Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

“REGENERASI DAN METAMORFOSIS”

DI SUSUN OLEH:

ALDI ADITYA (2022310302)

SUSI ARIANTI (2022310315)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA


2023

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atasberkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah
makalahdengan tepat waktu.Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah
dengan judul“regenerasi dan morfologi”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita semua.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kamibuat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini penulis mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga AllahSWT memberkahi makalah
ini sehingga dapatmemberikan manfaat kepada kitasemua.Semoga makalah ini
bermanfaat.aminn

Bulukumba,10 Juni 2023

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan

BAB II Pembahasan

A.Pengertian Regenerasi

B. Mekanisme Regenerasi

C. Regenerasi hewan Vertebrata

D. Tipe Regenerasi

E. Pengertian Metamorfosis

F. Metamorfosis pada hewan verteberata

BAB III Penutup

A.Kesimpulan

B.saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali
seperti semula. Menurut Adnan et all., (2007), regenerasi merupakan suatu
peristiwa yang terjadi atas beberapa tahap, yaitu : Penyembuhan luka,
Penyembuhan jaringan, Pembentukan blastoma, Morfologi dan redeferensiasi.
Regenerasi bias terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Pada hewan terdiri dari
regenerasi invertebrate dan vertebrata. Ada tiga tipe regenerasi yaitu regenerasi
morfolaksis, intermediet, dan epimorfik. Metamorphosis berasal dari bahasa
Yunani (Greek), Meta yang berarti di antara, sekitar, setelah, Morphe yang berarti
bentuk, dan Osis yang berati bagian dari. Metamorfosis adalah suatu proses
biologi dimana seekor hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis
setelah dilahirkan atau menetas yang melibatkan perubahan bentuk atau struktur
melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :

1) Apa yang dimaksud dengan Regenerasi?

2) Bagaimana mekanisme Regenerasi?

3) Bagaimana Regenerasi hewan Vertebrata?

4) Apa saja Tipe Regenerasi?

5) Apa yang dimaksud Metamorfosis?

6) Bagaimana Metamorfosis pada hewan verteberata ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini, yaitu :

1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Regenerasi


2) Untuk mengetahui mekanisme Regenerasi

3) Untuk mengetahui Regenerasi hewan Vertebrata

4) Untuk mengetahui Tipe Regenerasi

5) Untuk mengetahui yang dimaksud Metamorfosis

6) Untuk mengetahui Metamorfosis hewan vertebrata


BAB II
PEMBAHASAN

1. Regenerasi

A. Pengertian Regenerasi

Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti
semula. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar; ada yang
sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang; dan ada yang berat yang
menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang. Menurut Balinsky (1981), suatu
organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau
jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi
natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau
eksperimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan
dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi.
Sedangkan menurut Adnan et all., (2007), regenerasi merupakan suatu peristiwa yang
terjadi atas beberapa tahap, yaitu :
1. Penyembuhan luka.
2. Penyembuhan jaringan.
3. Pembentukan blastoma.
4. Morfologi dan redeferensiasi.
Dapat disimpulkan bahwa regenerasi adalah kemampuan untuk memperbaiki sel,
jaringan atau bagian tubuh yang rusak, hilang atau mati. Pada hewan tingkat tinggi proses
regenerasi hanya terbatas pada jaringan saja, namun pada hewan tingkat rendah proses
regenerasi dapat sampai pada tingkat organ.

B. Mekanisme Regenerasi
Pembentukan kembali proses-proses morfogenetik pada tahap lanjut dari siklus
ontogenetik adalah dengan cara destruksi sebagian sistem yang telah berkembang sebagai
hasil perkembangan sebelumnya. Organisme khususnya golongan hewan memiliki
kemampuan untuk memiliki dan memperbaiki kerusakan-kerusakan bagian tubuh secara
ekstensif baik akibat kecelakaan pada kondisi alamiah maupun akibat disengaja dalam
suatu percobaan. Kerusakan yang diperbaiki itu mungkin berupa pemulihan kerusakan
akibat hilangnya bagian tubuh utama umpamanya anggota badan mungkin hanya berupa
penggantian kerusakan-kerusakan terjadi dalam proses fisiologi biasa. Dalam peristiwa
tersebut nampak adanya suatu kemampuan organisme untuk memperbaharui kembali
bagian tubuh yang terganggu/rusak dan proses perbaikan tersebut dengan regrenasi
kembali.
Peristiwa regenerenasi bagi organisme merupakan hal yang sangat penting karena
proses yang esensial selama perjalanan hidup organisme. Adanya bagian tubuh yang lepas
akibat ketuaan atau kecelakaan dengan proses regrenasi bagian tubuh yang lepas akan
diganti kembali dengan jaringan baru kembali. Dan juga beberapa organisme proses
regenerasi merupakan hal yang sangat penting dalam reproduksi secara aseksual (Philip,
1978). Menurut sejarahnya kerangka filosofis untuk studi regenerasi sebagian besar telah
dirumuskan oleh Morgan secara aktif terus dilakukan penelitianpenelitian hingga sampai
sekarang.
Adanya regenerasi pada organisme dewasa mununjukkan suatu bukti bahwa medan
morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya regenerasi anggota badan
yang hilang, dalam proses regenerisasi melibatkan berbagai proses yang serupa dengan
yang terjadi pada perkembangan embrionik, seperti bagaian yang rusak muncul sel-sel,
kemudian memperbanyak diri berhimpun menjadi jaringan dan akhirnya mencapai keadaan
yang berbeda. Lagi pula pada beberapa species regenerasinya hanya terjadi hanya terjadi
pada hewan dewasa saja, embrionya sama sekali tidak memiliki kemampuan regenerasi,
umpamanya suatu telur Ascida yang kehilangan blastometernya akan berkembang menjadi
larva yang tidak lengkap, misalnya lagi Annelida yang kehilangan sel 4 d nya, akan
kehilangan sebagian besar mesodermnya, pada hal Ascida dan Annelida dewas sama-sama
memiliki daya regenerasi yang tinggi selama kehidupan dewasanya.
Seperti halnya pertumbuhan dan perkembangan embrionik pada proses regenerasi pun
melibatkan pula ekspresi pengaturan kemampuan perkembangan yang diatur secara
genetis. Oleh karena itu regenerasi merupakan bidang yang bermanfaat karena memberikan
pandangan baru untuk pengertian yang lebih mendalam mengenai mekanisme umum dalam
pengaturan pertumbuhan dan diferiansiasi.
C. Regenerasi Vertebrata

a. Aves
Regenerasi pada aves, atau burung, memiliki beberapa kemampuan yang menarik.
Beberapa bentuk regenerasi yang paling menonjol pada aves meliputi:

1. Regenerasi Bulu: Burung memiliki kemampuan untuk meregenerasi bulu mereka.


Jika mereka kehilangan bulu karena luka atau aus, mereka dapat menggantinya
dengan bulu baru. Ini membantu menjaga isolasi termal dan penampilan mereka yang
khas.
2. Regene rasi Tulang: Avian memiliki kemampuan untuk meregenerasi tulang yang
rusak atau patah. Proses regenerasi ini melibatkan pembentukan jaringan tulang baru
yang mengisi celah di antara fragmen tulang yang rusak. Meskipun regenerasi tulang
burung biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pada reptil atau
amfibi, kemampuan ini tetap menjadi fitur yang menarik.
3. Regenerasi Jaringan Otot: Beberapa burung juga dapat meregenerasi jaringan otot
yang rusak. Misalnya, pada kolibri, yang memiliki kecepatan sayap yang tinggi, otot-
otot penerbangannya dapat mengalami kerusakan karena kelelahan atau cedera.
Namun, kolibri memiliki kemampuan untuk meregenerasi dan memperbaiki otot-otot
ini.

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua jenis regenerasi yang ditemukan pada
hewan lain, seperti reptil dan amfibi, dapat ditemukan pada burung. Misalnya, burung tidak
memiliki kemampuan untuk meregenerasi anggota tubuh yang hilang, seperti ekor atau
anggota tubuh lainnya. Regenerasi pada burung lebih cenderung terfokus pada pemulihan
jaringan dan organ yang ada.
b. Amphibia
Jenis amfibia yang sering digunakan sebagai objek studi regenerasi adalah
Salamander. Dipakai contoh salamander (Urodela) dalam penelitian (eksperimen)
untuk meneliti proses regenerasi. Satu kaki salamander ini dipotong dekat pangkal
lengan. Terjadilah proses berikut:
Darah mengalir menutupi permukaan luka, lalu membeku, membentuk “scab”
yang sifatnya melindungi.

Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah “scab”. Sel epitel itu
bergerak secara amoebid. Dan sel epitel tersebut memerlukan waktu dua hari
untuk menutupi luka secara sempurna. (Pada evertebrata otot bawah kulit ikut
berkerut untuk mempercepat epitel menutupi luka).

Dedifferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga jaringan-jaringan tersebut


akan bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis
jaringan baru. Matrix tulang dan tulang rawan melarut, sel-selnya lepas dan
bersebar di bawah epitel.

Pembentukan blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka.


“Scab” mungkin sudah lepas pada proses ini. Blastema berasal dari penimbunan
sel-sel yang berdifferensiasi.

Proliferasi sel-sel dedifferensiasi secara mitosis. Proliferasi ini serentak dengan


proses differensiasi, dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang
maksimal, dan waktu itu tak membesar lagi.

Redifferensiasi sel-sel dedifferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi


sel-sel blastema itu (Yatim, 1984).

Secara experimental dilakukan pula amputasi terhadap ekor salamander. Ternyata


hasil regenerasi itu tidak sama seperti semula. Ekor baru tidak itu tidak mengandung
notochord lagi, dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan
(Carlson, 1998). Ruas-ruas itu hanya menyelaputi batang saraf (medulla spinalis).
Jumlah ruas vertebrae itu pun tidak selengkap asal. Membuktikan bahwa sel
dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan jaringan yang bukan dari
mana dia berasal, dilakukan experiment amputasi lensa salamander. Lensa baru
terbentuk dengan proses yang disebut regenerasi Wolffian. Artinya lensa baru terbentuk
dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal dari mesoderm. Padahal embryologis
lensa itu tumbuh dari epidermis (Jasin, 1984).
c. Reptil

Reptilia hanya terbatas pada ekor, yang seperti kepiting juga untuk melepaskan diri
dari tanggapan musuh, ekor dibiarkan lepas. Proses regenerasi pada reptil berbeda
dengan pada hewan golongan amfibi. Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau
perbanyakan sel-sel blastema. Regenerasi pada reptil diketahui bahwa ekor yang
terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara
struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).

Cicak mempunyai daya regenerasi pada bagian ekor yang putus dengan cukup
kokoh. (Kaltroff, 1996). Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang
memungkinkan untuk bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi
bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi
tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang
khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi
merupakan perwujudan dari mutilasi diri.

Cicak jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan
ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi
tidak sama seperti semula (Strorer, 1981). Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya
menyebar menutupi permukaan luka dan membentuk tudung epidermis apikal. Semua
jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut
blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema
mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu anggota badan
terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi. Hal inilah
yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal
(Kalthoff, 1996).

Secara eksperimental pada ekor cicak yang telah dipotong, ternyata hasil
regenerasinya tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan
ekor yang dipotong. Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae yang baru
hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan. Ruas-ruas ini hanya meliputi batang syaraf
(medula spinalis), jumlah ruas itu pun tidak lengkap seperti semula. Proses perbaikan
pertama pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka dengan cara
penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum
berdiferensiasi terlihat.Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang
sedang berkembang.

Berdasarkan pengamatan cicak yang telah diputus ekornya dan dipelihara kurang
lebih selama satu bulan mempunyai daya regenerasi sebagai berikut:

• minggu pertama : cicak mengalami pertambahan panjang 2 mm


• minggu kedua : cicak mengalami pertambahan panjang 3 mm
• Menurut Kalthof (1996), Regenerasi tidak sempurna ditandai dengan adanya
bentuk tubuh yang sama, tetapi ukurannya berbeda pada salah satu fase regenerasi.
d. Pisces

Pada pisces regenerasinya terbatas hanya pada sirip. Regenerasi pada sirip ikan
digolongkan sebagai regenerasi epimorfik. Tipe regenerasi ini ditandai dengan
pembentukan epidermis penutup luka, pembentukan blastema pluripoten, diferensiasi
blastema, sintesis dan deposisi matriks ekstra seluler dan pertumbuhan serta restorasi
morfologi (Nakatani et al., 2008; Shao et al., 2009).

Akimenko et al., (2003) menyatakan, sebagian besar penelitian mengenai


diferensiasi sel selama regenerasi sirip telah berfokus pada analisis regenerasi tulang.
Blastema pada hemiray sirip akan saling terhubung satu sama lain dengan jaringan
ikat membentuk protoplasma pada permukaan sirip yang dipotong. Selsel
protoplasma yang melapisi jaringan epitel mesenchym akan berdiferensiasi menjadi
scleroblasts. Scleroblasts berperan dalam sekresi matriks penyusun tulang pada sirip
yang beregenerasi. Beberapa scleroblasts bermigrasi ke daerah antara lepidotrichia
baru dan membran basal epitel, kemudian berperan mensintesis matriks penyusun
tulang dan deposisi matriks lepidotrichia di permukaan luar hingga menyebabkan
hemirays pada sirip dikelilingi oleh scleroblasts. Mineralisasi tulang hemirays pada
sirip ikan diamati menggunakan pewarnaan alizarin red. Menurut Fu dan
Somasundaran (1986) alizarin red dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan
kalsium dalam suatu jaringan yang sedang berkembang.

Lapisan epidermis pada sirip ikan memiliki peranan penting dalam proses
regenerasi sirip ikan. Struktur ini pada proses penyembuhan luka melindungi infeksi
dari mikroorganisme yang ditemukan di lingkungan air, seperti jamur, bakteri dan
protozoa yang dapat menyebabkan penyakit. Mikroorganisme ini dapat
menghasilkan infeksi yang dapat mengganggu dalam penyembuhan dan pemulihan
bagian-bagian yang rusak. Lapisan epidermis memiliki fungsi penting sebagai
pertahanan terhadap lingkungan eksternal (Böckelmann et al., 2010).

e. Mamalia

Pada mamalia, termasuk manusia, daya regenerasinya kecil sekali; hanya


terbatas pada taraf histologis, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat
beregenerasi ialah tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat, dan juga beberapa
kelenjar pencernaan seperti hati dan pancreas (Yatim, 1984).

Tulang

Proses penyembuhan pada tulang memakan waktu yang cukup lama. Kita ambil
contoh kalau terjadi patah tulang. Mula-mula darah membeku di tempat patahan
(fraktur). Disusul denga hancurnya matrix tulang dan osteosit di tempat itu pun juga
mati. Periosteum dan endosteum sekitar patahan bereaksi, denga terjadinya
proliferasi fibroblastnya. Hasilnya terjadi penumpukan sel-sel di celah patahan
(Carlson, 1998). Disusul dengan terbentuknya tulang rawan hialin di tempat itu.
Lantas terjadi ossifikasi secara endochondral dan membranous.

Trabeculae terbentuk di celah patahan, yang menghubungkan kedua ujung


patahan, disebut callus. Ossifikasi berlangsung terus, sampai celah terisi semua
kembali dengan bahan tulang. Dalam rangka penyembuhan patah tulang biasanya
dilakukan penekanan dari luar (berupa bilah papan). Ini menolong remodeling
callus sehingga kedua tepi patahan bertaut dengan rata oleh callus. Taraf akhir,
callus diresap dan diganti oleh tulang lamella (Carlson, 1998).

Tulang Rawan

Tulang rawan sulit beregenerasi kalau seseorang sudah dewasa. Biasanya hasil
regenarasi itu pun tidak sesempurna seperti semula. Seperti halnya dengan
penyembuhan patah tulang, di sisi sel-sel fibroblast dari perichondrium masuk
patahan dan menghasilkan jaringan tulang rawan di situ. Jika kerusakan tulang
rawan itu besar, sel fibroblast di tempat patahan membentuk jaringan ikat rapat
(Jasin, 1984).

Otot

Otot jantung kalau orang dewasa tak dapat beregenerasi. Kalau terjadi
kerusakan (seperti infarct jantung), bekas otot yang rusak ditempati jaringan ikat
berupa parut. Pada otot lurik regenerasi dilakukan oleh sel satelit yang terletak
bersebar di lamina basalis yang menyelaputi serat otot. Ketika terjadi kerusakan,
sel-sel satelit sekitar kerrusakan jadi aktif dan berproliferasi, membentuk sel-sel otot
lurik baru. Otot polos dapat beregenerasi sendiri, dengan melakukan motosis
berulang-ulang untuk menggantikan yang rusak (Yatim, 1984).

Saraf

Serat saraf tepi, kalau putus dapat juga beregenerasi, asal perikaryon (soma
neuron) tidak ikut rusak. Jika urat saraf terpotong, bagian ujung yang lepas dari
perikaryon akan berdegenerasi dan debrisnya diphagocytosis makrograf. Bagian
pangkal yang berhubungan dengan porikaryon tetap tertahan, dan akan
beregenerasi (Wiyono, 2005). Terjadi proses sebagai berikut:

1. Chrmatolysis, yakni melarutnya badan nissl

2. Perikaryon membesar

3. Inti berpindah ke tepi

4. Bagian ujung axon yang dekat luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi

5. Di ujung axon yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan oleh
makrofag, sel schwann berproliferi membentuk batang selsel. Bagian
proximal axon kemudian tumbuh dan bercabangcabang mengikuti batang sel-
sel Schwann ke bagian distal, sehingga mencapai alat effector (otot, kelenjar)
(Wiyono, 2005).

Hati

Daya regenerasi hati besar juga. Pada tikus 2/3 bagian belahan hati dapat
diangkat, beberapa hari kemudian tumbuh lagi sampai sebesar semula. Jika hati
kemasukan zat kimia yang sifatnya meracun sel-selnya, seperti hidrokarbon
berchlor atau karena saluran empedu tersumbat, sebagian belahan hati dapat rusak.
Bagian belahan hati yang rusak ini dapat diperbaiki lagi. Sel-sel epitel pelapis
saluran empedu dalam hati pun dapat ikut bermitosis untuk menumbuhkan saluran-
saluran baru bagi bagian yang sedang beregenerasi. Makin lanjut umur seseorang,
maka daya regenerasi hatinya makin susut (Ngatidjan, 1991).

Pancreas

Daya regenerasi pancreas kecil saja. Jika segumpal besar pancreas rusak dan
lepas, regenerasi tidak akan dapat mengembalikan alat itu seperti semula; hanya
perbaikan di pinggiran yang tipis saja. Jadi gumpalan yang hilang tetap tidak akan
terganti. Apabila sebagian kecil saja yang rusak, dapat terjadi regenerasi pada
saluran dan pulau langerhans, sedangkan regenerasi pada kelenjar acini sedikit
sekali (Yatim, 1984).

D. Tipe Regeneration

Menurut Lukman (2009), ada tiga-tipe regenerasi yaitu regenerasi morfolaksis,


intermediet, dan epimorfik.

1) Regenerasi morfolaksis yakni suatu proses perbaikan yang melibatkan


reorganisasi bagian tubuh yang masih tersisa untuk memulihkan kembali bagian
tubuh yang hilang. Pemulihan bagian yang hilang itu sepenuhnya diganti oleh
jaringan lama yang masih tertinggal.

2) Regenerasi intermediet melibatkan pembelahan sel-sel tetapi mempertahankan


fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Regenerasi intermediet disebut juga sebagai
regenerasi konsenpatori. Pada regenerasi ini, sel-sel membelah, tetapi
mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Tipe regenerasi
konsenpatori khas pada hati manusia.

3) Regenerasi epimorfik merupakan salah satu tipe regenerasi yang melibatkan


dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang belum
terdiferensiasi. Masa sel tersebut dikenal dengan blastema. Blastema
direspisifikasi membentuk struktur baru untuk menggantikan struktur yang
hilang. Regenerasi epimorfik terjadi pada pergantian membran (alat gerak)
contohnya kaki menjadi sirip (Tanaka dan Reddien, 2011).

Sousa et al. (2011) menambahkan regenerasi epimorfik adalah proses yang


mengarah ke pergantian organ atau jaringan yang disebabkan oleh cedera atau
amputasi, ditandai dengan pembentukan struktur sementara yang disebut blastema.
Blastema berperan penting dalam proses regeneratif dan terdiri dari sebuah
kumpulan proliferatif sel yang bertanggung jawab untuk pemulihan jaringan yang
hilang.

2. Metamorfosis

A. Pengertian Metamorfosis

Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani (Greek), Meta yang berarti di


antara, sekitar, setelah, Morphe yang berarti bentuk, dan Osis yang berati bagian
dari. Metamorfosis adalah suatu proses biologi dimana seekor hewan secara fisik
mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas yang
melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan
differensiasi sel.

B. Metamorfosis pada hewan verteberata

1. Aves

Aves, atau burung, tidak mengalami metamorfosis seperti yang terjadi pada
beberapa kelompok hewan lain seperti serangga (misalnya kupu-kupu) atau amfibi
(misalnya katak). Metamorfosis adalah perubahan drastis dalam bentuk tubuh suatu
organisme selama siklus hidupnya.

Burung melewati siklus hidup yang dikenal sebagai siklus hidup burung. Biasanya,
ini melibatkan penetasan telur, di mana anak burung yang belum berkembang
sepenuhnya keluar dari telur. Kemudian, anak burung tersebut tumbuh dan
berkembang melalui tahap-tahap muda sampai mereka mencapai dewasa. Selama
proses ini, mereka mengalami pertumbuhan, perkembangan organ, dan perubahan
penampilan, tetapi tidak mengalami perubahan yang mendalam seperti
metamorfosis.

Namun, terdapat beberapa perubahan dalam penampilan burung saat mereka tumbuh
dari anak burung menjadi burung dewasa. Misalnya, mereka mungkin mengalami
perubahan warna bulu, perubahan bentuk paruh, atau perubahan suara. Tetapi
perubahan ini lebih merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan normal
selama siklus hidup burung daripada metamorfosis yang diatur oleh perubahan
hormonal secara drastis.

Jadi, meskipun burung mengalami perubahan dalam penampilan dan fungsi organ
mereka saat tumbuh, istilah "metamorfosis" biasanya tidak digunakan untuk
menggambarkan perubahan ini pada burung.

2.Amphibi

Pada metamorfosis amphibi banyak sekali mengalami perubahan baik secara


morfologi maupun fisiologi. Metamorphosis pada amphibia termasuk kedalam
metamorphosis sempurna. Metamorphosis sempurna merupakan metamorphosis
yang melewati tahapan-tahapan mulai dari telur-larva-pupa-imago (dewasa).
Contoh metamorphosis sempurna terjadi pada katak

Amphibia mengalami metamorphosis seperti halnya serangga. Kecebong anura


memiliki tubuh langsung dengan ekor panjang dan bersirip, gigi serta rahang berzat
tanduk dan lipatan operculum yang menutupi ingsang. Kecebong adalah herbivor,
mempunyai usus yang panjang dan berliku-liku. Kecebong harus mengalami
metamorphosis untuk mencapai bentuk dewasanya.

Proses Metamorfosis Sempurna Pada Katak, sebagai berikut:

Katak betina dewasa bertelur kemudian telur tersebut menetas. Setelah 10 hari
telur tersebut menetas menjadi berudu. Berudu hidup di air. Setelah berumur 2 hari
berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3
minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu kaki
belakang berudu akan terbentuk. Kemudian membesar ketika kaki depan mulai
muncul. Umur 12 minggu kaki depannya mulai berbentuk, ingsang tak berfungsi
lagi ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru. Maka bentuk dari
muka akan lebih jelas. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak
tersebut akan berubah menjadi katak dewasa dan kembali berkembang biak.

Lamanya periode larva pada anura berbeda-beda. Pada beberapa spesies, stadium
kecebong dapat berlangsung selama satu tahun atau lebih. Perubahan pertama
ditandai dengan munculnya pembengkakan pada kedua sisi ujung posterior tubuh
yang merupakan tunas-tunas kaki yang berkembang selama periode pre-
metamorfosis sampai mencapai ukuran sepanjang tubuh (Gambar 2). Kemudian
terjadilah serangkaian perubahan yang cepat yaitu klimaks metamorphosis dan
dalam waktu lebih kurang seminggu, kecebong berubah menjadi katak kecil
sempurna.

Pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan
menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi
Berudu. Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk
bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit.
Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian
membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai
berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paruparu. Setelah
pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi
katak dewasa.

Proses Morfologi

Pada amphibi, metamorfosis umumnya digabungkan dengan perubahan


persiapan yang mana dari organisme aquatik untuk menjadi organisme daratan.
Pada urodela (salamander), perubahan ini meliputi berkurangnya ekor dan
rusaknya insang bagian dalam dan berubahnya struktur kulit. Pada anura,
perubahan metamorfosis berlangsung secara dramatis dan kebanyakan
organorgannya telah termodifikasi. Perubahan ini meliputi hilangnya gigi dan
insang internal pada anak katak, seperti hilangnya ekor, kemudian akan terjadi
proses pembentukan seperti berkembangnya anggota tubuh dan morfogenesis
kelenjar dermoid. Perubahan lokomosi terjadi dari pergerakan ekor menjadi
terbentuknya lengan depan dan lengan belakang. Gigi yang digunakan untuk
mencabik tanaman hilang dan digantikan dengan perubahan bentuk baru dari
mulut dan rahangnya, otot dari lidah juga berkembang, insang mengalami
degenerasi, paru-paru membesar, otot dan tulang rawan berkembang untuk
memompa udara masuk dan keluar pada paru-paru. Mata dan telinga
berdiferensiasi. Telinga bangian tengah berkembang dan membran timfani terletak
pada bagian telinga luar.

a. Proses Biokimia

Penambahan secara nyata pada perubahan morfologi, yang terpenting


adalah terjadinya transformasi biokimia selama metamorfosis. Pada berudu,
fotopigmen retina yang utama adalah porphyropsin. Selama metamorfosis,
pigmen ini merubah karakterisik fotopigmen dari darat dan vertebrata perairan.
Pengikatan hemoglobin (Hb) dengan O2 juga mengalami perubahan. Enzim
yang terdapat pada hati juga mengalami perubahan, hal ini disebabkan adanya
perubahan habitat. Kecebong bersifat ammonotelik yaitu mensekresikan
amonia, sedangkan katak dewasa bersifat ureotelic yaitu mensekresikan urea.
Selama metamorfosis, hati mensintesis enzim untuk siklus urea agar dapat
membentuk atau menghasilkan urea dari CO2 dan amonia.

b. Perubahan spesifik

Organ tubuh yang berbeda juga akan merespon beda pada stimulasi
hormon. Stimulus yang sama menyebabkan beberapa jaringan degenerasi dan
menyebabkan diferensiasi dan perkembangan yang berbeda. Respon hormon
thyroid lebih spesifik pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada ekor, T3
menyebabkan kematian dari sel-sel epidermal. Meskipun terjadi kematian dari
selsel epidermal pada ekor, kepala dan epidermis tubuh tetap melanjutkan
fungsinya.

c. Hormon yang berperan dalam metamorfosis katak

Metamorfosis ini dikontrol hormon thyroid. Perubahan metamorfosis dari


perkembangan katak dengan mensekresikan hormon thyroxin (T4) dan
triiodothronine (T3) dari thyroid selama metamorfosis. Peranan hormon T3
lebih penting, hal ini disebabkan perubahan metamorfosis pada
thyroidectomized berudu memiliki konsentrasi yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan hormon T4. Koordinasi dari perubahan perkembangan
dan respon molekul hormon thyroid. Salah satu masalah utama dari
metamorfosis adalah koordinasi saat perkembangan.

Pada dasarnya, ekor tidak mengalami degenerasi sampai terbentuk dan


berkembangnya organ-organ lokomosi. Seperti berkembangnya kaki dan
tangan untuk pergerakan dan insang tidak akan mengalami perubahan fungsi
sampai berkembang otot paru-paru. Hal ini menunjukkan bahwa koordinasi
metamorfosis yang berbeda pada jaringan dan organ akan memberikan respon
yang berbeda pada hormon. Untuk menjamin sistem kerja ini, 2 organ yang
sensitif terhadap thyroksin yaitu thyroid dan kelenjar pituitary, akan meregulasi
produksi hormon thyroid. Hormon thyroid berfungsi untuk membentuk
hubungan timbal balik dengan kelenjar pituitary yang menyebabkan interior
pituitary menginduksi thyroid untuk menghasilkan T3 dan T4 lebih banyak.
Selain itu, hormon thyroid juga berfungsi untuk transkripsi dan mengaktivasi
transkripsi pada beberapa gen. Seperti transkripsi gen untuk albumin, globin
dewasa, keratin kulit dewasa diaktivasi oleh hormon thyroid. Respon T3 adalah
aktivasi transkripsi gen reseptor hormon thyroid (TR). TR berikatan dengan sisi
yang spesifik pada kromatin sebelum hormon thyroid dibentuk. Ketika T3 dan
T4 masuk kedalam sel, dan berikatan dengan ikatan reseptor kromatin, hormon
reseptor kompleks dirubah dari aktivator transkripsi. Belum diketahui
mekanisme dari hormon thyroid dengan respon yang berbeda pada jaringan
yang berbeda (proliferasi, diferensiasi, kematian sel). Pembentukan anggota
tubuh tidak tergantung hormon thyroid, hal ini terjadi pada pembelahan
holoblastic dimana gastrulasi diawali pada posisi subequatorial, pembentukan
neural dibagian permukaan dan kuncup anggota tubuh juga terbentuk dibagian
permukaan. Pembentukan anggota tubuh tidak tergantung pada hormon thyroid.

3. Pisces
Pisces merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelompok hewan
yang terdiri dari ikan. Metamorfosis pada ikan dapat terjadi pada beberapa spesies,
terutama pada ikan tertentu yang termasuk dalam kelompok ikan bertulang
(Osteichthyes), yang juga mencakup ikan karang, ikan betok, dan ikan kod. Salah
satu contoh metamorfosis pada ikan adalah pada ikan kod. Ikan kod mengalami
metamorfosis yang mencolok saat berkembang dari larva ke bentuk dewasa mereka.
Pada awalnya, ikan kod berbentuk larva transparan dan kecil yang disebut larva
leptocephalus. Larva ini memiliki bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasa
ikan kod. Selama proses metamorfosis, larva leptocephalus mengalami perubahan
bentuk tubuh, termasuk perubahan panjang tubuh, pertumbuhan sirip, dan perubahan
struktur kepala. Akhirnya, larva berubah menjadi bentuk dewasa ikan kod yang lebih
besar dan memiliki penampilan yang khas.

Selain itu, beberapa spesies ikan lainnya juga mengalami metamorfosis yang lebih
sederhana. Misalnya, beberapa ikan karang mengalami metamorfosis saat mereka
tumbuh dari tahap larva menjadi bentuk dewasa. Selama proses ini, mereka dapat
mengalami perubahan bentuk tubuh, pertumbuhan sirip, dan perubahan pola warna.
Penting dicatat bahwa tidak semua ikan mengalami metamorfosis yang mencolok.
Banyak spesies ikan, terutama ikan bertulang lainnya seperti ikan mas atau ikan
salmon, mengalami pertumbuhan dan perkembangan tanpa metamorfosis yang
signifikan. Jadi, meskipun metamorfosis lebih umum terjadi pada kelompok hewan
lain seperti serangga atau amfibi, beberapa spesies ikan juga dapat mengalami
perubahan yang signifikan dalam bentuk tubuh mereka saat tumbuh dari tahap larva
menjadi bentuk dewasa.

4.Reptil

Reptil adalah kelompok hewan yang mencakup kadal, ular, dan kura-kura, dan
beberapa di antaranya mengalami metamorfosis. Namun, perlu dicatat bahwa proses
metamorfosis pada reptil tidak sekompleks dan seintens pada serangga atau amfibi.
Berikut adalah contoh metamorfosis pada beberapa kelompok reptil:

1. Kadal: Beberapa spesies kadal mengalami perubahan yang disebut metamorfosis


sederhana. Contohnya adalah kadal dalam keluarga Scincidae, seperti kadal rumah
(Hemidactylus spp.). Selama tahap muda, kadal ini memiliki penampilan yang
berbeda dari dewasa, dengan tubuh yang lebih panjang, ekor yang lebih pendek,
dan pola warna yang berbeda. Namun, tidak ada perubahan metamorfosis drastis
seperti yang terjadi pada serangga atau amfibi.

2. Ular: Sebagian besar spesies ular tidak mengalami metamorfosis. Mereka


mengalami pertumbuhan dan perkembangan langsung tanpa perubahan yang
signifikan dalam bentuk tubuh. Namun, ada beberapa pengecualian. Contohnya
adalah ular piton biru (Python curtus). Ular ini mengalami perubahan
metamorfosis yang dikenal sebagai ecdysis, di mana mereka mengganti kulit lama
mereka dengan kulit baru. Proses ini terjadi secara teratur sepanjang hidup ular
tersebut untuk mengakomodasi pertumbuhan mereka.

3. Kura-kura: Kura-kura adalah reptil yang umumnya tidak mengalami metamorfosis


yang signifikan selama siklus hidup mereka. Mereka melalui tahap-tahap muda
dan tumbuh menjadi bentuk dewasa dengan sedikit perubahan dalam bentuk tubuh
mereka. Namun, mereka dapat mengalami pertumbuhan tulang dan perkembangan
kerang yang terkait dengan pertumbuhan mereka.

Secara umum, metamorfosis pada reptil cenderung lebih sederhana dan terbatas
dibandingkan dengan serangga atau amfibi. Mereka mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi tidak melibatkan perubahan yang drastis dalam struktur tubuh
atau mode kehidupan.

5. Mamalia
Mamalia, termasuk manusia, umumnya tidak mengalami metamorfosis seperti
yang terjadi pada serangga atau amfibi. Metamorfosis adalah perubahan drastis dalam
bentuk tubuh yang terjadi selama siklus hidup hewan tertentu. Namun, ada beberapa
pengecualian terbatas di antara mamalia yang mengalami beberapa perubahan selama
pertumbuhan mereka. Berikut adalah beberapa contoh:
1. Tikus Tanduk Afrika (Heterocephalus glaber): Tikus tanduk Afrika mengalami
perubahan yang disebut metamorfosis neotenik. Ketika tikus-tikus ini lahir,
mereka memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan tikus pada umumnya. Namun,
saat mereka tumbuh dewasa, mereka mengalami perubahan dalam struktur gigi
dan kulit, yang menyebabkan mereka memiliki penampilan yang unik dengan
gigi depan yang besar dan kulit yang kusam.
2. Monyet: Beberapa spesies monyet mengalami perubahan penampilan saat
tumbuh dari bayi menjadi dewasa. Misalnya, bayi monyet biasanya memiliki bulu
yang lebih lembut dan lebih terang daripada monyet dewasa. Selain itu, beberapa
spesies monyet mengalami perubahan dalam perkembangan ciri-ciri seksual
sekunder saat mencapai kedewasaan.
3. Beluga (Delphinapterus leucas): Beluga adalah jenis paus yang mengalami
perubahan yang menarik selama siklus hidup mereka. Saat lahir, beluga memiliki
warna abu-abu atau cokelat, tetapi seiring bertambahnya usia, mereka mengalami
perubahan warna menjadi putih murni saat mencapai kedewasaan.

Meskipun ada beberapa perubahan penampilan pada beberapa mamalia selama


pertumbuhan mereka, ini tidak dapat disebut sebagai metamorfosis dalam arti yang
sama seperti yang terjadi pada serangga atau amfibi. Mamalia umumnya mengalami
pertumbuhan dan perkembangan tanpa perubahan yang mencolok dalam bentuk
tubuh mereka sepanjang siklus hidup mereka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali
seperti semula

2. Adanya regenerasi pada organisme dewasa mununjukkan suatu bukti bahwa


medan morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya regenerasi
anggota badan yang hilang, dalam proses regenerisasi melibatkan berbagai proses
yang serupa dengan yang terjadi pada perkembangan embrionik, seperti bagaian yang
rusak muncul sel-sel, kemudian memperbanyak diri berhimpun menjadi jaringan dan
akhirnya mencapai keadaan yang berbeda. Lagi pula pada beberapa species
regenerasinya hanya terjadi hanya terjadi pada hewan dewasa saja, embrionya sama
sekali tidak memiliki kemampuan regenerasi, umpamanya suatu telur Ascida yang
kehilangan blastometernya akan berkembang menjadi larva yang tidak lengkap,
misalnya lagi Annelida yang kehilangan sel 4 d nya, akan kehilangan sebagian besar
mesodermnya, pada hal Ascida dan Annelida dewas sama-sama memiliki daya
regenerasi yang tinggi selama kehidupan dewasanya.
3. Regenerasi pada hewan vertebrata, atau hewan bertulang belakang,
bervariasi tergantung pada spesiesnya. Beberapa hewan vertebrata memiliki
kemampuan regenerasi yang luar biasa, sementara yang lain memiliki
kemampuan terbatas atau bahkan tidak dapat meregenerasi jaringan sama
sekali.
4. Berdasarkan tingkat kemampuan regenerasinya, regenerasi pada hewan
vertebrata dapat dibagi menjadi tiga tipe utama: regenerasi sempurna,
regenerasi terbatas, dan regenerasi terbatas tidak ada.
5. Metamorfosis adalah suatu proses biologi dimana seekor hewan secara fisik
mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas yang melibatkan
perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel.
6. Metamorfosis pada hewan vertebrata mengacu pada perubahan besar
dalam bentuk dan struktur tubuh selama siklus hidup mereka. Proses
metamorfosis umumnya terjadi pada dua kelompok hewan vertebrata,
yaitu amfibi dan beberapa jenis ikan. Serta Meskipun ada beberapa perubahan
penampilan pada beberapa mamalia , reptil dan aves selama pertumbuhan
mereka, ini tidak dapat disebut sebagai metamorfosis.

B.Saran

Dengan susunya makalah ini kami mengharapkan pembaca dapat mengetahui


dan memahami upaya pelestarian lingkungan serta dapat memberikan krtitik dan
Saranya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya .demikian
saran yang dapat penulis sanmpaikan semoga dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.

Daftar pustaka
Aprizal Lukman, 2012, Mekanisme Regenerasi Anggota Tubuh Hewan, jurnal
biospecies, Vol. 2 No. 2

Anggri Laisaroh,2015, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS CERITA ANAK


DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN MAKHLUK
HIDUP DI LINGKUNGANKU, Jurnal Ilmiah Pendidikan

Oeng Anwarudin1 , Sumardjo2 , Arif Satria1 , dan Anna Fatchiya2 , 2020, PROSES DAN
PENDEKATAN REGENERASI PETANI MELALUI MULTISTRATEGI DI INDONESIA,
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian ,Vol. 39 No. 2

Anda mungkin juga menyukai