Anda di halaman 1dari 7

topik

Peran, Hak, serta Kewajiban


individu sebagai pasangan

setelah mengerti dengan jelas arah dan tujuan sebuah pernikahan. Ada
baiknya pembahasan selanjutnya adalah mengenai peran, hak, serta
kewajiban. Pembahasan ini seringkali sensitif di beberapa forum, karena
kurang pemahaman dari dua pihak yang sedang berselisih.

Dalam bab ini. Akan aku bagi dua bagian penting. Bagian pertama akan
menjelaskan tentang peran, hak, dan kewajiban menurut syara’ (sesuai
yang aku ketahui). Lalu, bagian kedua menerangkan peran, hak dan
kewajiban, menurut sudut pandangku, dengan detail yang lebih spesifik
dan aplikatif.

1. Peran, hak, dan kewajiban menurut agama Islam


Perlu diingat bahwa pembagian jika dilakukan secara benar dan
mampu menerima di masing-masing peran maka akan tercapainya
tujuan pernikahan yaitu ketenangan hidup. Sedangkan dalam
ketenangan hidup hal yang paling utama adalah meningkatkan taqwa 1
kita kepada Allah SWT. Sebagaimana janji Allah pada surat At-Talaq
ayat 2-3.
“barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan Allah Memberi rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakkal
kepada Allah Niscaya Allah akan mencukupi keperluannya” Tafsir
kemenag RI.

1Taqwa : takut kepada Allah, berupa berusaha untuk menjalankan perintahNya dan
menjahui segala larangannya.
Maka ditetapkannya pembagian-pembagian peran ini haruslah
didasari dengan keikhlasan dan berharap kita menjadi bagian dari
hamba-hambanya yang bertaqwa.
Secara garis besar peran seorang pria dan wanita dalam rumah tangga
sudah ditetapkan pada firman Allah An-Nisa ayat 34.
‫الرجال قومن علي النساء بما فضل هللا بعضهم على بعض‬
Artinya : laki-laki adalah Qowwam bagi perempuan, oleh karenanya
Allah telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian dari yang
lain.
Satu ayat ini terdapat begitu banyak hikmah yang dapat dianut
sebagai pedoman. Khususnya pada makna “qowwam” itu sendiri
yang memiliki beberapa makna.
a. Qaama-yaquumu (Berdiri Aktif diluar rumah)
Berarti dalam mencari nafkah laki-laki lah yang harus
berjuang paling gigih (produktif). Hal ini berkonsekuensi jika
diharuskan oleh keadaan keduanya bekerja, sosok laki-laki
harus berkerja setingkat lebih keras.
b. Aktif dan andil dalam rumah.
Menetapkan laki-laki menjadi orang yang harus mampu
menjadi moderator dalam diskusi. Menjadi penengah dalam
tiap kondisi rumah. Sekaligus aktif dalam beraktifitas rumah
tangga (beberes, bebersih, dll)
c. Pemimpin yang bertanggung jawab, (Pengayom,
pelindung)
Disini penegasannya ada pada apapun permasalahan yang
terjadi dengan pihak ketiga (masalah sosial, pekerjaan,
kekeluargaan). Laki-laki harus menjadi benteng terdepan
untuk melindungi, menolong, serta mengayomi segenap
keluarganya.
d. “Nidhamu syai’i wa imaduhu” Tiang sandaran, tiang
bangunan yang kokoh.
Suatu bangunan bisa saja temboknya keropos, atapnya rusak.
Tetapi, tiang utama harus tetap berdiri untuk mempertahankan
eksistensinya. Hal ini senada dengan apapun masalah yang
menimpa hingga membuat stres sebuah rumah tangga,
seorang laki-laki harus mampu menjadi sandaran terakhir
untuk seisi rumah.
e. Makanan pokok
Simpel saja. Mengindikasikan kewajiban nafkah ada pada
suami. Meskipun pendapatan istri lebih tinggi tidak
menggugurkan kewajibannya sebagai pemberi nafkah.
Mutlaq.
f. “Qawaaman” (Adil, sesuai takaran).
Kata qawaaman di gunakan pada surat Al furqon ayat 67.
Yang berarti moderat, adil, dan tidak berlebihan.
g. Qayyim (kepala madrasah)
Makna ini berkesinambungan dengan maqolah “Al- ummu
madarasatul uula”. Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya
dan ayah adalah kepala sekolahnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa seorang ayah berkewajiban dalam urusan kurikulum
pendidikan dalam rumah.
h. Qiimah (value, nilai)
Makna value ini dapat berarti dua arah, bagi dirinya sendiri
dan bagi orang disekitarnya.
Bagi dirinya : tuntutan agar setiap kepala keluarga
mempunyai nilai-nilai agung yang dapat dibanggakan dan
dimanfaatkan
Bagi orang lain : kehadiran seorang suami harus menjadikan
istrinya bernilai, bukan malah merendahkan dan
mendiskreditkan
i. Konsistensi
Intinya istiqomah. Aku sudah nggak sanggup nulis lengkap.
Hehe.
Sembilan peran tadi adalah peran minimal seorang laki-laki. Belum
ditambah dengan beban laki-laki “sholih”. Maksudnya, jika ada laki-laki
yang mampu memiliki sifat-sifat diatas baru dikatakan laki-laki yang
sesuai fitrahnya terhadap wanita. Belum bisa dikatakan laki-laki tersebut
sholih.
Lalu peran wanita dimana? Dijelaskan pada ayat yang sama (an-Nisa 34)
yaitu lanjutan dari penggalan ayat diatas yang bermakna :
“sebab itu maka, wanita yang sholihah ialah wanita yang taat kepada
Allah serta menjaga diri ketika suaminya tidak bersamanya”
Maka dari itu peran wanita adalah sebagai pendamping yang setia serta
patuh pada suaminya. Menjadi pendidik dan pembimbing akhlak bagi
anak-anaknya. Serta support sistem terbaik bagi suami-suami mereka.
Karena demikian itu termasuk taat kepada Allah.
Perbedaannya memang terlalu jauh atas peran dan tanggung jawab yang
diberikan. Tetapi hal tersebut bukanlah hal yang perlu dipakai menjadi
titik dengki dan iri pada masing-masing peran. Seperti yang sudah
dijelaskan pula pada dua ayat sebelumnya (an-Nisa 32) yang bermakna:
“dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah.
kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena
bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanitapun ada bagian dari apa yang mereka usahakan”
Pada intinya semuanya sudah ditentukan sesuai kadar dari kemampuan
masing-masing. Dan bagi siapa saja yang mengerti, memahami serta
menerima dan menjalankan dengan baik akan bernilai ketaqwaan di
hadapan Allah SWT.
Penutup bagian pertama ini dengan sebuah pepatah :
“wanita tidak diciptakan dari tulang kaki agar kita mudah menginjak
mereka, juga tidak diciptakan dari tulang kepala sehingga meremehkan
kita. Tapi mereka diciptakan dari tulang rusuk, dekat dengan lengan
agar mudah bagi kita untuk memeluknya dan melindungi mereka.”
2. Kewajiban
Berbicara soal kewajiban, sesuai yang aku ketahui ada beberapa poin
yang paling pokok yaitu :
- Nafkah
Tentang nafkah ada 5 penjabaran, meliputi :
a. Memberi makan
Poin ini bisa diartikan secara materi juga bisa diartikan pada
non materi. Seperti asupan kekuatan, semangat dan hal-hal
lain yang sifatnya pokok dan penting. Sebagaimana diulas
diatas.
b. Memberi pakaian.
Selain dimaknai sebagai pakaian pada umumnya, boleh juga
dimaknai sebagai penutup aib. Penjaga kehormatan terhadap
istri,
c. Memberi tempat tinggal
Tak jauh beda bisa juga diartikan sebagai pemberi naungan.
d. Memberikan pendidikan
e. Serta memberikan perhatian.
Kelima poin diatas diwajibkan bagi seorang suami untuk
memenuhinya. Baik disisi materinya maupun disisi non materi.
Tidak ada pengecualian. Meskipun si istri ridlo atas suami tetapi
kewajiban tetaplah kewajiban. Tidak ada yang mampu
menggugurkannya.
- ‘Asyiruhunna Bil Ma’ruf
Hal ini termaktub pada Al-Quran surat An-Nisa’ Ayat 19. Yakni
suami berkewajiban untuk memperlakukan istri dengan baik.
Menakjubkannya Al-Quran menggunakan bahasa “ma’ruf”
bukan menggunakan “’khoir” padahal keduanya bermakna
“baik”. Lalu apa alasannya menggunakan itu? Sebelumnya aku
jelaskan terlebih dahulu apa perbedaan diantara keduanya
o Khoir.
Kta khoir bermakna kebaikan yang universal. Seperti
berbakti kepada orang tua dan bertakwa kepada Allah. Hal
ini tentu bersifat mutlak. Maksudnya tata caranya sudah
paten dan tidak bisa diganggu gugat. Bahkan bisa saja
terlihat tidak baik bagi sebagian orang.
o Ma’ruf.
Makna ma’ruf adalah kebaikan yang dikenal masyarakat
tertentu. Seperti penggunaan sarung saat beribadah bagi
masyarakat indonesia.
Dilihat dari padanan katanya, dapat dipahami bahwa untuk
berlaku baik kepada seorang istri tidak melulu harus saklek ini
baik arus dipaksakan seperti ini. Melainkan tujuan-tujuan yang
baik harus melewati tata cara yang baik sehingga tidak
menyinggung perasaan istri. Singkat kata, ma’rufnya suami
kepada istri tidak ada rumus pastinya. Para suami dituntut untuk
mengerti dan memahami sifat dan karakter istrinya masing-
masing. (modar wong lanang-lanang kiii)2
Lalu bagi istri kewajiban yang aku temukan Cuma 2 poin penting.
Yaitu taat kepada suami dan menjaga diri ketika suami sedang
tidak ada. Dari dua kewajiban dapat dijabarkan menjadi sangat
luas. Padahal dari kewajiban patuh saja dapat meliputi banyak

2 Catatan : editor
sekali konteks ini juga tidak ada rumus pastinya. Masing-masing
rumah memiliki batasa-batasan dan cara tersendiri.
3. Hak
Ya intinya ini adalah kebalikan daripada kewajiban. Ini dapat
diartikan bahwa seorang istri berhak untuk meminta nafkah
yang tidak terpenuhi. Dan ada beberapa hak-hak khusus yang
lebih baik diterangkan secara lisan.

- Hak talak
- Hak fasakh nikah
- Hak hulu’
- Dan lain-lain
Demikian keterangan singkat yang dapat aku sajikan. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai