608-Article Text-1873-2-10-20220317
608-Article Text-1873-2-10-20220317
Volume 2022
http://dx.doi.org/10.11594/nstp.2022.2013
Conference Paper
Pengendalian Hama dan Penyakit pada Bibit Pisang Cavendish Hasil dari
Kultur Jaringan
Pest and Disease Control in Cavendish Banana Seedlings Resulting from Tissue Culture
Indah Sari Dwi Agustin, Penta Suryaminarsih*, Putranto Sasikirono, Yenny Wuryandari
Agrotechnology Study Program, Faculty of Agriculture, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur, Surabaya 60294, Indonesia
ABSTRACT
Cavendis banana cultivation can use tissue culture as one of the developments of cultivation in
the era of disruption. However, the results of tissue culture are very susceptible to attack by
nuisance organisms during acclimatization to plant culture. The control carried out against
the attack of plant-disturbing organisms in addition to using fungicides and insecticides, also
applies preventive control. The purpose of this study was to determine an effective and smart
way to control pests and diseases in tissue cultured Cavendish banana seedlings. Preventive
control of pests and diseases using the method of thinning the seeds and soaking the seeds with
fungicides. Data analysis was carried out using descriptive and parametric data. This study was
conducted using a completely randomized design (CRD) with four control treatments. Each
treatment was repeated 4 times. The control treatments carried out consist of: Control (A),
preventive control (B), chemical control (C), and a combination of preventive and chemical
control (D). The results of the control carried out showed that the combination of preventive
and chemical control treatments gave significant results in inhibiting the attack of pests and
diseases of Cavendish banana seedlings from tissue culture.
How to cite:
Agustin, I. S. D., Suryaminarsih, P., Sasikirono, P., &Wuryandari, Y . (2022). Pest and disease control in Cavendish banana
seedlings resulting from tissue culture. Seminar Nasional Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur 2021. NST
Proceedings. pages 99-104. doi: 10.11594/ nstp.2022.2013
Seminar Nasional Agroteknologi FP-UPNVJT 2021
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan khususnya hasil pertanian
yang melimpah. Salah satunya yaitu tanaman pisang. Pisang merupakan jenis tanaman
hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia sehingga, permintaan ketersediaan
buah pisang menjadi meningkat. Peningkatan permintaan buah pisang harus diimbangi dengan
upaya meningkatkan kuantitas dan juga kualitas dari buah pisang. Peningkatan kuantitas buah
pisang dengan meningkatkan budidaya buah pisang salah satunya dengan menggunakan bibit
yang unggul dalam jumlah besar dan waktu yang singkat. Namun, kendala yang dihadapi saat ini
adalah sulitnya menyediakan bibit unggul pisang dalam jumlah besar dan waktu yang singkat.
Salah satu teknik budidaya tanaman khususnya pisang adalah dengan teknik kultur jaringan.
Kelebihan teknik budidaya kultur jaringan adalah dapat menghasilkan bibit tanaman dalam
jumlah banyak, cepat, dan memiliki sifat yang sama dengan induk tanaman yang digunakan.
Teknik kultur jaringan dengan memanfaatkan jaringan meristem atau jaringan yang masih
aktif membelah diri pada tanaman untuk dibiakkan dimedia khusus dan steril. Jaringan – jaringan
yang dibiakkan tersebut berasal dari indukan atau tanaman yang unggul dan terbebas dari adanya
penyakit yang menginfeksi. Hasil bibit dari kultur jaringan adalah bibit yang unggul. namun, bibit
tanaman pisang hasil kultur jaringan ini sangat rentan terhadap serangan OPT (organisme
pengganggu tanaman). dari lingkungan luar. Selain itu, bibit hasil kultur jaringan juga sangat
rentan terhadap kondisi lingkungan luar, sehingga perlu adanya upaya pencegahan dan
pengendalian untuk mencegah serangan OPT terhadap bibit pisang hasil kultur jaringan dengan
menerapkan berbagai jenis upaya pengendalian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bentuk pengendalian yang tepat terhadap pengendalian hama dan penyakit bibit
pisang cavendish hasil kultur jaringan.
Analisis data
Metode analisis data yang digunakan pada pengaplikasian secara in vivo adalah menggunakan
analisis sidik ragam (anova) dan akan dilanjutkan dengan uji lanjut BNJ.
100
Seminar Nasional Agroteknologi FP-UPNVJT 2021
A B
Gambar 1. Hasil seleksi planlet. Planlet kategori sehat (a), planlet kategori kurang sehat (b)
Media tanam menjadi salah satu faktor penting dalam proses aklimatisasi. Media yang ideal untuk
pertumbuhan tanaman yaitu memiliki struktur yang gembur, memiliki sistem drainase yang baik, dan tidak
mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme – mikroorganisme. Pemilihan media yang digunakan dalam proses
aklimatisasi planlet pisang cavendish menggunakan arang sekam. Arang sekam ini cocok digunakan karena
memiliki sifat yang sulit ditumbuhi oleh mikroorganisme terutama jamur. Sebelum digunakan, arang sekam
terlebih dahulu disterilkan menggunakan fungisida. Tahapannya, terlebih dahulu arang sekam diletakkan
di rak seng panjang, kemudian media diorak – arik dengan tujuan agar sirkulasi udara di media lancar dan
mengurangi kelembapan media. Setelah itu, media disiram menggunakan fungisida. Tahapan – tahapan ini
merupakan bagian dari pengendalian preventif atau pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi potensi
terserangnya planlet oleh jamur patogen.
A B
Gambar 2. Penyiapan media, (a); sterilisasi media (b)
Media tanam yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan menggunakan fungsida
berbahan aktif mankozeb 80%. Fungisida dilarutkan sebanyak 5gr dalam 1 liter air yang
kemudian disiramkan ke media tanam. Cara kerja fungisida ini dengan mengganggu proses
metabolism lemak, respirasi, dan sistem reproduksi jamur patogen yang menyerang tanaman
(Susanto & Prasetyo, 2013). Tujuan penggunaan fungisida pada media tanam adalah untuk
membunuh adanya jamur patogen yang mungkin masih ada di media tanam. Media yang
disterilkan kemudian dibiarkan selama satu hari kemudian digunakan untuk proses aklimatisasi.
Tahap aklimatisasi merupakan tahap penting dalam perbanyakan kultur jaringan. Pada tahap
ini planlet mulai menyesuaikan lingkungan sebelumnya yang steril dengan lingkungan baru untuk
pertumbuhannya. Tahapan yang dilakukan ketika aklimatisasi adalah penanaman planlet di
media arang sekam yang sudah disiapkan. Bibit pisang yang telah dibersihkan dari agar direndam
ke dalam fungisida bahan aktif mankozeb 80% sebanyak 5gr yang telah dilarutkan ke dalam 1
liter air selama 30 detik (gambar 3).
101
Seminar Nasional Agroteknologi FP-UPNVJT 2021
Penjarangan bibit
Penjarangan bibit dilakukan secara manual dengan memindahkan bibit dengan jarak antar
bibit 5 cm untuk menjaga sirkulasi udara antar bibit. Penjarangan dilakukan tidak hanya untuk
menjaga jarak antar bibit, namun juga memisahkan antar bibit yang terserang oleh hama dengan
bibit yang sehat. Penjarangan dilakukan untuk menjaga kelembapan udara, sehingga dapat
menurunkan intensitas penularan hama dan penyakit antara bibit tanaman pisang. penjarangan
dilakukan setiap bulan.
Pengendalian kimiawi
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida. Sebelum dilakukan pengendalian
kimiawi, dilakukan pengamatan terhadap intensitas serangan hama pada bibit pisang.
Pengamatan dilakukan secara manual setiap seminggu sekali. Pengendalian kimiawi dilakukan
dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Fipronil dan Abamectin. Penggunakan dua jenis
bahan aktif insektisida pada tanaman bertujuan untuk mengurangi resistensi hama terhadap jenis
bahan aktif insektisida tertentu. Penyemprotan insektisida dilakukan pada pagi hari.
Kultur jaringan menjadi salah satu alternative yang dapat digunakan untuk melakukan
perbanyakan tanaman dengan tujuan mendapatkan varietas yang unggul dalam jumlah banyak
dan dengan waktu yang cepat. Proses perbanayakan kultru jaringan dengan menggunakan media
khusus dalam lingkungan perbanyakan yang steril. Media yang digunakan yaitu media MS
(Murashige dan Skoog) yang tentunya mengandung unsure hara yang dibutuhkan calon tanaman
(Rodinah & Nisa, 2005). Perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur jaringan, juga mudah
mengalami kontaminasi oleh lingkungan luar terutama dari udara.
Pengendalian kimiawi yang dilakukan dengan menggunakan dua jenis bahan aktif insektisida
yang disemprotkan ke tanaman yang terserang hama dengan waktu yang berbeda. penyemprotan
dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap bibit tanaman pisang cavendish. Apabila
serangan hama sudah mengganggu dan menghambat perkembagan tanaman, maka akan
dilakukan pengendalian kimiawi (Gambar 4).
102
Seminar Nasional Agroteknologi FP-UPNVJT 2021
Konsentrasi pestisida yang digunakan yaitu 2ml/liter. Alat semprot yang digunakan
berukuran 14 liter sehingga dalam sekali semprot menggunakan konsentrasi 28ml/14 liter.
Konsentrasi kedua bahan aktif pestisida yang digunakan sama. Pengaplikasian insektisida
dilakukan ketika tanaman berumur 14 hst. Cara kerja insektisida bahan aktif fipronil adalah
dengan mengganggu sistem kerja saraf pusat pada serangga dan mengganggu sistem pencernaan
serangga (Nurazizah dkk, 2018). Apabila diaplikasikan pada tanaman, racun insektisida ini akan
menempel pada tanaman yang nantinya akan dimakan oleh serangga hama dan masuk ke dalam
tubuh serangga hama. Insektisida ini cocok digunakan pada hama yang tidak berpindah – pindah
tempat karena sumber makanan yang diperoleh serangga hama tersebut hanya dari tanaman
yang diaplikasikan insektisida tersebut.
Insektida yang berbahan aktif abamectin adalah insektisida hasil dari fermentasi mikroba
yaitu bakteri Streptomyces avermitilis yang berasal dari bakteri tanah (Sofiana, 2019). Insektisida
ini dapat mengganggu sistem vital pada serangga. Insektisida ini dapat mengganggu sistem
pencernaan serangga hama dengan menyerang bagian midgut hingga tidak berfungsi. Selain itu,
juga dapat menghambat transmisi syaraf sehingga terjadi paralisis (Kola, 2015).
Hasil pengamatan yang dilakukan setiap minggu selama tiga minggu, menunjukkan bahwa
serangan hama mulai muncul ketika tanaman berumur 7 hst pada semua perlakuan dengan
jumlah yang berbeda – beda. Pada perlakuan pengendalian kimiawi dan kombinasi,
pengaplikasian pestisida untuk mengendalikan hama dilakukan ketika tanaman berumur 14 hst
yang dilakukan secara bersamaan. Pengamatan yang dilakukan 2 hsa menunjukkan penurunan
pada jumlah hama yang ditemukan. Perlakuan kombinasi, memberikan pengaruh yang signifikan
pada tanaman yang diketahui jumlah hama yang ditemukan pada 2 hst – 21 hst tidak lebih dari 2
hama per tanaman. Berdasarkan hasil analisis, perlakuan pengendalian kombinasi memiliki hasil
tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain (Tabel 1).
Tabel 1. Intensitas serangan hama pada bibit tanaman pisang cavendish 21 hari pengamatan
Perlakuan Intensitas Serangan
P0 0,35 a
P1 0,65 ab
P2 1,2 abc
P3 2,3 c
Keterangan: P0(Kontro); P1(Preventif); P2(Kimiawi); P3(Kombinasi)
103
Seminar Nasional Agroteknologi FP-UPNVJT 2021
Kesimpulan
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa: gejala serangan yang ditimbulkan oleh
hama – hama menunjukkan hal yang berbeda – beda, pengendalian yang dilakukan dengan
menggunakan pengendalian preventif dan kimiawi sebagai upaya pencegahan. Kegiatan
berlangsung efektif dan mampu menurunkan serangan hama pada bibit pisang. Perlakuan
pengendalian kombinasi menunjukan hasil yang signifikan terhadap intensitas serangan hama
pada bibit pisang cavendish.
Daftar Pustaka
Izudin, E. (2013). Teknik aklimatisasi tanaman hasil kultur jaringan. Informasi Teknis, 11(2), 49 – 56.
Kola, V. S. R., Renuka, P., Madhav, M. s and Mangrauthia, S. K. (2015). Key enzyms and proteins of crop insect as candidate for RNAi
based gene silencing front. Physiol., 6(119), 1 – 15. doi.org/10.3389/fphys.2015.00119
Nurazizah, I., Basit, A., Murwani, I., & dan Heri Prabowo. 2018. Evaluasi efek campuran fipronil dan diafentiuron dalam mengendalikan
hama ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.). Jurnal Folium. 1(2), 79 – 87.
http://dx.doi.org/10.33474/folium.v1i1.1007
Rodinah, & Nisa, C. (2005). Kultur jaringan beberapa kultivar buah pisang (Musa paradisiaca L.) dengan pemberian campuran NAA
dan kinetin. Bioscientiae, 2(2), 23–36.
Sofiana, N. F. (2019). Efektivitas dan kompatibilitas Baeuveria bassiana dengan insektisida berbahan aktif abamectin 18,4 g/l pada
konsentrasi sublethal terhadap larva Crocidolomia pavonana F (Lepidoptera: Crambidae). Skripsi. 1 – 74.
Susanto, A., & Prasetyo, A. E, (2013). Respon Curvularia innata penyebab penyakit bercak daun kelapa sawit terhadap berbagai
fungisida. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 9(6), 165 – 172.
104