Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

NAMA : SIYENTO

NIM : 049010241

1 Dalam suatu organisasi, terdapat kegiatan administrasi salah satunya yaitu proses
manajemen. Manajemen adalah usaha-usaha untuk mengkoordinasikan semua tugas
yang dilakukan oleh orang-orang dan mengarahkannya kepada tujuan yang hendak
dicapai. Organisasi dan manajemen adalah sarana dari administrasi. Administrasi adalah
suatu proses kegiatan penyelenggaraan yang dilakukan oleh seorang administrator secara
teratur dan diatur melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan akhir yang telah ditetapkan. Inti hubungan antara administrasi, organisasi dan
manajemen adalah organisasi sebagai wadah dari kegiatan administrasi, sementara
manajemen adalah salah satu aktivitas administrasi pada sebuah organisasi.
Administrasi merupakan proses kerja sama antar dua orang atau lebih berdasarkan
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Kemudian,
agar kegiatan kerja sama tersebut berhasil dengan baik maka dibutuhkan sebuah
kerangka atau wadah atau struktur. Wadah itulah yang dinamakan organisasi. Dalam
proses untuk mewujudkan organisasi yang baik maka diperlukan manajemen; melalui
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, penggerakkan, dan pengontrolan;
dengan begitu, tujuan organisasi akan tercapai.
Dengan demikian sekelompok orang yang bekerja sama mencapai tujuan tertentu disebut
administrasi, proses penggerakkan dalam administrasi disebut manajemen. Dan wadah
dari kegiatan kerja sama tersebut adalah organisasi.

2 Birokrasi sering kali digambarkan dengan proses yang berbelit-belit dan memerlukan
waktu yang cukup lama. Karenanya birokrasi tidak terlepas dari anggapan tidak efisien
dan tidak adil, serta mengancam kebebasan sosial. Birokrasi ditinjau dari asal kata atau
bahasanya berasal dari kata “Bureaucratie” dari bahasa Perancis yang mana “Bureau”
berarti meja tulis dan “Cratein” berarti kekuasaan. Dalam dunia pemerintahan, birokrasi
dapat dipraktikkan sebagai suatu sistem atau proses yang diciptakan untuk menjamin
mekanisme dan keteraturan kerja. Birokrasi juga dianggap sebagai sarana untuk
merealisasikan suatu tujuan organisasi, dan para petinggi dalam birokrasi berperan
sebagai pemantik dan pemicu dari sesuatu yang tidak mempunyai kepentingan pribadi.
Menurut Rouke (1978, dikutip dalam Sitindjak, 2017), birokrasi adalah sistem
administrasi yang terstruktur, dalam sistem hierarki yang jelas, dilakukan dengan aturan
tertentu, oleh orang-orang yang dipilih karena kemampuan dan keahlian di bidangnya.

Max Weber (1864-1921) merupakan sosiolog dari Jerman yang menciptakan model tipe
birokrasi ideal dimana suatu birokrasi menurutnya mempunyai suatu bentuk pasti ketika
semua fungsi dijalankan dalam cara-cara yang rasional. Max Weber sendiri mungkin
salah seorang yang paling berpengaruh di dunia atas ide dan pemikirannya dalam ilmu
pengetahuan sosial. Teori birokrasi miliknya dianggap sebagai teori ideal karena
merumuskan sesuatu yang abstrak menjadi suatu bentuk ideal dari organisasi yang
seharusnya dijalankan secara profesional dan rasional. Istilah “rasional” tersebut yang
menjadi kunci dari konsep birokrasi ideal oleh Max Weber.

Menurut Max Weber, birokrasi seharusnya dijalankan dalam sistem hierarki vertikal
yang ketat dan komunikasi antar pekerja yang terbatas. Layaknya mesin yang memiliki
suku cadang yang berbeda fungsi, maka sistem birokrasi harus dirancang berdasarkan
pembagian kerja dengan spesifikasi kerjanya masing- masing. Birokrasi juga harus
memiliki karakteristik bahwa alur kekuasaannya terpusat karena dianggap menjadi lebih
efektif dalam proses pengambilan keputusan dan spesifikasi para pekerja. Menurutnya
juga birokrasi adalah sistem yang tertutup karena lingkungan dianggap dapat
mengganggu kinerja organisasi. Dan yang paling penting, menurutnya peraturan adalah
hal utama dalam sistem birokrasi.

3 Sehingga pada bulan Mei tahun 2013 kemaren, Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Eko Prasojo mengungkapkan ada 7 realita kebobrokan
birokrasi di Indonesia, yaitu[1]:
Pola pikir para birokrasi di Indonesia terlalu sesuai aturan.
Orientasi budaya kerjanya lemah.
Birokrasi di Indonesia secara organisasi terlalu gemuk.
Peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis.
Banyak seorang birokrasi ditempatkan di posisi yang tidak sesuai dengan
kemampuannya.
Soal kewenangan yang tumpang tindih atau overlapping sehingga ada kecenderungan
penyalahgunaan kewenangan oleh birokrat.
Pelayanan publik yang buruk.
Pernyataan diatas membuktikan reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh pemerintah
bahkan ada departemen khusus untuk menangani sistem birokrasi di Indonesia belum
berhasil. Masih banyak celah-celah kelemahan yang masih kelihatan dan menjadi rahasia
umum bahwa aparatur sipil negara tidak maksimal dalam mencurahkan kinerjanya dan
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk peningkatan pelayanan publik[1].

Maka tak heran dalam survei Doing Business 2009 yang dibuat oleh International
Finance Corporation (IFC) di 181 negara, Indonesia berada pada urutan 129. Posisi
Indonesia berada jauh di bawah thailand yang menduduki peringkat 13, Malaysia di
urutan 20 dan Vietnam posisi ke-92, Indonesia hanya sedikit diatas Kamboja dengan
peringkat 135 dan Filipina dengan urutan 140, ASEAN perlu berbangga karena negeri
jiran Singapura mempertahankan posisinya di peringkat pertama disusul urutan
berikutnya Selandia Baru, AS, Hongkong dan Denmark.

Kalau kita membandingkan dengan negara-negara yang mana birokrasi pemerintahannya


telah berjalan dengan baik disertai adanya indikasi rasa kepuasan dari masyarakatnya
dalam menerima pelayanan dari pemerintahnya, ada beberapa hal yang bisa menjadi
tolak ukur kita dalam mencapai good governance tersebut. Diantaranya dengan the right
man on the right place, adanya analisis jabatan dalam penempatan seseorang dalam suatu
jabatan. Kesesuaian jabatan dengan kemampuan aparatur tersebut akan memudahkannya
dalam menerjemahkan isi kebijakan yang telah dibuat dan telah diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan serta kebijakan atasannya demi mewujudkan pelayanan
publik yang prima dan jangan sampai terjadi pemerintah hanya bisa membuat peraturan
saja namun tidak bisa melaksanakannya dengan baik.
Dari penjelasan di atas Birokrasi di Indonesia belum berjalan dengan baik. Contohnya
Birokrasi di Indonesia secara organisasi terlalu gemuk.

Akan tetapi, dalam menjalankan roda pemerintahan, ada suatu hal yang sangat dijaga
oleh para birokrat Indonesia dan sudah menjadi rahasia umum juga yaitu menutup aib
sesama antar birokrat. Budaya kerja seperti ini akan menimbulkan dampak negatif yang
luar biasa dalam mewujudkan good governance bahkan menjadi hambatan utama dalam
reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai

  • BJT - Tugas 3
    BJT - Tugas 3
    Dokumen3 halaman
    BJT - Tugas 3
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen4 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen3 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen5 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen4 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat