Anda di halaman 1dari 4

lOMoAR cPSD| 32416094

TUGAS 1
NAMA : SIYENTO
NIM : 049010241

1 Untuk memahami penyebab maraknya tawuran remaja ini, kita dapat mengadopsi salah
satu dari tiga perspektif sosiologi, yaitu interaksionisme simbolik, fungsionalisme
struktural, atau perspektif konflik.

Fenomena tawuran remaja di Indonesia dapat dianalisis menggunakan perspektif


sosiologi, seperti interaksionisme simbolik, fungsionalisme struktural, atau konflik.
Berikut adalah analisis penyebab maraknya fenomena tawuran remaja di Indonesia
menggunakan perspektif fungsionalisme struktural:

Fungsionalisme Struktural
Perspektif fungsionalisme struktural melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang
terdiri dari berbagai bagian yang saling berinteraksi dan berkontribusi untuk menjaga
keseimbangan sosial. Dalam konteks tawuran remaja, fenomena ini dapat dipahami
sebagai hasil dari ketidakseimbangan dalam struktur sosial.

1) Ketidakadilan sosial: Ketidakadilan sosial, seperti kesenjangan ekonomi,


pendidikan yang tidak merata, dan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya,
dapat menciptakan ketegangan dan frustrasi di kalangan remaja. Ketidakadilan
ini dapat memicu tawuran sebagai bentuk protes atau cara untuk mencari
keadilan.
2) Kurangnya pengawasan dan perhatian: Kurangnya pengawasan dan perhatian
dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat membuat remaja merasa terabaikan
dan tidak memiliki arah yang jelas. Hal ini dapat menyebabkan mereka mencari
identitas dan kekuatan dalam kelompok-kelompok tawuran.
3) Pengaruh lingkungan: Lingkungan sosial yang terlibat dalam tawuran, seperti
lingkungan yang keras dan kekerasan yang diterima sebagai norma, dapat
mempengaruhi perilaku remaja. Mereka mungkin terpengaruh oleh teman sebaya
atau kelompok yang terlibat dalam tawuran.
4) Kurangnya alternatif positif: Kurangnya alternatif positif, seperti kegiatan
olahraga, seni, atau program pengembangan diri, dapat membuat remaja
cenderung terlibat dalam tawuran sebagai bentuk ekspresi diri atau pencarian
identitas.
lOMoAR cPSD| 32416094

5) Media dan budaya populer: Media dan budaya populer juga dapat memainkan
peran dalam memperkuat fenomena tawuran remaja. Konten yang
mengagungkan kekerasan atau menggambarkan tawuran sebagai sesuatu yang
keren dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja.

Dalam perspektif fungsionalisme struktural, fenomena tawuran remaja di Indonesia


dapat dipahami sebagai hasil dari ketidakseimbangan dalam struktur sosial, ketidakadilan
sosial, kurangnya pengawasan dan perhatian, pengaruh lingkungan, kurangnya alternatif
positif, serta pengaruh media dan budaya populer. Untuk mengatasi fenomena ini, perlu
dilakukan upaya yang melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah,
masyarakat, dan pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang lebih seimbang,
memberikan perhatian dan pengawasan yang cukup, serta menyediakan alternatif positif
bagi remaja.

2 Fenomena tawuran remaja di Indonesia melibatkan berbagai bentuk interaksi sosial yang
dapat diamati. Berikut adalah beberapa bentuk interaksi sosial yang muncul dalam
fenomena tawuran remaja di Indonesia:

1) Konflik antarindividu: Tawuran remaja sering kali melibatkan konflik antara


individu atau kelompok remaja. Konflik ini dapat timbul karena perbedaan
pendapat, perasaan saling tidak suka, atau persaingan dalam hal tertentu.
2) Agresi fisik: Tawuran remaja sering kali melibatkan agresi fisik, seperti pukulan,
tendangan, atau penggunaan senjata tajam. Agresi fisik ini dapat menyebabkan
cedera serius atau bahkan kematian.
3) Pertarungan kelompok: Tawuran remaja sering kali melibatkan pertarungan
antara kelompok remaja. Kelompok-kelompok ini biasanya memiliki ikatan
sosial yang kuat dan berusaha melindungi anggota mereka.
4) Pengaruh kelompok sebaya: Tawuran remaja sering kali dipicu oleh pengaruh
kelompok sebaya. Remaja cenderung terpengaruh oleh teman-teman sebaya
mereka dan dapat terlibat dalam tawuran untuk mendapatkan pengakuan atau
status sosial di dalam kelompok mereka.
5) Stereotip dan prasangka: Tawuran remaja sering kali dipicu oleh stereotip dan
prasangka antar kelompok remaja. Stereotip negatif dan prasangka dapat memicu
konflik dan memperburuk situasi.
6) Ketidakmampuan menyelesaikan konflik secara konstruktif: Tawuran remaja
lOMoAR cPSD| 32416094

sering kali terjadi karena ketidakmampuan remaja untuk menyelesaikan konflik


secara konstruktif. Kurangnya keterampilan komunikasi dan penyelesaian
konflik yang efektif dapat memperburuk situasi dan memicu tawuran.

Penting untuk memahami bahwa tawuran remaja adalah perilaku yang tidak sehat dan
berbahaya. Penting bagi pemerintah, keluarga, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam
mencegah dan mengatasi fenomena tawuran remaja dengan mempromosikan nilai-nilai
positif, pendidikan, dan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi sosial yang sehat.

3 Fenomena tawuran remaja merupakan masalah serius yang perlu ditanggulangi dengan
solusi yang tepat. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah melalui pendekatan
akomodasi dalam interaksi sosial asosiatif. Akomodasi dalam interaksi sosial asosiatif
adalah proses saling mengakui dan menghormati perbedaan serta mencari kesepakatan
bersama untuk mencapai tujuan yang lebih baik.
Pertama, penting untuk membangun kesadaran akan pentingnya akomodasi dalam
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye sosial, seminar, atau diskusi
kelompok yang melibatkan remaja, orang tua, guru, dan tokoh masyarakat. Dalam
kegiatan ini, penting untuk mengedukasi remaja tentang pentingnya saling menghormati,
memahami perbedaan, dan mencari solusi bersama.
Kedua, perlu adanya peran aktif dari pihak sekolah dan keluarga dalam mengajarkan
nilai-nilai akomodasi kepada remaja. Sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan
akomodasi dalam kurikulum, misalnya melalui mata pelajaran seperti pendidikan
kewarganegaraan atau bimbingan konseling. Keluarga juga dapat memberikan contoh
dan mendukung remaja dalam mempraktikkan nilai-nilai akomodasi dalam kehidupan
sehari-hari.

Misalnya, pemerintah dapat menyediakan fasilitas dan ruang publik yang memungkinkan
remaja untuk berinteraksi secara positif, seperti taman, pusat kegiatan remaja, atau klub
olahraga. Dengan adanya tempat-tempat ini, remaja dapat saling bertemu,
berkomunikasi, dan membangun hubungan yang harmonis.

Dalam mengatasi fenomena tawuran remaja, solusi yang tepat adalah melalui pendekatan
akomodasi dalam interaksi sosial asosiatif. Dengan membangun kesadaran, mengajarkan
nilai-nilai akomodasi, dan menciptakan lingkungan yang mendukung, diharapkan remaja
dapat belajar untuk saling menghormati, memahami perbedaan, dan mencari solusi
bersama.
lOMoAR cPSD| 32416094

Anda mungkin juga menyukai

  • BJT - Tugas 3
    BJT - Tugas 3
    Dokumen3 halaman
    BJT - Tugas 3
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen4 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen3 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen5 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen4 halaman
    Tugas 1
    sartopo993
    Belum ada peringkat