Jawaban UTS Ulumulquran Icong
Jawaban UTS Ulumulquran Icong
4) Pada masa Rasulullah SAW, Al-Qur'an belum berbentuk sebuah mushaf/buku namun
hanya berbentuk hafalan. Rasulullah SAW memiliki beberapa orang pencatat wahyu yang
di antaranya empat orang sahabat yang kemudian menjadi Khulafaur Rasyidin.
Dalam buku Ulumul Qur’an karya Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag. Hal.37
Menyebutkan Pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, penulisan Al-Qur'an
dalam satu buku komplet belum merupakan kebutuhan mendesak dan belum ada naskah
yang sempurna. Sekalipun Nabi sendiri memiliki sekretaris khusus yang bertugas
mencatat semua wahyu yang diturunkan kepadanya. Penulisan Al-Qur'an dalam satu
naskah seperti yang ada sekarang baru terealisasikan pada masa Khulafa' al-Rasyidîn.
Namun demikian, keaslian dan keutuhan Al-Qur'an tetap terjaga dengan baik. Al-Qur'an
cukup terjaga keaslian dan keutuhannya melalui hafalan dari Nabi dan dari para sahabat.
Mekanisme penjagaan hafalan itu bermula dari hafalan Nabi yang pada tiap bulan
Ramadhan selalu dicek ulang oleh Malaikat Jibril. Kemudian, para sahabat mengecek
kepada Nabi SAW. Jadi, keutuhan Al-Qur'an sangat terjaga. Para huffazh di sekitar Nabi
sangat banyak. Lain halnya ketika terjadi peperangan yang terjadi pada masa Khulafa' al-
Rasyidin, maka kebutuhan akan pembukuan Al-Qur'an makin terasa.
5) Setelah Nabi Muhammad wafat pada 632, muncul kekhawatiran akan punahnya Al Quran
di benak Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan banyak para penghafal Al Quran yang
gugur saat berperang melawan kemurtadan dan nabi palsu. 'Umar bin Khaththab sangat
mengkhawatirkan, juga mencemaskan kelangsungan risalah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Atas kegeniusan dan kecemerlangan visi ke depannya itu, Umar
dengan inisiatifnya itu kemudian mengusulkan pengumpulan dan pembukuan Al-Qur'an
kepada Abu Bakar. Memang pada mulanya Khalifah Abu Bakar keberatan, namun
dengan argumen yang dikemukakan oleh 'Umar, akhirnya Abu Bakar menerima usulan
itu.1 Usaha itu dimulai dengan mengumpulkan para sekretaris Nabi. Terutama Zaid bin
Tsabit, walaupun melalui perdebatan dengan Abu Bakar dan 'Umar, akhirnya ia
menyetujui tugas yang bakal diemban- nya. Ia mulai mengumpulkan Al-Qur'an yang
masih berserakan di pelepah pelepah kurma, kepingan-kepingan batu, dan dari hafalan
para penghafal Al-Qur'an2. Pendek kata, Zaid bin Tsabit melakukan tugas mulia dan
berat, dengan hati-hati sehingga keautentikan Al-Qur'an benar-benar asli dan terjaga.
1
Manna' Khalil Qaththän, Mabábits fi 'Ulum al-Qur'an, Cet. 3. (Riyadh: Man- syurat al-Asr al-Hadits, 1973), hlm. 188
2
Ibid., hlm. 189.
Akhirnya, tersusunlah apa yang disebut mushaf seperti yang ditugaskan oleh Abu Bakar
di samping mushaf-mushaf lain yang bersifat mushaf pribadi seperti mushaf milik 'Ali,
'Ubai, dan mushaf Ibn Mas'ud, tetapi mushaf-mushaf ini tidak ditulis secara teratur
sebagaimana mushaf Abu Bakar.3
6) Ibn Tin dan yang lainnya berkata: “Perbedaan pengumpulan Abu Bakar dengan
pengumpulan Utsman ialah bahwa pengumpulan yang dilakukan Abu Bakar disebabkan
oleh kekhawatiran akan hilangnya sebagian al-Qur’an karena kematian para
penghafalnya, sebab ketika itu al-Qur’an belum terkumpul dalam satu tempat. Lalu Abu
Bakar mengumpulkannya dalam lembaran-lembaran dengan menertibkan ayat-ayat dan
surahnya, sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw. kepada mereka.
7) Secara bahasa, asbab al-nuzûl dapat diartikan sebagai sebab-sebab turunnya suatu ayat.
Shubhi al-Shalih men- definisikan asbab al-nuzul sebagai sesuatu yang menjadi se- bab
turunnya suatu ayat atau beberapa ayat, atau suatu per- tanyaan yang menjadi sebab
turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang diturunkan pada waktu
terjadi- nya suatu peristiwa.4
ababul wurud adalah salah satu illmu yang menjelaskan tentang sebab datangnya sebuah
hadits dan menjelaskan keadaan sosial yang terjadi pada saat hadits itu di sampaikan. Ada
juga pendapat bahwa “asbabul wurud adalah sesuatu yang terjadi pada saat hadis itu
muncul” ( Nur Ad-Din 1997). Imam Al-Suyuthi mengatakan “asbabul wurud adalah alat
untuk menentukan hadis yang bersifat umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad”
(Abdul Mustaqim 2001) .
8) Menurut Muhaemin Zen tidak semua ayat Al-Qur’an ada Asbabun Nuzulnya, melainkan
hanya sepertiga saja ayat Al-Qur’an yang ada Asbabun Nuzulnya. Ini diketahui
berdasarkan periwayatan hadits-hadits yang shahih dan mutawatir.
Contoh Asbabunnuzul
3
Ibid, hlm. 191
4
Shubhi al-Shalih, Mabahits fi 'Ulûm Al-Qur'ân, (Beirut: Dår al-'Ilm al-Malayin, 1985), hlm. 160.
Peristiwa berupa pertengkaran, seperti adanya perselisihan dari suku Aus dan segolongan dari
suku Khasraj. Adanya peristiwa tersebut menyebabkan turunnya ayat Alquran surat Ali-imran
ayat 100. Ada pun arti dari surat Ali-imran ayat 100 yaitu:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi
Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu
beriman”.(QS.Ali’Imran: 100)
Contoh Asbabulwurrud
“ذلك صريح اإليمان: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:”عن أبي هريرة قال.
9.) susunan ayat-ayat adalah tauqifi dari Rasulullah sesuai dengan petunjuk dari Allah. Selain itu
juga banyak riwayat lain yang menegaskan ketauqifian penyusunan ayat Al-Quran dan
menyatakan bahwa penyusunan ayat Al-Quran bebas dari ijtihad para sahabat.
Namun demikian, ada tiga pendapat ulama tentang susunan surat dalam al-Qur'an yaitu ijtihad
sahabat, tauqifi dan pendapat yang ketiga sebagian besar tauqifi dan sebagian kecil ijtihad
sahabat.
UrutanSurah,TauqifiatauIjtihadi?https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/urutan-surah-tauqifi-
atau-ijtihadi