Anda di halaman 1dari 5

OLEH :

KELOMPOK 2

RENALDO DEVAN SEPTIAN J310191009

LUVIANA WIDYAWATI J310191176

HASNA NADILA J310191192

CRISTINA BETHA PRADIKAWATI J310191207

JUNIAR RIZKY NURHAYATI J310191215

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
A. Gambaran Umum Stroke
Stoke merupakan penyakit yang terjadi ketika suplai darah menuju bagian
otak terganggu gejala yang ditimbulkan tergantung pada bagian mana otak yang
terkena dan tingkat kerusakan sehingga tingkat pemulihannya bervariasi. Ada 2
jenis stroke yaitu :
1. Stroke iskemik (infark/sumbatan) : Stroke iskemik terapat pada 80% dari
semua kasus stroke. Stroke jenis ini terjadi karena suplai darah enuju otak
terganggu akibat aanya penyumbatan arteri sehingga menghambat aliran
darah otak. Salah satu serangan stroke iskemik adalah TIA (transient
ischemic attack) atau mini-stroke. TIA dapat terjadi karena suplai darah ke
otak terputus untuk sementara. Gejalanya sama dengan gejala stroke lainya,
namun yang membedakan adalah TIA dapat sembuh dan kembali dengan
segera. Dalam istilah lain berarti suatu episode dapat berlangsung singkat
beberapa menit hingga hitungan jam, tetapi tidak lebih dari 24 jam. TIA
merupakan salah satu pertanda datangnyastroke yang lebih parah
2. Stroke hemoragik (pendarahan) : jenis stroke yang terapat dari 20% dari
semua kasus stroke dengan risiko peningkatan angka morbidilitas dan
mortalitias yang lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik. Stroke hemogarik
disebabkan oleh pendarahan di otak atau sekitar otak akibat pecahnya
pembuluh darah.

Factor risiko meliputi :

1. Factor risiko personal, meliputi usia, jenis kelamin, ras, suku, budaya, factor
genetic,factor social ekonomi, dan riaway keluarga.
2. Factor srisiko medis, meliputi hipertensi, diabetes mellitus, hyperlipidemia,
atrial fibrasi, hiperkoagulasi, TIA, penggunakan obat-obatan, danlain-lain.

3. Factor risiko gaya hidup, meliputi merokok, penggunaan alcohol, pola


makan, kebiasaan olah raga, dan obesitas.

Dampak stroke yang berhubungan dengan gizi adalah disfagia, gangguan


elektrolit, malnutrisi. Kejadian malnutrisi pada pasien stroke sekitar 6-12%. Angka
tersebut bervariasi tergantung pada kondisi klinis pasien. Salah satu penyebab
malnutrisi pada pasien stroke adalah gangguan/kesulitan menelan (disfagia).
Jenis disfagia paling sering terjadi pada pasien stroke adalah neurogenic
oropharyngeal dhyspagia (NOD). Pada fase akut stroke, frekuensi NOD
bervariasi tegantung pada jenis dan lokasi stroke dan diperkirakan hingga 50%
dari pasien, fungsi menelannya akan kembali dalam 14 hari, sedangkan
separuhnya akan mengalami fase disfagia kronis. Dampak jangka panjang pada
fase rehabilitasi yang berhubungan dengan gizi adalah fungsi gerak terbatas
sehingga tidak dapat makan/minum sendiri, NGT,kendala komunikasi, masalah
kognitif (ingatan,presepsi,perhatian), gigi tanggal, kebersihan gii an mulut yang
tidak terjaga serta depresi.

B. Prinsip dan Syarat Diet

1. Tujuan diet :

a. Mencukupi tujuan energy dan zat gizi pasien stroke

b. Memberikan makanan sesauai dengan kondisi disfagia pasien stroke

c. Mencegah dehidarsi pasien stroke

2. Syarat an prinsip diet :

a. Kebutuhan energy : Pada prinsipnya manajemen gizi pada pasien


stroke adalah mengoptimalkan pemenuhan energy dalam mencegah
katabolisme. Kebutuhan energy 30-45 kkal/kg BBI, pada kondisi akut
1100-1500 kkal/hari, dinaikan bertahap sesuai kondisi pasien

b. Kebutuhann zat gizi makro :

1) Protein : 0.8-1.5 g/kg BBI/ Hari (normal)

2) Lemak : 20-35% dari total kebutuhan energy

3) Kolestrol : 200 mg/hari

4) Karbohirat : 60-70%

5) Serat : 25-30 gr/hari

6) Cairan : 1500-200 ml/hari


c. Kebutuhan zat gizi mikro

Vitamin dan Mineral Kebutuhan

Vitamin B12 2,4 mcg/hari

Asam folat 400 mcg/hari

Vitamin A 900 mcg/hari

Vitamin C 90 mg/hari

Vitamin E 15 mg/hari

Vitamin D 600 IU/hari

Natrium 1200 mg/hari*

Kalium 4700 mg/hari*

Kalsium 1200 mg/hari*

Magnesium 320 mg/hari

Zat besi Laki-laki : 8 mg/hari

Perempuan : 8-18 mg/hari (pasien usia


subu/tiak)

d. Tahapan pemberian diet stroke

1. Fase akut (24-48) : pasen dalam kondisi hemoialik stabil.


Makanan dalam bentuk cair jernih, cair kental melalui slang
atau oral.

2. Fase pemulihan : kondisi pasien sudah lewat masa akut, fase


sadar, dan masih gangguan menelan (disfagia)
e. Intervensi pada disfagia : modifikasi texture makanan

1. Level 3 : lunak-padat, sebagian di potong kecil-kecil atau


cincang

2. Level 2 : Disfagia sedang, makanan yang agal\k lembut,


setengah sadar dan membutuhkan kemampuan mengunyah

3. Level 1 : Disfagia ringan, makanan yang halus, homogeny,


sangan lembut seperti pudding, tidak di anjurkan makanan
utuh, membutuhkan sedikit atau tanpa kemampuan
mengunyah.

Anda mungkin juga menyukai