Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL 3 PSIKOLOGI SOSIAL

1. Jelaskan perbedaan antara prasangka dengan diskriminasi. Berikan contohnya.


Jawab:
Perbedaan antara prasangka dengan diskriminasi dari segi pengertian:
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai
objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang
sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut.
Atau Prasangka adalah Sikap yang negatif terhadap sesuatu tanpa ada alasan yang
mendasar atas pribadi tersebut:
Contoh prasangka
- Orang yang lebih kaya tetapi jarang bergabung dalam kegiatan sosial mungkin akan
dinilai sebagai orang yang kikir dan sombong. Prasangka ini jelas saja bisa
menimbulkan situasi yang lebih negatif lagi.
- Seseorang yang kurang percaya diri merasa benci saat dibandingkan dengan orang
yang mungkin lebih rupawan. Ia kemudian akan berprasangka bahwa ia tidak disukai
oleh banyak orang.
- Ketika ada asumsi tertentu terhadap pengemis yang tidak perlu dikasihani, maka ia
bisa saja menaruh prasangka bahwa semua pengemis pada dasarnya adalah pemalas
sehingga tidak perlu dibantu.
- Seseorang yang kurang percaya diri merasa benci saat dibandingkan dengan orang
yang mungkin lebih rupawan. Ia kemudian akan berprasangka bahwa ia tidak disukai
oleh banyak orang.
Diskriminasi adalah sikap membedakan secara sengaja terhadap golongan-golongan yang
berhubungan dengan kepentingan tertentu. Pembedaan tersebut biasanya didasarkan pada
agama, etnis, suku, dan ras. Diskriminasi cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas
terhadap kelompok minoritas. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena
karakteristik suku, antar golongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik,
kondisi fisik atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan
diskriminasi.

Contoh diskriminasi:
Dalam bidang politik bisa dikemukakan pada saat pemilihan presiden RI yang lalu,
seperti jabatan presiden RI tidak mungkin dipegang oleh wanita (Prasangka Gender) atau
presiden RI tidak mungkin orang luar Jawa (Prasangka Etnis). Individu yang
berprasangka bahwa jabatan presiden RI harus Pria, maka ia tidak akan memilih calon
presiden perempuan, demikian pula individu yang berprasangka bahwa presiden harus
berasal dari suku Jawa, maka ia tidak akan memilih calon presiden yang bukan etnis Jawa

Contoh dari Diskriminasi dalam Kehidupan Sehari-Hari


Berikut ini beberapa contoh diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari:
 Para difabel yang tidak diberi fasilitas umum yang layak oleh pemerintah, entah itu
kendaraan, trotoar, ataupun tempat duduk di kendaraan umum.
 Seorang Ibu yang memperlakukan anaknya dengan semena-mena karena anaknya
adalah penyandang autis. Sementara itu, anak-anaknya yang normal diperlakukannya
dengan begitu istimewa.
 Seorang guru yang terlalu memperhatikan murid-muridnya yang cerdas, sedangkan
murid-muridnya yang biasa saja malah diabaikan. Padahal, setiap murid mempunyai
kemampuan masing-masing dan berhak diperlakukan setara.
 Wasit di suatu pertandingan sepakbola yang cenderung memberi keputusan yang
menguntungkan bagi tim tuan rumah.
 Rumah sakit yang tidak memberikan pelayanan kepada pasien yang miskin karena
tidak bisa membayar biaya pengobatan.
 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang dijauhi masyarakat akibat penyakit yang
mereka idap. Padahal, penyakit yang mereka idap tersebut tidak akan menular
meskipun orang-orang ada di dekatnya.
 Perusahaan yang cenderung menerima lulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
dibanding Lulusan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Padahal, kemampuan lulusan
PTN dan PTS tidaklah jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena masih adanya
stereotip di pihak perusahaan yang menganggap bahwa lulusan PTN adalah lulusan
yang berkualitas dan siap untuk bekerja.
 Perempuan masih dianggap tidak layak menjalani beberapa profesi yang biasa
dilakukan laki-laki, seperti sopir, montir, dan sebagainya. Padahal, perempuan juga
mempunyai hak untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka, meskipun
pekerjaan tersebut adalah pekerjaan para laki-laki.
 Masih adanya anggapan bahwa orang yang pendiam adalah orang yang anti sosial,
tidak menyenangkan, dan bahkan dianggap aneh. Padahal, orang yang pendiam
sebetulnya sama dengan orang-orang pada umumnya. Hanya saja, cara berkomunikasi
dan berekspresinya saja yang berbeda.
 Orang yang tidak mengenyam pendidikan formal hingga lulus sering dianggap
sebagai orang dengan masa depan suram, Padahal, peruntungan seseorang tidaklah
selalu dari jenjang pendidikan yang dia tempuh. Tidak sedikit yang pendidikan
formalnya tidak selesai namun mempunyai kesuksesan yang bisa melampaui lulusan
pendidikan formal.
 Masih adanya anggapan bahwa sekolah negeri jauh lebih baik ketimbang swasta.
Selain itu, sekolah swasta juga dianggap sebagai tempat bagi para siswa yang gagal
masuk Negeri serta para siswa yang bandel. Padahal, kualitas sebuah lembaga
pendidikan tergantung dan kualitas pengajar serta peran lembaga pendidikan tersebut
dalam memajukan siswa-siswanya.
 Masih banyak siswa SMA yang menganggap bahwa jurusan IPA jauh lebih baik dan
menjanjikan dibanding jurusan IPS maupun Bahasa. Padahal, semua jurusan padu
hakikatnya sama-sama baik dan menjanjikan.
 Anak yang berpenampilan culun masih sering dijadikan bahan olokan. Mereka
dianggap sebagai manusia aneh dan tidak mempunyai kemampuan dan masa depan
yang baik. Padahal, setiap manusia hakikatnya mempunyai kemampuan dan potensi
tersendiri dan juga patut untuk dihargai dan dihormati
 Adanya ketidakadilan dalam putusan hakim pada kasus pencurian ayam dengan kasus
korupsi. Pelaku pencurian ayam dihukum penjara hingga puluhan tahun, sedangkan
pelaku korupsi hanya dihukum penjara selama beberapa bulan saja. Hal ini
merupakan tanda adanya diskriminasi serta permasalahan hukum di Indonesia.
Contoh lainnya:
Bentuk diskriminasi ras yang masih menjadi isu hingga saat ini ialah, perilaku etnis
dominan terhadap etnis Tionghoa dalam birokrasi. Sejak peristiwa Mei di tahun 1998,
keturunan etnis Tionghoa hingga saat ini kesulitan untuk menjadi pegawai birokrasi
pemerintahan.
Perbedaan prasangka dan diskriminasi lainnya: Prasangka merupakan kesiapan atau
predisposisi perilaku, bisa juga suatu wacana, sedangkan diskriminasi merujuk pada
tindakan nyata yang didasari oleh prasangka.
Sumber Referensi:
BMP ADPU4218 Modul 4
https://id.wikipedia.org/wiki/Prasangka
https://www.kompasiana.com/noname5800/5b8b75aa6ddcac425a361952/prasangka-
dalam- lingkup-kelompok-sosial
https://materiips.com/contoh-diskriminasi-dalam-kehidupan sehari-hari

2. Dalam kehidupan sehari – hari Anda tentu pernah melihat munculnya prasangka. Cobalah
identifikasi prasangka yang pernah Anda lihat tersebut.
a. Uraikan bentuk prasangka yang Anda lihat.
Jawab:
Prasangka Negatif Mengapa prasangka negatif berakibat negatif terhadap hubungan
antar pribadi dan hubungan antar kelompok jawabannya adalah karena suatu
prasangka didasari oleh stereotip (stereotrype), sifat yang diyakini melekat pada suatu
kelompok atau anggota kelompok. Sebagai sumber prasangka, stereotip bersifat tidak
adil, tidak cermat, dan memukul rata secara serta merta suatu gejala. Bila kita
memiliki stereotip bahwa orang Ambon pandai menyanyi, misalnya, maka dalam
pikiran kita ada anggapan bahwa "semua orang bisa dan pandai menyanyi. Demikian
pula kita bisa mempunyai stereotip mengenal orang bali, yakni mereka pandai menari,
bahkan kita meyakini bahwa bukan orang bali kalau tidak bisa menari.

Bagaimana terbentuknya stereotip yang merupakan sumber prasangka itu ? menurut


teori psikologi kognitif, terbentuknya stereotip diawali oleh proses kategorisasi dan
pembentukan skema dalam pikiran atau kognisi manusia. Dalam kehidupan nyata
sehari-hari manusia selalu berupaya melakukan penggolongan atas obyek yang
dilihatnya. Pada saut bertemu dengan orang lain, individu cenderung
mengategorisasikan orang yang baru ditemuinya, misalnya laki-laki berusia 40
tahunan, suku Jawa dan pengusaha batik. Dengan kata lain, individu tadi dalam waktu
singkat telah mengategorisasikan orang tersebut atas dasar usia, suku bangsa, dan
pekerjaan. Selanjutnya, atas dasar kategorisasi yang sekejap ini, individu tersebut
mengambil keputusan (Judgement) mengenai orang yang baru dikenalnya itu, yakni
etos kerjanya tinggi tidak seperti halnya orang yang berusia lanjut dan pegawai negeri
yang etos kerjanya rendah. Kategorisasi yang bisa melahirkan stereotipi bisa juga atas
dasar status (militer, sipil), gender, agama dan kelompok. Misalnya, kalau “militer”
sebagai satu kategori dikontraskan dengan kategori “sipil” di pihak lain maka dengan
sangat mudah akan terbentuk stereotipi militer seperti disiplin, suka main pukul,
sikapnya kaku, setia dan patuh pada perintah atasan yang ke semua ciri itu berbeda
bahkan bertentangan dengan stereotipi orang sipil.

Referensi : BMP ADPU4218 Modul 4 KB 1

b. Berikan saran cara mengatasinya dengan menggunakan teknik yang tepat.


Jawab:
Cara mengatasinya dengan menggunakan teknik yang tepat :
Mengatasi prasangka bukanlah hal yang mudah karena didalamnya selalu ada
kepentingan kelompok, sulitnya memenuhi harapan masing-masing kelompok yang
bertikai, dan terjadinya risiko yang menguntungkan salah satu kelompok. Ada 3 cara
untuk menangani prasangka :
1) Sosialisasi
Terdapat indikasi bahwa prasangka sepertinya dipelajari pada usia-usia awal
dalam kehidupan dan pandangan itu menjadi stabil atau mapan seiring
perkembangan usia.

Melalui penelitian, Firebaugh dan Davis (1988) memperlihatkan bahwa prasangka


secara spontan berkurang Perubahan besar yang terjadi ini karena orang-orang
yang lebih mudah tumbuh dengan prasangka yang lebih sedikit dibandingkan
dengan generasi sebelumnya sehingga perlahan-lahan prasangka memudar
Pendidikan juga berkaitan dengan prasangka, semakin terdidik seseorang,
terutama ketika ia mengenyam pendidikan tinggi, semakin kecil kemungkinan
prasangka.

Hal ini memperlihatkan bahwa satu sisi prasangka ditularkan dan generasi ke
generasi dan sisi lain menimbulkan pertanyaan sejauh mana prasangka dapat
dicegah melalui pendidikan. Sebab, bahwa pendidikan mempunyai efek
mengurangi prasangka belum lah ditemukan jawabannya. Namun, ada indikasi
bahwa prasangka dapat dikurangi dengan cara melakukan pengajaran secara
langsung.

Temuan-temuan lain memperlihatkan bahwa ada beberapa orang yang dapat


mengendalikan prasangka mereka secara sadar dan sukarela serta magikuti
pelatihan secara langsung dan ekstensif dalam menegaskan stereotipi terbukti
efektif dalam mengendalikan prasangka. Namun, tidak hanya itu, bebrapa temuan
juga memperlihatkan bahwa tidak jarang konfrontasi secara langsung mengenai
prasangka yang dimiliki subjek malah mengakibatkan efek negative, mereka
menjadi terganggu dan cenderung meningkatkan antagonisme terhadap sasaran
prasangka.
2) Kontrak antar Kelompok.
Pandangan ini berawal mula dari pemikiran bahwa ketidaktahuan atau
ketidaksadaran mengakibatkan stereotipi antar kelompok. Tidak jarang
ketidaktahuan ini diakibatkan oleh sedikit atau minimnya interaksi atau kontak
antar kelompok. Sebagai contoh, sejumlah kompleks tempat tinggal yang
tersegregasi berkontribusi menciptakan minimnya kontak antar ras yang
menyebabkan minimnya pengetahuan satu kelompok mengenai kelompok yang
lain yang pada akhirnya merupakan lahan subur bagi berkembangnya stereotipi.
Jika ini masalahnya maka seharusnya, dengan mengusahakan lebih banyak kontak
atau interaksi antara kelompok dapat menciptakan persepsi yang akurat terhadap
kelompok lain dan dengan sendirinya mereduksi prasangka. 4 kondisi penting
yang dapat membantu mengurangi prasangka:
a) Kerja sama saling ketergantungan. status yang setara
b) Kontak antar pribadi dengan
c) Kedekatan
d) Dukungan institusi

3) Kategorisasi Ulang
Salah satu pendekatan utama lain yang memusatkan pada basis kognitif dari
stereotipi adalah melakukan kategorisasi ulang. Walaupun sudah terdapat kontak
atau interaksi antar in-gorup dan out-group yang bertikai dan ketika out-group
ditemukan. tidak lagi cocok dengan stereotipi yang dimiliki in-gorup, tetap saja,
kecenderungan terhadap pengategorisasikan dan stereotipi masih kuat.

Kategorisasi ulang adalah sebuah strategi yang melibatkan anggota-anggota in-


gorup dan out-group dikategori ulang pada sebuah identitas kelompok yang lebih
besar dan inklusif contoh yang dapat diambil adalah ketika pemain sepak bola dari
kedua kelompok yang bermain melakukan doa bersama setelah pertandingan
Ketika berdoa, identitas kelompok-kelompok dilebur dan menyatu dalam identitas
kelompok baru yang lebih besar seperti umat Islam, Kristen atau umat beragama
dan lain sebagainya.

Referensi : BMP ADPU4218 Modul 4 KB 4

3. Pandemi Covid-19 telah membuat banyak aktivitas ekonomi lumpuh. Pusat-pusat


perbelanjaan, pusat hiburan dan wisata, serta sekolah tutup; bisnis transportasi kehilangan
penumpang; hotel dan restoran sepi tamu, dan masih banyak lagi. Covid-19 juga
memunculkan banyak perubahan. Guru, murid, dan orang tua mendadak kenal dan pintar
belajar daring; semua orang terdorong berperilaku bersih dan sehat. Udara pun terasa
lebih bersih dan segar. Segalanya terasa berubah, dan kita semua harus beradaptasi
dengan perubahan itu.
a) Jelaskan perubahan sosial dan aspek-aspek perubahan sosial apa saja yang terjadi
dalam ilustrasi di atas?
Jawab:
Perubahan sosial
Perubahan sosial adalah proses perubahan pola tingkah laku, budaya dan struktur
masyarakat yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan sosial ini
merupakan proses yang terjadi pada segala aspek kehidupan masyarakat, sehingga
sebagai akibatnya, akan mempengaruhi pola interaksi sosial sehari-hari dan struktur
pranata sosial yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan
rogers dan shoemaker merumuskan perubahan sosial sebagai proses terjadinya
perubahan pada struktur dan fungsi suatu sistem sosial.

Aspek-aspek sosial perubahan sosial:


1. Sumber Perubahan sosial
Sumber dan inisiatif perubahan sosial suatu masyarakat dapat berasal dari dalam
dan dari luar sistem masyarakat yang bersangkutan. Menurut Rogers dan
Shoemaker (1971), sumber perubahan sosial yang berasal dari masyarakat yang
bersangkutan disebut immanentchange, sedangkan perubahan sosial yang
bersumber dari luar masyarakat. disebut sebagai contact change yang dapat dibagi
menjadi selective contact change dan directed contact change.

2. Motivasi perubahan sosial


Motivasi atau tenaga pendorong yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial,
dapat dikelompokkan menjadi perubahan sosial karena direncanakan (planned
social change) dan tidak direncanakan (unplanned social change), Perubahan
sosial yang direncanakan (planned social change) mempunyai padanan istilah lain,
yakni social planning (Andrew, 1994) planned charge (Lippit, Watson, Westley,
1958), social marketing (Kotler dan Zaltman, 1972) dan change management
(Kaufman, 1972) yang maknanya sama dengan social change. Perubahan sosial
yang direncankan akan mendorong muncul serangkaian langkah nyata (action
plan) dengan menggunakan strategi tertentu. Suatu perubahan sosial yang
direncanakan dapat menghasilkan perubahan sosial yang tidak direncanakan
(unplanned social change). Perubahan yang sosial yang tidak direncanakan
merupakan hasil interaksi antara berbagai kekuatan (forces) selama
berlangsungnya proses perubahan sosial yang direncanakan, dan sering bersifat
tidak rasional terjadi atau muncul begitu saja dan konsekuensinya tidak kita
harapkan.
3. Manifestasi perubahan sosial
Manifesti perubahan sosial yang meliputi dimensi sasaran perubahan dan dimensi
waktu, dimensi waktu meliputi dampak jangka pendek dan jangka panjang.
Dimensi waktu ini bersifat relatif, bisa dalam anti hari, minggu, bulan atau tahun.
Sedangkan dampaknya bisa terjadi pada tingkat micro (individu), intermediate
(kelompok) dan macro (masyarakat). Bila dimensi “waktu digabungkan dengan
dimensi “dampak”.
4. Konsekuensi perubahan sosial
Konsekuensi dari suatu perubahan sosial menurut Rogers dan Shoemaker (1971)
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni:
 Konsekuensi Fungsional versus konsekuensi tidak fungsional
 Konsekuensi langsung versus konsekuensi tidak langsung
 Konsekuensi manifest versus konsekuensi laten
Sumber Referensi : BMP ADPU4218 Modul 8 KB 1

b) Teori perubahan sosial apakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena di
atas? Jelaskan dengan menggunakan minimal 2 teori perubahan sosial.
Jawab:
1. Perspektif Evolusioner (Evolutionary Perspective)
Teori perspektif evolusioner dikemukakan oleh Herbert Spencer dan Gerhard
Lenski. Menurut mereka perubahan sosial merupakan proses yang terjadi
secara linear, jadi perubahan sosial dipandang serupa dengan evolusi biologis.
2. Perspektif Siklus (Clycical Perspective)
Dikemukakan oleh Oswald Spengler, Amold Toynbee, dan Paul Kennedy,
Mereka beranggapan bahwa perubahan sosial merupakan proses yang terjadi
di dalam sebuah siklus, semua masyarakat memiliki sebuah siklus kehidupan
yang alami: lahir, tumbuh, menjadi dewasa, meredup dan kemudian mati
tergantikan oleh bentuk masyarakat yang baru Focus utamanya bukanlah
untuk mencari arah perubahan dari masyarakat, melainkan untuk mengetahui
seperti apa siklus kehidupan masing-masing masyarakat.
3. Perspektif Fungsional (Functional Perspective)
Dikemukakan oleh William Ogburn berpendapat bahwa perubahan sosial
merupakan sebuah proses dinamis, terus bergerak, yang dilakukan oleh
masyarakat dalam rangka mencapai keseimbangan (equilibrium). Dalam
budaya terdapat faktor material dan non- material. Sumber perubahan sosial
terdapat pada perkembangan dalam faktor material, seperti: perlatan, senjata,
maupun proses-proses teknis. Adanya perkembangan dalam faktor material
menyebabkan faktor non-material yaitu: nilai-nilai sosial, norma, agama.
hukum, maupun keluarga, bergerak berubah untuk menyesuaikan diri. Di
sinilah perubahan sosial terjadi.

Sumber Referensi : BMP ADPU4218 Modul 8 KB 2

c) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat memunculkan perubahan sosial? Jelaskan!


Jawab:
1. Lingkungan Fiska
Lingkungan fisik merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam perubahan
sosial. Jika suatu masyarakat ingin bertahan, pertama yang harus dilakukannya
adalah beradaptasi dengan lingkungannya. Ketika lingkungannya berubah,
masyarakat juga harus cepat menyesuaikan diri, baik dengan membentuk
sistem sosial yang baru maupun menciptakan teknologi baru yang sesuai.
2. Populasi
Dinamisnya jumlah individu yang ada dalam suatu masyarakat akan
menyebabkan beberapa perubahan di beberapa bidang.
3. Inovasi
Ada dua jenis inovasi, yaitu penemuan (discovery) dan penciptaan (invention)
keduanya merupakan representasi usaha masyarakat dalam menggunakan
pengetahuan yang mereka miliki. Usaha tersebut dilakukan guna mengatasi
keterbatasan atau ancaman yang bersumber dari lingkungan sekitarnya dengan
tujuan meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Usaha tersebut tentunya
menimbulkan perubahan-perubahan pada sebagian besar bidang kehidupan
masyarakat.
4. Difusi
Difusi diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu
masyarakat ke masyarakat lainnya. Perubahan sosial dapat terjadi karena
dengan terjadinya penyebaran kebudayaan, sebuah masyarakat memiliki
kesempatan belajar dari pengalaman masyarakat lain mengenai banyak hal.
Dari hasil pembelajarannya itu, masyarakat yang bersangkutan bergerak untuk
mencapai kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat yang lain. Dalam
hubungan ini dapat dikemukakan penemuan mesin cetak di Jerman misalnya.
Penemuan ini kemudian disebarkan dan dipelajari oleh Negara-negara lain,
yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai bidang,
seperti pada bidang media massa, tiras surat kabar meningkat, jumlah buku
yang diterbitkan meningkat dan penyebaran informasi pun menjadi efektif.

Referensi BMP ADPU4218 Modul 8 KB 3

Anda mungkin juga menyukai