Ilmu Dakwah Akim & Irul
Ilmu Dakwah Akim & Irul
KELOMPOK 5
Akimudin ( 231380050 )
FAKULTAS DAKWAH
NIM : 231380050
1. Methode Dakwah
Nama : Akimudin
1
Samsul Rohman, metode dan strategi dakwah,( Surabaya; pustaka utama 2009) hlm 95
NIM : 231380050
Dalam menyampaikan materi dakwah secara lisan maka seorang da’i harus
mampu beradaptasi dengan kondisi jama’ah yang dihadapi. Dakwah bukan hanya
komunikasi satu arah, tanpa memedulikan kondisi mad’u, melainkan sebuah respon
dari pengetahuan yang ada, supaya dakwah bisa diterima dengan baik oleh kalangan
masyarakat2.
2
Fahrul Rozy Sinambela, implementasi dakwah bil-lisan, ( sumatera utara indonesia 2022 ) hal 210
3
Aditya Hidayatullah, tulisan dapat menjadi media dakwah efektif, ( depok PT. media komputindo 2018 )
Nama : Akimudin
NIM : 231380050
Dalam hal ini peran da’i akan menjadi sangat penting, sebab da’I yang
menyampaikan pesan dakwah kepada umat ( jama’ah ) akan disorot oleh umat
sebagai panutan.
Apa yang ia katakan dan ia lakukan akan ditiru oleh jama’ahnya. Itulah
sebabnya apa yang ia katakan harus sesuai dengan apa yang ia perbuat4.
4
Alhadharah, jurnal ilmu dakwah vol. 14 no. 27, januari 2015 hal 18
NIM : 231380051
2. Strategi Dakwah
Definisi strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu atau seni
dalam menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu
dalam perang maupun damai. Strategi merupakan istilah yang sering diidentikkan dengan
“taktik” yang secara konseptual strategi dapat dipahami suatu garis besar haluan dalam
bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.5
Berdasarkan definisi di atas dari para ahli manajemen maka dapat disimpulkan pokok
strategi adalah:
Terdapat beberapa cara yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia, seperti
perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian atau budaya dan tasawuf.
Perdagangan
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia;2001 : 19)
NIM : 231380051
seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin
ramai para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).
Disamping berdagang mereka juga menyiarkan agama Islam. Fakta sejarah ini dapat
diketahui berdasarkan data dan informasi yang dicatat oleh Tome’Pires, bahwa
seorang musafir asal Portugis menceritakan tentang penyebaran Islam antara tahun
1512 sampai tahun 1515 Masehi yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga
kepulauan Maluku.
Ia juga menyatakan bahwa pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir Pulau
Jawa yang ketika itu masih penganut Hindu dan Budha maupun animisme dan
dinamisme. Para penyebar agama Islam berhasil mendirikan masjid-masjid dan
mendatangkan para ahli agama dari luar sehingga jumlah mereka semakin bertambah
banyak.
Perkawinan
Para pedagang muslim yang tertarik dengan Wanita-wanita Indonesia yang ingin
menikah mensyaratkan agar para wanita tersebut harus memeluk Islam sebagai
prasyarat dalam sebuah pernikahan. Karena dalam Islam tidak diperbolehkan
pernikahan dengan orang yang berbeda agama, dan para penduduk lokal pun tidak
keberatan dengan prasyarat tersebut.
Melalui pernikahan ini tidak hanya menjadikan penganut agama Islam semakin
banyak, namun juga semakin mengukuhkan generasi-generasi Islam di Indonesia.
Pendidikan
Proses masuknya Islam juga dilakukan melalui jalur pendidikan. Para ulama banyak
yang mendirikan lembaga pendidikan Islam. Di lembaga pendidikan inilah para
ulama semakin menguatkan posisi agama Islam dengan pengajaran-pengajaran
keislaman. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjadi ciri awal penyebaran
Islam adalah pesantren.
Para tokoh penyebar Islam mengajarkan Islam menurut bahasa dan adat istiadat
masyarakat setempat. Sebagian besar nama-nama mereka telah melegenda, seperti
Walisongo. Penyebaran Islam melalui kesenian atau budaya termasuk yang paling
banyak mempengaruhi masyarakat, seperti wayang, sastra, dan berbagai kesenian
lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan para penyebar Islam untuk menarik
perhatian masyarakat, sehingga tanpa terasa mereka pun tertarik pada ajaran-ajaran
Islam.
Tasawuf
Para pelaku tasawuf atau sufi umumnya adalah pengembara. Mereka dengan sukarela
mengajar penduduk lokal tentang berbagai hal. Mereka juga sangat memahami
persoalan para penduduk lokal dari berbagai sisi. Para sufi memiliki sifat dan budi
pekerti yang luhur sehingga memudahkan mereka bergaul dan memahami
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Munir Samsul, metode dan strategi dakwah,( Surabaya; pustaka utama
2009) hlm 95
Hidayatullah Aditya, tulisan dapat menjadi media dakwah efektif, ( depok PT.
media komputindo 2018 )
Alhadharah, jurnal ilmu dakwah vol. 14 no. 27, januari 2015 hal 18