Anda di halaman 1dari 9

UNSUR-UNSUR DAKWAH : METHODE DAN STRATEGI DAKWAH

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Umdatul Hasanah. M.Ag

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN

KELOMPOK 5

Akimudin ( 231380050 )

M. Amirul Mukminin ( 231380051 )

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

TAHUN AJARAN 2023


Nama : Akimudin

NIM : 231380050

UNSUR-UNSUR DAKWAH : METHODE DAN STRATEGI DAKWAH

1. Methode Dakwah

 Pengertian Methode Dakwah


Secara etimologi, method berasal dari bahasa yunani metodos yang artinya cara
atau jalan. Jadi metode dakwah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah
yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Sumber yang yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa jerman
yaitu methodica, artinya ajaran tentang metode.
Sedangkan dalam bahasa arab kata metode disebut thariqat dan manhaj yang
mengandung arti tatacara.
Metode dakwah yaitu cara-cara penyampaian dakwah, baik individu, kelompok,
maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah tersebut mudah diterima. Metode
dakwah hendaklah menggunakan metode yang tepatdan sesuai dengan situasi dan
kondisi, mad’u sebagai penerima pesan-pesan dakwah. Sudah selayaknya penerapan
metode dakwah mendapat perhatian yang serius dari pada penyampai dakwah.
Berbagai pendekatan dakwah baik dakwah bi al lisan, dakwah bi al qolam
( dakwah melalui tulisan, media cetak ), maupun dakwah bi al hal ( dakwah dengan
amal nyata, keteladanan ) perlu di modifikasi sedemikian rupa sesuai dengan tuntutan
modernitas. Demikian pula penggunaan metode dakwah dengan hikmah, mauidzah
hasanah, dan mujadalah. Aplikasi metode dakwah tidak cukup mempergunakan
metode tradisional saja, melainkan perlu diterapkan penggunaan metode yang sesuai
dengan situasi dan kondisi zaman di era sekarang1.

Metode dakwah dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

A. Metode dakwah bil-lisan

Metode dakwah dengan menggunakan pendekatan lisan yang lebih menuju


kepada tatacara penyampaian dakwah. Dimana dakwah lebih berorientasi kepada
ceramah, pidato, tatap muka dan sebagainya.

Dakwah bil-lisan merupakan dakwah yang dilakukan dengan lisan atau


perkataan. Dakwah dengan menggunakan lisan memang telah memiliki usia yang
tidak muda atau sangat tua, yakni setua dengan umur manusia pada sekarang ini.
Dakwah bil-lisan ini sangat efektif untuk dilakukan kepada masyarakat dalam
meningkatkan pemahaman agama.

Nama : Akimudin

1
Samsul Rohman, metode dan strategi dakwah,( Surabaya; pustaka utama 2009) hlm 95
NIM : 231380050

Dalam menyampaikan materi dakwah secara lisan maka seorang da’i harus
mampu beradaptasi dengan kondisi jama’ah yang dihadapi. Dakwah bukan hanya
komunikasi satu arah, tanpa memedulikan kondisi mad’u, melainkan sebuah respon
dari pengetahuan yang ada, supaya dakwah bisa diterima dengan baik oleh kalangan
masyarakat2.

B. Metode dakwah bil-kitabah


Dakwah bil-kitabah atau dakwah melalui tulisan juga sering diidentikan
dengan dakwah bil-qalam ( DBQ ) atau dakwah menggunakan pena, namun dakwah
ini tidak terlalu popular dikalangan masyarakat dibandingkan dengan dakwah bil-
lisan dan bil-hal.
Di dalam metode dakwah bil-kitabah ini kita dituntut untuk menulis berbagai
materi tentang dakwah, dalam garis besar untuk mengajak manusia kepada jalan
yang Allah ridhai.
Karena dakwah adalah kewajiban bagi seluruh umat islam,maka dakwahlah
dengan kemampuan yang kita miliki3.

C. Metode dakwah bil-hal


Metode dakwah yang lebih mengarah kepada mempengaruhi dan mengajak
orang atau kelompok manusia dengan ketelatenan dan amal perbuatan yang
konkrit. Dan untuk mengemban diri serta masyarakat dalam rangka mewujudkan
tata sosial, ekonomi dan kebutuhan lainnya.
Dakwah bil-hal sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang baru dalam dunia
dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bermula dari Al-Qur’an, Hadist dan
juga sirah nabi.
Dari sumber-sumber tersebut kemudian muncul penerjemahan baik dalam
tataran normatif maupun empirik. Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-
hal.

Secara harfiah dakwah bil-hal berarti menyampaikan ajaran islam dengan


amaliyah nyata dan bukan tandingan dakwah bil-lisan, tetapi diantara keduanya
saling melengkapi.

Berpijak dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-hal


mempunyai prospek, peran dan kedudukan penting dalam dakwah. Dakwah bil-hal
bukan bermaksud mengganti maupun menjadi perpanjangan dari dakwah bil-lisan,

2
Fahrul Rozy Sinambela, implementasi dakwah bil-lisan, ( sumatera utara indonesia 2022 ) hal 210
3
Aditya Hidayatullah, tulisan dapat menjadi media dakwah efektif, ( depok PT. media komputindo 2018 )
Nama : Akimudin

NIM : 231380050

karena keduannya mempunyai peran penting dalam proses penyampain ajaran


islam, hanya saja tetap dijaga kandungan dakwah yang disampaikan secara lisan itu
harus seimbang dengan perbuatan da’i.

Dalam hal ini peran da’i akan menjadi sangat penting, sebab da’I yang
menyampaikan pesan dakwah kepada umat ( jama’ah ) akan disorot oleh umat
sebagai panutan.

Apa yang ia katakan dan ia lakukan akan ditiru oleh jama’ahnya. Itulah
sebabnya apa yang ia katakan harus sesuai dengan apa yang ia perbuat4.

Nama : M. Amirul Mukminin

4
Alhadharah, jurnal ilmu dakwah vol. 14 no. 27, januari 2015 hal 18
NIM : 231380051

2. Strategi Dakwah

Definisi strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu atau seni
dalam menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu
dalam perang maupun damai. Strategi merupakan istilah yang sering diidentikkan dengan
“taktik” yang secara konseptual strategi dapat dipahami suatu garis besar haluan dalam
bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.5

Berdasarkan definisi di atas dari para ahli manajemen maka dapat disimpulkan pokok
strategi adalah:

1. Suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan intergral.

2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artiansasaran jangka panjang,


program bertindak dan prioritas alokasisumber daya.

3. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lamadengan memberikan


respons yang tepat terhadap peluang, ancaman kekuatan serta dari lingkungan luar
organisasi, kekuatannya dan kelemahannya serta melibatkan semua tingkat hierarki
dariorganisasi.

Terdapat beberapa cara yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia, seperti
perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian atau budaya dan tasawuf.

 Perdagangan

Berdasarkan data sejarah, perdagangan merupakan media dakwah yang paling


banyak dilakukan oleh para penyebar Islam di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari
adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 M hingga ke 16 M. Jalur ini
dimungkinkan karena orang-orang Melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam

Nama : M. Amirul Mukminin

5
Kamus Besar Bahasa Indonesia;2001 : 19)
NIM : 231380051

seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin
ramai para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).

Disamping berdagang mereka juga menyiarkan agama Islam. Fakta sejarah ini dapat
diketahui berdasarkan data dan informasi yang dicatat oleh Tome’Pires, bahwa
seorang musafir asal Portugis menceritakan tentang penyebaran Islam antara tahun
1512 sampai tahun 1515 Masehi yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga
kepulauan Maluku.

Ia juga menyatakan bahwa pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir Pulau
Jawa yang ketika itu masih penganut Hindu dan Budha maupun animisme dan
dinamisme. Para penyebar agama Islam berhasil mendirikan masjid-masjid dan
mendatangkan para ahli agama dari luar sehingga jumlah mereka semakin bertambah
banyak.

 Perkawinan

Proses penyebaran Islam di Indonesia juga banyak dilakukan melalui pernikahan


antara para pedagang muslim dengan wanita Indonesia. Jalur perdagangan
internasional yang dikuasai oleh para pedagang muslim menjadikan para pedagang
Islam memiliki kelebihan secara ekonomi.

Para pedagang muslim yang tertarik dengan Wanita-wanita Indonesia yang ingin
menikah mensyaratkan agar para wanita tersebut harus memeluk Islam sebagai
prasyarat dalam sebuah pernikahan. Karena dalam Islam tidak diperbolehkan
pernikahan dengan orang yang berbeda agama, dan para penduduk lokal pun tidak
keberatan dengan prasyarat tersebut.

Melalui pernikahan ini tidak hanya menjadikan penganut agama Islam semakin
banyak, namun juga semakin mengukuhkan generasi-generasi Islam di Indonesia.

Nama :M. Amirul Mukminin


NIM: :231388052

 Pendidikan

Proses masuknya Islam juga dilakukan melalui jalur pendidikan. Para ulama banyak
yang mendirikan lembaga pendidikan Islam. Di lembaga pendidikan inilah para
ulama semakin menguatkan posisi agama Islam dengan pengajaran-pengajaran
keislaman. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjadi ciri awal penyebaran
Islam adalah pesantren.

Istilah pesantren digunakan untuk menunjukkan lembaga pendidikan yang banyak


digunakan oleh ulama di Jawa dan Madura, sementara di Aceh dikenal dengan nama
“dayah” dan di Minangkabau dikenal dengan istilah “Surau”. Awalnya, pesantren
(dayah/surau) adalah tempat kegiatan keagamaan yang kemudian berkembang
menjadi suatu lembaga tempat kegiatan pendidikan.

Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel, salah seorang pengkaji keislaman di


Indonesia, menjelang abad ke-12 pusatpusat pendidikan di Aceh, Palembang
(Sumatera), Jawa Timur dan Gowa (Sulawesi), pesantren atau dayah telah banyak
menghasilkan tulisan-tulisan penting dan menarik bagi santri untuk belajar.

 Kesenian dan Budaya(Culture)

Para tokoh penyebar Islam mengajarkan Islam menurut bahasa dan adat istiadat
masyarakat setempat. Sebagian besar nama-nama mereka telah melegenda, seperti
Walisongo. Penyebaran Islam melalui kesenian atau budaya termasuk yang paling
banyak mempengaruhi masyarakat, seperti wayang, sastra, dan berbagai kesenian
lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan para penyebar Islam untuk menarik
perhatian masyarakat, sehingga tanpa terasa mereka pun tertarik pada ajaran-ajaran
Islam.

 Tasawuf
Para pelaku tasawuf atau sufi umumnya adalah pengembara. Mereka dengan sukarela
mengajar penduduk lokal tentang berbagai hal. Mereka juga sangat memahami
persoalan para penduduk lokal dari berbagai sisi. Para sufi memiliki sifat dan budi
pekerti yang luhur sehingga memudahkan mereka bergaul dan memahami
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
 Amin Munir Samsul, metode dan strategi dakwah,( Surabaya; pustaka utama
2009) hlm 95

 Rozy Fahrul Sinambela, implementasi dakwah bil-lisan, ( sumatera utara


indonesia 2022 ) hal 210

 Hidayatullah Aditya, tulisan dapat menjadi media dakwah efektif, ( depok PT.
media komputindo 2018 )

 Alhadharah, jurnal ilmu dakwah vol. 14 no. 27, januari 2015 hal 18

 Kamus Besar Bahasa Indonesia;2001 : 19)

 Ali Moh, Aziz, ilmu dakwah, ( Jakarta pranada media 2008 )

Anda mungkin juga menyukai