DokPil - Dokumen Pemilihan Social Mapping 1
DokPil - Dokumen Pemilihan Social Mapping 1
Pekerjaan/Pengadaan :
A. UMUM
2. SUMBER DANA 2.1. Pekerjaan ini dibiayai dengan dana sesuai ketentuan
dalam data Pengadaan.
B. DOKUMEN PENGADAAN
9. ISI DOKUMEN 9.1. Dokumen pengadaan terdiri dari dokumen kualifikasi
PENGADAAN dan dokumen pemilihan, dimana isi dari dokumen
pemilihan diantarannya :
BAB I Instruksi kepada peserta Pengadaan;
BAB II Data Pengadaan;
BAB III Kerangka Acuan Kerja;
BAB IV Tata Cara Penilaian Evaluasi Penawaran;
BAB V Bentuk Surat Penawaran & Surat Kuasa
BAB VI Syarat Umum Kontrak;
BAB VII Syarat Khusus Kontrak
BAB VIII Bentuk Kontrak; dan
BAB IX Rencana Anggaran Biaya (RAB).
C. PERSIAPAN PENAWARAN
13. MATA UANG 13.1. Harga satuan dasar, harga satuan pekerjaan dan
PENAWARAN DAN jumlah harga penawaran harus menggunakan mata
CARA uang Rupiah.
PEMBAYARAN 13.2. Cara pembayaran dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam dokumen kontrak.
17. PENAWARAN 17.1 Merujuk kepada angka 15.4, Setiap penawaran yang
TERLAMBAT masuk setelah batas akhir waktu pemasukan
penawaran akan ditolak dan di gugurkan.
18. PENARIKAN, 18.1 Penawaran tidak dapat ditarik, diubah, diganti atau
PENGUBAHAN, ditambah.
PENGGANTIAN
ATAU
PENAMBAHAN
DOKUMEN
PENAWARAN
21. KLARIFIKASI DAN 21.1 Untuk menunjang penelitian dan evaluasi dokumen
KONFIRMASI penawaran, POKJA dapat melakukan klarifikasi.
PENAWARAN Peserta Pengadaan harus memberikan tanggapan
atas klarifikasi tersebut. Klarifikasi tidak boleh
mengubah substansi dan harga penawaran.
Klarifikasi dan tanggapan atas klarifikasi harus
dilakukan secara tertulis.
21.2 Terhadap hal-hal yang diperlukan, POKJA dapat
melakukan konfirmasi kepada peserta Pengadaan
dan instansi terkait.
22. PEMERIKSAAN 22.1 Sebelum dilakukan evaluasi yang lebih rinci terhadap
PENAWARAN semua dokumen penawaran, POKJA akan meneliti
DAN apakah setiap penawaran :
PENAWARAN a. Berasal dari peserta Pengadaan;
YANG MEMENUHI b. Telah dibubuhi meterai, tanggal, ditandatangani
SYARAT oleh yang berhak dan dicap perusahaan;
c. Memenuhi ketentuan dokumen pengadaan.
22.2 Penawaran yang memenuhi syarat adalah
penawaran yang sesuai dengan ketentuan dalam
dokumen pengadaan tanpa adanya penyimpangan
yang bersifat penting/pokok atau penawaran
bersyarat. Penawaran dengan penyimpangan yang
DOKUMEN PEMILIHAN BAB I -7
bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat
adalah :
a. Penyimpangan dari dokumen pengadaan yang
mempengaruhi lingkup, kualitas dan hasil/ kinerja
perkerjaan; dan/atau
b. Penawaran dari peserta dengan persyaratan
tambahan diluar ketentuan dokumen pengadaan
yang akan menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan/atau tidak adil diantara peserta yang
memenuhi syarat.
22.3 Apabila dokumen penawaran tidak memenuhi
ketentuan dalam dokumen pengadaan, akan ditolak
/ digugurkan oleh POKJA dan tidak dapat diperbaiki
(post bidding) sehingga menjadi memenuhi syarat.
23. MATA UANG 23.1 Penawaran akan dievaluasi berdasarkan mata uang
UNTUK EVALUASI Rupiah.
PENAWARAN
F. PEMENANG PENGADAAN
30. UANG MUKA DAN 30.1 Pemilik Anggaran dan / atau Pelaksana Anggaranakan
JAMINAN UANG membayar uang muka sesuai dengan ketentuan
MUKA dalam dokumen kontrak dan syarat khusus kontrak,
setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan jaminan
uang muka dengan nilai sekurang-kurangnya
100% (seratus persen) dari besarnya uang muka
DOKUMEN PEMILIHAN BAB I -10
yang diterima. (bila dipersyaratkan adanya uang
muka).
32. PAKTA 32.1 Pakta integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak
INTEGRITAS melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan
Penyuapan.
32.2 Pemilik Anggaran dan / atau Pelaksana Anggaran,
Manajer ULP, Pokja dan harus menandatangani Pakta
Integritas sebelum dimulainya proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
32.3 Pakta integritas peserta Pengadaan harus
ditandatangani oleh Direktur/ pimpinan perusahaan
yang namanya tercantum dalam akta pendirian atau
perubahannya, atau Kepala Cabang Perusahaan
yang diberikan kuasa dan diangkat oleh Pimpinan
Kantor Pusat yang dibuktikan dengan dokumen
otentik, atau pejabat yang menurut akta notaris
perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili
perusahaan yang bekerjasama.
32.4 Bentuk pakta integritas dibuat oleh Pokja.
DATA PENGADAAN
4. MATA UANG 4.1. Mata uang penawaran yang digunakan adalah RUPIAH.
PENAWARAN
DAN CARA
4.2. Pembayaran kepada penyedia barang/jasa dilakukan
PEMBAYARAN
dengan cara sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak.
1. LATAR BELAKANG
Waduk Cirata memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional, baik sebagai sumber air
dan energi, mendukung sektor pertanian, pariwisata, konservasi lingkungan, dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan kapasitas penyimpanan air yang besar, waduk ini
berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi pertanian, pasokan air minum, pengendalian banjir,
PLTA, pariwisata, dan sektor-sektor lainnya. Potensi waduk ini dapat dioptimalkan melalui
pengelolaan yang baik dan kerja sama antar pihak terkait, dengan tujuan mendorong
pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui
pemetaan sosial atau Social Mapping, pemerintah dapat mengembangkan program-program
yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat, sehingga manfaat di kawasan Waduk
Cirata dapat dimaksimalkan. Pemetaan sosial di kawasan Waduk Cirata memungkinkan
pemerintah untuk merencanakan program-program yang fokus pada pemenuhan kebutuhan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Melalui pemetaan sosial di kawasan Waduk Saguling, beberapa program yang dapat dihasilkan
berdasarkan sektor-sektor tertentu seperti Pertanian dan Agribisnis, Pariwisata, Lingkungan dan
Konservasi, Pendidikan dan Kesehatan, serta Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, PJT II melalui Perjanjian Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air
PLTA Cirata, Nomor Pihak Pertama: SP-1/DIR/03/2023, Nomor Pihak Kedua: 072.PJ/061/PNP-
PJTII/IV/2023, tanggal 14 April 2023, telah menyusun dan melaksanakan beberapa program
yang merupakan wujud dari tugas yang telah diamanahkan.
Dalam rangka pelaksanaan program tersebut, Perum Jasa Tirta II melalui unit pengelola
program manfaat langsung BJPSDA akan melakukan pemetaan sosial atau Social Mapping
terkait pemberdayaan masyarakat di kawasan waduk Cirata. Hal ini bertujuan untuk memahami
berbagai aspek dalam masyarakat sehingga dapat memudahkan pengambil kebijakan dalam
merumuskan rencana strategisnya dan dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat
sekitar Waduk Cirata yang menjadi bagian dalam program BJPSDA ini.
Untuk mencapai sasaran dan tujuan pada pelaksanaan kewajiban Jasa Pengelolaan Sumber
Daya Air guna menjamin kualitas dan kuantitas di Wilayah Pelayanan PLTA Cirata, PJT II akan
melaksanakan Social Mapping Terkait Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Waduk Cirata
yang memuat suatu rencana strategis tahunan yang tepat dan akurat.
Berdasarkan hal tersebut di atas PJT II akan menunjuk Konsultan independen berpengalaman
serta terpercaya yang bertugas untuk melakukan Social Mapping Terkait Pemberdayaan
Masyarakat di Kawasan Waduk Cirata.
Dengan mempertimbangkan latar belakang ini, pengambil kebijakan akan memiliki data dan
informasi yang komprehensif tentang masyarakat sekitar Waduk Cirata. Hal ini akan
memudahkan mereka dalam merumuskan rencana strategis yang tepat dan memberikan
manfaat langsung bagi masyarakat melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan
mereka.
Maksud dan tujuan dari pekerjaan Social Mapping Terkait Pemberdayaan Masyarakat di
Kawasan Waduk Cirata adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dan memahami kondisi sosial masyarakat di sekitar Waduk Cirata melalui
Social Mapping, sehingga mendapatkan informasi tentang kebutuhan, potensi, dan
tantangan yang dihadapi oleh masyarakat sekitar Waduk Cirata dapat dikumpulkan dan
dipahami secara mendalam.
3. Meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sektor pertanian, dengan fokus pada sektor
integrated farming, Social Mapping dapat membantu merencanakan program-program
yang meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sektor pertanian di kawasan Waduk
Cirata.
3. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Social Mapping Terkait Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Waduk
Cirata ini adalah :
1. Tersedianya dokumen perencanaan secara utuh dan terinci sebagai acuan keseluruhan
pelaksanaan pekerjaan secara efisien, efektif, dan dapat dipertanggung jawabkan baik
secara administrasi maupun teknis.
4. DASAR HUKUM
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Nasional: Peraturan pemerintah ini mengatur tentang perencanaan tata ruang di tingkat
nasional. Dalam konteks pemetaan sosial, peraturan ini memberikan dasar untuk
memasukkan aspek sosial dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan tata
ruang kawasan.
4. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9
Tahun 2016 tentang Pemetaan Desa: Peraturan ini mengatur tentang pemetaan desa
yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan pemerintah daerah.
Pemetaan desa mencakup pemetaan sosial untuk mendukung perencanaan
pembangunan desa yang partisipatif
9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kriteria dan Petunjuk Teknis
Pengembangan Sentra Produksi Pertanian Berkelanjutan: Peraturan ini mengatur tentang
pengembangan sentra produksi pertanian berkelanjutan yang melibatkan keterkaitan
antara tanaman, ternak, dan perikanan. Pemetaan sosial dapat digunakan untuk
mengidentifikasi potensi sentra produksi pertanian, melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, dan memastikan keberlanjutan sosial dan ekonomi dalam sentra
produksi tersebut
5. PEMBERI TUGAS
Pemberi tugas selaku Pemilik dan Pelaksana Anggaran kegiatan adalah Kepala Unit Pengelola
Program Manfaat Langsung BBJPSDA (UPPML BBJPSDA) – Perum Jasa Tirta.
Lokasi pekerjaan Social Mapping Terkait Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Waduk Cirata
untuk pekerjaan program manfaat langsung BJPSDA yang berada di Waduk Cirata
diperlihatkan pada Gambar 6.1.
Diagram alir Social Mapping Terkait Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Waduk Cirata
diperlihatkan pada Gambar 7.1.
Gambar 6.1 – Lokasi dan Objek Kegiatan
Gambar 7.1 – Diagram alir Social Mapping Terkait Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Waduk Cirata
7.1 Tahap Persiapan
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur/pustaka maupun survei instansi
yang berhubungan dengan materi studi. Dalam memperoleh data sekunder, kegiatan survei dan
identifikasi yang dilakukan adalah:
Studi Literatur/Kebijakan
Dilakukan melalui studi kepustakaan di buku-buku, hasil studi dan peraturan yang
berhubungan dengan kegiatan rencana. Literatur yang digunakan dalam pekerjaan ini
adalah pedoman terkait integrated-farming.
Survei Instansi
Survei instansi bertujuan untuk mencari data-data pendukung melalui instansi atau
lembaga tertentu yang berhubungan langsung dengan kegiatan penyusunan perencanaan
integrated-farming di Kawasan Waduk Cirata.
Data primer yang diperlukan untuk input analisa dalam pekerjaan ini diperoleh langsung dari
sumbernya, dan dicatat dengan melalui :
1. Indepth Interview
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh
informasi terwawancara. Interview tersebut ditujukan kepada berbagai stakeholders
terkait dalam mendukung penyusunan perencanaan integrated-farming.
2. Direct Obsevation
Observasi yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
1. Identifikasi kondisi eksisting untuk mengetahui sebaran dan luas kawasan
integrated-farming dalam pengembangan di Kawasan Waduk Cirata.
2. Dokumentasi kondisi eksisting kawasan pertanian dan perikanan yang memiliki
potensi pengembangan di Kawasan Waduk Cirata.
3. Sosialisasi Program
Pada pekerjaan ini tim konsultan akan turun kelapangan untuk melakukan sosialisasi
program integrated-farming yang akan diusulkan kepada masyarakat, melalui diskusi
dengan aparat dan para tokoh masyarakat di lokasi pekerjaan.
4. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi yang akan dilakukan pada pekerjaan ini adalah foto dan video
saat kegiatan dilakukan serta area-area yang memiliki potensi untuk mendukung
program integrated-farming di lokasi pekerjaan.
Analisis yang dilakukan pada pekerjaan ini dilakukan berdasarkan hasil kompilasi dari data
primer dan data sekunder yang didapat, dengan memperhatikan :
1. Analisis potensi integrated farming yang meliputi identifikasi potensi lokasi dan informasi
mengenai masyarakat di Kawasan Waduk Cirata yang terintegrasi dengan rencana
pengembangan kawasan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan
perencanaan pada pekerjaan ini.
2. Analisis spasial lokasi perencanaan untuk menentukan pengaplikasian program
integrated farming melalui rencana pengembangan kawasan strategis.
4. Normalisasi Data
Data yang dikumpulkan kemungkinan memiliki format yang berbeda-beda. Kegiatan
normalisasi data melibatkan penyesuaian format data agar sesuai dengan struktur
database yang telah ditetapkan. Hal ini memastikan keseragaman dan kemudahan
pengelolaan data.
5. Penginputan Data
Setelah struktur database dibuat, data sosial dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam
database. Proses ini melibatkan penginputan data secara sistematis sesuai dengan
format yang telah ditentukan.
6. Analisis Data
Setelah data terinput, database dapat digunakan untuk melakukan analisis data sosial.
Ini melibatkan penggunaan perangkat lunak analisis data, seperti program statistik atau
GIS, untuk mengidentifikasi pola, hubungan, atau tren dalam data sosial.
7. Visualisasi Data:
Setelah analisis data selesai, hasilnya dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik, peta,
atau grafis lainnya. Visualisasi data membantu dalam memahami dan
mengkomunikasikan temuan secara efektif kepada pemangku kepentingan.
8. Perancangan Pemeliharaan Dan Pembaruan Database
Database social mapping perlu diperbarui secara berkala dengan data terbaru. Kegiatan
pemeliharaan melibatkan pembaruan data, perbaikan kesalahan, dan perubahan
struktur database jika diperlukan.
Pada tahap ini akan dilakukan penyusunan rencana program Integrated Farming yang dibuat
berdasarkan hasil survey dan identifikasi dari kegiatan Social Mapping pada masyarakat di
sekitar Waduk Cirata melalui tahapan berikut :
1. Analisis Hasil Social Mapping
Langkah pertama adalah menganalisis hasil social mapping yang telah dilakukan di
masyarakat sekitar Waduk Cirata. Data sosial yang terkumpul melalui social mapping
dapat mencakup informasi tentang kondisi sosial ekonomi, pola pertanian, sumber daya
alam, infrastruktur, dan kebutuhan masyarakat.
2. Identifikasi Potensi Dan Tantangan
Berdasarkan analisis data sosial, identifikasi potensi dan tantangan yang ada dalam
masyarakat sekitar Waduk Cirata terkait dengan praktik pertanian. Identifikasi ini
membantu dalam mengenali peluang dan kendala yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan rencana program Integrated Farming.
3. Penentuan Tujuan Dan Strategi
Berdasarkan analisis dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan di lokasi
pekerjaan, dilakukan penyesuaian strategi program Integrated Farming khususnya
terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar Waduk Cirata. Tujuan tersebut mungkin
termasuk peningkatan produktivitas pertanian, diversifikasi sumber pendapatan,
konservasi sumber daya alam, atau peningkatan kesejahteraan petani.
4. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan dibuat spesifik untuk mencapai tujuan program Integrated
Farming. Kegiatan tersebut dapat mencakup pelatihan pertanian, pengenalan teknik
pertanian berkelanjutan, pemberian modal usaha, akses ke pasar, pembentukan
kelompok tani, atau pengembangan infrastruktur pertanian.
5. Pengalokasian Sumber Daya
Pengalokasian sumber daya disusun berdasarkan hasil survei dan identifikasi untuk
melaksanakan rencana program Integrated Farming, baik itu sumber daya manusia,
keuangan, teknologi, atau bantuan eksternal. Pengalokasian sumber daya diupayakan
se-efektif mungkin untuk mendukung implementasi program.
6. Rencana Monitoring Dan Evaluasi
Perlu disusun rencana kegiatan monitoring dan evaluasi untuk mengukur kemajuan dan
keberhasilan program Integrated Farming. Dengan memantau dan mengevaluasi secara
teratur, dapat diidentifikasi perubahan yang diperlukan dan pengalaman yang dapat
digunakan sebagai pembelajaran untuk peningkatan program di masa depan.
Tahap kegiatan penyusunan peta sosial (social mapping) masyarakat di sekitar Waduk
Saguling mencakup langkah-langkah sebagai berikut :
Laporan yang disusun pada pekerjaan ini memuat segala macam proses yang dilakukan, mulai
dari tahap persiapan, survei dan identifikasi sampai dengan analisis hasil peta sosial dan data
tabular yang terstruktur dengan baik. Laporan ini harus memuat ringkasan temuan, metode
pengumpulan data, hasil analisis, dan rekomendasi tindakan berdasarkan data yang ditemukan.
Produk dan laporan yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini adalah :
Pada proses pekerjaan ini, secara berkala konsultan wajib melakukan koordinasi dengan
pemberi tugas melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Kick off meeting;
2. Pelaksanaan identifikasi dan survei lapangan
3. Diskusi dengan counterpart / Tim Pendamping;
4. Rapat pembahasan draft laporan;
5. Ekspose dengan Direksi PJT II atau Instansi terkait;
6. Agenda terkait lainnya atas permintaan Pengguna Jasa / Tim Pendamping.
9. BIAYA KEGIATAN
Untuk mendapatkan hasil yang tepat dalam mencapai tujuan pekerjaan ini. Team Leader
disyaratkan lulusan dari Teknik Geodesi dan Geomatika. Karena saat ini ilmu Geodesi
sudah berkembang menjadi Geomatika karena tidak hanya berbicara tentang bentuk dan
ukuran bumi saja tetapi juga teknologi informasi geospasial. Yang terlatih dalam
pembuatan produk teknologi informasi geospasial. Dengan perkembangan tersebut
lulusan Teknik Geodesi dan Geomatika dapat membuat berbagai macam peta tematik
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dan mengaplikasikannya dalam bentuk GIS.
Team Leader lulusan Teknik Geodesi akan menentukan metoda untuk mendapatkan
parameter sosial dilapangan, menyusunnya dalam struktur database yang tepat dan
menggambarkan informasi yang di dapat menjadi sebuah produk berbentuk sebaran data
spasial bergeoreferensi yang dinamakan Peta Sosial. Untuk mencapai tujuan dari
pekerjaan Sosial Mapping melalui proses yang tepat, data terukur yang akurat, dan
menghasilkan output yang informatif.
Kualifikasi yang dipersyaratkan sebagai Team Leader dalam pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
Berpendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Geodesi dan Geomatika
Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) ahli Madya Geodesi
Memiliki pengalaman minimum 6 (Enam) tahun
Team Leader berjumlah 1 (Satu) Orang dan akan bekerja selama 3 (Tiga) Bulan
Tenaga ahli pengembangan wilayah berjumlah 1 (Satu) Orang dan akan bekerja selama 3
(Tiga) Bulan
Kualifikasi yang dipersyaratkan sebagai Team Leader dalam pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
Berpendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik / Jurusan
Antropologi
Memiliki pengalaman minimum 3 (Tiga) tahun
Tenaga ahli pemberdayaan masyarakat berjumlah 1 (Satu) Orang dan akan bekerja
Kualifikasi yang dipersyaratkan sebagai Team Leader dalam pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
Berpendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Komunikasi / Jurusan
Manajemen Komunikasi / Jurusan Hubungan Masyarakat
Memiliki pengalaman minimum 3 (Tiga) tahun
Tenaga ahli ilmu komunikasi berjumlah 1 (Satu) Orang dan akan bekerja selama 3 (Tiga)
Bulan
2. Surveyor
Berpendidikan SMA / Sederajat
Mempunyai pengalaman dalam pelaksanaan survei dan pemetaan sosial
Surveyor berjumlah 8 (Delapan) orang
C. TENAGA PENDUKUNG
1. Tenaga Administrasi
Berpendidikan SMA / Sederajat
Mempunyai pengalaman minimal 3 (Tiga) tahun dalam pekerjaan administrasi
proyek
Tenaga Administrasi berjumlah 1 (satu) orang
11. PENUTUP
Kerangka Acuan Kerja ini merupakan pedoman dasar yang dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh Konsultan Perencana sepanjang keluaran akhir dapat dihasilkan secara optimal dan
sesuai dengan yang diharapkan. Format laporan diupayakan mengikuti standar pelaporan yang
representatif, baik jenis kertas, tulisan, maupun sampul minimal mengikuti standar pelaporan
yang berlaku.
BAB IV
TATA CARA PENILAIAN EVALUASI PENAWARAN
Pekerjaan :
SOCIAL MAPPING TERKAIT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (CIRATA)
I. PERSYARATAN ADMINISTRASI
a. Penilaian terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak
dilakukan pada saat penilaian prakualifikasi.
b. Penawaran dinyatakan gugur apabila salah satu persyaratan administrasi ini tidak
dapat dipenuhi, yaitu : Syarat-syarat yang diminta berdasarkan dokumen pengadaan
dipenuhi/dilengkapi dan isi setiap dokumen benar serta dapat dipastikan bahwa
dokumen tersebut ditandatangani oleh Pimpinan Perusahaan;
a. Pendahuluan
Menguraikan secara singkat latar belakang penyedia jasa, meliputi organisasi dan
pengalaman.
(1) Pemahaman terhadap Perum Jasa Tirta II (PJT II) dari sisi gambaran umum,
legalitas, organisasi, kegiatan usaha dan pelayanan umum, perkembangan usaha
dan sumber daya manusia
(2) Pemahaman atas tujuan penugasan yang meliputi : maksud penugasan, ruang
lingkup, tahapan dan keluaran, pelaporan serta jangka waktu batas penyelesaian
penugasan.
c. Pengalaman perusahaan
Metodologi meliputi : teknik pendekatan, metodologi, rencana & program kerja, uraian
tugas (ahli dan pendukung) dan tahapan pelaksanaan laporan-laporan yang disyaratkan.
e. Kualifikasi tenaga ahli
(1) Merinci tenaga ahli yang diusulkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
memperhatikan latar belakang pendidikan formal di bidangnya.
(2) Merinci pengalaman tenaga ahli yang diusulkan dalam melakukan pekerjaan ini.
a. Penilaian penawaran teknis dilakukan dengan cara memberikan nilai angka terhadap
unsur penawaran teknis dengan memperhatikan bobot yang diberikan pada unsur-
unsur yang dinilai.
b. Penilaian dilakukan sesuai pembobotan dari masing-masing unsur yang telah ditentukan
dalam dokumen pengadaan, sebagai berikut :
o Pengalaman perusahaan 15
Jumlah 60
Kualitas Metodologi
a. Memenuhi 5 (lima) kriteria penilaian sebagai berikut 15
: teknik pendekatan, metodologi, rencana & program
kerja, uraian tugas (ahli dan pendukung) dan tahapan
pelaksanaan laporan-laporan yang disyaratkan
b. Hanya memenuhi 4 (empat) kriteria diatas 12
Total Nilai 60
c. Batas Jumlah Nilai Bobot Penawaran minimum adalah 50, jika dibawah batas
minimum dinyatakan GUGUR.
d. Hasil dari peringkat nilai kombinasi tersebut akan dijadikan dasar untuk penetapan
peringkat perusahaan peserta jasa konsultan
Pokja Pengadaan membuat Berita Acara Evaluasi Penawaran yang mencantumkan nilai
bobot penawarn teknis, nilai bobot penawaran harga dan jumlah nilai bobot penawaran.
BAB V
BENTUK SURAT PENAWARAN & SURAT KUASA,
Kepada Yth :
Pokja Pengadaan
Perum Jasa Tirta II
di
Jatiluhur – Purwakarta
..............................
Jabatan
Catatan :
*) 1. Bila ada/dengan kuasa.
2. Surat Kuasa diberikan oleh Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan kepada penerima
kuasa yang namanya tercantum dalam akta pendirian beserta perubahannya.
B. BENTUK SURAT KUASA
KOP PERUSAHAAN
SURAT KUASA
Nomor : ..........................
======================== K H U S U S ========================
Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa di berikan wewenang untuk mengikuti
proses pengadaan barang/jasa mulai dari ....................... sampai dengan
........................... pekerjaan .................................................. (sebut nama
pekerjaan yang dilelang/ diadakan)
Surat kuasa ini tidak dapat dilimpahkan lagi kepada orang lain.
................................, .......................20....
Materai Rp10.000,-
bertanggal, tandatangan
dan cap perusahaan
SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN TENAGA AHLI
Nama : ………………………………………………
Alamat : ………………………………………………
Mengetahui, ………………………..,………………20…
PT/CV……………………………. Yang membuat pernyataan,
Materai Rp.10.000
………………………….. ………………………………
Pimpinan Perusahaan
BAB VI
SYARAT UMUM KONTRAK
I. Ketentuan Umum
Ketentuan-ketentuan umum ini berlaku untuk semua jenis kontrak. Ketentuan-ketentuan
pokok yang dapat diterapkan pada semua jenis kontrak adalah:
a. Definisi
1. Perusahaan adalah Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II.
2. Pelaksana Anggaran adalah pejabat yang diangkat oleh Direksi, sebagai
pemilik pekerjaan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.
3. Unit Layanan Pengadaan adalah Unit yang diangkat oleh Direksi untuk
melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.
4. Kelompok Kerja yang selanjutnya disebut Pokja Pengadaan adalah Pejabat/
Karyawan yang ditunjuk oleh Direktur yang membidangi Sumber Daya
Manusia untuk melaksanakan proses pemilihan penyedia Barang.
5. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perorangan yang
kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.
6. Tim Pendamping adalah Tim yang diangkat oleh Pelaksana Anggaran
dengan tugas mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan Penyedia
Barang/Jasa.
7. Pengadaan Barang/Jasa adalah usaha atau kegiatan pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dengan anggaran Perusahaan Umum (Perum)
Jasa Tirta II baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh
Penyedia barang/jasa.
8. Jasa adalah jasa pemborongan, jasa konsultansi dan jasa lainnya.
9. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya
olah pikir (brainware).
10. Anggaran adalah dana perusahaan untuk melaksanakan kegiatan.
11. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) adalah rencana kerja
menyeluruh untuk jangka waktu satu tahun yang telah disahkan.
12. Rencana Kerja Triwulanan (RKT) adalah rencana kerja untuk jangka waktu
tiga bulan yang telah disahkan.
13. Pemilihan penyedia barang/jasa adalah kegiatan untuk menetapkan
penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan.
14. Sertifikat Keahlian Pengadaan adalah tanda bukti pengakuan atas
kompetensi dan kemampuan profesi di bidang pengadaan barang/layanan
jasa yang merupakan persyaratan seseorang sebagai panitia /pelaksana
pengadaan.
15. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang disiapkan oleh Pokja
Pengadaan sebagai pedoman dalam proses pembuatan dan penyampaian
penawaran oleh calon penyedia barang/jasa serta pedoman evaluasi
penawaran oleh Pokja Pengadaan.
16. Kontrak adalah keseluruhan dokumen yang mengatur perikatan antara
Pelaksana Anggaran dengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
17. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa
sebelum proses pemasukkan penawaran.
18. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang ditandatangani oleh
Pelaksana Anggaran / ULP / Pokja Pengadaan / pejabat pengadaan /
penyedia barang/jasa yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak
melakukan KKN dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
b. Penerapan
Segala hal yang dituangkan dalam Syarat-syarat umum dalam kontrak ini
diterapkan secara luas tetapi tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan yang
ada dalam kontrak.
f. Asuransi
Asuransi yang harus disediakan oleh pihak penyedia barang/jasa dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan yaitu:
1) Pihak penyedia barang/jasa harus mengasuransikan semua barang dan
peralatan-peralatan yang dipakai yang mempunyai resiko tinggi terjadi
kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan, serta pekerja-pekerja untuk
pelaksanaan pekerjaan kontrak atas segala resiko yaitu kecelakaan,
kerusakan-kerusakan, kehilangan, serta resiko lain yang tidak dapat diduga;
2) Pihak penyedia barang/jasa harus mengasuransikan pihak ketiga sebagai
akibat kecelakaan di tempat kerjanya;
g. Pembayaran
Mata uang yang digunakan dalam pembayaran adalah ”Rupiah”.
Harga adalah ketentuan mengenai harga yang harus dibayarkan oleh Pelaksana
Anggaran kepada penyedia barang/jasa atas pelaksanaan pekerjaan dalam
kontrak.
i. Amandemen Kontrak
1) Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para
pihak dalam kontrak sehingga merubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;
2) Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan
pekerjaan/pesanan;
3) Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan dan
perubahan pelaksanaan pekerjaan;
4) Amandemen bisa dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak yang
membuat kontrak tersebut.
Hak dan Kewajiban Para Pihak adalah ketentuan mengenai hak-hak yang dimiliki
serta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para pihak dalam
melaksanakan kontrak.
l. Pengawasan
1) General Manajer Pengelola Program Manfaat Langsung BJPSDA sebagai
PELAKSANA ANGGARAN menunjuk Petugas untuk mendampingi
pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PENYEDIA JASA, yang
selanjutnya disebut TIM PENDAMPING.
2) TIM PENDAMPING berkewajiban memeriksa kehadiran dan hasil kerja
PENYEDIA JASA setiap hari kerja dan melaporkan kepada General Manajer
Pengelola Program Manfaat Langsung BJPSDA Perum Jasa Tirta II.
3) Keluhan-keluhan PELAKSANA ANGGARAN akan disampaikan melalui TIM
PENDAMPING, dan kemudian TIM PENDAMPING menyampaikan keluhan
tersebut kepada PENYEDIA JASA.
n. Keadaan Kahar
1) Yang dimaksud dengan keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi
diluar kehendak para pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam
kontrak tidak dapat dipenuhi;
2) Yang digolongkan keadaan kahar adalah:
a) Peperangan;
b) Kerusuhan;
c) Revolusi;
d) Bencana alam: banjir, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah
longsor, wabah penyakit, dan angin topan;
e) Pemogokan;
f) Kebakaran;
g) Gangguan industri lainnya;
3) Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yang merugikan yang disebabkan
oleh perbuatan atau kelalaian para pihak;
4) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena
terjadinya keadaan kahar tidak dapat dikenai sanksi;
5) Siapa yang menanggung kerugian akibat terjadinya keadaan kahar,
diserahkan pada kesepakatan para pihak;
6) Tindakan yang diambil untuk mengatasi terjadinya keadaan kahar,
diserahkan kepada kesepakatan dari para pihak;
o. Itikad Baik
1) Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan
dengan hak-hak yang terdapat dalam kontrak.
2) Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan jujur tanpa
menonjolkan kepentingan masing-masing pihak. Jika selama kontrak, salah
satu pihak merasa dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk
mengatasi keadaan tersebut.
p. Pemutusan Kontrak
1) PENYEDIA JASA harus mentaati ketentuan-ketentuan dan petunjuk-
petunjuk yang dikeluarkan oleh PELAKSANA ANGGARAN sepanjang
menyangkut hubungan kerja dan peraturan yang berlaku.
2) PELAKSANA ANGGARAN berhak meminta kepada PENYEDIA JASA untuk
mengganti petugasnya apabila menurut penilaian PELAKSANA
ANGGARAN yang bersangkutan melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki
oleh PELAKSANA ANGGARAN.
3) PELAKSANA ANGGARAN berhak memberi peringatan tertulis apabila
PENYEDIA JASA tidak memenuhi kewajiban atau pekerjaannya tidak
memuaskan PELAKSANA ANGGARAN.
4) PELAKSANA ANGGARAN dapat memutuskan Surat Perjanjian ini secara
sepihak selama tiga kali peringatan dimaksud angka 3) diatas tidak
mendapat perhatian dari PENYEDIA JASA, dan segala kerugian yang timbul
akibat pemutusan Surat Perjanjian ini menjadi tanggung jawab PENYEDIA
JASA.
q. Penyelesaian Perselisihan
Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian ini pertama-tama akan
diselesaikan secara musyawarah. Jika secara musyawarah tidak mencapai kata
sepakat maka kedua belah pihak sepakat untuk diselesaikan melalui Badan
Arbritase Nasional Indonesia (BANI).
s. Perpajakan
Perpajakan adalah ketentuan mengenai perpajakan sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
t. Korespondensi
Korespondensi adalah ketentuan mengenai semua korespondensi dalam kontrak
yang dapat berbentuk surat, e-mail, fax dan ditujukan kepada alamat para pihak.
Dijelaskan alamat para pihak yang digunakan sebagai alamat korespondensi.
BAB VII
ANTARA
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JASA TIRTA II
DENGAN
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
TAHUN 2023
-1-
SURAT PERJANJIAN
PEKERJAAN JASA KONSULTANSI SOCIAL MAPPING TERKAIT PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (CIRATA)
Pada hari ini xxxxxxx tanggal xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx bulan xxxxxxxxxx tahun Dua Ribu Dua
Puluh Tiga, kami yang bertandatangan di bawah ini:
RESKY HERAVENO : Kepala Unit Pengelola Program Manfaat Langsung
BJPSDA yang diangkat berdasarkan Keputusan Direksi
Perum Jasa Tirta II Nomor: KPT–47/DIR/04/2023 tanggal
17 April 2023, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Perum Jasa Tirta II, berkedudukan di XXXXX.
Selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut PIHAK PERTAMA
XXXXX : XXXXXX XXXXX XXXX, yang diangkat berdasarkan
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx tanggal xxxxxxxxxxxxxxx,
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx, berkedudukan di
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama-sama dalam Perjanjian ini
disebut PARA PIHAK.
PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak dalam bidang pengusahaan sumber daya air wilayah sungai dan sebagian
tugas dan tanggung jawab dibidang pengelolaan sumber daya air;
b. Bahwa PIHAK KEDUA XXXXXXX ;
c. PIHAK PERTAMA berencana memberi Pekerjaan Pengawasan Program JPSDA kepada
PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima serta menyatakan kesediaannya untuk
melaksanakan Pekerjaan dimaksud.
Berdasarkan :
1. Nota Dinas XXXXXXX Perihal Instruksi Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan XXXXX Nomor:
XXXXXXX tanggal XX XXXX 20XX;
2. Nota Dinas Unit Layanan Pengadaan Perihal: Metode Pelaksanaan Pengadaan Barang/
Jasa Pekerjaan Pengadaan XXXXX Nomor: XXXXXX tanggal XX XXXX 20XX;
3. Pengumuman Pelelangan Umum Pascakualifikasi Nomor: XXXXXXXX tanggal XX XXX
20XX perihal Pekerjaan Pengadaan XXXXX;
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
(1) PIHAK PERTAMA memberikan Pekerjaan kepada PIHAK KEDUA yang dengan ini
menerima serta menyatakan kesediaannya untuk melaksanakan Pekerjaan Pengadaan Jasa
Konsultasi Social Mapping Terkait Pemberdayaan Masyarakat (selanjutnya disebut
“Pekerjaan”), yang berlokasi di Catchment Area Waduk Cirata - Perum Jasa Tirta II sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja, dokumen pengadaan, dan Lampiran Perjanjian yang
merupakan lampiran yang tidak dapat dipisahkan dengan Perjanjian ini.
(2) Pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
menggunakan bentuk Perjanjian Harga Satuan.
PASAL 2
PELAKSANAAN PEKERJAAN
(1) Dalam Pekerjaan ini PIHAK PERTAMA menugaskan Tim Pendamping untuk melakukan
pemeriksaan dan pengawasan Pekerjaan PIHAK KEDUA dari awal pelaksanaan sampai
selesainya Pekerjaan secara efektif dan efisien, sehingga Pekerjaan dapat dilaksanakan
tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu.
(2) PIHAK KEDUA dalam melaksanakan Pekerjaan wajib menyusun jadwal dan target progres
Pekerjaan yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA serta penempatan jumlah
personil/tenaga ahli yang dibutuhkan setiap bulan, untuk disampaikan dan mendapatkan
persetujuan dari PIHAK PERTAMA sebagai dasar dan acuan PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK KEDUA melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan petunjuk-petunjuk, pengarahan
dan peringatan tertulis yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA atas hasil evaluasi/laporan
dari Tim Pendamping.
(4) Jadwal dan Target progres Pekerjaan sebagaimana dimaksud Lampiran Perjanjian ini
dijadikan sebagai tolak ukur atas prestasi ataupun hasil Pekerjaan PIHAK KEDUA sebagai
dasar PIHAK PERTAMA melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA dengan tetap
mengacu pada ketentuan dalam Pasal 3 Perjanjian ini mengenai waktu pelaksanaan
Pekerjaan dan ketentuan dalam Pasal 6 mengenai Biaya Pekerjaan.
(5) PIHAK KEDUA menempatkan Tenaga Ahli atau Pelaksana Pekerjaan yang mempunyai
wewenang/kuasa penuh untuk mewakili PIHAK KEDUA dan menerima serta menyelesaikan
segala perintah termasuk petunjuk dan pengarahan serta peringatan tertulis dari PIHAK
PERTAMA melalui Tim Pendamping.
(6) PIHAK KEDUA melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku, baik terkait administrasi dan teknis, serta segala ketentuan yang diatur secara
tegas di dalam Perjanjian ini termasuk dokumen pengadaan namun tidak terbatas pada
Kerangka Acuan Kerja, dan Lampiran sebagaimana terlampir dalam Perjanjian ini.
PASAL 3
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
(1) Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 4 (empat) bulan, terhitung mulai tanggal Agustus
s.d November 2023, dengan tetap melaksanakan target waktu untuk setiap Laporan
Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Perjanjian ini
(2) Jangka waktu Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat diperpanjang
berdasarkan usulan tertulis dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA yang selanjutnya
akan dilakukan evaluasi kelayakan usulan perpanjangan waktu pelaksanaan oleh Tim
Pendamping untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Keterlambatan/penundaan yang disebabkan oleh PIHAK PERTAMA;
b. Keterlambatan dan penundaan yang signifikan yang disebabkan oleh peraturan/kebijakan
Perusahaan Pemilik Lokasi Pekerjaan dan alasan pertimbangan keselamatan;
c. Keadaan force majeure sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Perjanjian ini.
(3) Jangka waktu perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c sekurang-
kurangya sama dengan waktu terhentinya Perjanjian akibat keadaan force majeure
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Perjanjian ini.
(4) Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan Pekerjaan dituangkan dalam addendum
Perjanjian.
PASAL 4
KEWAJIBAN PARA PIHAK
(1) PARA PIHAK wajib melaksanakan Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan untuk
membahas dan menyepakati persiapan dan pelaksanaan Pekerjaan, maka PIHAK KEDUA
wajib menyiapkan dokumen-dokumen yang terdiri dari:
a. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan;
b. Jadwal Pelaksanaan/Kurva S;
c. Struktur Organisasi Tim Pelaksana Pekerjaan;
d. Draft pelaporan pekerjaan/form monitoring pekerjaan.
(2) PIHAK PERTAMA wajib memberikan pengarahan dan pengawasan kepada PIHAK
KEDUA dalam pelaksanaan Pekerjaan, dengan dibantu oleh Tim Pendamping.
(3) PIHAK KEDUA dalam melaksanakan Pekerjaan wajib:
a. Mengadakan rapat bersama dengan Tim Pendamping yang ditugaskan oleh PIHAK
PERTAMA dan dilaksanakan secara periodik dan/atau sesuai kebutuhan PARA PIHAK
sampai masa pelaksanaan berakhir;
b. Menyediakan tenaga kerja yang memiliki keahlian, pengetahuan dan kemampuan
dalam bidangnya sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Perjanjian ini dan
harus sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
c. Mempertanggungkan semua tenaga kerja borongan dan harian lepas yang bekerja
untuk menyelesaikan Pekerjaan ini dalam Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan
membayar iuran Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan sesuai Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku;
d. Menjaga dan melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) bagi tenaga kerja ketika melaksanakan Pekerjaannya;
e. Menghindari segala bahaya dan kerusakan lingkungan serta barang yang dapat timbul
akibat pelaksanaan Pekerjaan;
f. Menanggung segala risiko atau kecelakaan yang menimpa tenaga kerja yang
melaksanakan Pekerjaan ini, termasuk kehilangan, kerusakan dan/atau kebakaran
yang mengakibatkan cacat dan/atau kerugian PIHAK PERTAMA dan Pihak Lainnya
akibat pelaksanaan Pekerjaan ini;
g. Menjamin sepenuhnya atas hasil Pekerjaan dan barang yang diserahkan kepada
PIHAK PERTAMA dalam keadaan baik, sesuai dengan spesifikasi teknis yang
tercantum dalam lampiran Perjanjian ini dan bebas dari segala tuntutan dari pihak lain;
h. Menanggung segala resiko dan biaya yang timbul selama masa perbaikan dan
penggantian menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA;
i. Membuat Laporan-laporan mengenai pelaksanaan keseluruhan aktivitas Pekerjaan
yang ditandatangani PIHAK KEDUA dan ditandatangani oleh Tim Pendamping sebagai
kelengkapan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
j. Merekam dan mendokumentasikan kegiatan pelaksanaan Pekerjaan melalui foto
dokumentasi dan setiap photo tahapan Pekerjaan harus jelas memuat
nomenklatur/nama Pekerjaan, lokasi, tanggal pengambilan dan lain-lain;
k. Menyerahkan dokumentasi foto pelaksanaan Pekerjaan berbentuk soft copy format jpeg
dan hard copy yang memuat dengan jelas nama Pekerjaan, lokasi tanggal
pengambilan, dan lain-lain dengan urutan sebagai berikut:
1. Sebelum pelaksanaan Pekerjaan (0% dari keseluruhan Pekerjaan);
2. Sedang dalam pelaksanaan Pekerjaan, dilakukan pada beberapa tahap secara
detail (50% dari keseluruhan Pekerjaan).
3. Sesudah Pekerjaan selesai (100% dari keseluruhan Pekerjaan).
(4) Pada saat penyerahan hasil Pekerjaan dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA,
PIHAK KEDUA wajib menyertakan Laporan yang telah diperiksa dan disetujui oleh Tim
Pendamping.
PASAL 5
REALISASI PROGRES PEKERJAAN
(1) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan proses pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan jadwal
dan target yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini dan Dokumen Pengadaan
sebagaimana terlampir dalam Perjanjian ini.
(2) Apabila berdasarkan pengawasan dan pemeriksaan oleh Tim Pendamping yang
ditugaskan oleh PIHAK PERTAMA realisasi progres pelaksanaan Pekerjaan tidak sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui di Kurva-S, maka PIHAK PERTAMA akan
menyampaikan Surat Peringatan kepada PIHAK KEDUA, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Surat Peringatan Pertama disampaikan apabila selisih keterlambatan Pekerjaan dan
selisih progres pelaksanaan Pekerjaan dengan rencana sebesar atau sama dengan
10% (Sepuluh Persen) dari jadwal dan target yang telah ditentukan sebagaimana
terlampir dalam Perjanjian ini;
b. Surat Peringatan Kedua disampaikan apabila selisih keterlambatan Pekerjaan dan
selisih progres pelaksanaan Pekerjaan dengan rencana sebesar atau sama dengan
15% (Lima Belas Persen) dari jadwal dan target yang telah ditentukan sebagaimana
terlampir dalam Perjanjian ini;
c. Surat Peringatan Ketiga disampaikan apabila selisih keterlambatan Pekerjaan dan
selisih progres pelaksanaan Pekerjaan dengan rencana sebesar atau sama dengan
20% (Dua Puluh Persen) dari jadwal dan target yang telah ditentukan sebagaimana
terlampir dalam Perjanjian ini;
d. Tenggang waktu antara Surat Peringatan Pertama, Kedua dan Ketiga masing-masing
sekurang-kurangnya disampaikan selama 7 (tujuh) hari kerja.
(3) Terhadap masing-masing Surat Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
b dan c Pasal ini, PIHAK KEDUA wajib mengikuti pengarahan dan solusi teknis yang
diberikan oleh Tim Pendamping yang ditugaskan oleh PIHAK PERTAMA.
(4) Apabila setelah disampaikannya surat peringatan ketiga, PIHAK KEDUA masih belum
melakukan perbaikan untuk mengurangi selisih keterlambatan Pekerjaan, maka PIHAK
PERTAMA berhak melakukan pemutusan Perjanjian secara sepihak melalui Surat
Pemutusan Perjanjian.
PASAL 6
BIAYA PEKERJAAN
(1) Biaya untuk melaksanakan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Perjanjian ini
adalah Rp xxxxxxxxxxxxxxx,- (xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx)
termasuk PPN 11%, pajak-pajak lainnya yang berlaku, serta biaya lainnya yang telah
ditentukan oleh PIHAK PERTAMA, dengan rincian sebagaimana terlampir dalam
Perjanjian ini.
(2) Biaya Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dibebankan pada
Anggaran RKAP Perum Jasa Tirta II Tahun Anggaran 2023 MA/Sub MA 5611/7611 Beban
Perencanaan Teknik.
(3) PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut kenaikan biaya atas Pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dan/atau tambahan biaya apapun juga walaupun terjadi
kenaikan harga barang atau jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini,
kecuali atas persetujuan PIHAK PERTAMA.
PASAL 7
CARA PEMBAYARAN
(1) Pembayaran atas Biaya Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Perjanjian ini
akan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembayaran Pertama sebesar 5% (lima persen) dari biaya Pekerjaan yaitu senilai Rp.
Xxxxxxxxxxxxxxxx,- (xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx rupiah) termasuk PPN 11%,
pajak-pajak lainnya yang berlaku, serta biaya lainnya akan dibayarkan oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, dengan ketentuan PIHAK KEDUA baru dapat
mengajukan tagihan setelah menyerahkan Laporan Pendahuluan dan Laporan
Periodik Bulan ke 1 serta dilaksanakan sesuai Jadwal dan Target sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a Perjanjian ini dan dinyatakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini dengan diterbitkannya Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan Pertama (selanjutnya disebut “BAPP”) serta Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan Pertama (selanjutnya disebut “BAST”);
b. Pembayaran Kedua sebesar 30% (tiga puluh persen) dari biaya Pekerjaan yaitu
senilai Rp. Xxxxxxxxxxxxxxxx,- (xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx rupiah) termasuk
PPN 11%, pajak-pajak lainnya yang berlaku, serta biaya lainnya akan dibayarkan oleh
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, dengan ketentuan PIHAK KEDUA baru
dapat mengajukan tagihan setelah menyerahkan Laporan Periodik Bulan ke 1, 2, dan
3 serta dilaksanakan sesuai Jadwal dan Target sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) huruf b Perjanjian ini dan dinyatakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian ini dengan diterbitkannya Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Pertama
(selanjutnya disebut “BAPP”) serta Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pertama
(selanjutnya disebut “BAST”);
c. Pembayaran Terakhir sebesar 65% (enam puluh lima persen) dari biaya Pekerjaan
yaitu senilai Rp. Xxxxxxxxxxxxxxxx,- (xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx rupiah) termasuk
PPN 11%, pajak-pajak lainnya yang berlaku, serta biaya lainnya akan dibayarkan oleh
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, dengan ketentuan PIHAK KEDUA baru
dapat mengajukan tagihan setelah menyerahkan Laporan Periodik Bulan ke 4, 5, dan
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
-7-
6 serta Laporan Akhir dan dilaksanakan sesuai Jadwal dan Target sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c Perjanjian ini dan dinyatakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini dengan diterbitkannya Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan Terakhir (selanjutnya disebut “BAPP”) serta Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan Terakhir (selanjutnya disebut “BAST”);
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat dikenakan
pemotongan/pengurangan oleh PIHAK PERTAMA sejumlah denda/ganti rugi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 Perjanjian ini, bila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan Pekerjaan
sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
(3) Pembayaran atas hasil Pekerjaan PIHAK KEDUA didasarkan pada BAST dengan
melampirkan:
a. Surat permohonan pembayaran atas Pekerjaan yang disampaikan oleh PIHAK KEDUA;
b. BAPP yang telah disetujui oleh Tim Pendamping yang ditugaskan oleh PIHAK
PERTAMA;
c. Dokumen terkait Lainnya.
(4) Pembayaran dilakukan dengan cara ditransfer melalui Rekening PIHAK KEDUA dengan
Nomor: xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx pada bank xxxxxxxxxxx kantor cabang xxxxxxxxxxxxxx
atas nama xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
PASAL 8
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN PEKERJAAN
(1) Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan Pekerjaan dilakukan oleh Tim
Pendamping yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA.
(2) Dalam melakukan Pengawasan Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
Tim Pendamping memiliki hak dan wewenang mengawasi dan memeriksa pelaksanaan
Pekerjaan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA serta wajib melaporkan hasilnya kepada
PIHAK PERTAMA.
(3) Pengawasan dan Pemeriksaan Pekerjaan yang dilakukan oleh Tim Pendamping
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dituangkan dalam BAPP yang
ditandatangani Tim Pendamping dan PIHAK KEDUA sebagai dasar dibuatnya BAST.
(4) PIHAK PERTAMA menerbitkan BAST yang ditandatangani oleh PARA PIHAK sebagai
dasar bahwa suatu Pekerjaan dinyatakan telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian beserta Lampirannya dan dinyatakan diterima.
PASAL 9
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
(1) Penyimpangan-penyimpangan dan/atau perubahan-perubahan yang berupa penambahan
atau pengurangan Pekerjaan dapat dituangkan dalam Contract Change Order (CCO),
dimana perubahan-perubahan tersebut baru dapat dikerjakan setelah disetujuinya CCO
oleh PIHAK PERTAMA yang dituangkan dalam Berita Acara Contract Change Order
(CCO);
(2) Berita Acara Contract Change Order (CCO) disetujui oleh PIHAK PERTAMA setelah
mendapatkan Laporan Perhitungan Biaya Pekerjaan Tambah Kurang yang telah
ditandatangani oleh Pelaksana dan Tim Pendamping dengan menyebutkan secara jelas
jenis dan rincian Pekerjaan.
(3) Perhitungan penambahan/ pengurangan Pekerjaan dilakukan atas dasar:
a. Daftar harga satuan Pekerjaan yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA dan/atau;
b. Jika belum/ tidak terdapat dalam daftar sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas,
maka penentuan harga dilakukan melalui negosiasi antara PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA yang dituangkan dalam Berita Acara Negosiasi Pekerjaan Tambah
Kurang;
c. Dalam melakukan negosiasi tersebut, PIHAK PERTAMA dapat didampingi dan/atau
diwakili oleh Tim Pendamping yang ditugaskan oleh PIHAK PERTAMA;
d. Penambahan/pengurangan Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(4) Hasil CCO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini merupakan dasar bagi
perhitungan progres Pekerjaan, namun belum digunakan sebagai dasar perhitungan nilai
Perjanjian.
PASAL 10
PROSEDUR DAN TEMPAT PENYERAHAN PEKERJAAN
(1) Penyerahan hasil Pekerjaan dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA harus sesuai
dengan ketentuan dan syarat-syarat dalam Perjanjian dan Lampiran yang tidak terpisahkan
dari Perjanjian ini.
(2) Penyerahan hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, secara
keseluruhan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu:
a. Tahap penyerahan pertama kali, yaitu penyerahan:
1. Laporan Pendahuluan yang berisi metodologi Pengawasan Pekerjaan;
2. Laporan Periodik Bulan ke 1 yang berisi kegiatan Pengawasan Pekerjaan di Bulan
ke 1 dan 2;
dan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kalender
sejak ditandatanganinya Surat Perjanjian ini;
b. Tahap penyerahan Kedua, yaitu penyerahan Laporan Periodik Bulan ke 2 dan 3
yang berisi kegiatan Pengawasan Pekerjaan di Bulan ke 2 dan 3 dan dilaksanakan
dalam jangka waktu paling lambat 2,5 (dua koma lima) bulan sejak ditandatanganinya
Surat Perjanjian ini;
c. Tahap penyerahan terakhir kali, yaitu penyerahan:
1. Laporan Periodik Bulan ke 4, 5 dan 6 yang berisi kegiatan Pengawasan Pekerjaan
di Bulan ke 4, 5 dan 6 dan atau;
2. Laporan Akhir yang berisi tentang seluruh keluaran pekerjaan yang sudah sesuai
lingkup pekerjaan dan sesuai dengan segala sesuatu kaidah teknis dan pedoman
teknis yang terkait;
dan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 5,5 (Lima Koma Lima) bulan sejak
ditandatanganinya Surat Perjanjian ini dan Pekerjaan dinyatakan selesai.
(3) Apabila dalam penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini tidak sesuai
dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini maka PIHAK
PERTAMA berhak menolak hasil Pekerjaan tersebut secara tertulis dan PIHAK KEDUA
wajib memperbaiki atau mengganti hasil Pekerjaannya sesuai dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan.
(4) Apabila pelaksanaan perbaikan atau penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Pasal ini terjadi setelah berakhirnya jangka waktu penyerahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) Perjanjian ini, maka penyerahan hasil Pekerjaan dianggap
mengalami keterlambatan.
(5) Biaya yang diperlukan untuk perbaikan atau penggantian hasil Pekerjaan sebagai akibat
penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini menjadi beban dan tanggung
jawab PIHAK KEDUA.
(6) Tempat dan prosedur penyerahan hasil Pekerjaan akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA
kepada PIHAK PERTAMA di Unit Pengelola Program Manfaat Langsung BJPSDA Perum
Jasa Tirta II.
PASAL 11
KLAIM
PIHAK PERTAMA tidak akan menerima klaim dari PIHAK KEDUA untuk perubahan atau
kenaikan harga bahan dan upah selama jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan, kecuali apabila
ada ketentuan lain/ kebijaksanaan dari Pemerintah sehubungan dengan adanya tindakan
moneter.
PASAL 12
PEMUTUSAN PERJANJIAN
(1) Pemutusan Perjanjian ini dapat dilakukan oleh salah satu pihak dengan pemberitahuan
secara tertulis dalam waktu 30 (Tiga Puluh) hari sebelumnya kepada pihak lainnya, apabila
pihak lainnya:
a. Dinyatakan pailit, atau menunjuk penerima-penerima atas seluruh atau sebagian
asetnya atau mengajukan permohonan kepada para krediturnya untuk melakukan
penundaan pembayaran; atau
b. Terdapat perintah atau persetujuan untuk dilikuidasi, kecuali perintah atau persetujuan
untuk reorganisasi atau penggabungan;atau
c. Menghentikan kegiatan usahanya atau ijin-ijin untuk melakukan usahanya dicabut oleh
pihak yang berwenang.
(2) Pemutusan Perjanjian ini dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh PIHAK PERTAMA apabila:
a. PIHAK KEDUA telah mengalihkan seluruh Pekerjaan kepada Pihak lain diluar PARA
PIHAK sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini, tanpa adanya persetujuan tertulis
dari PIHAK PERTAMA;
b. PIHAK KEDUA terlambat dalam menyelesaikan Pekerjaan melampaui jangka waktu 2
(dua) bulan sejak berakhirnya jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Perjanjian ini;
c. PIHAK KEDUA lalai dalam melaksanakan Pekerjaan dan/atau nyata-nyata tidak dapat
melaksanakan Pekerjaan sebagaimana yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini;
d. PIHAK KEDUA tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
Perjanjian ini dan PIHAK KEDUA gagal untuk memperbaiki kesalahannya dalam waktu
14 (Empat Belas) hari setelah peringatan tertulis disampaikan oleh PIHAK PERTAMA;
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
-10-
e. Terjadi keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) Perjanjian ini;
f. PIHAK KEDUA melakukan tindakan yang bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku yang akan mengganggu pelaksanaan kewajibannya kepada
PIHAK PERTAMA;
(3) Kecuali apa yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal
ini, maka pemutusan Perjanjian hanya dapat dilakukan dengan persetujuan PARA PIHAK
secara bersama-sama.
PASAL 13
AKIBAT PEMUTUSAN PERJANJIAN
(1) Sehubungan dengan Pemutusan Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) dan (2) Perjanjian ini, PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan ketentuan-
ketentuan dalam Pasal 1266 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 1267 KUH Perdata.
(2) Sehubungan dengan Pemutusan Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) dan (2) Perjanjian ini, pihak yang diputus tidak berhak untuk menuntut atas kerugian,
ataupun permintaan kompensasi atau ganti rugi dalam bentuk apapun sebagai akibat dari
pengakhiran tersebut.
(3) PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas segala biaya yang akan dikeluarkan oleh
PIHAK KEDUA yang timbul akibat Pemutusan Perjanjian ini.
(4) Akibat Pemutusan Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Perjanjian ini, maka
PIHAK PERTAMA berhak atas pencairan uang.
(5) Apabila terjadi pengakhiran perjanjian, PIHAK PERTAMA akan memperhitungkan
pembayaran yang sudah dibayarkan kepada PIHAKnKEDUA sesuai progres Pekerjaan
dan PIHAK KEDUA berkewajiban untuk mengembalikan kelebihan bayar atas progres yang
telah dibayarkan.
PASAL 14
SANKSI DAN PEMBATASAN TANGGUNG JAWAB
(1) Terhadap penyerahan Pekerjaan yang tidak dilaksanakan tepat waktu dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA:
a. Dikenakan denda sebesar 10/00 (satu permil) dari harga Pekerjaan untuk setiap hari
keterlambatan;
b. Denda sebagaimana dimaksud pada huruf a maksimal 5% dari jumlah biaya Pekerjaan
untuk jangka waktu 2 (dua) bulan sejak berakhirnya jangka waktu pelaksanaan
Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Perjanjian ini.
(2) PIHAK KEDUA wajib untuk memberikan ganti rugi kepada PIHAK PERTAMA terhadap
kerugian yang diderita atau yang dialami oleh PIHAK PERTAMA sebagai akibat
yang timbul karena kesengajaan, kelalaian atau pengabaian, penipuan atau pelanggaran
dari PIHAK KEDUA atas setiap kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA
berdasarkan Perjanjian ini.
(3) PIHAK KEDUA wajib untuk memberikan ganti rugi kepada PIHAK PERTAMA terhadap
kerugian yang diderita atau yang dialami oleh PIHAK PERTAMA sebagai akibat
yang timbul karena kesengajaan, kelalaian atau pengabaian, penipuan atau pelanggaran
dari PIHAK KEDUA atas setiap kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA
berdasarkan Perjanjian ini.
(4) Akibat keterlambatan penyerahan Pekerjaan oleh PIHAK KEDUA dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Perjanjian ini, maka selain Sanksi
sebagaimana ayat (1), (2) dan (3) Pasal ini, PIHAK KEDUA berkewajiban untuk
menanggung biaya pembayaran kepada Tim Pendamping yang ditugaskan oleh PIHAK
PERTAMA dengan besaran harga per bulan sesuai dengan Perjanjian yang telah
ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA dengan Tim Pendamping . Adapun beban biaya
tersebut akan langsung diperhitungkan dari pembayaran PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA.
PASAL 15
FORCE MAJEURE
(1) Yang dimaksud force majeure adalah peristiwa atau kejadian sebagai sebab-sebab yang
tidak dapat diperkirakan, di luar kendali, kekuasaan/ kemampuan PARA PIHAK dan tanpa
kesalahan atau kelalaian PARA PIHAK atau salah satu PIHAK, termasuk akan tetapi
tidak terbatas pada terjadinya peperangan, blokade, pemberontakan, pemogokan,
kebakaran, sabotase atau bencana seperti banjir, gempa bumi dan tindakan pemerintah
dibidang moneter atau sebagai akibat dari diterbitkannya keputusan pemerintah baik pusat
maupun daerah yang dapat mengakibatkan terganggunya pelaksanaan perjanjian ini.
(2) PARA PIHAK dibebaskan dari kewajiban dan/atau pelaksanaan kewajiban berdasarkan
Perjanjian ini yang disebabkan oleh keadaan atau kejadian atau hal-hal lain yang berada
di luar kekuasaan dan atau kemampuan PARA PIHAK (force majeure) yang menyebabkan
keterlambatan atau gagalnya Pekerjaan oleh PIHAK KEDUA, maka segala sesuatunya
akan diselesaikan secara musyawarah antara PARA PIHAK.
(3) Force Majeure harus diberitahukan oleh pihak yang bersangkutan secara tertulis yang
diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang setingkat General Manajer kepada Pihak lainnya
dalam Perjanjian ini selambat-lambatnya dalam waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya force
majeure.
PASAL 16
PENUNDAAN PELAKSANAAN PERJANJIAN/TRANSAKSI
(1) PIHAK PERTAMA berdasarkan laporan hasil investigasi dan pengamatan yang dilakukan,
dapat menunda pelaksanaan Perjanjian/ transaksi, apabila terdapat potensi/indikasi
kerugian bagi PIHAK PERTAMA akibat adanya penyimpangan dan/atau kecurangan
dalam proses tercapainya perjanjian atau pelaksanaan Perjanjian.
(2) Penundaan pelaksanaan perjanjian/transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal
ini tidak dapat dilakukan apabila:
a. Kerugian PIHAK PERTAMA yang ditimbulkan akibat indikasi penyimpangan dan/atau
kecurangan dapat diatasi;
b. Penundaan pelaksanaan Perjanjian/transaksi dapat menyebabkan kerugian yang lebih
besar bagi PIHAK PERTAMA;
c. Penundaan pelaksanaan perjanjian/transaksi dapat menghambat/ mengganggu
program Pemerintah.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
-12-
(3) Tindakan penyimpangan dan/atau kecurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Adanya indikasi manipulasi biaya Pekerjaan baik penggelembungan (markup) maupun
mengurangi (mark down);
b. Adanya indikasi biaya Pekerjaan fiktif;
c. Adanya indikasi pemalsuan identitas PIHAK KEDUA ;
d. Adanya indikasi Pekerjaan di bawah spesifikasi/ kualitas yang disepakati.
(4) Tata cara penundaan pelaksanaan Perjanjian/ transaksi dilakukan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
PASAL 17
PEMBERITAHUAN DAN KORESPONDENSI
(1) Seluruh pemberitahuan, permintaan, tuntutan, dan semua komunikasi lainnya berdasarkan
Perjanjian ini diberikan secara tertulis dan dianggap telah diberikan dengan semestinya
apabila.:
a. Dikirim melalui faksimili ke nomor yang sesuai dengan yang tertera di bawah ini dan
dapat dibuktikan dengan print out report bahwa dokumen telah terkirim;
b. Dikirim melalui surat ke alamat yang tertera di bawah ini dalam waktu 3 (Tiga) hari
setelah tanggal stempel pos dengan alamat yang tepat dan prangko dibayar dimuka,
yang dibuktikan atau tercatat dengan meminta tanda terima; atau
c. Dengan cara lain yang disampaikan secara langsung pada alamat di bawah ini, pada
tanggal diserahkan, yang tanda terimanya harus diketahui dari PIHAK PERTAMA oleh
salah seorang karyawannya, dan dari PIHAK KEDUA oleh salah seorang
karyawannya.
PIHAK KEDUA
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Tujuan : xxxxxxxxxxxxxxx
Alamat : xxxxxxxxxxxxxxx
Telepon : xxxxxxxxxxxxxxx
Facsimile : xxxxxxxxxxxxxxx
PASAL 18
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian ini pertama-tama akan
diselesaikan secara musyawarah antara PARA PIHAK.
(2) Apabila musyawarah antara PARA PIHAK tidak tercapai, maka PARA PIHAK sepakat
untuk mengajukan penyelesaian perselisihan dan memilih domisili hukum yang tetap di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kabupaten Purwakarta atau Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI).
PASAL 19
LAIN-LAIN
(1) Hal - hal mengenai perubahan ketentuan yang tidak dan/ atau belum cukup diatur dalam
surat Perjanjian ini akan diatur dan/ atau ditentukan kemudian atas persetujuan PARA
PIHAK dalam suatu Addendum yang merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
(2) Addendum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh PARA
PIHAK apabila:
a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi Pekerjaan pada saat
pelaksanaan Pekerjaan dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam
Perjanjian ini serta terbatas pada:
1. Menambah atau mengurangi volume Pekerjaan yang tercantum dalam Perjanjian;
2. Mengurangi atau menambah jenis Pekerjaan;
3. Mengubah spesifikasi teknis dan gambar Pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lokasi Pekerjaan; dan/ atau
4. Melaksanakan Pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam Perjanjian yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh Pekerjaan.
b. Disetujuinya perpanjangan jangka waktu oleh PIHAK PERTAMA atas saran dan
pendapat Tim Pendamping berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) Perjanjian ini.
(3) Terjadi keadaan force majeure sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Perjanjian ini.
(4) Perjanjian ini tidak dapat dialihkan dan/atau dipindahtangankan sebagian atau seluruhnya
oleh PIHAK KEDUA kepada Pihak lain tanpa adanya persetujuan tertulis dari PIHAK
PERTAMA.
PASAL 20
PENUTUP
Segala hal yang terkait dengan Perjanjian ini yang menjadi lampiran dan/atau dijadikan lampiran
oleh PARA PIHAK, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), 2 (dua) diantaranya dibubuhi materai
secukupnya dan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani
oleh PARA PIHAK pada waktu dan tempat sebagaimana disebutkan di awal Perjanjian ini.