Anda di halaman 1dari 1

Legenda sejarah penemuan Goa Lowo Trenggalek

Menurut cerita legenda Goa Lowo ini ditemukan pada tahun 1931. Cerita ini bermula dari
seorang bernama Lomedjo warga Desa Watuagung. Dahulu ia sering mendengar cerita dari kakek dan
Ayahnya bahwa ada orang dari kerajaan Mataram yang membuka hutan di wilayah Prigi. Orang tersebut
bernama Raden Tumenggung Yudho Negoro atau bergelar Raden Kromodiko. Karena jasanya kepada
Mataram maka diberikan hadiah untuk membuka hutan dan wilayah Prigi yang belum terjamah oleh
manusia.Tidak mudah untuk membuka hutan di sekitar Prigi, banyak sekali hambatan terutama dari
kalangan lelembut atau bangsa jin yang mendiami hutan tersebut. Raden Tumenggung Yudho Negoro
bersama dengan para pengawal dan abdi yang membawanya berusaha agar hutan itu bisa ditempati
oleh manusia. Karena hutan tersebut sering ada gangguan mahkluk halus.Melihat suasana seperti itu
maka seluruh rombongan bermusyawarah yang akhirnya mengambil keputusan sebelum melaksanakan
“babat hutan” terlebih dahulu mohon petunjuk Gusti Yang Maha Kuasa dengan laku semedi dan puasa.
Ketika menyelenggarakan musyawarah tersebut Raden Tumenggung Yudho Negoro dan para pengawal
kepercayaannya duduk di atas batu yang jumlahnya lima buah. Tempat duduk dari batu yang berjumlah
lima itu akhirnya dijadikan nama yang disebut Watulimo sampai saat ini.Musyawarah kelima orang
Mataram tersebut akhirnya menghasilkan kesepakatan agar melakukan sebuah ritual dengan melakukan
semadi dan puasa. Saat memilih lokasi untuk rombongan ritual yang berjumlah lima orang tersebut
kemudian mencari sebuah gua. Dalam perjalanan diberi petunjuk oleh Yang Maha Kuasa untuk mencari
sebuah gua yang dijaga oleh kura kura raksasa.Kura kura yang menjaga sebuah goa tersebut tidak dapat
ditaklukkan oleh prajurit pengawal Raden Tumenggung Yudho Negoro. Berkat kesaktian Raden
Tumenggung Yudho Negoro dengan pusaka saktinya, kura dijadikan-kura tersebut menjadi batu. Sampai
sekarang dimulut Guo Lowo terdapat batu yang menyerupai kura-kura dengan diameter 9 meter lebar
4,5 meter.Dalam semedi ini dilakukan dengan duduk empat arah penjuru oleh pembantu setia Raden
Tumenggung Yudho Negoro. Duduk semedi sebelah selatan Wirjo Udara, sebelah utara Eyang Pamong
Amat Adiwirjo, sebelah timur Raden Sutrisno, dan sebelah barat Raden Putro Widjojo. Sedangkan Raden
Tumenggung Yudho Negoro berada di tengah-tengah.Dari semadi itu akhirnya mendapatkan petunjuk
bahwa orang Mataram bisa membuka hutan angker itu dengan syarat Tumenggung Yudho Negoro harus
menikah dengan Putri Andong biru yang bernama Putri Gambar Inten dengan seni tayub.Sedangkan
tempat semedi Eyang Pamong Amat Adiwiryo inilah yang menurut cerita kakek maupun ayah Lomedjo
kecil pada waktu itu adalah Guo Lowo sekarang.

Karya

Prisanti Wahyuningtyas

Anda mungkin juga menyukai