Anda di halaman 1dari 49
[Ramah Set ¢b nik Jakarta CATATAN EDUKASI PASIEN / KELUARGA fe RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIPAYUNG J Mini IIL RT 04 RW 003, Kelurahan Bambu Taney Kecamatan Cjpayung - Jakarta Timur Jens (ete Ponaria Eautael Nipatihaptcyan pases dak ada 9 Ada o Tidek mau dlakukan rans (Tidak mau pulang char terients Tidak ma mnisast ‘Tidak boleh menyusul (AS) 1 Tedak memakan daging ikan yang boris eLain= bin, “Tgjatpengetahuan gla kosohatan paste: soaker charang pam cTiakpoban ‘ill pasion dan buday: ‘oModerat Merokok —:oYa gta Konsum aloha: aa (gFidak Kesediaan menerima informasitot Tak BBM enn ‘Repeana pendiskan kesehatan: oses penyakt soPcigebatantindakan Nts ‘Teraplobat oleborasi_ Alot bantu medi Pangan TERE Fang <= Bahasa Beara ermal P:Pasion jPendengaan Ganggun Bleara Fe kelirga ‘Sezai perttaton Otani Beare Baca sara: Stems ee Soe laskonw-vn~ | Melee Cara bela yang Semon Groote ainye enn oui Shia! bak t= hosio long memo Kegfamuan mec: 22 Domonstasi Skognt oe Thaknampy 3osan 2 Tk ads par ihn SE Jecare feb! Ek mempu bol | Poss poneomah: $2 ‘Sfesiateman haat bei enter Bila ata a neeenenngen Fretuensl das Kovutunan Penapat Ket 1S Sauls pear ayo Nemshan crt aap aorta | Bohra yart oe hak 25 Reeaikatke 2 atulebn fecompatauntuc merits Kea feat” pergobatar dit sayatpaden | Tight pendkan-cTK 080 \yaMiP SMA | Eves! Respon (foto Joker lanfoker ian‘ tenon | bpm osarene Lana ak merged sak enyiaan paar oy posma: pam Pratestnoketok | 3» Mampurmenjelastan port elie chan ottees | tampon sr Stata G Dipindai dengan CamScanner 3] pc al if iengame aq |Jajzg) pros | TO (eee Koon oe Agr Fonarine Fe A ‘tas nile IE SP a ER, oT, —) [ee] | soe oneal Pe I “| voter (2 tt gnasain ert ‘5 Rencana penatlaksaan h balers = — et eu | ee eesacnons IPE] S| A Ly | cPY/AM-10.b/2019 £ z Nama dan Tanda i a | 33 ig Tangan tebe ae sl2 |2s\3 Profel Jam Bee hee PITAL Ta 7] Pamper] Ponerma | [21] 2)! [2] ealost:| “Edita ra 3 ep ‘fe 4 XS = | acee|/ alteratflayanan Doktor ‘Maniajemen nyer fama ‘2 Manajomen not interven: reapan EIS GTO 9/4123 | Fats sa buona sorpah,porggunaan ga.0 | $0 Fis [Porta geng praia ‘Srencan ain afonvalt [rete Sear nun hapa Sresman BO Ty lap | wXEamanan penggunsan alatalat "atu | Kesehatan (nfesteyinge pump, an wal! decubitus, aks! dsb) a idan | Prosodurtindakan yang potty normod Cconsént (nts, eatether, NGT dst) ‘Manajemen nyer non farmakoogi DistrakstRolnksasiGuide Imagery i ‘Hak dan Kowojban t ‘ Peralatan Meds heavoran dan aan OBST frofafas-| tar cain st ' Potens!interaksi obat dengan amie ‘obatnakanan | staan ni 1S 04.0 [oPongsanin maton cara et Nutsionis — La Program & tor rapt reo} ‘o Penefapan & Keamanan aat eraph ‘5 Rehabilialsosial 7 ‘p Pemetharaan, pomataian dan Weamanan ee Orthose Protesa i Pengloan kar an pea {3 Aciy Daly Cg ‘5 Manajomen ayer non FamaRSGh ‘0 Deep Breathing Exercise 1 Heat therapy/Cold therapy ual horapylecto therapy ‘Home Progra EOUKASTROLABG! : - Protest ae ead Fame care a.tantung | 2 Perawat ‘Kemoterapi oc Laindain | oFamas} 2 Raditerap| i Nutisionis 8 Hemodiatis | ‘Rehab 2 Amputast | Meds 2 Stoke 5 Revi/2/2023, G Dipindai dengan CamScanner Rumah Sehat + RSUD CIPAYUNG untuk Jakarta PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung Jl. Mini Il] RT. O04 RW.O3, Kel. Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur Email: rsudcipayung@gmail.com RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIPAYUNG DINAS KESEHATAN PROVINS!I DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD CIPAYUNG PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 33 TAHUN 2023 TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIPAYUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RSUD CIPAYUNG PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi yang berorientasi pada keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung; b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Pedoman Komunikasi Efektif di Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b diatas, perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung; Mengingat . Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1114 MENKES SK/2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan; . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nornor 1438 /MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran. . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit; . Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan Nomor 44 Tabun. 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit; . Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum / Rumah Sakit Khusus Daerah . Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus I[bukota Jakarta Nomor 278 Tahun 2016 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum daerah kelas D sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 388 Tahun 2016; . Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 993 Tahun 2017 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D sebagaimana telah diubah Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA dengan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 846 Tahun 2018 dan; 9. Keputusan Gubernur Kepala Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Nomor 461 Tahun 2018 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung. MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIPAYUNG TENTANG PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIPAYUNG, Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung tentang Pedoman Komunikasi Efektif pada Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung. Memberlakukan Pedoman Komunikasi Efektif Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung. Segala sesuatu yang tidak diatur di dalam keputusan ini maka dapat mengacu pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. : Apabila ternyata dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diubah/diperbaiki sebagaimana mestinya. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal 26 Januari 2023 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM dr. Ekonugroho Budhi Prasetyo NIP. 198106012011011010 KATA PENGATAR Segala pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena dengan berkat rakhmat-Nya tersusunlah Pedoman Komunikasi Efektif dan Edukasi Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung Tahun 2023. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini, Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan. Komunikasi efektif merupakan salah satu unsur penting dalam program keselamatan pasien komunikasi ini merupakan penyampaian informasi antar para petugas rumah sakit baik perawat, dokter, bidan dan petugas kesehatan yang lain. Proses komunikasi ternyata tidak mudah dan bila dalam proses penyampaian tidak benar dapat menimbulkan salah persepsi, yang dapat berakibat tidak baik Berbagai variasi dapat terjadi dalam proses komunikasi dapat berupa dalam kata, intonasi, dialek dan berbagai faktor lai termasuk faktor lingkungan. Sehingga perlu disusun suatu pedoman dalam komunikasi agar tercipta suatu komunikasi yang efektif. Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua Jakarta, Januari 2023 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...... DAFTAR ISI...... BAB I. PENDAHULUAN, A. Latar Belakang 1 2 2 BAB Il PEMBAHASAN KOMUNIKASI EFEKTIF A. Pengertian Komunikasi 4 B. Prinsip-Prinsip Komunikasi 5 CC. Komponen-Komponen Komunikasi 6 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi 6 E. Komunikasi Efektit Dokter-Pasien.. 7 BAB Ill SASARAN RUANG LINGKUP KOMUNIKAS! EFEKTIF A. Komunikasi efektif di lingkungan rumah sakit " B. Komunikasi dengan masyarakat .. 14 C. Komunikasi dengan pasien dan keluarga.. 15 D. Langkah komunikasi efektif............ 16 BAB IV PELAKSANAAN KOMUNIKAS! EFEKTIF A. Komunikasi dengan Pasien atau Keluarga................- 18 B. Komunikasi Antara Pemberi Asuhan Staf Klinis. 2 C. Komunikasi dengan Masyarakat . 24 D. Komunikasi Profesional Pemberi Asuhan dengan Pasien atau Keluarga......... 25 E. Komunikasi Saat Memberikan Edukasi Terkait Kondisi Kesehatan Pasien ....._ 27 BAB V KOMUNIKASI EFEKTIF DI UNIT RUMAH SAKIT ‘A. Komunikasi Efektif di Ruang Pendaftaran. 29 B. Komunikasi Efektif Rawat Jalan 29 C. Komunikasi Efektif Rawat Inap_ D. Komunikasi Efektif Code Red . E. Komunikasi Efektif Code Blue BAB Vi MONITORING EVALUAS.... BAB Vil PENUTUP ... DAFTAR PUSTAKA..... BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan umpan balk yang sesual dengan pesan. Umpan balk yang sesuai dengan pesan tidak selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya telah dimengerti oleh komunikan. Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma, pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan diimplementasikan oleh komunikan. Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam suliha, 2002), Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini dapat berupa konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur administrasi sebagai provider merupakan gambaran dari konsumen internal. Konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga, maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diperdiksi penyebabnya adalah buruknya hubungan komunikasi yang terlibat dalam sitem tersebut. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi. Dalam pemberian pelayanan asuhan kepada pasien diperlukan saling kerja sama antara pasien, keluarga dan tim medis, untuk menimbulkan kerja sama yang baik maka di perlukan kmunikasi efektif dari tim medis kepada pasien dan atau keluarga dimana tujuanya agar pasien dan atau keluarga dapat mengerti apa yang harus dilakukannya dalam bekerja sama guna mencapai keadaan yang lebih baik untuk pasien atau dengan kata lain saling kperatif. Maka dari itu komunikasi yang efektif sangat di perlukan dalam memberikan asuhan kepada pasien 8. Tujuan 1. Meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien dan efektivitas kerja tim. Memberikan standar untuk penyebaran berbagai informasi Meningkatkan keakuratan atau kejelasan dari para pemberi pelayanan kesehatan dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau untuk menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan akurat. C. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Republik indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; Undang-undang RI No. 36 tahun 2008 tentang Rumah Saki; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1114 MENKES $SK/2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan Nomor 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum/Rumah Sakit Khusus Daerah Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Nomor 546 tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Nomor 993 Tahun 2017 Tentang Penetapan Rumah 10. Sakit Umum Daerah Kelas D; Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus [bukota Jakarta Nomor 126 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C dan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D dan; Keputusan Gubernur Kepala Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Nomor 461 Tahun 2018 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung. BAB II PEMBAHASAN KOMUNIKASI EFEKTIF A. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi, proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling bertukar informasi ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Sederhananya, komunikasi efektif adalah proses komunikasi dimana komunikan mengerti apa yang disampaikan dan melakukan apa yang komunikator inginkan. (Water Lippom dalam Effendy 2005) Komunikasi di fingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal i yaitu Konsumen intemal dan konsumen ekstemal. Konsumen internal juga menyangkut dua sisi melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit baik hubungan secara horizontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya. Unsur administrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen intemal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan yaitu klien baik secara individual, kelompok, Keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Sering kali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut. Komunikasi melibatkan pembicara dan pendengar. Pembicara yaitu orang yang memberi informasi, proses penyampaian informasi dan isi informasi. Pendengar yaitu orang yang menerima informasi (Zumbrum, 2008) Sebagai seorang pembicara, harus memperhatikan beberapa faktor untuk memberi kesempatan kepada pendengar untuk mendengar dan memahami isi komunikasi. Tibodeau (2003) menyampaikan enam hal untuk meningkatkan komunikasi efektif yakni : 1. Pesan disampaikan tepat waktu pesan berubah secara konstan dan bila terjadi keterlambatan dalam menyampaikan pesan menyebabkan informasi ketinggalan zaman (Kuno). 2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar dapat mengerti informasi yang disampaikan. 3. Informasi yang disampaikan dengan jelas. 4. Informasi harus akurat dan inti permasalahan tidak membingungkan penerima (pendengar). 5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita. Komunikasi sangat bergantung pada persepsi dan sebaliknya persepsi juga tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Baik buruknya proses komunikasi sangat tergantung pada persepsi masing-masing staf yang terlibat didalamnya. Ketidaksamaan pengertian antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi. . Prinsip-Prinsip Komunikasi ‘Agar komunikasi menghasilkan komunikasi yang efektif, seseorang harus memahami prinsip-prinsip dalam berkomunikasi. Ada lima prinsip komunikasi yang efektif yang harus dipahami, Lima prinsip tersebut disingkat dengan REACH, yaitu Respect, Empaty, Audible, Care dan ‘Humble itu adalah sebagai berikut : 1. Respect Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang akan kita sampaikan 2, Empaty Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta _jika komunikator memiliki sikap empati. Empati artinya kemampuan seseorang komunikator dalam memahami dan menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. c. 3. Audible Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan melalui media atau delivery channel 4. Care Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan komunikasinya. Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan komunikasi personal merasa diperhatikan 5. Humble Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai Komponen-Komponen Komunikasi . Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa yoo pesan yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan . Pesan: informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide, atau perasaan. Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang di ekspresif. 4. Media: metode yang di gunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulls, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium) dan laintain. 5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/pesan kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang berkelanjutan karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada pengirim pesan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Beberapa faktor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas yang obyektif dalam organisasi, menurut pendapat Barnard (1968, 175 ~ 181) adalah : 1. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti 2. Harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi 3, Jalur komunikasi seharusnya langsung dan sependek mungkin 4. Garis komunikasi formal hendaknya dipergunaken secara normal m a . Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi haruslah orang-orang yang berkemampuan cakap Setiap komunikasi haruslah disahkan . Situasi/suasana No Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. @ . Kejelasan pesan Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi, Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikan pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas. Perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi adalah merupakan unsur pokok dalam proses komunikasi. Komunikasi sendiri merupakan usaha untuk mengubah perilaku Komunikasi Efektif Dokter-Pasien Dalam hubungan tenaga medis dan pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien mengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian Pasien sebagai pengirim pasien, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab pertanyaan tenaga medis sesuai pengetahuannya. Sementara tenaga medis sebagai pengirim pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit, rencana pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi serta dampak dan dilakukan dan tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini tenaga medis bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan. Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperlihatkan setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh, dokter sesekali perlu membuat pertanyaan atau pemyataan klarifikasi. Mengingat kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien, dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar-benar memahami pesan yang telah disampaikannya. Misalnya dalam menginterpretasikan kata "panas". Dokter yang mempunyai pasien berumur dua tahun memesankan kepada ibu pasien “Kalau dia panas, berikan obatnya” Pengertian panas oleh ibu pasien mungkin saja berbeda dengan yang dimaksudkan oleh dokter. Dokter perlu mencari cara untuk memastikan si ibu mempunyai pemahaman yang sama, misalnya dengan menggunakan ukuran yang tepat yaitu termometer. Dokter mengajarkan cara menggunakan termometer untuk mengetahui keadaan anaknya. Si Ibu diminta memberikan obat yang telah diresepkan dokter kepada anaknya apabila suhu tubuh anak mencapai angka tertentu yang dimaksud dokter mengatami ‘panas” Dalam dunia kesehatan, warna yang berbeda, ukuran yang berbeda, rasa yang berbeda menjadi hal yang sangat vital karena bisa membedakan intensitas radang, intensitas nyeri yang pada akhimya bermuara pada perbedaan diagnosis maupun jenis obat yang harus diminum. Peran dokter sebagai fasilitator pembicaraan amat penting agar tidak terjadi salah interpretasi Silverman (1998) menjelaskan bahwa komunikasi efektif tidak berhenti sampai pemberi pesan selesai menyampaikan maksudnya. Komunikasi baru dapat dikatakan lengkap ketika_ pembicara mendapatkan umpan balik dari penerima yang meyakinkan bahwa tujuan komunikasinya tercapai (penerima pesan memahami sesuai yang diharapkan) Disease centered communication style adalah komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala lines centered communication style adalah komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik, termasuk pendapat pasien, apa yang menjadi kepentingannya, apa kekhawatirannya. Harapannya apa-apa yang dipikirkannya akan menjadi akibat dari penyakit (Kurtz, 1998). Pada dasamya komunikasi efektif adalah bagaimana menyatukan sudut pandang pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter-pasien (doctor-patient relationship), keduanya berada dalam level yang sejajar dan saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien Di dunia Kedokteran, mode! proses komunikasi tersebut telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) menjadi sebuah model yang sangat sedethana dan aplikatif - Kotak1 —: pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan oleh dokter (patient takes the lead throught open ended question by doctor) - Kotak2 : dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/ terstruktur yang telah disusunnya sendiri (doctor takes the lead through closed question by the order) - Kotak3 : kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both) Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empat. Empati dapat diraih melalui kecukupan dokter akan listening skills and training skills yang dapat diraih melalui latihan Carma IBylund & Gregory Makouf dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter 2002, menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut : a. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien b. Kemampuan efektivitas/sensitivitas terhadap perasaan pasien c. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlinatkan/menyampaikan empati kepada pasien Sedangkan untuk komunikasi langsung disusun tiga batasan yaitu: a. Penyuluhan kesehatan = dalam safari kesehatan ke kelurahan/perusahaan Kegiatan edukasi penyakit dalam kegiatan senam lansia Seminar kesehatan BAB III SASARAN RUANG LINGKUP KOMUNIKASI EFEKTIF Komunikasi sangat penting dalam hubungannya dengan profesional Kesehatan. Tanpa adanya komunikasi sesuatu bisa dipersepsikan dan diinterpretasikan berbeda dengan yang seharusnya. Apalagi orang yang berhadapan dengan kita (tenaga kesehatan) mempunyai pengetahuan dan pemahaman serta prior knowledge yang tidak sama dengan tenaga kesehatan A. Komunikasi efektif di lingkungan rumah sakit Komunikasi yang sering digunakan di rumah sakit adalah komunikasi verbal. Komunikasi yang efektif kepada pasien harus disampaikan dengan bahasa yang sesederhana mungkin, mudah dipahami, tidak menggunakan istilah medis yang tidak dipahami oleh pasien dan disampaikan secara langsung. Akan tetapi bukan berarti komunikasi non verbal dikesampingkan karena justru penggunaan komunikasi non verbal yang disampaikan oleh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan kepada pasiennya. Komunikasi yang efektif di dalam rumah sakit adalah merupakan suatu iswpersoalan kepemimpinan. Jadi, pemimpin rumah sakit memahami dinamika Komunikasi antar anggota kelompok profesional, dan antara kelompok profesi, unit struktural; antara kelompok profesional dan non profesional; antara kelompok profesional kesehatan dengan manajemen; antara profesional kesehatan keluarga, serta dengan pihak luar rumah sakit, sebagai contoh : Pimpinan rumah sakit bukan hanya menyusun parameter dari komunikasi efektif, tetapi juga berperan sebagai panutan (role model) dengan mengkomunikasikan secara efektif misi, strategi, rencana dan informasi lain yang relevan. Pimpinan memberi perhatian tethadap akurasi dan ketepatan waktu dan informasi dalam rumah sakit. Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau tertulis. Korunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali cr hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelepon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segeralcito Profesional kesehatan seharusnya mempunyai kemampuan yang cukup untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien. Hal tersebut dapat meminimalkan terjadi_ miskomunikasi akibat dari mispersepsi_ yang berdampak terhadap pelayanan rumah sakit. Dampak tersebut tidak hanya dari segi material tapi juga citra pelayanan rumah sakit semakin menurun. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), komunikasi efektit dokter pasien adalah pengembangan hubungan dokter pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberi penjelasan yang diperlukan dalam fangka pembangunan kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non verbal akan menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama - sama dokter merancu alternatif untuk mengatasi permasalahannya (KKI, 2006). Tenaga kesehatan harus memperhatikan hak pasien termasuk hak menerima informasi secara jelas sehingga pasien dan keluarganya akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilinannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jasa pelayanan dengan sebaik-baiknya, termasuk melakukan komunikasi terhadap pelanggan dalam hal ini adalah pasien dengan mempertimbangkan latar belakang budaya sehingga keluhan negatif terhadap pelayanan kesehatan dapat diminimalkan. Bentuk-bentuk Komunikasi adalah : 1. Komunikasi yang bersifat informasi (asuhan) Komunikasi yang bersifat informasi (asuhan) di dalam rumah sakit adalah : a. Jam pelayanan, berupa informasi tertulis di tempat tempat tertentu, publik area, leaflet, lisan oleh frontliner. b. Pelayanan yang tersedia c. Cara mendapatkan pelayanan, berupa komunikasi lisan oleh petugas front office, IGD, semua titik-titik unit frontliner d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. 2. Komunikasi yang bersifat edukasi (pelayanan promosi) di dalam tumah sakit dan masyarakat adalah a, Edukasi tentang obat b. Edukasi tentang penyakit c. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya paska dari rumah sakit e. Edukasi tentang gizi Menurut konsi! kedokteran Indonesia (2008) _keterampilan berkomunikasi berlandaskan empat unsur yang merupakan intikomunikasi: 1. Sumber (yang menyampaikan informasi) Siapa dia? Seberapa luas/dalam pengetahuannya_ tentang informasi yang disampaikannya? 2. Isi pesan (apa yang disampaikan) Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian, penerimanya 3. Media yang digunakan Apakah hanya berbicara? Apakah percakapan dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, proyektor, peraga 4. Penerima (yang diberi informasi) Bagaimana karakternya? Apa kepentingannya? (langsung, tidak langsung) Keempat unsur ini masih periu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasi. Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya (apa yang dimengerti pasien?) 13 Sejalan dengan keterampilan yang dimuat dalam empat unsur ditambah umpan balik tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut: 1. Cara berbicara, termasuk cara berlanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, parafrase, intonasi 2, Mendengar, termasuk memotong kalimat 3. Cara mengamati (observasi) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh) 4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar tidak mengganggu komunikasi, misal karena pasien keliru mengartikan gerak tubuh, raut muka dan sikap dokter Ruang lingkup komunikasi dalam pelayanan kesehatan di RSUD Cipayung meliputi: 1. Komunikasi efektif dokter-pasien 2. Komunikasi efektif perawat-pasien 3. Komunikasi antar pemberi layanan (dokter, tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya) 4, Komunikasi asuhan dan edukasi Komunikasi dengan masyarakat 1. Populasi masyarakat Untuk daerah sasaran rumah sakit populasi yang ada meliputi masyarakat umum tanpa mempunyai asuransi, masyarakat dengan peserta badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan (BPJS Kesehatan yaitu peserta ex. Jamkesmas, Askes, Jamsostek dan TTNU/Polri) pasien kecelakaan dengan menggunakan asuransi jasa raharja dan pasien peserta perusahaan swasta yang bekerja sama dalam pelayanan kesehatan bagi karyawan. 2. Strategi Komunikasi ditakukan melalui banner, spanduk dan komunikasi langsung ke masyarakat dan perusahaan perusahaan 3. Isi informasi Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat di rumah sakit, jam pelayanan dan bagaimana akses pelayanan dari 14 masyarakat ke rumah sakit termasuk kualitas pelayanan yang diberikan C. Komunikasi dengan pasien atau keluarga 4. Cara informasi Komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan keluarga harus dilakukan komunikasi secara efektif. Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (aitidute change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi Komunikasi efektif yang dilakukan di rumah sakit dapat berupa a. Komunikasi verbal efektif 1) Komunikasi yang dilakukan dengan jelas dan ringkas Dapat melalui contoh untuk membuat penjelasan lebih mudah dipahami oleh penerima_informasi/perintah/pesan, mengulang bagian yang penting sehingga penerima pesan mengetahui “apa, siapa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana’. Ide-ide disampaikan secara ringkas dengan menggunakan kata-kata sehingga dapat mengekspresikan ide secara sederhana perbendaharaan dapat melalui contoh untuk membuat penjelasan lebih mudah dipahami oleh penerima informasi/perintah/pesan, mengulang bagian yang penting sehingga penerima pesan mengetahui ‘apa, siapa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana’. Ide-ide disampaikan secara ringkas dengan menggunakan kata-kata sehingga dapat mengekspresikan ide secara sederhana 2) Perbendaharaan kata Menyampaikan pesan dan informasi serta istilah-istilah yang mudah dimengerti pasien sesuai dengan tingkat pendidikan, budaya dan format sehingga pesan menjadi efektif Intonasi dan kecepatan berbicara Intonasi dan kecepatan berbicara juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat sehingga apa yang disampaikan menjadi jelas dan dapat merubah perilaku penerima pesan b. Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal dapat berupa: 1) Intonasi dan kecepatan berbicara 3) 15 2) Sikap tubuh dan cara berjalan 3) Ekspresi wajah dan kontak mata 4) Sentuhan (kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian diberikan melalui sentuhan dan sesuai dengan normal sosial) 2. Jenis informasi Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan keperawatan kepada pasien meliputi : a. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit b. Informasi diagnosa, pemeriksaan yang dilakukan dan akan dilakukan, terapi serta rencana tindakan, inform consent c¢. Asuhan keperawatan, pendidikan pasien dan keluarga_ 3. Pemberi informasi Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah sakit yaitu front office, kasir, staf klinik (dokter IGD dan DPJP perawat) dan non Klinik . Langkah komunikasi efektif Langkah-langkah untuk membangun komunikasi efektif. Adapun langkah-langkah untuk membangun komunikasi yang efektif adalah sebagai berikut: 4. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi Mengenali komunikan Menyampaikan pesan dengan jelas |. Menggunakan alat bantu yang baik . Memusatkan perhatian Menghindari gangguan komunikasi Membuat suasana yang menyenangkan . Menggunakan bahasa tubuh (body /anguage) yang benar ‘Adapun aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif adalah PNORaAkon 1. Kejelasan Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan 2. Ketepatan Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan 16 2 . Konteks Bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi ini terjadi 4. Alur Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap 5. Budaya Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata krama dan etika, Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, balk dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi Hambatan dalam berkomunikasi antara lain 1. Hambatan fisik, komunikasi melintasi ruangan dengan cara berteriak-teriak atau komunikasi dengan beda lokasi antara pembicara dengan pendengar . Hambatan persepsi, beda dalam menggunakan istilah kata Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam berkomunikasi Hambatan budaya, budaya dapat menghambat komunikasi Hambatan bahasa, kata yang dipergunakan dalam komunikasi mengandung bahasa yang kurang dimengerti oleh pendengar Dampak salah dalam berkomunikasi : 1. Menimbulkan kejadian tidak diharapkan hal ini disebabkan karena salah dalam mengambil tindakan sebagai contoh pemberian KCI secara iv bolus padahal penyampai berita yang dimaksud pemberian KCI secara Intra Vena drip 2. Menimbulkan konflik antara penyampai berita dengan penerima berita. Hal ini dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah sakit OREN A. Komunik BAB IV PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF i dengan Pasien atau Keluarga 4. Dokter IGD dengan pasien atau keluarga a. s g. 2. Setelah dilakukan pemeriksaan (anamnesis, fisik) kemudian dokter menjelaskan diagnosa atau perkiraan diagnosa pasien, serta pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan. . Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan, hasil yang diharapkan dari pemeriksaan penunjang tersebut untuk menegakkan diagnosa. Untuk besamya biaya pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pasien atau keluarga diminta ke bagian kasir. Setelah dilakukan pemeriksaan (anamnesis, fisik) kemudian dokter menjelaskan diagnosa atau perkiraan diagnosa pasien, serta pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan, hasil yang diharapkan dari pemeriksaan penunjang tersebut untuk menegakkan diagnosa. . Untuk besamya biaya pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pasien atau keluarga diminta ke bagian kasir secara langsung untuk mendapatkan informasi atau dari perawat yang sebelumnya sudah dikonfirmasi dengan kasir. Setelah hasil pemeriksaan penunjang (Radiologi, Lab, EKG, USG) sudah selesai kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien. Dokter mencatat hasil diagnosa pada e-RIM. Informasi dokter DPJP dengan pasien atau keluarga a. DPJP wajib memberikan pendidikan kepada pasien tentang kewajibannya terhadap rumah sakit antara lain: 1) Memberi informasi yang benar, jelas dan jujur 2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti Memahami konsekuensi pelayanan 3 4 5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit 6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa 18 b. DPJP wajib membuat rencana pelayanan 1) Menuliskan rencana pelayanan a) Dokter menuliskan rencana tindakan atau permasalahan medis yang akan ditangani b) Dokter menulis rencana tindakan yang akan dilaksanakan, dapat berupa rencana pemeriksaan penunjang, konsul dan lain-lain. ©) Dokter menyusun rencana terapi atau intervensi guna menangani masalah. d) Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu penulisan dalam lembar Konsultasi, atau dapat mengetikkan di e- RM menggunakan akun pribadi DPJP. 2) Menginformasikan rencana pelayanan kepada pasien/ keluarga a) Dokter sudah menyampaikan kepada pasien bahwa pasien diperiksa dan dibuat diagnosa medis. b) Dokter menyampaikan pada pasien pemeriksaanitindakan apa yang akan dilaksanakan ©) Dokter menyampaikan kemungkinan manfaat dan risikonya terhadap tindakan d) Dokter memastikan apakah pasien dan/atau keluarga pasien sudah paham e) Dokter mempersitahkan kepada pasien untuk menanyakan sesuatu apabila belum jelas f) Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis berupa formulir edukasi bahwa telah diinformasikan rencana pelayanan dan membubuhkan paraf 3. Informasi front officefioket pendaftaran dengan pasien a. Pendaftaran pasien 1) Petugas pendaftaran memberikan salam hangat kepada pasien/keluarga pasien yang datang ke bagian pendaftaran 2) Petugas pendaftaran mewawancarai pasien atau keluarga pasien terhadap identitas pasien 3) Untuk data nama pasien dilakukan eja huruf oleh pasien/keluarga pasien atau diulang oleh petugas 19 pendaftaran dengan mengeja huruf sehingga tidak terjadi kesalahan nama pasien 4) Untuk data tanggal lahirfumur, petugas ~mengulang menanyakan kebenaran data dan apabila masih diragukan maka pengecekan langsung ke IGD untuk memastikan kesesuaian antara umur dengan fisik pasien. 5) Petugas juga menanyakan kartu identitas pasien berupa e- KTP atau kartu BPJS, Selain sebagai pelengkap data juga sebagai validasi keabsahan data yang diberikan pasien/keluarga. b. Pendaftaran pasien rawat inap 4) Pasien/keluarga pasien datang ke bagian pendaftaran untuk melakukan pendaftaran rawat inap 2) Petugas pendaftaran memberikan informasi tentang : a) Hak dan kewajiban pasien b) Identifikasi pasien ©) denis pelayanan ) Fasilitas ruangan/pelayanan Petugas menuliskan terhadap isi penjelasan dari poin 2 pada dokumen rekam medis dan apabila hal-hal yang dijelaskan sudah dimengerti dan disetujui oleh pasien/keluarga pasien maka dokumen rekam medis ditanda tangani oleh pasien/keluarga pasien dan _petugas pendaftaran yang memberikan informasi. Data rekam medis dimasukkan ke daftar pasien c. Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan menginformasikan kepada keluarga pasien. 4. Informasi antara perawat dengan pasien atau keluarga a. Memberikan salam pada pasien dan keluarga b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang fasilitas yang ada di ruang perawatan dan prosedur penggunaannya ;. Menjelaskan tata tertib di rumah sakit | Menjelaskan hak dan kewajiban pasien Memberikan penjelasan dokter/petugas yang merawat Informasi waktu konsultasi . Informasi catatan perkembangan kondisi pasien dan rencana asuhan perawatan 3) erpad 20 h. Informasi tentang persiapan pulang i. Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat_ pada checklist dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak B. Komunikasi Antara Pemberi Asuhan Staff Klinis (Dokter, Tenaga Keperawatan dan Tenaga Kesehatan Lainnya) 4. Teknik SBAR Dalam memberikan pelayanan kesehatan di RSUD Cipayung antar pemberi layanan komunikasi yang terjadi menggunakan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan identifikasi tethadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dan dokter. Dengan komunikasi SBAR jini maka perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi pasien lebih informatif dan terstruktur. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memeriukan perhatian dan tindakan segera. Teknik SBAR terdiri dari unsur Situation, Background, Assessment, Recommendation. Pada prinsipnya SBAR merupakan komunikasi standar yang ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan. Empat (4) Unsur SBAR tersebut, antara lain: a. Situation: Menjetaskan kondisi terkini yang terjadi pada pasien b. Background: Berisi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien saat ini ¢. Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini d. Recommendation: Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, KM, dkk 2008) ‘Situation (S) 1. Sebutkan nama anda, RS dan unit 2. Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar pasien 3. Sebukan diagnosa medis dan masalah pasien tersebut (misalnya sesak nafas, __|__hyeri dada, ail) eee Background (B) 7. Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan 21 2. Status Kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, EKG, dsb) 3. Status gastrointestinal (nyeriperut, perdarahan, dsb) 4, Neurologis (GCS, Pupil) 5. Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya ‘Assessment (A) | 1. Sebutkan problem pasien tersebut 2. Problem kardiologi | 3._Problem gastrointestinal Recommendation | Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan) a) 1) Saya meminta dokter untuk : a. Memindahkan pasien ke HCU b. Segera datang melihat pasien cc. Mewakilkan dokter lain untuk datang d. Konsultasi ke dokter lain 2) Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan : Foto rontgen Pemeriksaan analisa gas darah . Pemeriksaan EKG . Pemberian oksigenasi Beta 2 agonis nebulizer paoee 2. Teknik TBAK Dalam berkomunikasi di Rumah Sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulis, baca kembali dan konfirmasi ulang (TBak), yaitu: a. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil), jelas, singkat dan padat. b. Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut. (TULIS) untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus mencatat pesan yang diberikan secara jelas. Isi pesan dapat diketik di e-RM. ¢. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan. (BACA KEMBALI) setelah pesan dicatat/diketik di e-RM, penerima pesan harus membacakan kembali pesan tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan baik. 22 d. Penerima pesan mengkonfirmasi Kembali isi pesan kepada pemberi pesan. (KONFIRMASI) pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan oleh penerima pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang. Proses komunikasi efektif ini harus dicatat/diketik dengan akurat pada e-rekam medis atau catatan terintegrasi pasien. Catatan tersebut harus dapat dibaca, ditanda tangan, diberi tanggal dan waktu. Verifikasi pemberi instruksi menandatangani dalam bentuk cap verifed di e-rm/catatan pesan yang diketik penerima pesan dalam kotak stempel READ BACK sebagai tanda persetujuan dalam waktu 2x24 jam. Petugas yang menerima instruksi mencatat, membaca ulang serta melakukan konfirmasi pada pemberi instruksi TBaK | Laporan dicatat balk tanggal dan jam, ditanda tangan. Verifikasi pemberi instruksi membubuhkan tanda verified di SIMRS/e-RM pada kolom validasi di CPPT Contoh : ity el ath {ul yom & om 8 ‘awOU état Theiss Werle slsdeg hep Stent cam Olen seibrekiet—eicTearndiesd, dan todedaean 5h Cec ream edt) id) diated aang e+ lagba99 ass bus . Operan Jaga/Hand Over Operan merupakan suatu teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan pasien (Nursalam, 2011). Operan jaga merupakan komunikasi yang dilakukan antar perawat dalam menyampaikan kondisi pasien secara jelas dan lengkap dalam pergantian shift saat penyerahan tanggung jawab dari perawatan kesatu ahli perawatan kesehatan kelainnya (JCAHO, 2007). Operan perawat secara modern dengan teknik SBAR menurut JCI (2011) adalah: 23 a. Pertama dengan mempersiapkan format pendokumentasian menggunakan teknik SBAR pada masing-masing pasien setiap shift, buku catatan operan/spreadsheet operan, dan rekam medik elektronik pasien. b, Kedua menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan dan kemajuan keadaan pasien setelah tindakan dilakukan di nurse station sesuai dengan metode SBAR. ¢. Ketiga setelah operan nurse station dilanjutkan dengan melihat keadaan pasien secara langsung dan menanyakan kepada pasien tentang kemajuan keadaan pasien dan keluhan yang masih dirasakan, dan pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. d. Dengan dilakukannya operan jaga menggunakan teknik SBAR memungkinkan terjalin komunikasi yang efektif baik antara pasien dan perawat dan sesama perawat antar shift. C, Komunikasi dengan Masyarakat 1. Komunikasi dengan menggunakan media a. Spanduk 1) Spanduk himbauan Kesehatan yang berkaitan dengan peringatan hari-hari besar nasional dan internasional, Hari Tuberculosis Sedunia, HIV AIDS sedunia dil 2) Spanduk pelayanan rumah sakit b. Standing Banner tentang himbauan kesehatan c. Sign Box dan Neon Box 1) Pelayanan IGD 24 Jam 2) Neon Box Pelayanan Rumah Sakit d. Brosur, flayer atau leaflet 4) Brosur tentang pelayanan rumah sakit 2) Leaflet/ Flayer Kesehatan Ibu, Anak dan Tumbuh Kembang serta Penyakit terbanyak 3) Leaflet Pencegahan infeksi di Rumah Sakit e. Media sosial 2. Komunikasi langsung a. Penyuluhan kesehatan ke masyarakat sekitar b. Kegiatan edukasi ke komunitas yang ada di Kecamatan Cipayung 24 c. Seminar kesehatan D. Komunikasi Profesional Pemberi Asuhan dengan Pasien atau Keluarga Komunikasi di rumah sakit memiliki dua tujuan, yaitu: 1. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan Komunikasi yang bertyjuan untuk memberikan informasi asuhan ini biasanya dilakukan oleh petugas pendaftaran yang meliputi a. Jam pelayanan b. Pelayanan yang tersedia ©. Cara mendapatkan pelayanan 4d. Sumber alternatif mengenai asuhan pelayanan yang diberikan . Sumber altematif mengenai asuhan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Contoh sikap petugas pendaftaran ketika menerima pasien: @. Mengucapkan salam dan memperkenalkan iri “selamat pagi/sore/malam, saya ... (nama)” Mempersilahkan pasien duduk Menanyakan nama pasien “maaf, dengan bapaklibu?” Tawarkan bantuan kepada pasien “ada yang bisa saya bantu Bapakfibu ... (nama)" @. Menciptakan suasana yang nyaman “isyaratkan bahwa cukup waktu menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah’ f. Menilai suasana lawan bicara 9. Memperiihatkan sikap nonverbal (raut wajah, mimik, gerak/bahasa tubuh dari pasien) h. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan aos i, Memberikan informasi yang diperlukan pasien j. Memberikan informasi jadwal praktik k. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa metakukan interupsi yang tidak perlu |. Memberikan solusi yang tepat dan cepat bila ada keluhan yang disampaikan m, Menawarkan kembali bantuan kepada pasien “ada lagi yang bisa kami bantu bapaklibu?” 25 n. Mengucapkan salam penutup “terima kasih atas waktunya bapak/ibu. Apabila ada lagi yang bisa saya bantu, kami siap metayani? 2. Komunikasi edukasi pasien atau keluarga pasien Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien atau keluarga pasien sehingga pasien atau keluarga pasien bisa memahami pentingnya mengikuti proses pengobatan, tindakan, gizi, rehabilitasi medik, manajemen nyeri dan manajemen jatuh yang telah ditetapkan. Terdapat 3 tahap dalam pemberian edukasi: a. Tahap asesmen pasien Sebelum melakukan edukasi, pertamatama petugas menilai kebutuhan edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir asesmen kebutuhan pasien Hal-hal yang perlu diperhatikan 1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga 2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan 3) Hambatan emosional dan motivasi 4) Keterbatasan fisik dan kognitif 5) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi b. Tahap penyampaian informasi Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung hasil asesmen pasien, yaitu: 1) Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang maka proses komunikasi edukasinya bisa langsung dijelaskan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan edukasinya. 2) Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara) maka proses komunikasi edukasinya dapat disampaikan dengan menggunakan media cetak seperti brosur yang diberikan kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka 3) Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau depresi) maka proses komunikasi edukasinya juga dapat disampaikan dengan menggunakan media cetak seperti brosur dan menyarankan pasien untuk membacanya. 26 ¢. Tahap verifikasi Pada tahap verifikasi ini petugas memastikan kepada pasien dan keluarga _mengenai kejelasan dan pemahaman edukasi yang diberikan: 1) Apabila pada saat pemberian edukasi pasien dalam kondisi baik dan senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan 2) Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarganya dengan pertanyaan yang sama, yaitu “apakah bapak/ibu bisa memahami materi edukasi yang kami berikan?” 3) Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (mara, depresi) maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi yang telah diberikan melalui brosur. Proses pertanyaan ini bisa datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang. Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien. E. Komunikasi Saat Memberikan Edukasi Terkait Kondisi Kesehatan Pasien 1. Tahap asesmen pasien Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien dan keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari e-RM): a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga. b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan Bahasa yang digunakan. c. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah) d. Keterbatasan fisik dan kognitif. e. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi. a7 2. 2 Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tanap asesmen pasien, di temukan: a. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya mudah disampaikan. . Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna s rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istr, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka. ¢. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. . Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan: a. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan Kembali edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: "Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu bisa pelajari?” b. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: "Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapaklibu bisa pelajari2” c. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan paham. 28 BABV KOMUNIKASI EFEKTIF DI UNIT RUMAH SAKIT. A. Komunikasi Efektif di Ruang Pendaftaran Pendaftaran dapat dilakukan oleh pasien yaitu: Saat pasien datang ke rumah sakit, maka pasien mengambil nomor antrean kemudian menunggu nomor antrean. Setelah di panggil oleh pihak pendaftaran pasien ke meja pendaftaran. Setelah pendaftaran selesai, barulah mereka satu demi satu diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pelayanan yang dibutuhkan. Kontak awal dengan rumah sakit ini, perlu disambut dengan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) oleh petugas pendaftaran. Sambutan tersebut berupa salam hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram berada di rumah sakit. B. Komunikasi Efektif di Rawat Jalan Saat pasien berada di Rawat Jalan pasien menunggu diruang tunggu untuk menunggu berkas dari pendaftaran. Setelah berkas dari pendaftaran masuk ke nurse station perawat memanggil pasien tersebut untuk dilakukan anamnesa meliputi pengkajian awal, timbang, tensi, atau ukur tinggi badan di ruang nurse station (NS). Perawat akan melakukan komunikasi dengan melakukan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) dan menunggu antrean menuju poliklinik yang dituju. Rumah sakit menyediakan ruangan poliklinik untuk pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi. is, dokter umum, bidan dan Konsultasi dilayani oleh dokter spesi konselor. Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang tersedia di poliklinik Oleh karena itu di setiap poliklinik, khususnya ruang tunggu, dipasang poster-poster, disediakan selebaran (leaflet), dipasang televisi yang dirancang untuk menayangkan informasi tentang kesehatan. Konsultasi yang dilakukan secara individual dilakukan dengan sikap profesional, menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), sikap profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi 29 secara efektf (Silverman, 1998). Sikap profesional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi. C. Komunikasi Efektif di Rawat Inap Pada saat pasien sudah masuk rawat inap, umumnya pasien sangat ingin mengetahui seluk-beluk penyakitnya. Sementara pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti apatis, agresif atau menarik diri. Hal ini disebabkan penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial kepada penderitanya. Kepada pasien seperti ini, kesabaran dari petugas rumah sakit sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan komunikasi pemberdayaan. Beberapa cara komunikasi pemberdayaan dapat dilakukan melalui konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam hal ini, perawat yang menjadi konselor harus mendatangi setiap pasien, duduk di samping tempat tidur pasien tersebut dan melakukan pelayanan konseling. Dalam melakukan konseling di tempat tidur, konselor membawa alat peraga yang berisi informasi tentang penyakit pasien tersebut. Komunikasi Efektif Code Red Komunikasi dan sosialisasi yang efektif terhadap seluruh penghuni baik Tim Penanggulangan Kebakaran, pegawai, pengunjung dan pihak lain yang berada di lingkungan rumah sakit dalam mencegah, menanggulangi dan evakuasi kebakaran. Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran dilingkungan rumah sakit (api ataupun asap) sekaligus mengaktifkan tim Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG) rumah sakit. Cara komunikasi adalah sebagai berikut 1. Pentahapan penanganan: Tanda bahaya Kebakaran berupa alarm kebakaran 2. Penanganan kebakaran dalam jam kerja : a. Setelah mendengar tanda bahaya kebakaran, peran lantai melapor ke ketuahvakil MKKG melalui telepon 1119 dengan 30 menyebutkan "Code red dan areanya, misalnya code red. code red.. lantai ... ruang ... dan alarm berbunyi kami sedang melakukan pengecekan. Tim MKKG metakukan pengecekan menggunakan helm sesuai tugasnya - Helm Hijau: Koordinator Lantai - Helm Merah — : Pemadam Api ~ Helm Putih vakuasi Dokumen - Helm Biru ‘vakuasi Pasie/P3K Helm Kuning : Evaluasi Alat Medis Ketua/wakil ketua MKKG akan memerintahkan peran lantai untuk melanjutkan pemeriksaan dan memerintahkan tim announcer untuk memberikan informasi kepada seluruh penghuni gedung di RSUD Cipayung dengan membacakan Teks | “Mohon Perhatian, mohon perhatian. Bahwa telah terjadi alarm kebakaran di lantai ... ruang ......, kami mohon penghuni gedung diharap tenang, petugas kami sedang mengadakan pengecekan’ (diulang dua kali) Peran lantai yang melapor melakukan pengecekan, apabila benar dilantai tersebut terjadi kebakaran, peran lantai segera melapor ke Ketua/Wakil Ketua Tim MKKG via telepon dan melanjutkan pemadaman. Ketua/Wakil ketua Tim MKKG memerintahkan melanjutkan pemadaman dan memerintahkan tim teknisi untuk mematikan listrik. Tim pemadam kebakaran dari setiap lantai datang ke lokasi membawa APAR dan memakai helm warna merah Ketua/Wakil ketua Tim MKKG memerintahkan Operator ‘Annoncer untuk membacakan teks Il untuk evaluasi Teks Il *Mohon Perhatian, mohon perhatian.. Telah terjadi kebakaran dilantei...... ruang ....... gedung RSUD Cipayung Kami mohon kepada seluruh penghuni gedung segera meninggelkan suangan melalui tangga, menuju fitik tumpul dihalaman depan Jangan menggunakan lift dan bagi wanita yang memakai sepatu hak tinggi harap dilepas” (diulang-ulang) 31 g. Ketika ada perintah evakuasi, Tim evakuasi akan melakukan evakuasi dengan menggunakan helm warna kuning. Apabila penanganan kebakaran menggunakan APAR gagal, Peran lantai melaporkan ke Ketua/Wakil ketua Tim kebakaran bahwa pemadaman menggunakan APAR gagal, api membesar. Ketua/Wakil ketua Tim MKKG memerintahkan operator menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta dan instansi terkait lainnya (Polres Jakarta Timur) untuk meminta bantuan. 3. Penanggulangan kebakaran diluar jam kerja : a. Pada saat petugas peran lantai melihat/mendengar/mengetahui adanya bahaya kebakaran, peran lantai bertindak sebagai pemimpin dengan mengerahkan anggota Tim Pemadam yang bertugas menuju tempat dimana terjadi kebakaran dengan mengatakan code red. Tim pemadam kebakaran akan segera memadamkan api apabila masih bisa dikendalikan oleh tim pemadam Petugas peran lantai segera menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Administrasi Jakarta Timur, melaporkan kepada pimpinan melalui sarana komunikasi yang ada apabila api besar dan tidak dapat dikendalikan dan segera mengerahkan tim evakuasi untuk melakukan evakuasi pasien, tamu dan karyawan. Petugas keamanan mengambil tindakan memperkuat penjagaan/pengawasan menurut pertimbangan keadaan yang dihadapi dengan melibatkan unsur petugas jaga yang ada. 4, Apabila saat kebakaran ada penghuni yang terjebak a Peran lantai akan melaporkan ke ketua/wakil tim MKKG bahwa ada penghuni yang terjebak. Ketua/Wakil Tim MKKG memerintahkan tim P3K untuk melaksanakan pencarian dan penyelamatan korban. 5. Jalur Evakuasi a. Jika terjadi kebakaran jalur evakuasi melalui tangga utama dan menuju titik kumpul 32 b. Jika terjadi kebakaran pasien dilantai 2 di evakuasi melalui RAM pasien dan tanga utama cc. Untuk evakuasi maka urutan evakuasi didahulukan di lantai yang terjadi kebakaran, baru selanjutnya difantai atas dan bawah. Jika kebakaran terjadi dilantai 2, maka evakuasi didahulukan yang lantai 2 terlebih dahulu kemudian lantai 3, 4 dan lantai 1. d. Evakuasi pasien dan staff menuju titik kumpul yang terletak diarea parkir depan halaman RSUD Cipayung. . Tindak lanjut Tim MKKG a. Menginventarisir semua kerugian yang timbul 2 b. Mengadakan pengusutan sebab terjadinya kebakaran c. _Membuat laporan kepada K8RS dan direktur RSUD Cipayung dd. Mengantisipasi kemungkinan terulangnya kasus serupa Daftar Nomer Telepon Penting Direktur : 081382363870/4058 KaSubBag Tata Usaha : 081932087216 Kasie Pelayanan Medis dan keperawatan: 08151850634 Kasie Penunjang Medis: 081286912127 Ketua tim Manajeman Keselamatan Kabakaran Gedung (MKKG): 081284008495 Wakil Ketua tim Manajeman Keselamatan Kabakaran Gedung (MKKG):089657658720 IPRS: 087874302492 K3RS: 081284008495, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta: 6344579 i. Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Timur: 021-85904904 Polres Jakarta Timur: 021-8192262 Polsek Metro Cipayung: 021-87754223 m. PLN Jakarta Timur: 021-8726605 eg aeo8N ze ait ae E, Komunikasi Efektif Code Blue Komunikasi dan sosialisasi yang efektif terhadap seluruh Tim code blue, seluruh tenaga medis dan security di lingkungan rumah sakit 33

Anda mungkin juga menyukai

  • BROSUR
    BROSUR
    Dokumen3 halaman
    BROSUR
    yu2n yunita
    Belum ada peringkat
  • STABDAR2
    STABDAR2
    Dokumen16 halaman
    STABDAR2
    yu2n yunita
    Belum ada peringkat
  • SK Tim PKRS
    SK Tim PKRS
    Dokumen12 halaman
    SK Tim PKRS
    yu2n yunita
    Belum ada peringkat
  • INHOUSE
    INHOUSE
    Dokumen2 halaman
    INHOUSE
    yu2n yunita
    Belum ada peringkat