Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu peradangan
pada parenkim paru yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus di sekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing (Perdani &Sari,2018).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pnemonia yang mempunyai
pola penyebaran, teratur dalam satu atau lebih area didalam bronkus dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Puspitaningsih et al.,
2019).
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan pada
balita, bronkopneumonia merupakan penyakit terbesar penyebab kematian
tertinggi dikalangan anak-anak (Fajri et al., 2020).

2. Etiologi
Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak adalah pneumokokus
sedang penyebab yang lainnya adalah: bakteri (seperti streptoccocus,
Staphylococcus, haemophillus influenza), virus (seperti Legionella
Pneumoniae), dan jamur (seperti Aspergillus Spesies, Candida Albicans). pada
bayi dan anak kecil ditemukan stapilokokus aureus sebagai penyebab terberat,
serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi (Fajri et al.,
2020).terjadinya bronkopneumonia bermula dari adanya peradangan paru yang
terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi
pada saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. faktor penyebab
utama adalah bakteri, virus, jamur dan benda asing (Rusdianti,2019).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia yaitu :
Infeksi saluran pernapasan
a. Demam(39-40ᵒC),kadang disertai kejang karena demam tinggi
b. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada seperti ditusuk-tusuk pada
saat bernapas dan batuk
c. Pernapasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung danmulut
d. Adanya bunyi pernapasan seperti ronkhi dan wheezing
e. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia jika infeksiserius
g. Ventilasi yang berkurang karena penimbunan mukus
h. Batuk disertai sputum yang kental
i. Nafsu makan menurun (Fajri etal.,2020)

4. Patofisiologi
Penyebab Menurut Fajri et al,(2020) proses perjalanan penyakit
bronkopneumonia masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat
melalui berbagai carayaitu inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan
bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasaan langsung dari
saluran pernapasan atas. bronkopneumonia berawal masuk melalui percikan
droplet yang dapat masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh yang menyebabkan peradangan, ketika terjadi
peradangan tubuh menyesuaikan diri, maka dengan reaksi berupa demam dan
menghasilkan sekret pada saluran pernapasan, sekret yang diproduksi dan sulit
dikeluarkan mengakibatkan klien menjadi sesak. bakteri ini dapat menginfeksi
saluran cerna ketika dibawa oleh darah. bakteri ini dapat membuat flora
normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah pada
sistem pencernaan. pada keadaan sehat paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, Jika terdapat bakteri pada paru menunjukkan adanya
gangguan daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme dapat berkembang. pada
saat mikroorganisme sampai di alveoli maka alveoli mengalami peradangan,
proses peradangan ini melalui empat proses yaitu:
a. Stadium pertama (4-12 jam/ kongesti) disebut hiperemia mengacu pada
peradangan yang berlangsung didaerah yang terinfeksi ditandai dengan
aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat terinfeksi.
b. Stadium kedua (48 jam) disebut hepatisasi merah yang terjadi sewaktu
alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang dihasilkan
oleh host sebagai bagian dari reaksi peradangan.
c. Stadium ketiga (3-8 hari) disebut hepatisasi kelabu terjadi sewaktu sel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.
d. Stadium keempat (7-11 hari) disebut resolusi terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula (Fajri et
al.,2020).
5. Pathways
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu
atau beberapa lobus yang bercak-bercak.
b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatanl eukosit.
c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang
berhubungan dengan oksigen.
d. Pemeriksaan gram/ kultursputum dan darah : untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan
(Chairunisa,2018).
7. Komplikasi
Menurut Amelia et al., (2018) komplikasi bronkopneumonia ada
beberapa yaitu:
a. Efusi pleura adalah penumpukkan cairan disekitar paru-paru
b. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflekbatuk hilang
c. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
d. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokarin
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
8. Penatalaksanaan
Tatalaksana Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien
bronkopneumonia yaitu secara medik dan keperawatan :
a. Penatalaksanaan medik
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat.
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan
gentamicin. pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keadaan penderita,
dan kuman (Chairunisa, 2018).
b. Penataksanaan keperawatan
1) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif
pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
2) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam
4) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
5) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
6) Monitor tanda-tanda vital
7) Kolaborasi pemberian O2
8) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
(Chairunisa,2018).
B. Konsep Dasar Keperawatan
Pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses keperawatan
yang merupakan suatu metode bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien. proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
berurutan dan saling berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. lima tahap dari proses keperawatan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut (Nari,2019).
1. Pengkajian
Menurut tampubolon, (2020) pengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
pada tahap ini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
kesehatan klien. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien. tujuan pengkajian adalah
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. meliputi
pengkajian awal identitas anak secara lengkap. usia merupakan faktor yang
memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan bronkopneumonia pada
anak, terutama dalam spektrum, etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan
(Mulia,2020).
Menurut setiyawan, (2013) proses pengkajian meliputi langkah – langkah
sebagai berikut:
a. Usia
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. kasus terbanyak terjadi
pada anak berusia di bawah 3 tahun.
b. Keluhan Utama
Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk
bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu
pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah
dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare
d. Riwayat penyakit dahulu
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki
riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu
bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi
dalam jangka panjang.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi.
Perlu diperhatikannya bentuk dada simetris, adanya sianosis, dispneu,
pernafasan cuping hidung, batuk semula non produktif menjadi
produktif. batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50
kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah
40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke
dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke
dalam akan tampak jelas.
2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan atau
sekret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat sekret.
3) Perkusi
Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi
atau wheezing. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan
berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang- kadang terdengar
bising gesek pleura.
2. Penyimpangan KDM

Bakteri Stafilokokus
aureus Bakteri
Haemofilus influezae

Saluran pernafasan atas

Kuman berlebih di Infeksi Saluran


Pernafasan Bawah bronkus

Edema antara
dilatasi
Proses peradangan di kaplier dan
pembuluh darah alveoli
dinding bronkus

Eksudat plasma
masuk alveoli Iritasi PMN
Akumulasi secret
Stimulus chemoreseptor eritrosit pecah
di bronkus
hipothalamus
Gangguan difusi
dalam plasma
Bersihan Mukus bronkus Edema paru
Reaksi
jalan meningkat
peningkatan
nafas panas tubuh Gangguan
Bau mulut pertukaran gas Pengerasan
tidak sedap dinding paru
Demam

Anoreksia Penurunan
compliance
Hipertermia paru
Intake kurang
Suplai o 2
menurun
Defisit nutrisi

Hiperventila
si

dipsneu

Retraksi dada/nafas
cuping hidung

Pola nafas
tidak efektif
3. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada penyakit bronkopneumonia menurut
Chairunisa, (2018) sebagai berikut :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress,
keengganan untuk makan
d. Termoreguasi tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi

4. Rencana Kepererawatan

SLKI-SIKI
Diagnosa
No
Keperawatan Luaran Intervensi
(SDKI)
1. D𝟢𝟢𝟢1 Setelah di lakukan Manajemen Jalan Napas
Bersihan jalan napas tidak tindakan Asuhan Observasi
efektif berhubungan Keperawatan 3 x 24 jam 1. Monitor pola napas
dengan spasme jalan napas di harapkan Bersihan (frekuensi, kedalaman, usaha
Jalan Napas meningkat, napas)
2. Monitor bunyi napas
Kategori : Fisiologi ditandai dengan kriteria
Subkategori : Respirasi hasil : tambahan (mis, gurgling,
1. Produksi sputum mengi, wheezing, ronkhi
Gejala dan tanda menurun karing)
2. Mengi menurun 3. Monitor sputum (jumlah,
Mayor DS : 3. Wheezing menurun
(Tidak Tersedia) wama, aroma)
4. Meconium (pada Tarapeutik
neonatus) menurun 4. Pertahankan kepatenan jalan
DO : 5. Dispnea menurun
- Batuk tidak efektif 6. Ortopnea menurun napas dengan head-tilt dan
atau tidak mampu 7. Sulit bicara menurun chin-lift (jaw-thrust jika
batuk 8. Sianosis menurun curiga trauma servikal)
- Sputum berlebih / Gelisah menurun 5. Posisikan semi-Fowler atau
obstruksi jalan Fowler
napas / Meconium 6. Lakukan fisioterapi dada, jika
(pada neonatus) perlu
- Mengi, wheezing 7. Lakukan penghisapan lendir
dan ronkhi kering kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen, jika perlu
Gejala dan tanda Edukasi
minor DS : 9. Anjurkan asupan cairan
- Dispnea 2000 ml/hari, jika tidak
- Sulit bicara kontraindikasi
- Ortopnea 10. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
DO : 8. Kolaborasi pemberian
- Gelisah bronkodilator
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas berubah
2. D𝟢𝟢𝟢5 Setelah di lakukan Manajemen Jalan Napas
tindakan Asuhan Observasi
Pola napas tidak efektif
Keperawatan 3 x 24 jam 9. Monitor pola napas
berhubungan dengan di harapkan Pola Napas (frekuensi, kedalaman, usaha
membaik, ditandai napas)
kelemahan otot 10. Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil :
pernafasan 1. Dispnea menurun tambahan (mis, gurgling,
2. Penggunaan otot mengi, wheezing, ronkhi
Kategori : Fisiologi bantu napas menurun karing)
Subkategori : Respirasi 3. Pemanjangan fase 11. Monitor sputum (jumlah,
Pola napas tidak efektif ekspirasi menurun wama, aroma)
berhubungan dengan posisi 4. Ortopnea menurun Tarapeutik
tubuh yang menghambat 5. Pernapasan pursep-lip 12. Pertahankan kepatenan jalan
ekspansi paru menurun napas dengan head-tilt dan
6. Napas cuping hidung chin-lift (jaw-thrust jika
Gejala dan tanda menurun curiga trauma servikal)
Mayor DS : 13. Posisikan semi-Fowler atau
- Dispnea Fowler
14. Lakukan fisioterapi dada, jika
DO : perlu
- Penggunaan otot 15. Lakukan penghisapan lendir
bantu pernapasan kurang dari 15 detik
- Fase 11. Berikan oksigen, jika perlu
ekspirasi Edukasi
memanjang 12. Anjurkan asupan cairan
- Pola napas 2000 ml/hari, jika tidak
abnormal (mis. kontraindikasi
Takipnea, 13. Ajarkan teknik batuk efektif
bradipnea, Kolaborasi
hiperventilasi, Kolaborasi pemberian
kussmaul, cheyne-
stokes) bronkodilator

Gejala dan tanda


minor DS :
- Ortopnea

DO :
- Pernapasan pursep-
lip
Pernapasan
cuping
hidung
- Gdiameter
thoraks anterior-
posterior
meningkat
- Ventilasi
semenit menurun
- Kapasitas vital
menurun
- Tekanan
ekspirasi menurun
- Tekanan
inspirasi menurun
- Ekskursi dada
berubah
3. D.0019 Setelah Observasi
Defisit nutrisi b.d penurunan 1. Identifikasi status nutrisi
intake makanan, Ketidak dilakukan intervensi 2. Identifikasi alergi dan
mampuan mengabsorbsi keperawatan diharapkan intoleransi makanan
nutrient. status nutrisi pasien 3. identifikasi makanan yang
membaik dengan kriteria disukai
Kategori : Fisiologis hasil : 4. Identifikasi keburuhan kalori
Subkategori : nutrisi dan - Porsi makanan yang dan nutrisi
cairan dihabiskan meningkat 5. Monitor asupan makanan
Definisi : asupan ntrisi - Diare menurun 6. Monitor berat badan
tidak cukup untuk - Frekuensi Terapeutik
memenuhi kebutuhan 7. Berikan makanan secara
metabolisme makan membaik menarik dan suhu yang sesuai
- Nafsu makan membaik 8. Berikan makanan tinggi kalori
Gejala dan tanda mayor : Bising usus membaik dan protein
Ds : - Edukasi
Do : Berat badan menurun 9. Anjurkan diet yang
minimal 10% dibawah diprogramkan
rentang ideal Kriteria Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi
Gejala dan tanda minor untuk menetukan jumlh
Ds : kalori dan jenis nutsisi yang
- Cepat kenyang setelah dibutuhkan jika perlu.
makan Kolaborasi
- Kram/nyeri abdomen pemberian obat
- Nafsu makan menurun antimetik jika
perlu
Do :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
Membrane mukosa pucat

4. (D.0130) Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


Hipertermia b.d infeksi tindakan keperawatan Observasi:
d.d suhu tubuh di atas selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi
ambang batas normal yaitu diharapkan penyebab hipertermia.
38°C dan kondisi kesadaran Termoregulasi membaik 2. Monitor subu tubuh
bayi dengan kriteria hasil: 3. Monitor warna, suhu kulit.
somnolen. 1. Menggigil : menurun
4. Monitor komplikasi akibat
2. Kulit merah : menurun
hipertermia.
3. Akrosianosis :
Kategori : Lingkungan Terapeutik:
menurun
Sub kategori : Keamanan 5. Sediakan lingkungan yang
4. Konsumsi oksigen :
dan proteksi dingin
menurun
6. Longgarkan atau lepaskan
5. Piloereksi : menurun
pakaian
Definisi : suhu tubuh 6. Vasokontriksi perifer :
7. Basahi dan kipasi
meningkat di atas rentang menurun
permukaan tubuh
normal tubuh 7. Kutis memorata :
8. Berikan cairan oral
menurun
9. Ganti linen setiap hari atau
Gejala dan tanda Mayor 8. Pucat : menurun
lebih sering jika mengalami
9. Takikardi : menurun
DS : - hiperhidrosis (keringat berlebih)
10. Bradikardi : menurun
DO : - Suhutubuh diatas 10. lakukan pendinginan
11. Dasar kuku sianotik :
nilai normal eksternal (mis, selimut,
menurun
hipotermia atau kompres dingin
12. Hipoksia : menurun
pada dahi, leher, dada,
Gejala dan Tanda Minor 13. Suhu tubuh : membaik
abdomen, aksila)
14. Suhu kulit : membaik
11. hindari pemberian
DS : - 15. Kadar glukosa darah :
antipetrik atau aspirin
DO : - Kulit merah membaik
12. berikan oksigen jika perlu
16. Pengisian kapiler :
- Kejang Edukasi:
membaik
- Takikarsi 13. Anjurkan tirah baring
17. Ventilasi : membaik
Kolaborasi
- Takipnea 18. Tekanan darah :
14. Kolaborasi pemberian
- Kulit teraba hangat membaik
cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
Kondisi klinis terkait
- Proses infeksi
- Hipertiroid
- Stroke
- Dehidrasi
- Trauma
- Prematuritas
5. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan Pemantauan
(D.0003) tindakan keperawatan Respirasi
selama jam, Observasi
Definisi : diharapkan 1. Monitor frekuensi,
Kelebihan atau kekurangan pertukaran gas irama, kedalaman dan
oksigenasi dan/atau meningkat sesuai upaya nafas
eliminasi karbondioksida dengan kriteria hasil 2. Monitor pola nafas (spt
pada membrane alveolus- 1. Dipsneu menurun bradipnea, takipnea,
kapiler 2. Bunyi nafas hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
tambahan menurun
3. Monitor kemampuan batuk
b/d: 3. PCO2 membaik efektif
- Ketidakseimbangan 4. PO2 membaik 4. Monitor adanya produksi
ventilasi-perfusi 5. Nafas cuping sputum
- Perubahan hidung menurun 5. Monitor adanya sumbatan
membrane jalan nafas
alveolus-kapiler 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
- d.d Gejala & paru
Tanda 7. Auskultasi bunyi nafas
Mayor Terapeutik
-Dispnea 1. Atur interval pemantauan
-PCO2 respirasi sesuai kondisi pasien
-meningkat/menurun Edukasi
-PO2 menurun
-Takikardia 2. Jelaskan tujuan dan prosedur
-pH arteri pemantauan
-meningkat/menurun
-Bunyi nafas tambahan 3. Informasikan hasil pemantauan
Minor
-Pusing
-Penglihatan kabur
-Sianosis
-Diaforesis
-Gelisah
-Nafas cuping hidung
-Pola nafas abnormal
(cepat/lambat,
regular/irreguar,
dalam/dangkal)
-Warna kulit abnormal
(mis. Pucat,
kebiruan)
- Kesadaran
menurunmenurun

6. D.0076 Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual


tindakan keperawatan 3 x
Definisi Observasi
24 jam diharapkan 1.Identifikasi pengalaman mual
Perasaan tidak nyaman gangguan mobilisasi fisik 2.Identifikasi dampak mual
dapat berkurang dengan terhadapkualitas hidup
pada bagian belakang (mis: nafsu makan,aktivitas,
kriteria hasil :
kinerja, tanggungjawab peran,
tenggorok atau lambung 1.Nafsu makan dan tidur)
meningkat 3.Identifikasi faktor penyebab
yang dapat
2.Keluhan mual menurun mual
mengakibatkan muntah 3.Perasaan ingin muntah 4.Monitor mual (mis.
menurun Frekuensi,durasi dan tingkat
Data subjektif keparahan
4.Perasaan asam dimulut 5.Monitor asupan nutrisi dan
1. Mebgeluh mual menurun kalori
5.Wajah pucat membaik
2. Merasa ingin Terapeutik
1.Kendalikan faktor penyebab
muntah mual
3. Tidak berminat 2.Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
makan 3.Berikan makanan dalam
jumlahkecil dan menarik
Data objektif
Edukasi
1. Saliva meningkat 1.Anjurkan istirahat dan tidur
yangcukup
2. Pucat 2.Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
3. Diaforesis 3.Ajarkan teknik
4. Takikardia nonfarmakologisuntuk mengatasi
mual
5. Pupil dilatasi
Kolaborasi
Kondisi klinis terkait 1.Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
1. Meningitis
2. Lebirinitis
3. Uremia
4. Ketoasidosis
diabetik
5. Ulkus peptikum
6. Penyakit
esofagus
7. Tumor
intraabdomen
7 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan  Identifikasi gangguan
D.0056 fungsi tubuh yang
selama 3 x 24 jam, maka
Definisi toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
meningkat, dengan  Monitor kelelahan fisik dan
Ketidakcukupan energi emosional
kriteria hasil:
untuk melakukan 1. Keluhan Lelah menurun  Monitor pola dan jam tidur
2. Frekuensi nadi membaik  Monitor lokasi dan
aktivitas sehari-hari. ketidaknyamanan selama
Tanda mayor melakukan aktivitas

Subjektif Terapeutik
 Sediakan lingkungan
 Mengeluh lelah
nyaman dan rendah
Objektif stimulus (mis: cahaya,
 Frekuensi jantung suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang
>20% dari kondisi gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
istirahat
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
Tanda minor tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
Subjektif berjalan
Edukasi
 Dispneu saat/setelah
 Anjurkan tirah baring
aktivitas  Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Merasa tidak nyaman
 Anjurkan menghubungi
setelah beraktivitas perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
 Merasa lemah
berkurang
Objektif  Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
 Tekanan darah
kelelahan
berubah >20% dari Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
kondisi istirahat tentang cara meningkatkan
 Gambaran EKG asupan makanan

menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
 Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
 Sianosi
Kondisi klinis terkait
 Anemia
 Gagal jantung kongestif
 Penyakit jantung
koroner
 Penyakit katup jantung
 Aritmia
 Penyakit paru
obstruktif kronis
(PPOK)
 Gangguan metabolik
Gangguan
muskuloskeletal
8 Resiko Hipovolemia Kriteria hasil : Observasi
untuk membuktikan  Periksa tanda dan gejala
D. 0034 hipovolemia (mis:
bahwa status cairan
Definisi membaik adalah: frekuensi nadi meningkat,
1. Kekuatan nadi nadi teraba lemah, tekanan
Berisiko mengalami darah menurun, tekanan
meningkat
penurunan volume 2. Output urin meningkat nadi menyempit, turgor
3. Membran mukosa kulit menurun, membran
cairan intravaskuler, mukosa kering, volume
lembab meningkat
intraseluler 4. Ortopnea menurun urin menurun, hematokrit
5. Dispnea menurun meningkat, haus, lemah)
Faktor risiko  Monitor intake dan output
6. Paroxysmal nocturnal
1. Kehilangan cairan dyspnea (PND) menurun cairan
7. Edema anasarka 
secara aktif Terapeutik
menurun
 Hitung kebutuhan cairan
2. Gangguan absorbsi 8. Edema perifer menurun
 Berikan posisi modified
9. Frekuensi nadi membaik
cairan Trendelenburg
-Tekanan darah membaik
 Berikan asupan cairan oral
3. Usia lanjut -Turgor kulit membaik
Edukasi
-Jugular venous pressure
4. Kelebihan berat badan  Anjurkan memperbanyak
membaik
asupan cairan oral
5. Status hipermetabolik -Hemoglobin membaik
 Anjurkan menghindari
6. Kagagalan perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
mekanisme regulasi  Kolaborasi pemberian
7. Evaporasi cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
8. Kekurangan intake  Kolaborasi pemberian
cairan cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
9. Efek agen  Kolaborasi pemberian
farmakologis cairan koloid (albumin,
plasmanate)
Kondisi klinis terkait  Kolaborasi pemberian
1. Penyakit addison produk darah
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. Aids
5. Penyakit crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif

5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. tindakan ini bersifat intelektual, teknis dan
interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien.
tindakan keperawatan meliputi tindakan keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan kesehatan atau keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan
perawat (Fajri et al., 2020).

6. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan, pada tahap ini akan dinilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan (Nari, 2019). evaluasi mempunyai komponen yaitu SOAP dimana
pengertian SOAP sebagai berikut:

S : artinya data subjektif yang isinya tentang keluhan klien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

O : artinya data objektif yang isinya berdasarkan hasil pengukuran atau hasil
observasi langsung dari klien.

A : artinya analisis yang isinya hasil intervensi dari data subjektif dan data
objektif. analisa merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan
yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi dari
data subjektif dan data objektif.

P :artinya merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk


asuhan keperawatan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium,
serta konseling untuk tindak lanjut (Fajri et al.,2020).
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D., & Turang, O. Definisi Sistem. Teknik Informatika STT-Bontang.


Amelia, S., Oktorina, R., & Astuti, N. (2018). Aromaterapi Peppermint
Terhadap Masalah

Chairunisa, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumonia Di


Rumah Sakit Samarinda Medika Citra. Jurnal Kesehatan, 01–84.

Dewi, K. S. (2012). Buku Ajar Kesehatan

Fadhila.(2013). Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan Bronkopneumonia pada


pasien bayi laki-laki berusia 6 bulan.Jurnal Medula Unila, 1(2), 1–10.

Fajri, I. R., Keperawatan, A., Rebo, P., Anak, D. K., Keperawatan, A., Rebo, P.,

Global Health Science, 4(4), 220–225. Diakses tanggal 6 Juni 2021. Dari
http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs

Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Anak Dengan


Bronkopneumonia.

Karimah, D., Ginanjar, G., Basar, K., Anak, K., & Dasar, K. (2014).21 pengaruh
pemenuhan kesehatan anak terhadap perkembangan anak. 1, 118–125.

Khaironi, M. (2018). Perkembangan Anak Usia Dini. 3(1), 1–12.

Mulia, A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia


Judul Stikes Perintis Padang.

Nari, J. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia Dalam


Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. P.P.
Magretti Saumlaki Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Pratama, ferina nadya. (2020). Digital Digital Repository Repository Universitas


Universitas Jember

Perdani, R. R. W., & Sari, N. H. (2018). Baby 28 Days with


Bronchopneumonia.Jurnal Argomedicine Unila, 5(2), 648–654.

Real in Nursing Journal, 1(2), 77.Diakses tanggal 6 Juni 2021. Dari


https://doi.org/10.32883/rnj.v1i2.266

Timur, J. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Bronkopneumonia :


Suatu Studi Kasus.4(2),109–123.

Anda mungkin juga menyukai