Anda di halaman 1dari 2

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 13 No. 04 Desember z 2010 Halaman 167 - 168


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Editorial

IDEOLOGI APA YANG DIANUT OLEH KEBIJAKAN KESEHATAN


DI INDONESIA?

Ada pertanyaan menarik: sebenarnya ideologi “welfare-state” ini. Hal ini nampak pada janji janji
apa yang dianut oleh pemerintah Indonesia dalam kampanye yang seringkali berupa “pengobatan
penerapan kebijakan kesehatannya? Apakah gratis”. Kemudian disusul dengan adanya program
sosialisme, kapitalisme, etatisme, neoliberal, atau Jaminan Persalinan (Jampersal) yang bahkan
Pancasila? Sebuah pertanyaan yang cukup sulit membolehkan mereka yang tidak miskin untuk
dijawab karena ternyata dalam perjalanan sejarah digratiskan biaya persalinannya asal mau dirawat di
terjadi pergeseran bahkan pencampuran berbagai kelas 3 RS yang dikontrak. Pada saat yang sama
ideologi. Hal ini nampak contohnya dalam kebijakan Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan
pendirian rumah sakit swasta. Sejak jaman Belanda, menggulirkan 7 Reformasi Pembangunan Kesehatan
pihak swasta diberi peran yang cukup signifikan yaitu: 1) revitalisasi pelayanan kesehatan, 2)
untuk turut serta dalam membangun rumah sakit. ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu
Dengan demikian, sejak awal berdirinya, sebenarnya sumberdaya manusia, 3) mengupayakan
Indonesia sudah mempunyai ideologi yang berbasis ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektivitas,
pasar. Hal ini juga tampak dari adanya kelas-kelas keterjangkauan obat, vaksin dan alkes, 4) Jaminan
(VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3) dalam rumah kesehatan, 5) keberpihakan kepada daerah tertinggal
sakit yang menunjukkan adanya pengakuan akan perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah
struktur masyarakat yang didasarkan pada hierarki bermasalah kesehatan (DBK), 6) reformasi birokrasi,
sosial ekonomi. dan 7) world class health care.
Ideologi berbasis pasar ini semakin tampak Bila dicermati dari ketujuh reformasi ini terdapat
pada masa orde baru yang semakin lama semakin ideologi berbasis pasar dan sosialis sekaligus. Butir
mengurangi peran pemerintah. Contohnya keberpihakan pada daerah tertinggal dan
berkurangnya subsidi negara dan didorongnya pemerataan mencerminkan ideologi sosial liberal
“kemandirian” dan peran serta masyarakat dalam namun “world class health care” cenderung berbasis
membiayai pengobatan sehingga RS boleh pada intervensi pemerintah terhadap pasar dengan
memungut tarif dari masyarakat langsung. Dari tahun cara memberikan subsidi agar mampu bersaing
ke tahun, tampak bahwa pembangunan RS swasta dalam pasar kesehatan Asia Tenggara yang semakin
yang berbentuk PT semakin meningkat. Antara tahun bebas.
2002 sampai dengan 2008, ada penambahan 25 RS Penerapan beberapa ideologi dalam satu negara
berbentuk PT yang tadinya berasal dari bentuk ini berkembang menarik. Terdapat negara yang
Yayasan. Sebaliknya hanya 5 PT berubah bentuk menerapkan multi ideologi seperti Cina yang sistem
menjadi Yayasan. Tidak mengherankan bahwa RS politiknya komunis dan sosialis ternyata sistem
berbentuk PT ini melayani kelompok pasar ekonominya kapitalis. Amerika Serikat yang
menengah atas. kapitalis juga cenderung ke “kiri” atau “sosialis”
Namun menarik untuk diamati bahwa dalam dengan UU reformasi kesehatan yang meningkatkan
beberapa tahun belakangan ini, terjadi penguatan peran pemerintah dalam kesehatan.
peran pemerintah yang mencerminkan ideologi yang
tidak menyerahkan ke pasar. Sebagai contoh adalah Ideologi sebagai pedoman penetapan
program Jaminan Kesehatan Masyarakat kebijakan dan pelaksanaanya
(Jamkesmas) yang dananya berasal dari pemerintah Kebijakan kesehatan memerlukan mekanisme
pusat dan berfungsi “membeli” premi asuransi kontrol dan pola pengelolaan yang tepat. Dalam hal
kesehatan bagi orang miskin. Kebijakan ini ini ideologi dapat dipergunakan menjadi pedoman.
menunjukkan bahwa pemerintah merasa perlu untuk Sebagai gambaran dalam Jampersal diharapkan,
lebih berperan dalam pembiayaan kesehatan. “jangan sampai orang kaya masuk VIP sebuah RS
Adanya pemilihan presiden dan kepala daerah lalu meminta Jampersal membiayai persalinannya
langsung nampaknya juga berpengaruh terhadap di kelas 3, dan dia membayar selisihnya”. Hal ini
kebijakan yang cenderung mengandung ciri-ciri penting ditekankan karena Indonesia yang sangat

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010 z 167
Laksono Trisnantoro: Ideologi Apa yang Dianut Oleh Kebijakan Kesehatan di Indonesia?

luas ini mempunyai infrastruktur layanan kesehatan kaya atau yang tinggal di dekat sarana dan SDM
yang amat beragam. Daerah NTT dan Papua kesehatan.
kekurangan dokter dan fasilitas kesehatan yang Untuk itu, sebenarnya Jamkesmas dan
memadai sehingga Jampersal atau pelayanan Jampersal saja tidak cukup kalau tidak diiringi
kesehatan gratis tidak akan dirasakan manfaatnya pembangunan infrastruktur kesehatan. Pemerintah
oleh masyarakat jika di daerahnya tidak ada fasilitas harus juga memikirkan alokasi biaya investasi dan
kesehatan yang memadai dan tenaga kesehatan pemerataan SDM kesehatan, bukan hanya biaya
yang cukup. Bila orang kaya menggunakan operasional saja. Dengan pedoman ideologi,
Jampersal tanpa kontrol, maka akan ada kegagalan kebijakan pemerintah dalam konteks Jampersal ini
Jampersal untuk meratakan pelayanan ke daerah dapat lebih terarah untuk membantu masyarakat
sulit. Dana Jampersal akan tersedot oleh masyarakat yang memang perlu dibantu. (Laksono Trisnantoro
dan Sigit Riyarto).

168 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai