarahan adalah trombositopenia. Bentuk

perdarahan dapat berupa :

- Ptechiae

- Purpura

- Echymosis

- Perdarahan cunjunctiva

- Perdarahan dari hidung (mimisan atau epestaxis)


- Perdarahan gusi

- Muntah darah (Hematenesis)

- Buang air besar berdarah (melena)

- Kencing berdarah (Hematuri)

Gejala ini tidak semua harus muncul pada setiap penderita, untuk itu

diperlukan toreniquet test dan biasanya positif pada sebagian besar

penderita Demam Berdarah Dengue.

3. Pembesaran hati (Hepotomegali).

Pembesaran hati dapat diraba pada penularan demam. Derajat

pembesaran hati tidak sejajar dengan berapa penyakit Pembesan hati

mungkin berkaitan dengan strain serotype virus dengue.

4. Renjatan (Shock).

Renjatan dapat terjadi pada saat demam tinggi yaitu antara hari 3-7

mulai sakit. Renjatan terjadi karena perdarahan atau kebocoran plasma

ke daerah ekstra vaskuler melalui kapilar yang rusak. Adapun tanda-

tanda perdarahan:

- Kulit teraba dingin pada ujung hidung, jari dan kaki.

- Penderita menjadi gelisah.

- Nadi cepat, lemah, kecil sampai tas teraba.

- Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmhg atau kurang)

- Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80

mmhg atau kurang). Renjatan yang terjadi pada saat demam,

biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih buruk.


5. Gejala Klinis Lain

Gejala lainnya yang dapat menyertai ialah : anoreksia, mual,

muntah, lemah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang.

G. DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (1997). Terdiri

dari Kriteria klinis dan Laboratorium sebagai berikut:

1. Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet

positif, petekie, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, dan melena

c. Hepatomegali

2. Laboratorium

3
a. Trombositopenia (<100.000/mm )

b. Hemokonsentrasi (kadar Ht> 20% dari normal)

c. Waktu perdarahan memanjang

d. Waktu protrombin memanjang

WHO (1997) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat yaitu:

DerajatI :Demam dengan uji bending positif.

Derajat II :Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau

perdarahan lain.
DerajatIII : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,

Tekan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai

kulit yang lembab dan pasien menjadi gelisah.

DerajatIV :Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan

tekanan darah tidak dapat diukur (Suhendro et al., 2009).

H. TATALAKSANA

Pengobatan penderita Demam Berdarah Dengue bersifat simptomatik dan

suportif yaitu adalah dengan cara:

- Penggantian cairan tubuh.

- Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2 liter dalam 24 jam (air

teh dan gula sirup atau susu).

- Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit),

kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Apabila cairan oral tidak

dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka

cairan intravena perlu diberikan.

Medikamentosa yang bersifat simptomatis :

- Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres di kepala, ketiak,

inguinal.

- Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin, atau dipiron.

- Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.

Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah

penyakit Demam Berdarah belum tersedia (Sukohar, 2014).


Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit dalam Indonesia (PAPDI) bersama

dengan Divisi Penyakit Tropik dan infeksi dan Divisi Hematologi dan

onkologi Medik Fakultas Kedokteran FK UI, telah menyusun lima protokol

penatalaksanaan Demam berdarah dengue pada pasien dewasa berdasarkan

kriteria :

1.Tatalaksana dengan rencanan tindakan sesuai indikasi


2. Praktis dalam penatalaksanaan
3. Mempertimbangkan cost efectiveness.
Protokol I. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue

dewasa tanpa syok Apabila didapatkan nilai Hb, Ht dan trombosit seperti:

1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien

dapatdipulangkan dengan anjuran kontrol ke polklinik dalam waktu 24

jam berikutnyadimana dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan Leukosit,

trombosit tiap 24 jam, atauapabila keadaan pendrita memburuk, segera

kembali ke IGD

2. Hb, Ht normal tapi trombosi <100.000, dianjurkan untuk dirawat

3. Hb, ht meningkat dan trombosit normal dan atau turun juga dianjurkan

untukdirawat
Protokol II. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue

dewasa di ruang rawat. Pasien tersangka demam berdarah dengue tanpa

perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok, diberikan cairan infuse

kristaloid dengan jumlah seperti rumus : 1500+(20 x(BB dalam kg-20)

Sumber : Pan American health organization, 1994

Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:

1. Bila Hb, Ht meningkat 10-20 % dan trombosit < 100.000, jumlah

pemberiancairan tetap sesuai rumus diatas dengan pemantauan Hb,Ht

trombosit tiap 12 jam

2. Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit < 100.000, maka pemberian

cairansesuai dengan protokol III


Protokol III. Penatalaksanaan demam berdarah dengue dengan peningkatan

Ht>20 %. Peningkatan Ht > 20 % berarti tubuh mengalami deficit cairan

sebanyak 5%. Tetapiawal pemberian cairan adalah infuse cairan kristaloid

6-7 ml/kgBB/jam

1. Bila terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda

htmenurun, frekuensi naïf (hearts rate) turun, tekanan darah stabil,

produksi meningkat, maka cairan infuse dikurangi menjadi 5

ml/KgBB/jam. Bila keadaan membaik setelah pemantauan 2 jam, maka

cairan infuse dikurangi lagi menjadi 3ml/KgBB/jam. Jika keadaan tetap

membaik, maka pemberian cairan dapatdihentikan 24-48 jam kemudian.

2. Bila tidak terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-

tanda ht dan frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun, <20 mmHg,

produksimenurun, maka naikkan jumlah cairan cairan infuse menjadi 10

ml/KgBB/jam. Bila keadaan membaik setelah pemantauan 2 jam, maka

cairan infuse dikurangi menjadi 5 ml/KgBB/jam, tetapi bila keadaan

tidak membaik maka naikkan jumlah cairan infuse 15 ml/KgBB/jam dan

bila perkembangan menjadi buruk dengan tanda-tanda syok, tangani

pasien sesuai dengan protocol V. Bila syokteratasi maka pemberian

cairan dimulai lagi seperti pemberian terapi awal.


Protokol IV. Penatalaksanaan Perdarahan spontan pada demam berdarah

dengue dewasa. Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD

dewasa adalah epistaksisyang tidak terkendali walaupun telah diberikan

tampon hidung, perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau

hematoskezia), hematuria, perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi

dengan jumlah perdarahan 4-5 cc/ KgBB/jam. Pemeriksaan Hb, Ht,

trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam. Pemberian heparin


diberikan apabila secara klinis didapatkan tanda-tanda koagulsi

intravaskular diseminata/ KID (protrombin time), PTT (partial

protrombin time), fibrinogen, D-Dimer atau CT (clotting time), BT

(blooding time), tes parakoagulasi dengan ethanol gelation test. Tranfusi

komponen darah sesuai indikasi, seperti FFP (fresh frozen plasma) jika

terdapat defisiensi faktor pembekuan dengan PT dan APTT yang

memanjang, PRC (packed red cell) bila Hb <10 gr% dan tranfuse

trombosit jika terdapat perdarahan spontan dan masif dengan jumlah

trombosit <100.000/ μl disertai atau tanpa KID.


Protokol V. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa. Atasi

renjatan melalui penggantian cairan intravaskular yang hilang

atauresusitasi cairan dengan cairan kristaloid. Pada fase awal, guyur cairan

10-20 ml/KgBB, evaluasi setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi

(TD sistolik 100 mmHg, tekanan nadi . 20 mmHg, frekuensi nadi <100
x/menit dengan volume cukup, akral hangat, kulit tidak pucat dan diuresis

0,5-1 cc/KgBB/jam), jumlah cairan dikurangi 7 ml/KgBB/jam. Bila

keadaan tetap stabil 60-120 menit, pemberian cairan 5 ml/KgBB/jam. Bila

24-48 jam renjatan teratasi, cairan perinfus dihentikan mencegah

hipervolemi seperti edema paru dan gagal jantung. Selain itu dapat

diberikan O2 2-4 L/ menit. Pantau tanda vital dalam 48 jam pertama

kemungkinan terjadinya renjatan berulang. Bila pada fase awal pemberian

cairan renjatan belum teratasi, periksa hematokrit, bila meningkat berarti

perembesn plasma masih berlangsung dan diberikan diberikan tranfusi

darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai kebutuhan.

Pemberian cairan koloid mula-mula diberikan dengan tetsan cepat 10-20

ml/kg BB, evaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan belum teratasi,

pasang kateter vena sentral untuk memantau kecukupan cairan dan cairan

koloid dinaikkan hingga jumlah maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5

l/hari) dengan sasaran tekanan vena sentral 15-18 cmH2O. Bila keadaan

belum teratasi, periksa dan koreksi gangguan asam basa, elektrolit,

hipoglikemi, anemia, KID, infeksi sekunder. Bila keadaan belum teratasi,

berikan obat inotropik atau vasopresor.

I. PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya

yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat

dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :


1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah

padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping

kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:

- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali

seminggu.

- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu

sekali.

- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar

rumah dan lain sebagainya.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),

berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu

tertentu.

- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempa

penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, danlain-lain.


Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan ”3M Plus”,

yaitu : menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan

beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur

larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,

menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang

obat nyamuk, memeriksa jentik berkala dan disesuaikan dengan kondisi

setempat.
BAB IV
ANALISIS KASUS

Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Pada hasil anamnesis pasien mengeluhkan demam 4 hari yang tiba-

tiba tinggi dan dirasakan naik turun sepanjang hari, tanpa disertai mengigil dan

berkeringat. Pada hari pertama pasien dirawat demam tidak lagi muncul dan

mengalami penurunan. Gejala tambahan yang muncul lainnya, seperti nyeri

kepala, mialgia, malaise yang dirasakan muncul saat demam berlangsung.

Berdasarkan teori yang ada, gejala yang dirasakan pasien ini dapat mengarah pada

beberapa penyakit, seperti dengue fever, demam typhoid dan malaria. Dengue

fever memliki gejala didahului oleh demam tinggi yang mendadak terus-menerus

berlangsung 2 - 7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara mendadak

disertai gejala klinis yang tidak spesifik seperti: anorexia lemas, nyeri pada tulang,

sendi, punggung dan kepala.

Pada demam thypoid demam dirasakan lebih dari 7 hari, demam awal

tidak mendadak, suhu naik seperti anak tangga dari rendah yang lama-kelamaan

naik, mual, muntah, nyeri perut dan merasa lemas. Pada malarian demam yang

dirasakan tipe demam periodik, dimana terdapat 3 fase malaria yaitu

mengigil/dingin, demam dan berkeringat. Berdasarkan teori yang ada, keluhan

pada pasien ini mengarah pada dengue fever, namun masih perlu pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yang menunjang dari diagnosis pada pasien ini.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg,

pernapasan 24x/menit, nadi 80x/menit, dan suhu 38˚C . Pada pemeriksaan fisik

kepala didapatkan perdarahan gusi dan lidah tampak kotor. Pada pemeriksaan
fisik paru didapatkan bentuk dada normal, ekspansi dada sama, fremitus taktil

sama kanan dan kiri, sonor/sonor, vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-. Pada

pemeriksaan fisik jantung didapatkan batas kanan, kiri, atas jantung dalam batas

normal, bunyi jantung I-II reguler.Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan

dalam batas nomal.Rumple lead positif.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan, suhu pada pasien ini

tinggi disertai dengan adanya tanda perdarahan pada gusi. Hasil pemeriksaan ini

memperkuat untuk mengarah pada diagnosis dengue fever yang disertai

perdarahan yaitu dengue hemorrhagic fever. Perdarahan yang terjadi pada pasien

ini disebabkan karena terjadi kebocoran plasma yang ditandai dengan hematokrit

meningkat dan trombositnya akan menurun. Rumple lead positif dengan ada

bintik-bintik merah pada lengan yang telah diperiksa, memperkuat dengue

hemorraghisfever. Namun rumple lead positif bukan hanya pada DHF, rumple

lead dapat positif juga dijumpai pada demam chikungunya, campak, dan infeksi

bakteri. Berdasarkan WHO 1997 DHF dibagi menjadi 4 derajat, pada kasus ini

masuk pada DHF derajat 2, dimana terdapat demam, rumple lead positif dan

terdapat perdarahan spontan yang keluar dari perdarahan gusi.

Pemeriksaan penunjang yang didapatkan hasil hemoglobin 10,8 g/dl

dimana nilai normal >12 sehingga pasien ini mengalami penurunan pada Hb yang

disebabkan karena perdarahan yang terjadi, hematokrit 31%, leukosit 4.200/ul

dengan nilai normal 4.800-10.800/ul sehingga terjadi leukopenia dan trombosit

30.000/ul juga mengalami penurunan drastis dengan nilai normal 150.000-

450.000/ul sehingga terjadi trombositopenia. Pemeriksaan serologi dengue fever

IgM positif dan IgG positif. Hasil pemeriksaan penunjang yang didapatkan yaitu,
penurunan Hb, leukopenia, trombositopenia, dengue fever IgM dan IgG positif.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan memperkuat diagnosis pada

pasien ini yaitu dengue hemorrhagic fever grade 2 dimana erdapat

trombositopenia, leukopenia dan positif pada IgM dan IgM dengue fever antigen.

Penanganan pada pasien ini secara non-farmakologi dengan beristirahat,

minum obat teratur, menjaga asupan cairan dengan banyak minum dan meminum

jus jambu biji serta jus kurma untuk membantu menaikkan trombosit yang

menurun drastis. Tatalaksana farmakologi dengan kristaloid pemberian ringer

laktat 20 tetes per menit, paracetamol untuk penurun panas, antiemetik

donperidone untuk menghilangkan mual dan muntah, serta antibiotik ceftriaxone

untuk pencegahan infeksi sekunder. Pencegahan dengan melakukan

pemberantasan nyamuk dan sarangnya dengan tindakan 3M yaitu, menguras

tempat-temat penampungan air secara teratur seminggu sekali atau menaburkan

bubuk larvasida (abate), menutup rapat-rapat tempat penampungan air, dan

mengubur/menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air.


BAB IV
KESIMPULAN

Dengue adalah penyakit virus nyamuk yang telah dengan cepat menyebar

di seluruh wilayah dalam beberapa tahun terakhir. Dengue Fever (DF) dan

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus dengue ditularkan dengan perantara

nyamuk betina terutama spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Manifestasi klinis DHF yaitu demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang

disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan disertai hemoragik.

Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi

suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling

penting untuk penanganan DHF.


DAFTAR PUSTAKA

Hadi, U. K. (2010). Penyakit Tular Vektor : Demam Berdarah Dengue. Bogor :

IPB.

Hanim, D. (2013). Program Pengendalian Penyakit Menular Demam Berdarah.

Modul Field Lab. Surakarta: FK UNS.

Siregar, F. (2004). Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Sumatera

Utara : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, 1–13.

Suhendro, Leonardo, N., Chen, K., & Pohan, H. (2009). Demam Berdarah

Dengue. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata, & S.

Setiati (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5th ed., p. 2773). Jakarta:

Interna Publishing.

Sukohar, A. (2014). Demam Berdarah Dengue ( DBD ). Medula.Lampung :

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2(2), 1–15.

WHO. (2016). Dengue and severe dengue

WHO.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/

Yudianto, Budijanto, D., Hardhana, B., & Soenardi, T. (2015). Profil Kesehatan

Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Vol. 51).

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://doi.org/10.1037/0022-

3514.51.6.1173

Anda mungkin juga menyukai