Nurinsan,+05 628 Final
Nurinsan,+05 628 Final
183-194
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/ | p-ISSN : 2086-1761 | e-ISSN : 2477-6068
____________________________________________________________________________________
Kutipan: Putri, N. M., Hardiansyah, F. (2022). Analisis Perbandingan IPAL Komunal Berdasarkan Penerapan Teknologi
Ditinjau dari Parameter BOD, COD, dan TSS. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 13(2),
183-194. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.02.05
184
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
1. Pendahuluan
Air limbah terbagi menjadi air limbah domestik maupun non domestik. Air limbah merupakan
buangan yang mengandung sejumlah besar polutan yang dapat mempengaruhi dan mengganggu
keseimbangan ekosistem di suatu kawasan. State of the art pada penelitian ini adalah (Ahmad 2018)
yang mengevaluasi kinerja IPAL yang meninjau dari parameter fisik dan kimia. Kemudian (Diaz
2015) dan (Ratnawilis 2018) melakukan studi evaluasi terhadap pengelolaan IPAL Komunal
berbasis masyarakat dengan berbeda lokasi penelitian. Penelitian ini sendiri mengacu pada
perbandingan dua IPAL Komunal dengan perbedaan wilayah dan teknologi yang digunakan. IPAL
komunal umumnya menerapkan beberapa teknologi pengolahan diantaranya ABR (Anaerobic
Baffled Reactor), AF (Anaerobic Filter), dan RBC (Rotating Biological Contactor). Teknologi yang
berbeda pada IPAL komunal akan mempengaruhi kadar parameter BOD (Biochemical Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid) di tampungan inlet
dan outlet yang berbeda. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 68 Tahun 2016 tentang baku
mutu air limbah domestik menjelaskan bahwa ada beberapa parameter kunci untuk air limbah
domestik, yaitu pH, BOD, COD, TSS, Lemak dan Minyak, Ammonia Total serta Total Koliform.
Pada penelitian ini, parameter yang diuji adalah BOD, COD, dan TSS. Selain masalah biaya yang
tersedia, pemilihan ini berdasarkan kelengkapan alat uji di laboratorium. Parameter lainnya akan
digunakan pada penelitian selanjutnya. Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi dua wilayah
yang berbeda. Satu wilayah berada di Kabupaten Sleman dan satu wilayah berada di Kota
Yogyakarta. IPAL yang berada di Sleman adalah IPAL Komunal Mendiro. IPAL tersebut berada
pada Desa Sukoharjo, Padukuhan Mendiro RT 2 RW 27, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Padukuhan
Mendiro merupakan kawasan permukiman padat pedesaan dimana kepemilikan septictank masing-
masing keluarga belum sesuai standar dan tidak pernah dikuras/ disedot sehingga dikhawatirkan
bocor dan mencemari air tanah, untuk itu perlu dibangun sarana IPAL Komunal tersebut. IPAL
Mendiro dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM-Sanimas Ngudi Mulyo). IPAL
Mendiro memiliki teknologi tambahan berupa teknologi RBC yang tidak dimiliki oleh IPAL
Gambiran. Lokasi penelitian kedua ialah IPAL Komunal Gambiran. IPAL tersebut berada di
Kampung Gambiran RT 30 RW 08, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Masyarakat yang telah memiliki jamban menggunakan septictank yang berdekatan dengan sumur
resapan sehingga air sumur yang mereka pakai menjadi tercemar. Pengadaan IPAL Komunal tersebut
hanya 75 KK dan 68 rumah yang terlayani. Hal ini disebabkan oleh faktor elevasi dan jauhnya jarak
rumah ke lokasi IPAL, serta terkait pendanaan yang hanya mencukupi untuk 75 KK. IPAL Gambiran
merupakan IPAL yang hanya memiliki teknologi AF dan ABR saja. Perbedaan teknologi pada kedua
IPAL ini yang akan dijadikan tolak ukur dalam perbandingan parameter antara kedua IPAL
Komunal. Teknologi yang diterapkan tentu akan sangat berpengaruh pada kinerja IPAL Komunal.
Pemilihan kedua lokasi ini juga didasari dengan adanya kelengkapan data.
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
dan masih banyak lagi. Jika langkah pengolahan dan jumlahnya tidak melebihi persyaratan yang
telah ditentukan, jenis limbah ini tidak terlalu mengganggu di lingkungan tempat tinggal. Namun,
jika sudah terkumpulkan menjadi satu dan melebihi kapasitas, limbah ini dapat menjadi masalah bagi
ekosistem sungai dan semua makhluk hidup. Sungai yang telah tercemar limbah domestik dapat
mematikan biota pada sungai sehingga terjadi kelangkaan biota sungai.
b. Limbah Domestik Padat
Selain limbah cair, limbah padat merupakan masalah serius yang dihadapi di Indonesia. Limbah
padat berupa plastik, kertas, kardus dan barang-barang lain setiap harinya semakin bertambah.
Sampah yang dihasilkan setiap hari akan terus menumpuk dan menjadi bahan utama pencemar
lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah domestik baik cair maupun padat tentu
menimbulkan polemik bagi masyarakat. Banyak masyarakat mengeluhkan permasalahan yang
terjadi akibat limbah tanpa mereka sadari bahwa merekalah pemeran utama dari timbulnya limbah-
limbah tersebut. Kesadaran akan keselamatan lingkungan baik hewan, tumbuhan dan manusia itu
sendiri sangat penting ditingkatkan guna menanggulangi permasalahan limbah. Selain itu terdapat
beberapa penanganan yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah diantaranya:
1. Meningkatkan serta melakukan membuang sampah pada tempat sampah
2. Membangun sarana septictank (jika lahan ada)
3. Menerapkan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduse) pada sampah
4. Membangun IPAL
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
Sistem pengolahan IPAL memiliki peran penting dalam pengolahan air limbah. Teknologi yang
diterapkan pada sitem IPAL sangat bervariasi. Suatu sistem IPAL dapat memiliki satu teknologi
maupun tiga teknologi sekaligus. Teknologi yang diterapkan pada IPAL tentu sangat mendukung
dalam pengurangan kadar limbah. Terdapat beberapa jenis teknologi yang biasa diterapkan pada
IPAL diantaranya:
A. AF (Anaerobic Filter)
Anaerobic Filter adalah sebuah teknologi dimana didalamnya terdapat media yang berguna
sebagai pelekatan bakteri yang berfungsi melakukan proses suspensi TSS dan menghasilkan biofilm.
Biogas yang terkandung dalam limbah akan dipulihkan sehingga meminimalisir pencemaran
lingkungan. Sistem IPAL yang menerapkan kombinasi teknologi anatara AF dan ABR akan
menempatkan teknologi AF pada posisi setelah ABR. Tahapan pengolahan awal yaitu penyaringan
bahan padat terlarut (suspended solids) harus dilakukan sebelum limbah cair memasuki teknologi
AF supaya padatan terlarut (dissolved solids) saja yang bisa masuk ke dalam AF. Metode tersebut
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya sumbatan pada anaerobic filter (Gambar 1).
Anaerobic Filter menggunakan beberapa media seperti batu, bambu, kayu, bola plastik, cross
flow, dan media lain untuk melekatkan bakteri. Media tersebut mempunyai tiga mode sistem yaitu
downflow, upflow dan fluidized bed yang biasanya dipasang secara acak. Reaktor AF menghasilkan
biofilm, maka perlu dilakukan proses starting up. Proses tersebut bertujuan untuk mendapatkan
jumlah mikro-organisme yang stabil dan melekat pada media dengan cara memasukkan bakteri pada
reaktor di awal.
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
Teknologi ABR mempunyai tiga bagian operasional yaitu asidifikasi, fermentasi dan buffer.
Bagian asidifikasi terjadi pada ruang pertama dimana terbentuknya lemak volatile yang membuat
nilai pH akan menurun, yang kemudian akan meningkat lagi karena kapasitas buffer. Bagian buffer
bertujuan untuk melindungi proses berjalan dengan baik. Pada bagian fermentasi terbentuk gas
methan. Konfigurasi pada teknologi ABR membuat bakteri mengapung dan mengendap sesuai
dengan jenis aliran dan gas yang dihasilkan, tetapi bergerak secara mendatar dan perlahan ke bagian
akhir reaktor hingga mampu menunjukkan tingkat penyisihan Chemichal Oxygen Demand (COD)
yang tinggi.
Cara kerja pengolahan limbah cair dengan teknologi RBC adalah dengan air limbah yang
mengandung unsur polutan organik disatukan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang
menempel pada media piring pada reaktor khusus. Mikro-organisme yang melekat pada media akan
membentuk lapisan biofilm melalui mekanisme tersebut. Mikro-organisme kemudian menguraikan
atau mengambil senyawa organik dan oksigen dalam limbah cair untuk kebutuhan metabolismenya
sehingga kandungan senyawa organik dalam air akan berkurang. Pertumbuhan mikro-organisme
pada teknologi RBC semakin lama akan semakin tebal. Lapisan tebal tersebut akan mengelupas dan
188
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
mengikuti aliran air yang keluar dari reaktor RBC. Mikro-organisme dalam media selanjutnya akan
hidup dan berkembang kembali sehingga akan terjadi keseimbangan dengan senyawa organik dalam
air.
Pengolahan limbah cair menggunakan teknologi RBC termasuk teknologi yang baru, sehingga
pengalaman menggunakan dengan skala penuh masih minim. Proses pengolahan dengan teknologi
RBC masih terbatas digunakan pada IPAL domestik atau perkotaan saja. Berbeda teknologi yang
diterapkan tentu akan merubah skema aliran air limbah. Pada IPAL Komunal Gambiran memiliki
teknologi AF dan ABR. Skema aliran yang terjadi adalah seperti pada Gambar 4.
INLET ABR AF
OUTLET
SUNGAI
Gambar 4. Skema Aliran Limbah IPAL Komunal Gambiran
IPAL Komunal Mendiro memiliki teknologi tambahan berupa RBC yang diletakkan setelah outlet
pada bangunan IPAL. Bertambahnya teknologi yang diterapkan pada IPAL Mendiro tentu skema
alirannya akan berubah. Skema aliran limbah pada IPAL Komunal Mendiro dapat dilihat pada
Gambar 5.
INLET ABR AF
OUTLET RBC
AWAL
OUTLET
AKHIR
SUNGAI
Gambar 5. Skema Aliran Limbah IPAL Komunal Mendiro
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
Terdapat beberapa baku mutu air limbah yang berlaku di D.I.Yogyakarta salah satunya adalah Perda
DIY No. 7 tahun 2016.
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Domestik pada IPAL Komunal
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
BOD. Parameter COD pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan nilai 151,36 Mg/l dan IPAL
Mendiro sebesar 89,44 Mg/l pada outlet awal. Parameter TSS pada outlet IPAL Gambiran
menunjukkan angka 138 Mg/l dan 9 Mg/L pada outlet awal IPAL Mendiro. Nilai parameter pada
IPAL Mendiro memiliki dua nilai outlet yaitu outlet awal dan akhir. Nilai parameter pada outlet akhir
adalah sebesar 11,56 Mg/L untuk BOD, 58,48 Mg/L untuk COD dan 3 Mg/L untuk nilai TSS.
Dilihat dari kadar parameter, kedua IPAL Komunal menerima beban limbah dengan kandungan
yang cukup berat dilihat dari besarnya nilai parameter pada inlet kedua IPAL Komunal. Limbah yang
masuk selanjutnya diolah pada bak anaerob dan aerob yang selanjutnya menghasilkan nilai pada
outlet IPAL. Nilai pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan bahwa pengolahan limbah belum sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan sedangkan pada outlet awal IPAL Mendiro hanya kadar BOD
saja yang masih melewati batas baku mutu. Outlet akhir IPAL Mendiro menunjukkan hasil yang
sangat memuaskan. Seluruh parameter yang diuji telah berada di bawah batas baku mutu.
Berdasarkan nilai-nilai parameter tersebut dapat dibandingkan bahwa kadar inlet pada kedua IPAL
Komunal sama berat namun IPAL Mendiro lebih baik dalam mengolah limbah dilihat dari hasil pada
outlet awal dan akhir. Perbedaan hasil yang cukup tinggi selisihnya dapat dikarenakan karena adanya
perbedaan teknologi yang diterapkan. IPAL Komunal Gambiran hanya menggunakan teknologi AF
dan ABR saja sehingga kinerja IPAL kurang maksimal. Sedangkan pada IPAL Mendiro
menggunakan teknologi tambahan berupa RBC yang membantu penurunan kadar parameter pada
limbah dapat bekerja cukup baik.
IPAL Mendiro
450
Nilai Parameter (Mg/L)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
INLET OUTLET 1 OUTLET 2
Parameter BOD 278 81.68 11.56
Parameter COD 412.8 89.44 58.48
Parameter TSS 160 9 3
IPAL Gambiran
300
Nilai Parameter (Mg/L)
250
200
150
100
50
0
INLET OUTLET 1 OUTLET 2
Parameter BOD 171.97 130.67
Parameter COD 275.2 151.36
Parameter TSS 230 138
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
Keterangan:
a= konsentrasi pencemaran di inlet (mg/L)
b= konsentrasi pencemaran di outlet (mg/L)
Perhitungan efektivitas penurunan menghasilkan angka berupa persen dan dimasukkan ke dalam
tabel 2 dan 3.
Hasil perhitungan efektivitas penurunan kadar parameter limbah menunjukkan bahwa IPAL
Gambiran mampu menurunkan kadar parameter BOD sebesar 24,01%, COD 45%, dan TSS sebesar
40%. IPAL Mendiro dapat menurunkan kadar BOD sebesar 95,85%, COD 85,83%, dan TSS sebesar
98,12%. Hasil tersebut dapat menunjukkan perbedaan yang kontras dan penurunan yang signifikan.
Nilai efektivitas RBC didapatkan nilai 85,84% pada parameter BOD, 34,61% pada parameter COD,
dan 66,66% pada parameter TSS. Melihat angka yang muncul dapat dilihat pentingnya kinerja
teknologi RBC dalam IPAL khususnya IPAL Komunal dalam menurunkan kadar parameter pada
limbah domestik. Sistem pengolahan pada kedua IPAL dianggap berkerja cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dengan menurunnya angka parameter COD di kedua Outlet IPAL.
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
serbaguna sehingga sesekali digunakan sebagai tempat olahraga bagi warga sekitar. Tabel 4 dan 5
menunjukkan kondisi IPAL komunal, jenis perawatan serta pengelolaannya.
4. Kesimpulan
Nilai parameter pada inlet IPAL Gambiran menyatakan nilai kadar parameter untuk BOD sebesar
171,97 Mg/L sedangkan inlet pada IPAL Mendiro sebesar 278,97 Mg/L. Parameter COD
menyatakan pada inlet IPAL Gambiran sebesar 275,2 Mg/L dan IPAL Mendiro sebesar 412,8 Mg/L.
Parameter TSS pada inlet IPAL Gambiran menunjukkan angka 230 Mg/L dan inlet IPAL Mendiro
193
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
sebesar 160 Mg/L. Berdasarkan nilai parameter pada bak inlet kedua IPAL Komunal, dapat dilihat
bahwa pada IPAL Mendiro memiliki nilai parameter yang cukup tinggi dibandingkan IPAL
Gambiran terkecuali pada parameter TSS. Nilai parameter pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan
angka 130,67 Mg/l untuk BOD dan IPAL Mendiro sebesar 81,68 Mg/l pada outlet awal untuk kadar
BOD. Parameter COD pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan nilai 151,36 Mg/l dan IPAL
Mendiro sebesar 89,44 Mg/l pada outlet awal. Parameter TSS pada outlet IPAL Gambiran
menunjukkan angka 138 Mg/l dan 9 Mg/L pada outlet awal IPAL Mendiro. Nilai parameter pada
IPAL Mendiro memiliki dua nilai outlet yaitu outlet awal dan akhir. Nilai parameter pada outlet akhir
adalah sebesar 11,56 Mg/L untuk BOD, 58,48 Mg/L untuk COD dan 3 Mg/L untuk nilai TSS.
Berdasarkan perhitungan efisiensi removal tersebut, didapatkan hasil bahwa hasil efektivitas
penurunan kadar parameter BOD, COD, dan TSS pada IPAL Mendiro lebih baik dari IPAL
Gambiran. Teknologi RBC (Rotating Biological Contactor) pada IPAL Mendiro bekerja cukup baik.
RBC menggunakan mikroorganisme yang melekat pada piringan yang diputar sehingga akan
mengurai lebih banyak lagi kandungan BOD dan COD. Sedangkan pada kadar TSS juga terjadi
penurunan akibat adanya RBC ini. Keberadaan teknologi RBC sangat berpengaruh pada hasil akhir
air limbah sebelum dibuang ke aliran sungai. Teknologi RBC dapat menurunkan lebih dari 80%
kadar BOD dari outlet awal ke outlet akhir. Kadar COD dapat diturunkan sebesar 34,61% saja namun
sudah cukup di bawah batas baku mutu. Meskipun teknologi RBC tidak dikhususkan untuk mengolah
padatan tersuspensi, namun setelah melewati RBC kadar TSS dapat menurun sebesar 66,66%.
Sehingga peran teknologi RBC dinilai cukup besar pada IPAL Mendiro karena dapat lebih banyak
lagi menurunkan kadar parameter pada limbah. Adanya tambahan teknologi RBC mampu
menurunkan 85,84% BOD, 34,61% COD, dan 66,66% TSS. Dari perbandingan teknologi yang
digunakan pada kedua IPAL tersebut, IPAL Mendiro dengan tambahan teknologi RBC semakin
efektif dalam penuruan kadar parameter limbah domestik.
Daftar Pustaka
Adi, Habib P., Razif, Mohammad., Moesriati, Atiek. 2016. Perancangan Ulang Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic
Filter. Surabaya: ITS.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Metode Pengambilan Contoh Air Limbah (SNI 6989.59:2008).
Jakarta.
Fanggi, Marthini S.dkk, 2015. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Komunal Pada Daerah Pesisir di Kelurahan Metina Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote-
Ndao”. Jurnal Teknik Sipil Vol. IV No. 2.
Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. 2016. Buku 3 Pembangunan Infrastruktur
Sanimas IDB (Islamic Development Bank). Jakarta.
Luh Putu Widya Kalfika Devi, K. G. Dharma Puta, & A. A. Bawa Putra. 2013. ”Efektifitas
Pengolahan Air Effluent Menjadi Air Reklamasi Di Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung
Denpasar Ditinjau dari Kandungan Kekeruhan, Total Zat Terlarut (TDS), dan Total Zat
Tersuspensi (TSS).” 55 Januari 2013: 64-74. Jurnal Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran. Bali
Lumaela, A.K., Otok, Bambang Widjanarko., & Sutikno. 2013. “Pemodelan Chemical Oxygen
Demand (COD) Sungai di Surabaya dengan Model Miced Geographically Weighted
Regression.” Surabaya. ITS. Jurnal Sains dan Pomits Vol. 2, No. 1.
Mufida, Diana Khusna.dkk, 2015. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Dengan
Menggunakan Kombinasi Sistem Anaerobik –Aerobik Pada Pabrik Tahu “Duta” Malang”.
Jurnal Teknik Pengairan.
Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Palangda, D. 2015. “Evaluasi Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Berbasis
Masyarakat Di Kecamatan Tallo Kotamadya Makassar.” Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.
194
Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal
Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7
Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Puji Retno Wulandari. 2014. “Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Studi Kasus
Di Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III Plaju-Sumatera Selatan).” Jurusan Teknik
Sipil, Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan.
Ranudi, R.S.E. 2018.” Evaluasi Pengelolaan IPAL Komunal Di Kabupaten Sleman. Program Studi
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan.” Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press.
Virgianti, S.N. 2019. “Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Komunal.” Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Teknologi
Yogyakarta.
Wijayaningrat, A.T.P. 2018. “Evaluasi Kinerja IPAL Komunal Di Kecamatan Banguntapan Dan
Bantul, D.I.Yogyakarta Ditinjau Dari Parameter Fisik Kimia.” Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.