Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DIRI MUSLIMAH MENGHADAPI KOREAN WAVE

Hasri Ainun Rosadi


Cabang Tolitoli
@Hasriainunnrosadi@Gmail.Com

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penyebaran budaya-budaya asing salah
satunya budaya Korea yang telah tersebar luas ke seluruh dunia , termasuk
Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim . Fenomena seperti ini telah
mengambil perhatian remaja muslimah terhadap hampir seluruh produk Korea
Selatan, sperti drama, makanan, minuman, lagu,weebtoon,Korean look,hingga
gaya hidup. kehidupan sehari-hari muslimah yang menggemari produk Korea yg
akan membentuk konsep diri mereka . Inilah yang membuat penulis untuk
mengetahui gambaran diri remaja yang sedang mengalami Korean wave serta
faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri muslimah. Jenis Penelitian ini
adalah jenis penelitian lapangan ,metode kualitatif dan studi kasus . Subjek
penelitian adalah 4 orang remaja muslimah yang menyukai Korean wave dari
berbagai segi kesukaannya terhadap Korean wave. Subjek 1,2,4 sering
meninggalkan waktu salat karena menonton drama Korea. Subjek 3 dan 4 suka
meniru style Korean sedangkan lebih menyesuaikan dengan lingkungan. Selain
itu subjek A, C, dan D sukamenggunakan make up korean. subjek 4 juga suka
mewarnai rambutnya. Merekamengaku tetap menggunakan hijab ketika ingin
keluar rumah. Adapun penilaian diri remaja muslimah dalam menggemari hal-
hal tentang Korea ini yaitu subjek 1 menilai dirinya menggemari Korea hanya
sebagai hobi dan hiburan. Subjek 2 dan 4 menilai dirinya berlebihan, dan subjek
3 menilai dirinya masih dalam batas wajardalam menggemari Korea. Faktor
yang mempengaruhi konsep diri keempat remaja muslimah yang mengalami
Korean wave ini ialah dari orang lain yang melihat dan menilai perilakunya serta
dari dalam diri subjek sendiri bagaimana dia memerankan dirinya sebagai
seorang muslimah.

Keywords: Konsep diri ,Korean Wave, Muslimah.

1
PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa transisi yang rentan terhadap gelombang


kehidupan menuju kedewasaan yang dialami oleh kaum muslim ataupun
muslimah. Masa remaja dialami pada usia 12 sampai 25 . . Generasi remaja
muslimah yang saat ini menghadapi globalisasi budaya Korea Selatan sehingga
menarik perhatian mereka padaKorean Korean wave atau hallyu adalah budaya
Korea Selatan berupa produk makanan, minuman, kecantikan,lagu, Korean look
atau Korean style, drama. Tentunya ini berbeda dengan budaya yang ada di
Indonesia, dari segi agama warga Korea Selatan kebanyakan tidak memiliki
agama atau atheis . Sedangkan di Indonesia masyarakanya mayoritas Islam.
Remaja muslimah yang menyukai Korean wave bukan hanya di kota besar saja .
Namun sampai ke pelosok , salah satun ya yaitu remaja-remaja muslimah
universitas Madako Tolitoli yang bertempat di kabupaten Tolitoli Sulawesi
tengah. Berdasarkan hasil observasi Remaja muslimah yang menyukai Korean
wave melalui serial drama Korea yang tayang di TV , drama yang bertemakan
romantis diperankan oleh aktor yang tampan dan cantik sehingga mereka
mengidolakannya . Remaja-remaja ini berfantasi ingin memiliki mereka dan
sudah membuat standar yang mereka sukai sehingga nantinya akan membuat
mereka suit untuk mendapatkan pasangan . Pada hasil observasi paling banyak
para Remaja muslimah menggunakan bahasa Korea Selatan seperti halo
"anyeonghaseo" ,"aigoo","kamsahammida" . Bahasa ini mereka gunakan pada
kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu saja bahkan remaja muslimah juga
mengikuti Korean look atau makeup soft yang tidak mencolok untuk pergi ke
kampus sehari-harinya. Salah satu subjek penelitian telah memberikan penjelasan
bahwa dirinya yang sangat menyukai Korean wave telah mengoleksi atribut atau
aksesoris serta menonton live stage konser dari artis penyanyi Korea Selatan .
Dirinya juga menyadari sangat boros terhadap uang yang telah diberikan oleh
orangtua yang jadi sia-sia. Remaja-remaja muslimah dari 4 subjek menyatakan
bahwa mereka sudah menyukai Korea. Wave selama 5 tahun yaitu sejak duduk di
bangku MTS . subjek penelitian ini sedang mengalami masa transisi atau

2
peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang sangat rentan terhadap pengaruh
perkembangan zaman. Dampak dari permasalahan di atas sering kita menjumpai
pada remaja yang mengalami krisis identitas, sebagai contoh remaja yang
menggandrungi artis idola sampai menginternalisasi dalam dirinya dan perilaku
sehari- hari. Identitas diri merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep
diri dan mengacu pada pertanyaan, ”siapakah saya?” dalam pertanyaan tersebut
tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh
individuindividu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan
membangun identitasnya. Dari latar belakang Peneliti mengidentifikasi Pada
remaja muslimah yang mengalami Korean wave segala perilaku yang
dimunculkan dari sikap mereka menggemari hal-hal yang berkaitan tentang Korea
ini akan mempengaruhi konsep diri mereka dan prinsip sebagai muslimah.

RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang penelitian dan identifikasi permasalahan,


maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut, bagaimana konsep diri
remaja muslimah menggambarkan dirinya? ,Faktor apa saja yang mempengaruhi
konsep diri remaja muslimah yang mengalami Korean wave?

Konsep Diri

Menurut Williarn D. Brooks konsep diri adalah pandangan seseorang


tentang dirinya yang terdiri dari dua komponen yaitu kognitif dan afektif yang
dipengaruhi oleh orang lain dan dirinya sendiri. komponen kognitif berupa citra
diri dan komponen afektif adalah harga diri. Menurut Deaux, Dane, &
Wrightsman konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang
mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya dapat berkaitan dengan
bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya. 1 Orang pun
kemudian memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut,
apakah ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang atau
tidak senang dengan dirinya. ini menggunakan pengertian konsep diri sebagai

1
Burns, Robert B, Konsep diri, teori, pengukuran dan perilaku, terj.Eddy. Jakarta: Arcan, 1993, hlm.137

3
suatu pandangan atau sekumpulan keyakinan dan perasaan subjek tentang dirinya
yang akan membentuk dua komponen penting yaitu komponen kognitif yang
menghasilkan gambaran diri subjek dan komponen afektif yang menghasilkan
penghargaan diri subjek. Hal ini berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan
hingga penampilan subjek yang dipengaruhi oleh orang lain maupun dirinya
sendiri yang nantinya akan menghasilkan sebuah bentuk konsep diri positif atau
negatif.

Remaja Muslimah

Remaja berasal dari kata Latin adolescence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjeadi dewasa. Istilah ini mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. Menurut G.S. Hall (1844-1924) dalam Sarwono usia remaja
dimulai dari 12-25 tahun. Ia mengatakan bahwa masa remaja adalah masa topan-
badai (strum unddrang), yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh
gejolak akibat pertentangan nilai-nilai2.
Remaja muslimah adalah remaja perempuan yang beragama Islam. Kata
muslimah adalah bentuk muannas dari kata muslim. Muslim berasal dari bahasa
Arab yaitu aslama yang artinya orang yang menyerahkan diri. Kata muslim ini
merujuk kepada penganut agama Islam saja, kemudian pemeluk pria disebut
dengan muslimin dan pemeluk wanita disebut muslimah.
Subjek dalam penelitian ini merupakan remaja muslimah berusia sekitar 20-21
tahun dan memiliki pengetahuan tentang agama Islam. Korean wave adalah istilah
yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai
negara di dunia, termasuk di Indonesia, atau secara singkat mengacu pada
globalisasi budaya Korea. Fenomena ini diikuti dengan banyaknya perhatian
terhadap produk Korea Selatan, seperti misalnya masakan, barang elektronik,
drama, film, lagu, fashion, gaya hidup hingga 20 produk-produk industri.
Penelitian ini menjelaskan tentang Korean wave sebagai suatu fenomena yang
ditandai dengan perilaku subjek yang sangat menggemari hal-hal tentang Korea

2
Sarwono, Psikologi Sosial, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 120

4
seperti masakan, drama, musik, film, fashion, gaya hidup bahasa dan makeup ala
Korea.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berupa penelitian lapangan (field research) dalam arti


sumber data utamanya langsung diperoleh dari lapangan. Penelitian ini
menggunakan tinjauan Psikologi Islam dengan pendekatan studi kasus (case
study) dalam deskriptif kualitatif dengan cara penggalian data dari lapangan
secara mendalam, luas dan menyeluruh. Studi kasus sendiri adalah suatu jenis
penelitian yang menekankan pada pendalaman dari suatu sistem yang saling
berkaitan (bounded system) pada beberapa hal dalam satu kasus secara mendetail,
bersamaan dengan pelibatan berbagai sumber informasi yang kaya akan konteks.
3
Studi kasus merupakan model penelitian kualitatif yang terperinci menyangkut
individu atau unit sosial dalam jangka waktu tertentu. Jadi, penelitian pendekatan
kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai konsep diri remaja
muslimah yang mengalami Korean wave. konsep diri adalah pandangan
seseorang tentang dirinya yang terdiri dari dua komponen yaitu kognitif dan
afektif yang dipengaruhi oleh orang lain dan dirinya sendiri. komponen kognitif
berupa citra diri dan komponen afektif adalah harga diri. Menurut Deaux, Dane, &
Wrightsman konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang
mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya dapat berkaitan dengan
bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya 4. Orang pun
kemudian memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut,
apakah ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang atau
tidak senang dengan dirinya. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa universitas
Madako yang berusia 20-25 tahun yang telah menyukai Korean wave selama lima
tahun terakhir. Teknik pengumpulan data kualitatif diambil melalui observasi

3
Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi, Jakarta, Salemba Humanika,
2015. hlm. 50.
4
Alifah Nabilah Masturah, Gambaran Konsep Diri Mahasiswa Ditinjau Dari Perspektif Budaya, Journal
Ilmiah Psikolog, Vol 2, No 2, 2017. hlm. 76.

5
dengan menulusuri kehidupan sehari-hari muslimah yang gemar pada Korean
wave dan wawancara yang telah dilakukan untuk mengetahui langsung mengenai
identitas ,gambaran muslimah ang menggemari Korean wave dari segala bentuk
kesukaannya pada Korean wave , serta dokumentasi sebagai tambahan informasi
yang di ambil berupa koleksi-koleksi mereka kumpulkan atas kecintaanya pada
Korean wave , makanan, minuman, film, weebtoon, fashion style serta budaya
Korea Selatan. Teknik pengolahan data yaitu Koleksi, yaitu mengumpulkan data
yang diperlukan baik yang berkenaan dengan data pokok ataupun data
penunjang.Editing, yaitu menelaah kembali data-data yang terkumpul untuk
diketahui kelengkapannya, kemudian diproses lebih lanjut.Kategorisasi, yaitu
pengelompokan data-data yang diperoleh sesuai jenis-jenis data yang diperlukan.
Deskripsi, yaitu penggambaran secara lisan atau tertulis mengenai data-data yang
diperoleh. Interpretasi, yaitu menafsirkan dan menjelaskan data yang telah diolah
agar mudah dipahami. Kemudian teknik analisis data kualitatif dilakukan Setelah
data terkumpul, kemudian dilakukan analisis terhadap semua data yang penting.
Metode analisis data ini merupakan proses penyederhanaan dari sejumlah data
berupa data deskriptif kualitatif dan ramuan dari teori-teori Psikologi Islam dan
diperkaya dengan Psikologi kontemporer yang digunakan agar menjadi mudah
dipahami oleh pembaca.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian adalah universitas Madako Tolitoli yaitu universitas


swasta yang ada di daerah kabupaten Tolitoli Sulawesi tengah yang mayoritas
mahasiswi muslim . Data dari hasil penelitian yang di lapangan dengan
menggunakan teknikteknik penggalian data yang telah ditetapkan, yaitu teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek yang ditetapkan yaitu empat
remaja muslimah dengan inisial Angka 1,2,3, dan 4 yang mengalami Korean
wave.Keempat subjek berusia antara 21-22 tahun. Mereka telah mengalami
Korean wave kurang lebih lima tahun terakhir. Mereka telah memenuhi kriteria
yang telah ditentukan, yaitu menggemari drama, film dan musik
Korea,mempunyai idola Korea, mengikuti informasinya, dan memiliki atribut-

6
atribut tentang Korea, menyukai dan mengikuti gaya hidup Korea, menyukai style
Korea dan mempelajari bahasanya.

GAMBARAN DIRI REMAJA MUSLIMAH YANG MENGALAMI


KOREAN WAVE

Remaja muslimah yang menjadi subjek sudah menyukai Korean wave


sejak pendidikan Mts dan SMP , subjek 1 dan 4 berasal dari pendidikan umum
yaitu SD,SMP,SMK dan SMA sedangkan 2 subjek lainnya miliki background
pendidikan agamis atau madrasah berbasis Islam .mereka semua telah menyukai
Koren wave selama 5 tahun.

keseluruhan subjek penelitian berdasarkan hasil wawancara yaitu subjek


1,2,3 dan 4 menerangkan bahwa mereka mulai menyukai Korean wave di mulai
pada serial tv Korea drama yang menarik perhatian mereka Mereka mengakui
mempelajari bahasa Korea sangat mudah melalui serial drama tv yaitu kata yang
sering di ucapkan seperti "kamdahammida" yang artinya terimakasih, "aigoo"
yang artinya ya ampun , "sarangheo" kata yang bermakna aku mencintaimu .
Karena sering di tuturkan akhirnya mereka menyukai bahasa Korea Selatan
drama Korea m. Semua subjek penelitian menyebutkan dengan mempelajari
bahasa Korea Selatan secara otodidak an itu juga menjadi kebanggan diri mereka
sendiri . Namun subjek 2 dan 4 mempelajari bahasa selain Korea Selatan karena
band Korea itu tidak semuanya adalah orang Korea namun berasal dari negara lain
yaitu Jepang, Vietnam, China sehingga bukan hanya bahasa Korea saja yang
mereka pelajari.

Subjek 3 menyukai Korean wave sejak menonton serial drama Korea yang tayang
di tv namun dirinya lebih banyak mendengarkan lagu-lagu Korea Selatan yang
populer saat itu "BIGBANG" Sampai mengoleksi foto, poster, hal ini masih di
lakukannya hingga sekarang subjek 1 dan 4 juga menyukai lagu-lagu Korea
Selatan yang sedang tren waktu itu namun idola mereka beda produksi yaitu
subjek 1 menyukai band Korea bernama "GOT 7" sedangkan subjek 4 menyukai

7
band Korea Selatan bernama "BTS" bahkan mereka menghapal lagu-lagu band
favoritnya. Hal ini juga dapat menyebabkan mereka lupa pada waktu sholat dan
lebih banyak memprioritaskan waktu mereka pada Korean wave.

Semua subjek penelitian menyukai Korean wave dari segala produknya


hanya suka sampai tabiat pada awalnya saja seperti subjek 1 mengakatan jika
hanya menonton 1 episodenya tak cukup sehingga lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menonton drama Korea kesukaannya sampai full episode
sehingga meninggalkan waktu sholat . Subjek 2,3,4 juga berprilaku sama seperti
subjek 1 . Namun seiring waktu sekarang mereka mengurangi ataupun membatasi
kesukaan mereka pada Korean wave karena mereka merasa itu semua
menyianyiakan waktu dan sampaielupakan diri mereka sebagai muslimah yang
seharusnya lebih dekat pada Rabb nya.

Fashion dan look juga mencuri perhatian remaja muslimah yang menyukai
Korean wave dari semua subjek hanya subjek 1dan 2 yang sampai mengoleksi
pakaian-pakaian Korean wave seperti long skirt , Hoodie,blouse loose neck dan
skincare .Agar mirip dengan idola mereka .Mereka juga ingin memiliki wajah
yang cantik seperti artis Korea. Namun subjek 4 tidak mengikuti tren Korean look
karena memiliki kulit wajah yang sensitif, serta harga dari produk Korea cukup
mahal. favoritnya dengan menggunakan make up atau riasan pada wajah yang
bisa ditemukan tutorialnya pada aplikasi YouTube. Sementara subjek 2 dan 3
sempat menggunakan celana jeans panjang robek-robek dan tidak menggunakan
hijab jika ingin pergi ke tempat yang dekat , subjek 3 menggunakan hijab jika
ingin pergi dengan jarak yang cukup jauh. Merek juga melihat situasi apakah
cocok pada situasi tertentu seperti Festival budaya Korea mereka menggunakan
atribut Korea tradisional dan menggunakan Korean look hanya ke kampus saja.
Tetapi dengan menirukan beberapa korean fashion tanpa memikirkan lebih dahulu
apakah sudah sesuai dengan dirinya sebagai seorang muslimah, karena Korean
fashion itu tanpa hijab.

8
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
MUSLIMAH YANG MENGALAMI KOREAN WAVE

Faktor yang mempengaruhi adalah referensi atau banyaknya pengalaman


mengenai Korean wave secara terus-menerus dilakukan. Subjek 1 dan 2 yang
menyukai Korean wave secara keras yaitu waktu keseharian mereka lebih banyak
dihabiskan untuk menonton drama Korea sampai meninggalkan waktu sholat.
Sehingga mereka merasa itu adalah hal yang lumrah karena sering terjadi.
Sedangkan subjek 3 merasa normal saja yaitu tidak bertindak secara berlebihan
dan ketika sholat dirinya suka menunda-nunda sampai drama Korea telah selesai
di nonton. Dirinya menganggap kalau berlebihan adalah sebuah dosa. Sedangkan
subjek 4 menyukai Korean wave hanya dulu saja ketika awal-awalnya saja .
Sekarang tidak terlalu berlebih-lebihan karena bagi dirinya itu dapat menyia-
nyiakan waktu serta berboros terhadap uang jika sampai ingin memiliki semua
produk Korean wave.

Penilaian diri subjek kepada dirinya sendiri dan penilaian dari oranglain
terdapat pada subjek 1dan 2 merasa penampilan serta berperilaku ala Korea wave
seperti menirukan enampilan yang mereka anggap menjadi lebih cantik dan
bangga ketika menggunakan produk Korea Selatan seperti menggunakan alis
pensil coklat yang dianggap aneh oleh teman lelaki mereka karena tidak cocok
pada kulit wajah sawo matang. Kadang mendapat respon negatif dan positif
adalah hal biasa bagi mereka .

Subjek 2 dan 3 memiliki sudut pandang kalau penampilan Korean wave


itu tak lain hanyalah operas wajah dan menilai mode fashion style itu tidak Cocok
jika berhijab sehingga mereka menyadari bahwa ini adalah hal yang tidak baik
bagi mereka.

Semua subjek penelitian mengatakan kalau produk Korean wave itu cukup
mahal bahkan jika mengikuti kebiasaaan mereka yang suka mengumpulkan atau
mengoleksi bisa membuat mereka menjadi boros dan menyia-nyiakan ang mereka

9
sendiri yang akhirnya mereka sadari bahwa itu tidak baik jika dilakukan secara
terus-menerus.

Perilaku negatif yang diakibatkan jika mengikuti kebiasaan ini subjek 2


mengatakan hampir tidak da manfaatnya dan merasa ada perubahan perilaku yang
mana dirinya suka memilih teman jika tidak satu frekuensi atau sama-sama
menyukai Korean wave. Dan Tidak hanya perilaku negatif ang didapatkan jika
menyukai Korean wave ini , adapun perilaku positif yang bisa mereka jadikan
sebagai pelajaran seperti budaya Korea yang lebih menghormati yang lebih tua ,
jiwa menjadi positif, ceria dan lebih semangat.

BENTUK KONSEP DIRI REMAJA MUSLIMAH YANG MENGALAMI


KOREAN WAVE

Seseorang yang merasa aman dan percaya diri yang disebabkan penilaian
dirinya yang positif, mampu untuk menerima dan mempunyai lebih banyak sikap
yang positif terhadap orang-orang lain, dibandingkan mereka dengan tingkatan
penerimaan diri yang lebih rendah yang tidak merasa yakin terhadap baik
buruknya sendiri. Menurut keempat subjek kegemaran mereka kepada hal-hal
tentang Korea ini lebih kepada hiburan dan hobi. Dari menggemari hal-hal tentang
Korea inilah mereka menemukan potensi dalam diri mereka, ada hal yang
membuat mereka merasa bangga ketika mereka menggemari Korea seperti subjek
1 yang pernah membangun sebuah ekstrakurikuler Korean Club disekolahnya
yang berkembang sampai saat ini. Lain halnya dengan subjek 3 yang merasa
bangga ketika dia dapat menguasai kosa-kata baru atau dapat menggabungkan
satu kalimat dengan kalimat lain, subjek 3 merasa ada kepuasan tersendiri tentang
hal itu. sedangkan subjek 4 merasa bangga karena dia mendapat kesempatan
sebanyak tiga kali diliput untuk mengisi bacaan dikoran dengan tema Muslimah
Cantik Ala Korea, Memilih Belajar Bahasa Dari Menonton Drama Korea, dan
remaja dan youtube yang membahasa tentang make up Korean.Subjek 1 dan 4
yang menilai perilaku mereka yang menggemari hal-hal tentang Korea ini
berlebihan juga mendapat penilaian yang sama dari orang lain.

10
subjek 1 dan 4 sadar dari sekian banyak kebiasaan buruk yang mereka lakukan
mereka terus berusaha memperbaiki diri sehingga dapat diterima dilingkungan,
dan tanpa dapat dipungkiri mereka hanya dapat mengurangi tanpa meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan tersebut. Sama halnya dengan subjek 2, ada kesadaran yang
tumbuh dari dalam dirinya bahwa dia merasa menggemari hal-hal tentang Korea
ini tidak membawa pengaruh yang baik untuknya. Menurut subjek 2 perilakunya
yang terlalu memuja idolanya, kebiasaan-kebiasaan yang dia anggap buruk dari
menggemari hal-hal tentang Korea ini sedikit-demi sedikit dia kurangi walau tidak
dapat meninggalkan sepenuhnya. Berbeda dengan subjek 3 yang menganggap
bahwa segala perilakunya yang menggemari hal-hal tentang Korea ini masih
dalam batas yang normal, hal ini juga yang membuat subjek 3 hampir tidak
pernah mendapatkan penilaian yang buruk selama menggemari hal-hal tentang
Korea ini.Dalam pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan Allah Swt dalam keadaan
yang sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat
kebaikan dan keburukan. Al-Qur’an menganjurkan untuk memberi perhatian lebih
besar.

Dari menggemari drama dan film Korea subjek 1, 2 dan 4 ini mengaku
dulu pernah meninggalkan waktu salat, alasan merekapun beragam, ada yang
mengantuk setelah bergadang semalaman, ada yang kelupaan serta adapula yang
keasikan menonton sehingga salat pun ditinggalkan. Kebiasaan mereka yang
meninggalkan waktu salat karena menonton drama dan film Korea ini sekarang
sudah berkurang, karena mereka sudah mulai sadar dan mengontrol perilaku
tersebut.Namun sekarang ada perasaan takut dan juga khawatir ketika mereka
meninggalkan waktu salat. Ada rasa penyesalan yang dirasakan terutama oleh
subjek B namun sekarang dia sadar dan berusaha tidak mengulangi hal yang
demikian itu. selain itu subjek 1, 2dan 4 yang mengaku pernah memakan makanan
Korea yang tanpa mereka sadari tidak ada lebel halal dikemasannya. Hal ini juga
menimbulkan kekhawatiran bagi si subjek, dan lebih berhati-hati lagi dalam
memilih makanan yang berasal dari luar.Subjek 1, 2 dan 4 juga mengaku pernah
memakan makanan Korea yang tidak ada lebel halalnya yang mereka temukan di

11
bungkus mie Korea instan yaitu ramen dan samyang. Setelah mereka sadar bahwa
ada makanan Korea yang dijual tidak tercantum lebel halal dikemasannya mereka
pun memilih untuk lebih berhati-hati lagi. Walaupun demikian mereka sadar
bahwa produk makanan Korea yang masuk ke Indonesia pastilah sudah melalui
berbagai pemeriksaan seperti PBOM maupun kehalalannya.

Dari pernyataan subjek 1, 2, dan 4 di atas dapat diklarifikasikan mereka


termasuk dalam golongan Nafs Lawwamah (diri manusia yang selalu menyesali)
yang mana mereka telah mendapatkan cahaya hati sehingga dapattersadar dari
kelalaian yang telah diperbuatnya. Dan apabila telah diterangi oleh cahaya hati,
maka jiwa itu menggerakan jasmaninya kepada amal perbuatan yang lebih
baik.114Sekarang ini subjek 1, 2 dan 4 sudah tidak segila waktu dulu lagi dalam
menggemari Korea dikarenakan kesadaran diri mereka. Subjek 1 mengatakan
bahwa dia selau menghadirkan Allah Swt dalam setiap kegiatan rutinnya
seharihari seperti saat mau makan dan juga tidur. Kemudian subjek 2 mengaku
sekarang sudah terbiasa ketika ingin melakukan sesuatu apapun dia awali dengan
berdoa, seperti mau masuk WC, keluar rumah, naik motor dan lain-lain.
Sedangkan subjek 4 mengaku tidak selalu dan setiap saat tetapi dia berusaha
untuk meghadirkan Allah Swt dalam perbuatan yang ingin dia lakukan.Lain
halnya dengan pernyataan dari subjek 3 yang dapat mengontrol perilakunya
selama menggemari hal-hal tentang Korea ini sehingga tidak berlebihan walaupun
sebenarnya dia mengaku sangat menggemarinya. Subjek 3 pun tidak penah
meninggalkan salatnya meski dia mengerjakannya di akhir waktu. Walau begitu
subjek 3 juga memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk seperti lupa waktu tetapi dia
berusaha berada dalam batas normalnya. Subjek 3 lebih suka memasak makanan
ala Korea dirumah dari pada membelinya di luaran seperti giramari yaitu telur
gulung khas Korea yang bahan-bahannya mudah dia 113Muhammad Izzuddin
Taufiq, Panduan Lengkap Dan Praktis Psikologi Islam (Jakarta: dapatkan. Selain
itu subjek C mengatakan bahwa cara dia menghadirkan Allah Swt dalam segala
hal yang dia lakukan dengan menjaga salat lima waktu, sehingga membuatnya
selalu ingat kepada Allah Swt. Dari pernyataan subjek C di atas dia termasuk

12
dalam golongan Nafs Sawiyyah Mulahhamah (diri manusia yang lurus dan selalu
mendapat ilham dari Tuhannya). Jiwa Sawiyyah Mulahhamah adalah jiwa yang
mengikuti fitrah dan mampu membedakan yang mana yang baik dan yang buruk.
Diri manusia rentan terhadap kecenderungan untuk melakukan keburukan dan
juga penyesalan. Namun, semuanya itu kembali kepada diri manusia itu sendiri 5.
Bila penyesalan yang ada ditindaki secara positif, maka fitrahnya akan bangkit
dan hal ini akan menjadi fase baru bagi diri manusia untuk dapatmenstabilkan
posisinya.Sebenarnya konsep diri tidak ada yang sepenuhnya bersifat negatif
maupun postif6. Hanya saja setiap orang pasti mempunyai konsep diri yang mana
lebih dominan dimilikinya. Dari penjelasan teori dan pernyataan subjek di atas
maka konsep diri keempat subjek tergolong positif kerena mereka yakin akan
kemampuannya mengatasi masalah, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui masyarakat, dan mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan
berusaha mengubahnya.

5
Atika, Nadya Tri, Pengaruh Korean Wave Terhadap Fanatisme Kaum Muda Indonesia, Tesis,
Perspustakaan, 2016, hlm. 78.
6
Ibid

13
KESIMPULAN

Latar belakang penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gbaran remaja


muslimah dan faktor apa saja yang mempengaruhi muslimah yang menyukai
Korean wave

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, ditemukanlah


Gambaran diri remaja muslimah yang mengalami Korean wave yang berasal dari
komponen konsep diri yang pertama yaitu komponen kognitif yang mana
komponen ini merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya, maka
ditemukanlah data yang menyatakan bahwa subjek 1 dan 4 berlatarbelakang
sekolah yang berbasis Islam sedangkan subjek 2 dan 3 tidak, mereka sama-sama
menggemari Korea selama kurang lebih lima tahun terakhir, mereka menggemari
drama, musik, masakan, sampai gaya hidup. Subjek 2 dan 4 sering meninggalkan
waktu salat karena menonton drama Korea namun kebiasaan ini sekarang sudah
mulai mereka hilangkan sedangkan subjek 1 dan 3 mengaku tidak meninggalkan
namun berusaha mengerjakan walau di akhir waktu. Subjek 3 dan 4 suka meniru
style Korean sedangkan 1 dan 2 lebih menyesuaikan dengan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Alifah Nabilah Masturah. Gambaran Konsep diri Mahasiswa dintinjau Dari
Perspektif Budaya . journal ilmiah psikologi ,vol 2, no 2,2017.

Atika, Nadya Tri. “Pengaruh Korean Wave Terhadap Fanatisme Kaum Muda
Indonesia (Analisis Terhadap Maraknya Budaya Korean Wave Di
Bandung).” Tesis. Perpustakaan. 2016.

Burns, Robert B. Konsep Diri; Teori, Pengukuran, Dan Perilaku. Terj.


Eddy. Jakarta: Arcan. 1993.

Cassels, James V. “Top 10 Misconceptions About South Korea.” Listverse,


20 Desember 2011. Diakses 7 Juni 2017.
http://listverse.com/2011/12/20/top-10-misconceptions-about-southkorea/.

Dwi Nastiti, Aulia. “‘Korean Wave’ di Indonesia : Antara Budaya Pop,


Internet, Dan Fanatisme”. Diakses 6 Juni 2017.
https://www.academia.edu/7185610/_Korean_Wave_Di_Indonesia_
Antara_Budaya_Pop_Internet_Dan_Fanatisme.

E. Papalia, Diane, dkk. Human Devlopment (Psikologi Perkembangan).


Terj. A. K. Anwar. Edisi 9. Jakarta: Pernada Media Group. 2010.

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. Psikologi Kenabian. Yogyakarta: Pustaka


Al-Furqan. 2007.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.


Jakarta: Salemba Humanika. 2015.

Kurniati, Astiwi, Indiati, and Nofi Nur Yuhenita. “Dampak Demam Virus
Korea Terhadap Identitas Diri Remaja”. Diakses 7 juni 2017.

http://103.215.25.50:46247/public/document/penelitian/99919penelitian-demam-
korea.pdf.

Laksamana, Deri. “Pengaruh Budaya Korean Halyyu Di Indonesia”.

15
Diakses 6 juni 2017.

https://www.academia.edu/6460469/
Pengaruh_Budaya_Korean_Halyyu_di_Indonesia.

Mubarak. “Hubungan Antara Konsep Diri Dan Keterampilan Sosial


Dengan Daya Juang Pada Siswa Pesantren.” Tesis. Gadjah Mada.2008.

Mubin dan Ani Cahyadi. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Quantum Teaching.


2006.

Nurfitriani. “Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay Islamic Otaku


Community Episode Uin Jakarta Dalam Mempertahankan Identitas
Keislaman” Skripsi. (September 2016). Diakses 7 Juni 2017.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/33719.

Rahmadi. Pengantar Metodelogi Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press.


2011.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Edisi 30. Bandung: Remaja


Rosda Karya. 2015.

Sabur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. 2003.

Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


2008.

Sarwono, Sarlito W. dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial. Jakarta:


Salemba Humanika. 2014.

Sugono, Dedy. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama. 2013.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.

16
“Hallyu.” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 26 Desember
2017. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hallyu&oldid=13477381.

BIODATA PENULIS

NAMA LENGKAP : HASRI AINUN ROSADI

TEMPAT TANGGAL LAHIR : TUWELEY 05 AGUSTUS 1998

17
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

ALAMAT LENGKAP : DESA GALUMPANG

ASAL KOMISARIAT : KOMISARIAT FKIP UMADA TOLITOLI

ASAL CABANG : TOLITOLI

NOMOR KONTAK : 082271646842

EMAIL : @hasriainunnrosadi@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN : SDN 3 BAJUGAN LULUS TAHUN 2009

SMPN 3 GALANG LULUS TAHUN 2012

MAN TOLITOLI LULUS TAHUN 2015

PENGALAMAN INTERNAL HMI : ANGGOTA BIASA

PENGALAMAN EKSTERNAL HMI :KETUA DIVISI DANA DAN USAHA


HIMPUNAN MAHASISWA BAHASA
INGGRIS ANGKATAN 18

18

Anda mungkin juga menyukai