Anda di halaman 1dari 4

https://ecoton.or.

id/2022/12/29/press-release-sungai-indonesia-banjir-mikroplastik-dampak-
amburadulnya-tata-kelola-sampah/

MIKROPLASTIK DAMPAK
AMBURADULNYA TATA KELOLA
SAMPAH
Menuju akhir tahun 2022 permasalahan lingkungan di Indonesia, salah satu yang sering menjadi
perhatian khalayak adalah sampah plastik di Indonesia. Terbukti dari ditemukannya partikel
mikroplastik dari beberapa komponen kehidupan mulai dari air, udara, ikan bahkan mikroplastik
telah teridentifikasi dalam darah, asi dan paru-paru manusia. Namun permasalahan tersebut
belum menghentikan kegiatan produksi plastik yang sampai saat ini masih tetap berjalan bahkan
muncul masalah lain WTE (Waste to Energy) yaitu mengubah sampah plastik jadi energi tetapi
hal tersebut dapat melepaskan mikroplastik beserta bahan racun plastik ke lingkungan.

Data Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) 2022 yang menguji kandungan mikroplastik di 68
sungai strategis nasional, menunjukkan 5 Provinsi yang paling tinggi terhadap kontaminasi
partikel mikroplastik yaitu Provinsi Jawa Timur ditemukan 636 partikel/100 liter, Provinsi
Sumatera Utara ditemukan 520 partikel/ 100 liter, Provinsi Sumatera Barat ditemukan 508
partikel/100 liter, Provinsi Bangka Belitung 497 partikel/100 liter, Provinsi Sulawesi
Tengah 417 partikel/100 liter. Berikut akumulasi data uji mikroplastik di sungai – sungai
indonesia yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia.

Grafik 1. Identifikasi Mikroplastik Pada Sungai di Indonesia Tahun 2022

Grafik 2. Presentase Jenis Mikroplastik Pada Sungai Indonesia Tahun 2022


Air sungai memiliki peranan vital dalam kehidupan makhluk hidup sehari-hari sebagai habitat
berbagai macam organisme. Keadaan sungai di Indonesia sampai ini dinilai masih buruk karena
banyak ditemukan sampah plastik di bantaran dan badan air. Hal ini yang menjadi sumber dari
adanya kontaminasi mikroplastik, yaitu partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 mm. grafik
2 menjelaskan bahwa kontaminasi mikroplastik di sungai indonesia tahun 2022 didominasi oleh :

1. Fibre (Serat)20 %, sumbernya dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah
tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fibre juga
disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena
faktor alam (suhu, arus air dll)
2. Film (Filamen) 60 %, berasal dari degradasi sampah plastik tipis dan
lentur (kresek dan kemasan plastik Single layer SL);
3. Fragment60 %, berasal dari deradasi sampah plastik kaku dan tebal (kemasan
sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun );
4. Pellet 4 %, merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik
sebagai bahan baku pembuatan produk plastik.
5. Foam 0,4 %, berasal dari degradasi setiap jenis plastik dengan
struktur foam (berbusa), misalnya dari Styrofoam atau plastik lainya meliputi
poliestirena (PS), polietilena (PS) atau polivinil klorida (PVC).
Berdasarkan data Kemetrian PUPR 2020 yang dikelola oleh FITRA (Forum Indonesia untuk
Transparansi Anggaran), menyebutkan bahwa tata kelola sampah di Indonesia belum merata,
regulasi terkait tata kelola sampah di level daerah masih minim. Dari 514 kabupaten dan kota di
Indonesia hanya 45% yang sudah memiliki Perda Persampahan dan Perda Retribusi
Persampahan. Sementara itu, Presiden Jokowi meminta pengelolaan sampah harus menjadi
program penting dibuat terpadu dan sistemik. Harus ada keterlibatan masyarakat dan swasta serta
sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pengelolaan sampah masih dilakukan dengan tradisional memakai pola land field. Presiden
Jokowi mengatakan bahwa pola ini sangat berbahaya karena hanya buang, angkut dan timbun di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, pemanfaatan sampah saat ini masih sangat kecil,
hanya sekitar 7,5% dari total sampah yang menumpuk setiap hari.
Peneliti ECOTON sedang melakukan identiifikasi Mikroplastik di laboratorium air
Masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yang biasanya diperkirakan
sehingga dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup. Berdasarkan
komponennya plastik tersusun oleh senyawa utama meliputi styrene, vinil klorida dan bisphenol
A. Apabia tubuh terpapar oleh senyawa tersebut maka akan menyebabkan iritasi atau gannguan
pernafasan, mengganggu hormone endokrin sampai berpotensi menyebabkan kanker. Senyawa
tambahan yang dicampurkan ke dalam plastik meliputi phthalate, penghalang api, dan
alkalyphenol juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas endokrin hingga berdampak pada
kesuburan. Senyawa dari plastik memiliki aktifitas mengganggu hormone estrogen sehingga jika
masuk kedalam tubuh dapat meniru hormon estrogen. Senyawa tersebut dapat menurunkan kadar
hormon testosteron plasma dan testis, LH plasma, dan juga menyebabkan morfologi abnomal
seperti penurunan jumlah sel Leydig pada biota jantan.
Semakin bertambahnya timbulan sampah menandakan bahwa banyak sampah plastik yang bocor
ke lingkungan, TPA yang overload di setiap daerah dan adanya kontaminasi mikroplastik di 68
sungai Indonesia yang tersebar di 24 provinsi di 9 pulau di Indonesia. Sudah saatnya pemerintah
pusat dan daerah segera membuat kebijakan dan strategi untuk menyelesaikan masalah
persampahan dan tata kelola sampah di indonesia agar sampah plastik tidak bocor ke lingkungan
yang menjadi cikal bakal Mikroplastik, pemerintah dapat melakukan rekomendasi sebagai
berikut :
1. Membuat baku mutu atau nilai ambang batas mikroplastik di perairan sungai
Indonesia, sebagai implementasi lampiran 6 PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang
PPLH yang menyebutkan bahwa baku mutu sungai harus “Nihil Sampah”;
2. Melakukan pemulihan lingkungan dan pembersihan sampah plastik yang tercecer ke
lingkungan, yang menjadi biang mikroplastik;
3. Memperluas Regulasi pembatasan dan pengurangan Plastik Sekali Pakai di
Indonesia, dan secara tegas melarang penggunaan (tas kresek, Sachet, Styrofoam,
Botol air minum dalam kemasan/AMDK, popok dan sedotan) di pusat perbelanjaan,
pasar, supermarket, retail yang tersebar di setiap daerah;
4. Menerapkan konsep Zero Waste City dalam tata kelola sampah di setiap daerah
dengan mendukung pemilahan sampah dari sumber agar beban sampah di TPA
berkurang dan sampah plastik tidak bocor ke lingkungan;
5. Menaikkan anggaran program tata kelola sampah disetiap daerah, menyediakan dan
memperbanyak fasilitas pembuangan sampah drop point (sachet, popok, organik
dan anorganik) di titik – titik timbulan sampah yang tersebar di lingkungan dan
memperbanyak TPS 3 R di setiap daerah;
6. Mendorong Produsen penghasil sampah plastik khususnya sachet untuk segara
merancang dokumen peta jalan pengurangan sampah dan melakukan kiat – kiat
pengurangan produk kemasan yang berpotensi mencemari lingkungan dengan
pedoman regulasi Permen LHK 75 tahun 2019 tentang peta jalan pengurangan
sampah;
7. Mendorong produsen pengasil sampah plastik untuk melakukan upaya EPR dengan
melakukan pembersihan sampah produknya yang tercecr ke lingkungan dan
memprioritaskan CSR lingkungan nya untuk penanganan sampah plastik;
8. Pemerintah sudah saatnya mengembangkan inovasi program dan teknologi
infrastruktur pengelolaan sampah yang mutakhir dan non emisi dalam penanganan
sampah plastik dilingkungan dan menolak solusi RDF (Refuse – derived
fuel) adalah bahan bakar yang berasal dari limbah atau sampah melalui proses
dihomogenisasi menjadi (pelet, briket dan cacahan) karena :
 membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia, karena pembakaran RDF
menghasilkan senyawa beracun kimia dioksin, logam berat, polutan organik dan
partikel halus ke udara yang menyebabkan masalah kesehatan seperti kanker,
masalah reproduksi, dan gangguan hormon;
 bukan sumber energi terbarukan, mahal dan tidak efisien, karena pembakaran RDF
menghasilkan energi yang sedikit dengan biaya produksi yang mahal;
Daftar Pustaka :
 Publikasi Sekretaris Kabinet RI tanggal 21 Desember 2022 “Presiden Jokowi
Minta BPDLH Priotaskan Penanganan Sampah dan Rehabilitas
Mangrove https://setkab.go.id/presiden-jokowi-minta-bpdlh-prioritaskan-
penanganan-sampah-dan-rehabilitasi-mangrove/
 Publikasi Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran tanggal 22 April 2021
“Kebijakan & Anggaran Tata Kelola Sampah
Memprihatinkan” https://seknasfitra.org/kebijakan-anggaran-tata-kelola-sampah-
memprihatinkan/
 Publikasi TIRTO.ID tanggal 31 Juli 2019 “Mengapa Anggaran Pengelolaan
Sampah DKI Lebih Besar dari Surabaya” https://tirto.id/mengapa-anggaran-
pengelolaan-sampah-dki-lebih-besar-dari-surabaya-efkr
 Data diolah Kementrian PUPR 2020, Tentang Grafik Perda Persampahan dan
Perda Retribusi Persampahan
 Laporan Studi Mikroplastik Sungai Indonesia oleh Ekspedisi Sungai Nusantara
Ecoton Foundation tahun 2022
 Laporan Studi Brand Audit Merek Sungai Ciliwung Ecoton Foundation Tahun 2022
 Publikasi Aliansi Zero Waste Indonesia dan Nexus 3 Foundation tanggal 9
November 2022 https://www.instagram.com/p/CkvQUf6SErA/?
igshid=YmMyMTA2M2Y

Anda mungkin juga menyukai