Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 2022, 13(2) pp.

183-194
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/ | p-ISSN : 2086-1761 | e-ISSN : 2477-6068
____________________________________________________________________________________

Efektivitas Penerapan Teknologi Pada IPAL Komunal


Ditinjau Dari Parameter BOD, COD, dan TSS
Effectiveness of Technology Application in Communal WWTPs in terms of
BOD, COD, and TSS Parameters

Nanda Melyadi Putri1, Fibi Hardiansyah2*)


1
Jurusan Teknik Sipil Keairan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta,
Yogyakarta, 55164, Indonesia
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta, 55164,
Indonesia

Article info: Research Article Abstrak


Teknologi yang berbeda pada IPAL komunal memberikan pengaruh
DOI: yang berbeda pula terhadap kadar parameter BOD, COD dan TSS di
10.21776/ub.pengairan.2022.013.02.05 tampungan inlet dan outlet. Penurunan efektivitas kadar BOD, COD
dan TSS dihitung dengan menggunakan rumus efisiensi removal.
Hasil analisis efektivitas kadar parameter untuk BOD IPAL
Kata kunci: Gambiran adalah sebesar 24,01%, sedangkan pada IPAL Mendiro
BOD; COD; Ipal Komunal; Teknologi sebesar 70,72% di outlet awal dan 95,85% di outlet akhir. Efektivitas
IPAL; TSS penurunan kadar COD pada IPAL Gambiran adalah sebesar 45%,
sedangkan IPAL Mendiro mengalami penurunan sebesar 78,33% di
outlet awal dan 85,83% di outlet akhir. Nilai efektivitas kadar TSS
Keywords: pada IPAL Gambiran sebesar 40%. Pada saat yang sama, IPAL
BOD; COD; Communal WWTP; Mendiro mengalami penurunan kadar yang cukup tinggi yaitu
Technology in WWTP; TSS sebesar, 94,37% di outlet awal dan 98,12% di outlet akhir. Adanya
tambahan teknologi RBC pada IPAL Mendiro memberikan
kontribusi yang cukup besar dalam menurunkan kadar parameter
Article history: yang ditinjau. Teknologi RBC mampu menurunkan 85,84% BOD,
Received: 08-03-2022 34,61% COD dan 66,66% TSS. Efektivitas RBC dihitung
Accepted: 09-08-2022 berdasarkan nilai pada outlet awal dengan outlet akhir.
*)
Koresponden email: Abstract
nanda.putri@staff.uty.ac.id
Different technology in communal WWTP affects the BOD, COD,
(c) 2022 Nanda Melyadi Putri, Fibi and TSS parameters at the inlet and outlet reservoirs. The decrease
Hardiyansyah in the effectiveness of BOD, COD, and TSS levels was calculated
using the removal efficiency formula. The results of the analysis of
the effectiveness of the parameter levels for the BOD of the
Gambiran WWTP were 24.01%, while for the Mendiro WWTP was
Creative Commons License 70.72% at the initial and 95.85% at the final outlet. The effectiveness
This work is licensed under a Creative of reducing COD levels at the Gambiran WWTP was 45%, while the
Commons Attribution-NonCommercial Mendiro WWTP decreased by 78.33% at the initial and 85.83% at
4.0 International License
the final outlet. The effectiveness value of TSS levels in Gambiran
WWTP is 40%. At the same time, Mendiro WWTP experienced a
significant decrease in levels, 94.37% at the initial and 98.12% at the
final outlet. The addition of RBC technology to the Mendiro WWTP
significantly contributes to reducing the levels of the parameters
being reviewed. RBC technology reduced 85.84% BOD, 34.61%
COD, and 66.66% TSS. The effectiveness of RBC is calculated
based on the value at the initial outlet with the final outlet.

Kutipan: Putri, N. M., Hardiansyah, F. (2022). Analisis Perbandingan IPAL Komunal Berdasarkan Penerapan Teknologi
Ditinjau dari Parameter BOD, COD, dan TSS. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 13(2),
183-194. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.02.05
184

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

1. Pendahuluan
Air limbah terbagi menjadi air limbah domestik maupun non domestik. Air limbah merupakan
buangan yang mengandung sejumlah besar polutan yang dapat mempengaruhi dan mengganggu
keseimbangan ekosistem di suatu kawasan. State of the art pada penelitian ini adalah (Ahmad 2018)
yang mengevaluasi kinerja IPAL yang meninjau dari parameter fisik dan kimia. Kemudian (Diaz
2015) dan (Ratnawilis 2018) melakukan studi evaluasi terhadap pengelolaan IPAL Komunal
berbasis masyarakat dengan berbeda lokasi penelitian. Penelitian ini sendiri mengacu pada
perbandingan dua IPAL Komunal dengan perbedaan wilayah dan teknologi yang digunakan. IPAL
komunal umumnya menerapkan beberapa teknologi pengolahan diantaranya ABR (Anaerobic
Baffled Reactor), AF (Anaerobic Filter), dan RBC (Rotating Biological Contactor). Teknologi yang
berbeda pada IPAL komunal akan mempengaruhi kadar parameter BOD (Biochemical Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid) di tampungan inlet
dan outlet yang berbeda. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 68 Tahun 2016 tentang baku
mutu air limbah domestik menjelaskan bahwa ada beberapa parameter kunci untuk air limbah
domestik, yaitu pH, BOD, COD, TSS, Lemak dan Minyak, Ammonia Total serta Total Koliform.
Pada penelitian ini, parameter yang diuji adalah BOD, COD, dan TSS. Selain masalah biaya yang
tersedia, pemilihan ini berdasarkan kelengkapan alat uji di laboratorium. Parameter lainnya akan
digunakan pada penelitian selanjutnya. Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi dua wilayah
yang berbeda. Satu wilayah berada di Kabupaten Sleman dan satu wilayah berada di Kota
Yogyakarta. IPAL yang berada di Sleman adalah IPAL Komunal Mendiro. IPAL tersebut berada
pada Desa Sukoharjo, Padukuhan Mendiro RT 2 RW 27, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Padukuhan
Mendiro merupakan kawasan permukiman padat pedesaan dimana kepemilikan septictank masing-
masing keluarga belum sesuai standar dan tidak pernah dikuras/ disedot sehingga dikhawatirkan
bocor dan mencemari air tanah, untuk itu perlu dibangun sarana IPAL Komunal tersebut. IPAL
Mendiro dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM-Sanimas Ngudi Mulyo). IPAL
Mendiro memiliki teknologi tambahan berupa teknologi RBC yang tidak dimiliki oleh IPAL
Gambiran. Lokasi penelitian kedua ialah IPAL Komunal Gambiran. IPAL tersebut berada di
Kampung Gambiran RT 30 RW 08, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Masyarakat yang telah memiliki jamban menggunakan septictank yang berdekatan dengan sumur
resapan sehingga air sumur yang mereka pakai menjadi tercemar. Pengadaan IPAL Komunal tersebut
hanya 75 KK dan 68 rumah yang terlayani. Hal ini disebabkan oleh faktor elevasi dan jauhnya jarak
rumah ke lokasi IPAL, serta terkait pendanaan yang hanya mencukupi untuk 75 KK. IPAL Gambiran
merupakan IPAL yang hanya memiliki teknologi AF dan ABR saja. Perbedaan teknologi pada kedua
IPAL ini yang akan dijadikan tolak ukur dalam perbandingan parameter antara kedua IPAL
Komunal. Teknologi yang diterapkan tentu akan sangat berpengaruh pada kinerja IPAL Komunal.
Pemilihan kedua lokasi ini juga didasari dengan adanya kelengkapan data.

2. Bahan dan Metode

2.1. Limbah Domestik


Limbah domestik adalah limbah yang berupa buangan di lingkugan tempat tinggal. Limbah
domestik dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari dan dapat berupa deterjen bekas cucian,
minyak bekas olahan masakan rumah tangga, air yang terbuang setelah mandi, dan kotoran manusia
atau tinja. Cairan limbah domestik tentu berbahaya bagi ekosistem makhluk hidup tidak terkecuali
manusia itu sendiri. Menyadari dampak bahaya yang dihasilkan oleh limbah domestik tentu perlu
diterapkannya sistem pengelolaan limbah. Limbah domestik berdasarkan bentuknya memiliki
beberapa jenis yang diklasifikasikan dalam bentuk limbah cair dan padat. Berikut penjelasan tentang
perbedaan limbah domestik cair dan padat.

a. Limbah Domestik Cair


Limbah jenis cair dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga yang berbahan utama air. Limbah cair
dapat berupa air bekas cucian mengandung deterjen, minyak bekas olahan makanan, air bekas mandi
185

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

dan masih banyak lagi. Jika langkah pengolahan dan jumlahnya tidak melebihi persyaratan yang
telah ditentukan, jenis limbah ini tidak terlalu mengganggu di lingkungan tempat tinggal. Namun,
jika sudah terkumpulkan menjadi satu dan melebihi kapasitas, limbah ini dapat menjadi masalah bagi
ekosistem sungai dan semua makhluk hidup. Sungai yang telah tercemar limbah domestik dapat
mematikan biota pada sungai sehingga terjadi kelangkaan biota sungai.
b. Limbah Domestik Padat
Selain limbah cair, limbah padat merupakan masalah serius yang dihadapi di Indonesia. Limbah
padat berupa plastik, kertas, kardus dan barang-barang lain setiap harinya semakin bertambah.
Sampah yang dihasilkan setiap hari akan terus menumpuk dan menjadi bahan utama pencemar
lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah domestik baik cair maupun padat tentu
menimbulkan polemik bagi masyarakat. Banyak masyarakat mengeluhkan permasalahan yang
terjadi akibat limbah tanpa mereka sadari bahwa merekalah pemeran utama dari timbulnya limbah-
limbah tersebut. Kesadaran akan keselamatan lingkungan baik hewan, tumbuhan dan manusia itu
sendiri sangat penting ditingkatkan guna menanggulangi permasalahan limbah. Selain itu terdapat
beberapa penanganan yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah diantaranya:
1. Meningkatkan serta melakukan membuang sampah pada tempat sampah
2. Membangun sarana septictank (jika lahan ada)
3. Menerapkan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduse) pada sampah
4. Membangun IPAL

2.2. IPAL Komunal


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan suatu sarana prasarana guna menunjang
program pencegahan pencemaran lingkungan dan pengolahan air limbah. Sistem pengolahan air
limbah IPAL dilakukan dengan mengalirkan limbah cair secara kolektif sebelum akhirnya
ditempatkan pada IPAL dan dialirkan ke sungai. Bangunan IPAL memiliki beberapa bagian. Bagian-
bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri terlebih sebagai teknologi yang diterapkan guna
mengurai parameter-parameter yang terkandung dalam limbah seperti BOD (Biochemical Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan TSS (Total Suspended Solid).
A. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme selama dekomposisi bahan organik
dalam kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik berarti bahan organik ini digunakan sebagai
makanan oleh organisme dan energinya berasal dari proses oksidasi. Semakin tinggi nilai BOD maka
semakin tinggi juga permintaan oksigen untuk mikroorganisme maka terjadilah penurunan kadar DO
(Dissolved Oxygen). Pada dasarnya dalam menentukan tingkat pencemaran untuk limbah cair, sering
menggunakan parameter BOD sebagai acuannya. Parameter BOD sangat penting untuk mengetahui
tingkat pencemaran dari limbah-limbah domestik yang terkumpul pada IPAL. Spesifikasi metode
pengujian BOD menggunakan APHA (Section2540-D) 2012.
B. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah akumulasi oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan semua bahan organik di
dalam air. Angka parameter COD dijadikan tolak ukur bagi pencemaran air yang disebabkan unsur-
unsur organic yang teroksidasi melalui proses mikrobiologis dan membuat oksigen terlarut di dalam
air berkurang. Nilai COD juga berbanding terbalik dengan DO. Spesifikasi metode pengujian COD
menggunakan APHA 22nd edition, 5220-C, 2012.
C. TSS (Total Suspended Solid)
TSS adalah residu dari total padatan dengan ukuran partikel maksimum sama atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid yang tertahan oleh saringan. Jenis yang termasuk parameter TSS adalah
ganggang, bakteri, jamur, tanah liat, oksida, sulfida dan logam. TSS biasanya dihilangkan dengan
proses flokulasi dan filtrasi. TSS mampu meningkatkan jumlah kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas dalam air. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk membiaskan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh
adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Spesifikasi metode pengujian parameter TSS
menggunakan SNI, 6989-72-2009.
186

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

Sistem pengolahan IPAL memiliki peran penting dalam pengolahan air limbah. Teknologi yang
diterapkan pada sitem IPAL sangat bervariasi. Suatu sistem IPAL dapat memiliki satu teknologi
maupun tiga teknologi sekaligus. Teknologi yang diterapkan pada IPAL tentu sangat mendukung
dalam pengurangan kadar limbah. Terdapat beberapa jenis teknologi yang biasa diterapkan pada
IPAL diantaranya:

A. AF (Anaerobic Filter)
Anaerobic Filter adalah sebuah teknologi dimana didalamnya terdapat media yang berguna
sebagai pelekatan bakteri yang berfungsi melakukan proses suspensi TSS dan menghasilkan biofilm.
Biogas yang terkandung dalam limbah akan dipulihkan sehingga meminimalisir pencemaran
lingkungan. Sistem IPAL yang menerapkan kombinasi teknologi anatara AF dan ABR akan
menempatkan teknologi AF pada posisi setelah ABR. Tahapan pengolahan awal yaitu penyaringan
bahan padat terlarut (suspended solids) harus dilakukan sebelum limbah cair memasuki teknologi
AF supaya padatan terlarut (dissolved solids) saja yang bisa masuk ke dalam AF. Metode tersebut
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya sumbatan pada anaerobic filter (Gambar 1).

Gambar 1. Anaerobic Filter

Anaerobic Filter menggunakan beberapa media seperti batu, bambu, kayu, bola plastik, cross
flow, dan media lain untuk melekatkan bakteri. Media tersebut mempunyai tiga mode sistem yaitu
downflow, upflow dan fluidized bed yang biasanya dipasang secara acak. Reaktor AF menghasilkan
biofilm, maka perlu dilakukan proses starting up. Proses tersebut bertujuan untuk mendapatkan
jumlah mikro-organisme yang stabil dan melekat pada media dengan cara memasukkan bakteri pada
reaktor di awal.

B. ABR (Anaerobic Baffled Reactor)


Anaerobic Baffled Reactor merupakan teknologi yang terdiri dari bagian pengendap yang
memiliki hambatan dengan adanya beberapa baffle di belakanganya (Gambar 2). Baffle ini berfungsi
untuk mengarahkan air mengalir ke atas (upflow) melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur
(sludge blanket). Waktu yang diperlukan untuk proses ini terbilang cukup lama sehingga
meningkatkan kinerja biomasa karena terkontak dengan air limbah lebih lama.
187

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

Gambar 2. Anaerobic Baffled Reactor

Teknologi ABR mempunyai tiga bagian operasional yaitu asidifikasi, fermentasi dan buffer.
Bagian asidifikasi terjadi pada ruang pertama dimana terbentuknya lemak volatile yang membuat
nilai pH akan menurun, yang kemudian akan meningkat lagi karena kapasitas buffer. Bagian buffer
bertujuan untuk melindungi proses berjalan dengan baik. Pada bagian fermentasi terbentuk gas
methan. Konfigurasi pada teknologi ABR membuat bakteri mengapung dan mengendap sesuai
dengan jenis aliran dan gas yang dihasilkan, tetapi bergerak secara mendatar dan perlahan ke bagian
akhir reaktor hingga mampu menunjukkan tingkat penyisihan Chemichal Oxygen Demand (COD)
yang tinggi.

C. RBC (Rotating Biological Contactor)


Rotating Biological Contactor teknologi yang berkembang dari proses pengolahan limbah cair
dengan pembiakan melekat (attached growth) (Gambar 3). Piringan tipis dengan bentuk lingkaran
adalah media yang digunakan dan dipasang berdampingan pada poros baja yang kemudian diputar
dalam reaktor khusus yang mengalir limbah cair didalamnya.

Gambar 3. Rotating Biological Contactor

Cara kerja pengolahan limbah cair dengan teknologi RBC adalah dengan air limbah yang
mengandung unsur polutan organik disatukan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang
menempel pada media piring pada reaktor khusus. Mikro-organisme yang melekat pada media akan
membentuk lapisan biofilm melalui mekanisme tersebut. Mikro-organisme kemudian menguraikan
atau mengambil senyawa organik dan oksigen dalam limbah cair untuk kebutuhan metabolismenya
sehingga kandungan senyawa organik dalam air akan berkurang. Pertumbuhan mikro-organisme
pada teknologi RBC semakin lama akan semakin tebal. Lapisan tebal tersebut akan mengelupas dan
188

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

mengikuti aliran air yang keluar dari reaktor RBC. Mikro-organisme dalam media selanjutnya akan
hidup dan berkembang kembali sehingga akan terjadi keseimbangan dengan senyawa organik dalam
air.
Pengolahan limbah cair menggunakan teknologi RBC termasuk teknologi yang baru, sehingga
pengalaman menggunakan dengan skala penuh masih minim. Proses pengolahan dengan teknologi
RBC masih terbatas digunakan pada IPAL domestik atau perkotaan saja. Berbeda teknologi yang
diterapkan tentu akan merubah skema aliran air limbah. Pada IPAL Komunal Gambiran memiliki
teknologi AF dan ABR. Skema aliran yang terjadi adalah seperti pada Gambar 4.

INLET ABR AF

OUTLET

SUNGAI
Gambar 4. Skema Aliran Limbah IPAL Komunal Gambiran

IPAL Komunal Mendiro memiliki teknologi tambahan berupa RBC yang diletakkan setelah outlet
pada bangunan IPAL. Bertambahnya teknologi yang diterapkan pada IPAL Mendiro tentu skema
alirannya akan berubah. Skema aliran limbah pada IPAL Komunal Mendiro dapat dilihat pada
Gambar 5.

INLET ABR AF

OUTLET RBC
AWAL
OUTLET
AKHIR

SUNGAI
Gambar 5. Skema Aliran Limbah IPAL Komunal Mendiro

2.3. Baku Mutu Air Limbah


Pemerintah memiliki kewenangan besar dalam mengatur pengelolaan IPAL maupun air limbah
yang terdapat pada lingkungan daerah. Peraturan yang dibuat harus tegas bahwa segala bentuk
limbah cair yang melebihi batas parameter tidak boleh dibuang ke sungai atau lingkup lain. Peraturan
yang telah dibuat oleh pemerintah mencakup baku mutu air limbah. Baku mutu air limbah merupakan
batasan-batasan nilai parameter air limbah yang mengatur layak atau tidaknya suatu IPAL beroperasi.
Pengambilan nilai parameter rutin dilakukan guna memperoleh hasil yang akurat tiap jenjang waktu.
189

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

Terdapat beberapa baku mutu air limbah yang berlaku di D.I.Yogyakarta salah satunya adalah Perda
DIY No. 7 tahun 2016.
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Domestik pada IPAL Komunal

Kadar Paling Banyak


No. Parameter Satuan
(mg/L)
1 BOD mg/L 75
2 COD mg/L 200
3 TSS mg/L 75

2.4. Metodologi Penelitian


Keseluruhan proses dalam penelitian ini melalui langkah-langkah yang bertahap. Survei lokasi
merupakan langkah awal dari penelitian. Survei lokasi dibutuhkan guna mengetahui terlebih dahulu
kondisi lapangan yang akan dilakukan penelitian sehingga dapat diketahui gejala-gejala apa saja
yang terdapat di lapangan. Proses perijinan dari ketua KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)
dilakukan dalam survei lapangan ini. Proses pengumpulan data merupakan langkah lanjutan dari
survei lapangan. Beberapa data yang didapatkan setelah survei merupakan data sekunder yang berupa
data-data teknis tentang IPAL. Data ini didapatkan dari masing-masing ketua KSM setempat.
Pengumpulan data menghasilkan data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu data sampel air limbah dan data kondisi eksisting IPAL. Pengambilan
sampel air limbah di IPAL Mendiro dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2019 pukul 07.30.
Pengambilan dilakukan pada pagi hari dengan asumsi waktu tertinggi produksi limbah domestik dari
masyarakat sedangkan pengambilan sampel air limbah pada IPAL Gambiran dilaksanakan pada
tanggal 2 Agustus 2019 pukul 07.00 dan sampel limbah langsung diserahkan pada Balai
Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Sampel air limbah selanjutnya akan diuji di Balai
Laboratorium Kesehatan Yogyakarta selama 14 hari. Hasil dari pengujian air limbah menghasilkan
data kadar parameter BOD, COD, dan TSS. Berdasarkan data kadar parameter yang diuji, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan efisiensi removal dan selisih. Data sekunder didapatkan
dari ketua masing-masing KSM yang mengelola IPAL Komunal. Data yang didapatkan adalah data
jumlah pengguna, jumlah penduduk, DED IPAL, peta lokasi, dan sistem pengelolaan. Data sekunder
saling berkaitan dengan deskripsi kondisi eksisting dari data primer. Kedua hal tersebut
menghasilkan perbandingan kondisi eksisting dan pengelolaan sistem IPAL Komunal. Seluruh data
primer maupun sekunder selanjutnya akan dianalisis dan dibahas secara rinci guna mendapatkan
hasil sesuai dengan rumusan masalah. Analisis dan pembahasan dilakukan bertahap sesuai urutan
dari rumusan masalah. Proses analisis data juga dibatasi oleh batasan-batasan masalah sehingga
pembahasan tidak terlewat jauh dari topik atau rumusan masalah. Hasil dari analisis dan pembahasan
selanjutnya akan ditarik kesimpulan sesuai rumusan masalah. Kesimpulan ini merupakan inti dari
hasil analisis dan pembahasan. Seluruh hasil analisis akan ditampilkan di dalam kesimpulan. Selama
proses penelitian tentu penulis memiliki beberapa pemikiran yang tidak dapat tersampaikan maupun
direalisasikan. Hal tersebut dimasukkan bersamaan dengan kesimpulan sebagai saran dari penulis.
Saran yang diberikan guna perkembangan penelitian selanjutnya berupa metode hingga analisis.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Kadar Parameter BOD, COD, dan TSS


Hasil kadar parameter pada inlet IPAL Gambiran menyatakan nilai kadar parameter untuk BOD
sebesar 171,97 Mg/L sedangkan inlet pada IPAL Mendiro sebesar 278,97 Mg/L. Parameter COD
menyatakan pada inlet IPAL Gambiran sebesar 275,2 Mg/L dan IPAL Mendiro sebesar 412,8 Mg/L.
Parameter TSS pada inlet IPAL Gambiran menunjukkan angka 230 Mg/L dan inlet IPAL Mendiro
sebesar 160 Mg/L. Berdasarkan nilai parameter pada bak inlet kedua IPAL Komunal, dapat dilihat
bahwa pada IPAL Mendiro memiliki nilai parameter yang cukup tinggi dibandingkan IPAL
Gambiran terkecuali pada parameter TSS. Nilai parameter pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan
angka 130,67 Mg/l untuk BOD dan IPAL Mendiro sebesar 81,68 Mg/l pada outlet awal untuk kadar
190

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

BOD. Parameter COD pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan nilai 151,36 Mg/l dan IPAL
Mendiro sebesar 89,44 Mg/l pada outlet awal. Parameter TSS pada outlet IPAL Gambiran
menunjukkan angka 138 Mg/l dan 9 Mg/L pada outlet awal IPAL Mendiro. Nilai parameter pada
IPAL Mendiro memiliki dua nilai outlet yaitu outlet awal dan akhir. Nilai parameter pada outlet akhir
adalah sebesar 11,56 Mg/L untuk BOD, 58,48 Mg/L untuk COD dan 3 Mg/L untuk nilai TSS.
Dilihat dari kadar parameter, kedua IPAL Komunal menerima beban limbah dengan kandungan
yang cukup berat dilihat dari besarnya nilai parameter pada inlet kedua IPAL Komunal. Limbah yang
masuk selanjutnya diolah pada bak anaerob dan aerob yang selanjutnya menghasilkan nilai pada
outlet IPAL. Nilai pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan bahwa pengolahan limbah belum sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan sedangkan pada outlet awal IPAL Mendiro hanya kadar BOD
saja yang masih melewati batas baku mutu. Outlet akhir IPAL Mendiro menunjukkan hasil yang
sangat memuaskan. Seluruh parameter yang diuji telah berada di bawah batas baku mutu.
Berdasarkan nilai-nilai parameter tersebut dapat dibandingkan bahwa kadar inlet pada kedua IPAL
Komunal sama berat namun IPAL Mendiro lebih baik dalam mengolah limbah dilihat dari hasil pada
outlet awal dan akhir. Perbedaan hasil yang cukup tinggi selisihnya dapat dikarenakan karena adanya
perbedaan teknologi yang diterapkan. IPAL Komunal Gambiran hanya menggunakan teknologi AF
dan ABR saja sehingga kinerja IPAL kurang maksimal. Sedangkan pada IPAL Mendiro
menggunakan teknologi tambahan berupa RBC yang membantu penurunan kadar parameter pada
limbah dapat bekerja cukup baik.

IPAL Mendiro
450
Nilai Parameter (Mg/L)

400
350
300
250
200
150
100
50
0
INLET OUTLET 1 OUTLET 2
Parameter BOD 278 81.68 11.56
Parameter COD 412.8 89.44 58.48
Parameter TSS 160 9 3

Gambar 6. Data Parameter pada IPAL Mendiro

IPAL Gambiran
300
Nilai Parameter (Mg/L)

250
200
150
100
50
0
INLET OUTLET 1 OUTLET 2
Parameter BOD 171.97 130.67
Parameter COD 275.2 151.36
Parameter TSS 230 138

Gambar 7. Data Parameter pada IPAL Gambiran


191

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

3.2. Efektivitas Penurunan Kadar Parameter


Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar 7 dapat dilihat dan dibandingkan nilai kadar parameter BOD,
COD, dan TSS. Gambar 6 menyatakan beberapa nilai parameter pada inlet dan outlet IPAL Komunal
Mendiro sedangkan Gambar 7 IPAL Komunal Gambiran. Kadar parameter BOD, COD, dan TSS
pada masing-masing IPAL tentu berbeda. Setiap sistem pengolahan IPAL akan mempengaruhi hasil
yang berbeda. Perhitungan efektivitas penurunan kadar parameter dilakukan dengan rumus efisiensi
removal.
( 𝑎−𝑏 )
Efisiensi Removal = 𝑎
x 100% (1)

Keterangan:
a= konsentrasi pencemaran di inlet (mg/L)
b= konsentrasi pencemaran di outlet (mg/L)

Perhitungan efektivitas penurunan menghasilkan angka berupa persen dan dimasukkan ke dalam
tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Kadar Penurunan Parameter IPAL Komunal Gambiran


Baku Hasil Pemeriksaan Efektivitas
No. Parameter Satuan
Mutu Inlet Outlet (%)
1 BOD 75 Mg/L 171,97 130,67 24,01
2 COD 200 Mg/L 275,20 151,36 45
3 TSS 75 Mg/L 230 138 40

Tabel 3. Kadar Penurunan Parameter IPAL Komunal Mendiro


Hasil Pemeriksaan Efektivitas
Baku Outlet Outlet Outlet
No. Parameter Satuan Outlet RBC
Mutu Inlet Akhir Awal Akhir
Awal (%)
(%) (%)
1 BOD 75 Mg/L 278,97 81,68 11,56 70,72 95,85 85,84
2 COD 200 Mg/L 412,80 89,44 58,48 78,33 85,83 34,61
3 TSS 75 Mg/L 160 9 3 94,37 98,12 66,66

Hasil perhitungan efektivitas penurunan kadar parameter limbah menunjukkan bahwa IPAL
Gambiran mampu menurunkan kadar parameter BOD sebesar 24,01%, COD 45%, dan TSS sebesar
40%. IPAL Mendiro dapat menurunkan kadar BOD sebesar 95,85%, COD 85,83%, dan TSS sebesar
98,12%. Hasil tersebut dapat menunjukkan perbedaan yang kontras dan penurunan yang signifikan.
Nilai efektivitas RBC didapatkan nilai 85,84% pada parameter BOD, 34,61% pada parameter COD,
dan 66,66% pada parameter TSS. Melihat angka yang muncul dapat dilihat pentingnya kinerja
teknologi RBC dalam IPAL khususnya IPAL Komunal dalam menurunkan kadar parameter pada
limbah domestik. Sistem pengolahan pada kedua IPAL dianggap berkerja cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dengan menurunnya angka parameter COD di kedua Outlet IPAL.

3.3. Rekapitulasi Perbandingan IPAL Komunal


Bangunan IPAL Mendiro memiliki panjang 7,70m dan lebar 6,45m. IPAL Komunal yang
menampung limbah domestik dari 59 KK ini memiliki sistem pengolahan tambahan berupa teknologi
RBC (Rotating Biological Contactor) guna membantu menurunkan pencemaran setelah air dibuang.
Selain teknologi RBC, IPAL ini juga dimanfaatkan sebagai lahan kebun tanaman buah dan obat
herbal. Kolam ikan pun tidak lupa dibuat sebagai parameter air buangan. IPAL Komunal selanjutnya
adalah IPAL Gambiran. IPAL Gambiran memiliki bangunan dengan panjang 7,63m dan lebar 6,72m
serta bak degester dengan diameter 3,4m. Secara fisik bangunan IPAL Gambiran tidak terlalu
dimanfaatkan warga sebagaimana IPAL Mendiro. IPAL Gambiran terletak di dekat gedung
192

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

serbaguna sehingga sesekali digunakan sebagai tempat olahraga bagi warga sekitar. Tabel 4 dan 5
menunjukkan kondisi IPAL komunal, jenis perawatan serta pengelolaannya.

Tabel 4. Perbandingan Kondisi Eksisting IPAl Komunal

No. Hasil Survei IPAL Gambiran IPAL Mendiro


1 Bak Kontrol (Manhole) Ada Ada
2 Bak Inlet Ada Ada
3 Bak Outlet Ada Ada
4 Teknologi RBC - Ada
5 Kondisi Bangunan Kurang Terawat Sangat Terawat
6 Kerusakan Bangunan - Ada
Kerusakan Manhole dan
7 Ada -
Pembuka Manhole
8 Tingkat Sedimentasi Tinggi Rendah
9 Fasilitas Umum - Ada
10 Taman - Ada
11 Tempat Cuci Tangan Ada Ada
12 Papan Informasi - Ada

Tabel 5. Perawatan dan Pengelolaan IPAL Komunal


Pengelolaan dan Perawatan
No Komponen
IPAL Gambiran IPAL Mendiro
1 Toilet (air mandi, air Dibersihkan setiap 2 hari Dibersihkan setiap hari oleh
cuci, dan air sisa sekali, membuang padatan pemilik
makanan) tersaring
2 Pemipaan Inspeksi tiap minggu Pengecekan secara berkala
(4x/bulan) setiap bulan sekali
Penggantian pipa yang Penggantian pipa yang
mengalami mengalami kerusakan
kerusakan/kebocoran
(diasumsikan ada
pergantian setiap tahun
sepanjang 40m)
3 IPAL Pembersihan setiap hari Pembersihan setiap hari
Inspeksi tiap minggu Inspeksi tiap minggu
(4x/bulan) (4x/bulan)
Pengurasan lumpur yang Pengurasan lumpur sedimen
sudah tidak aktif setiap setiap 3 sampai 6 bulan
tahun sekali
Pengecekan mesin RBC
Pengecatan ulang bangunan
Pembersihan taman dan
kolam ikan
4 Pembuangan Cek effluent setiap 6 bulan Cek effluent setiap 6 bulan
Cek kolam ikan setiap hari

4. Kesimpulan
Nilai parameter pada inlet IPAL Gambiran menyatakan nilai kadar parameter untuk BOD sebesar
171,97 Mg/L sedangkan inlet pada IPAL Mendiro sebesar 278,97 Mg/L. Parameter COD
menyatakan pada inlet IPAL Gambiran sebesar 275,2 Mg/L dan IPAL Mendiro sebesar 412,8 Mg/L.
Parameter TSS pada inlet IPAL Gambiran menunjukkan angka 230 Mg/L dan inlet IPAL Mendiro
193

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

sebesar 160 Mg/L. Berdasarkan nilai parameter pada bak inlet kedua IPAL Komunal, dapat dilihat
bahwa pada IPAL Mendiro memiliki nilai parameter yang cukup tinggi dibandingkan IPAL
Gambiran terkecuali pada parameter TSS. Nilai parameter pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan
angka 130,67 Mg/l untuk BOD dan IPAL Mendiro sebesar 81,68 Mg/l pada outlet awal untuk kadar
BOD. Parameter COD pada outlet IPAL Gambiran menunjukkan nilai 151,36 Mg/l dan IPAL
Mendiro sebesar 89,44 Mg/l pada outlet awal. Parameter TSS pada outlet IPAL Gambiran
menunjukkan angka 138 Mg/l dan 9 Mg/L pada outlet awal IPAL Mendiro. Nilai parameter pada
IPAL Mendiro memiliki dua nilai outlet yaitu outlet awal dan akhir. Nilai parameter pada outlet akhir
adalah sebesar 11,56 Mg/L untuk BOD, 58,48 Mg/L untuk COD dan 3 Mg/L untuk nilai TSS.
Berdasarkan perhitungan efisiensi removal tersebut, didapatkan hasil bahwa hasil efektivitas
penurunan kadar parameter BOD, COD, dan TSS pada IPAL Mendiro lebih baik dari IPAL
Gambiran. Teknologi RBC (Rotating Biological Contactor) pada IPAL Mendiro bekerja cukup baik.
RBC menggunakan mikroorganisme yang melekat pada piringan yang diputar sehingga akan
mengurai lebih banyak lagi kandungan BOD dan COD. Sedangkan pada kadar TSS juga terjadi
penurunan akibat adanya RBC ini. Keberadaan teknologi RBC sangat berpengaruh pada hasil akhir
air limbah sebelum dibuang ke aliran sungai. Teknologi RBC dapat menurunkan lebih dari 80%
kadar BOD dari outlet awal ke outlet akhir. Kadar COD dapat diturunkan sebesar 34,61% saja namun
sudah cukup di bawah batas baku mutu. Meskipun teknologi RBC tidak dikhususkan untuk mengolah
padatan tersuspensi, namun setelah melewati RBC kadar TSS dapat menurun sebesar 66,66%.
Sehingga peran teknologi RBC dinilai cukup besar pada IPAL Mendiro karena dapat lebih banyak
lagi menurunkan kadar parameter pada limbah. Adanya tambahan teknologi RBC mampu
menurunkan 85,84% BOD, 34,61% COD, dan 66,66% TSS. Dari perbandingan teknologi yang
digunakan pada kedua IPAL tersebut, IPAL Mendiro dengan tambahan teknologi RBC semakin
efektif dalam penuruan kadar parameter limbah domestik.

Daftar Pustaka
Adi, Habib P., Razif, Mohammad., Moesriati, Atiek. 2016. Perancangan Ulang Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic
Filter. Surabaya: ITS.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Metode Pengambilan Contoh Air Limbah (SNI 6989.59:2008).
Jakarta.
Fanggi, Marthini S.dkk, 2015. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Komunal Pada Daerah Pesisir di Kelurahan Metina Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote-
Ndao”. Jurnal Teknik Sipil Vol. IV No. 2.
Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. 2016. Buku 3 Pembangunan Infrastruktur
Sanimas IDB (Islamic Development Bank). Jakarta.
Luh Putu Widya Kalfika Devi, K. G. Dharma Puta, & A. A. Bawa Putra. 2013. ”Efektifitas
Pengolahan Air Effluent Menjadi Air Reklamasi Di Instalasi Pengolahan Air Limbah Suwung
Denpasar Ditinjau dari Kandungan Kekeruhan, Total Zat Terlarut (TDS), dan Total Zat
Tersuspensi (TSS).” 55 Januari 2013: 64-74. Jurnal Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran. Bali
Lumaela, A.K., Otok, Bambang Widjanarko., & Sutikno. 2013. “Pemodelan Chemical Oxygen
Demand (COD) Sungai di Surabaya dengan Model Miced Geographically Weighted
Regression.” Surabaya. ITS. Jurnal Sains dan Pomits Vol. 2, No. 1.
Mufida, Diana Khusna.dkk, 2015. “Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Dengan
Menggunakan Kombinasi Sistem Anaerobik –Aerobik Pada Pabrik Tahu “Duta” Malang”.
Jurnal Teknik Pengairan.
Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Palangda, D. 2015. “Evaluasi Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Berbasis
Masyarakat Di Kecamatan Tallo Kotamadya Makassar.” Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.
194

Putri, Hardiansyah: Penurunan Efektivitas Parameter Berdasarkan Perbedaan Teknologi IPAL Komunal

Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7
Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Puji Retno Wulandari. 2014. “Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Studi Kasus
Di Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III Plaju-Sumatera Selatan).” Jurusan Teknik
Sipil, Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan.
Ranudi, R.S.E. 2018.” Evaluasi Pengelolaan IPAL Komunal Di Kabupaten Sleman. Program Studi
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan.” Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press.
Virgianti, S.N. 2019. “Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Komunal.” Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Teknologi
Yogyakarta.
Wijayaningrat, A.T.P. 2018. “Evaluasi Kinerja IPAL Komunal Di Kecamatan Banguntapan Dan
Bantul, D.I.Yogyakarta Ditinjau Dari Parameter Fisik Kimia.” Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai