TUGAS BAB 2 KERANGKA TEORI Erlina Istiqomah - FB22012
TUGAS BAB 2 KERANGKA TEORI Erlina Istiqomah - FB22012
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pola Makan
i. Pengertian Pola Makan
Pola Makan adalah konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat mencapai
keseimbangan gizi maka setiap orang harus mengkonsumsi minimal satu jenis bahan
makanan dan tiap golongan bahan makanan yang sering disebut empat sehat lima
sempurna (Bobak, 2012). Kebutuhan energi pada kehamilan trimester III meningkat
300 kkal/hari atau sama dengan mengkonsumsi 100 gram daging ayam atau minum
dua gelas susu sapi (Varney, 2016).
Pola makan ialah information dimana mendeskripsikan jenis dan intensitas
konsumsi makanan dalam satu hari suatu individu atau kelompok masyarakat tertentu
(Sulistyoningsih, 2011).
Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi banyak. Mengingat selain
kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil harus memberikan nutrisi yang cukup untuk sang
janin. Karenanya wanita hamil memerlukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang lebih
tinggi dibandingkan wanita yang sedang tidak hamil. Kekurangan gizi selama
kehamilan bisa menyebabkan anemia gizi, bayi terlahir dengan berat badan rendah
bahkan bisa menyebabkan bayi lahir cacat (Waryana, 2016).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola makan adalah
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif atau mencapai
keseimbangan gizi pada tiap makanan yang dikonsumsinya dan ibu hamil kebutuhan
energinya meningkat.
ii. Asupan Makan
Asupan makan merupakan salah satu dari berbagai faktor yang berperan
penting dalam terjadinya kurang energi kronik (KEK). Pola makan masyarakat
Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan
tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat
yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi. Kebiasaan dan pandangan
wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus
pada bentuk tubuhnya. Mereka selalu takut pada hal yang membuat mereka terlihat
gemuk. Sehingga kebanyakan dari wanita takut akan mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalori banyak. Jika kebiasaan atau pandangan ini terus terjadi, maka
kejadian kurang energi kronik (KEK) akan terjadi pada wanita yang memiliki pola
makan tersebut. Jika wanita punya kebiasaan buruk seperti merokok, maka akan
bertambah pula faktor resiko dari kejadian kurang energi kronik ini (Supariasa, 2013)
Kecukupan gizi ibu saat hamil erat kaitannya dengan keadaan bayi yang
dilahirkan. Masa kehamilan yang paling kritis adalah trimester ketiga, yakni saat umur
janin sudah mencapai enam bulan, janin akan tumbuh cepat sekali. Hal ini dapat
dilihat dari kenaikan berat badan ibu yang makin cepat ketika memasuki trimester
kedua kehamilan. Selain itu, pertumbuhan otak janin selama kehamilan juga sangat
dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu. Pertumbuhan sel otak dimulai sejak berusia dua
puluh minggu atau lima bulan, jika terjadi kekurangan gizi pada ibu, maka jumlah sel
otak yang terbentuk juga tidak dapat mencapai jumlah yang seharusnya. Gangguan
pertumbuhan sel otak akibat kurang gizi akan menyebabkan terganggunya
pertumbuhan mental pada masa kanak-kanak seperti, kemampuan sosial anak
berkurang, kemampuan verbal anak tidak begitu baik, anak juga kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal tersebut dapat mempengaruhi Intelegensi
Quotient I.Q anak. Sehingga dapat menyebabkan rendahnya daya konsenterasi atau
pemusatan pikiran (Moehji, 2013).
Menurut Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 angka kecukupan gizi untuk
perempuan umur 16-49 tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, yang
Dianjurkan untuk Perempuan 16-29 Tahun di Indonesia (perorang perhari)
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat anti Hipertensi. Dan
secara khusus diharapkan mempunyai bioavailabilitas yang tinggi dan konsisten
sehingga aktivitasnya dapat diperkirakan (predict-able), mempunyai waktu paruh
(plasma elimination half-life) yang panjang sehingga diharapkan mempunyai efek
pengendalian tekanan darah yang panjang pula, dan meningkatkan survival dengan
menurunkan risiko gagal jantung dan mengurangi serangan balik (recurrent) infark
miokard. (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
Obat anti Hipertensi : Diuretika, penyekat Beta (Beta-blocker), Antagonis
kalium, Inhibitor ACE (Anti Converting Enzym), obat anti hipertensi sentral
(simpatolitika), obat penyekat Alpha (Alpha-blocker), dan Vasodilator. (Bustan,
2015).
viii.Komplikasi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya
menurut Price dan Wilson (2010), Corwin (2011), Vitahealth (2013), Setiati, Alwi,
Sudoyo, Simadibrata, dan Syam (2014), Irianto (2014) seperti :
1. Payah Jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi jantung tidak mampu
lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan
otot jantung atau sistem listrik jantung.
2. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi
pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak
yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
3. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju
ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan
tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah.
4. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta. Pendarahan pada retina
mengakibatkan pandangan menjadi kabur, kerusakan organ mata dengan
memeriksa fundus mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan
hipertensi yaitu retinopati pada hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada bagian otak,
jantung, ginjal dan juga mata yang mengakibatkan penderita hipertensi mengalami
kerusakan organ mata yaitu pandangan menjadi kabur.
Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit hipertensi menurut Departemen
Kesehatan (DepKes, 2006) adalah tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang
lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi
dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak,
dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit
serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark
miokard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi.
ix. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hipertensi dalam Kehamilan
1. Paritas
Kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama.Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko
meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primi tua lama perkawinan ≥4
tahun juga dapat beresiko tinggi timbul preeklamsi
2. Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20 tahun dan setelah
usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun dianggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklampsia,
selaain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan
alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih beresiko untuk
terjadi preeklamsi.
3. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum
hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat
hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan
morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsia
ditegakkan berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria
dan edema anasarka.
4. Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya
lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsia. Secara umum,
preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada
kalangan ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di
negara berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering
terjadi
5. Hiperplasentosis /kelainan trofoblas
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi
terjadinya preeklampsia, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan
perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat
mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi
preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple,
diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus mola hidatidosa (Cunningham,
2013).
6. Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang
mengalami preeklamsia 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsia
pula, sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya
kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang
selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya
vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi
(Cunningham, 2013).
7. Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya disertai
kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa
merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, rematik dan berbagai jenis
keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hubungan antara berat badan ibu
dengan resiko preeklamsi bersifat progresif, meningkat 4,3 % untuk wanita dengan
indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 %
untuk mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2.
8. Pola Makan
Pola Makan tidak sehat sangatlah berpengaruh pada peningkatan proporsi
gangguan pada kesehatan di tiap golongan umur. Pentingnya menjaga pola makan
akan sangat berpengaruh pada minimnya penyakit yang muncul termasuk hipertensi
(Ogis, 2018). Kecenderungan menyukai makanan instan yang jelas tinggi andungan
Natriumnya serta minimnya aktivitas fisik pada ibu hamil adalah penyebab
terjadinya hipertensi (Ratnawati, 2017)
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hipertensi :
1. Paritas
2. Usia
5. Soasial ekonomi
6. Genetic
7. Kelainan trophoblast
Degenerasi/
Umur
Penebalan Stress
dinding rahim
Aktivitas Syaraf
HIPERTENSI
Etnis/Suku Simpatis
Meningkat
Riwayat Penggunaan
Jenis Kelamin
DM Estrogen/pil
KB
Hanifah. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo; 2017
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta. Balitbang Kemenkes RI; 2018
Karthikeyan, VJ. Hipertensi dalam kehamilan; di Nadar, S. dan Bibir, GYH, Hipertensi, Ch. 22,
2 nd Ed . Perpustakaan Kardiologi Oxford. Oxford; 2015
Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. 2018
Nugroho. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika; 2017
Rampengan, Starry H. penyakit jantung pada kehamilan. Badan penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014
Sihotang, Corry. Hubungan Pola Makan Dan Kecukupan Istirahat Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru. Jurnal Kesehatan; 2016
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka; 2018
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta; 2017
Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2018
Supariasa, I., Bachyar , B., & Ibnu, F. Pendidikan & Konsultasi Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2013
Sulistyoningsih. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011
Sulistyawati. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika; 2012
Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC; 2012
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2018
Pudiastuti DR. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Dan Patologi Yogyakarta: Nuha Mediks;
2012.
Proverawati, A dan Siti, A. 2010. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010
Varney, Kriebs dan Gegor. Buku Ajar Asuhan kebidanan. Jakarta. EGC; 2010
Waryana. Gizi. Yogyakarta: Pustaka Rahima; 2016.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka; 2017
Widyanto, F. C dan Triwibowo, C. Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini, Jakarta. Trans Info
Media; 2013
WHO, Data Angka Kematian Ibu. Jakarta; 2018