Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/238110296

TEKNOLOGI PENGELOLAAN BENIH BEBERAPA TANAMAN OBAT DI


INDONESIA

Article · January 2006

CITATION READS

1 2,591

2 authors, including:

Devi Rusmin
Indonesian Agency for Agricultural Research and Development
14 PUBLICATIONS 11 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Devi Rusmin on 28 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEKNOLOGI PENGELOLAAN BENIH BEBERAPA
TANAMAN OBAT DI INDONESIA

Maharani Hasanah dan Devi Rusmin


Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Jalan Tentara Pelajar No 3 Bogor 16111

ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan industri obat tradisional adalah sebagian besar bahan baku (80%)
berasal dari hutan atau habitat alami dan sisanya (20%) dari hasil budi daya tradisional. Penyediaan bahan baku yang
masih mengandalkan pada alam tersebut telah mengakibatkan terjadinya erosi genetik pada sedikitnya 54 jenis
tanaman obat. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku secara berkesinambungan serta mengantisipasi permintaan
yang terus meningkat tiap tahunnya maka perlu dilakukan pengembangan usaha tani tanaman obat. Namun upaya
pengembangan tersebut menghadapi masalah kurangnya informasi tentang penggunaan benih bermutu dan terbatasnya
penelitian mengenai perbenihan, sehingga masih banyak petani yang menggunakan benih asalan yang tidak
terjamin mutunya. Akibatnya produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Selain itu, benih
tanaman obat sebagian besar (lebih dari 80%) termasuk benih rekalsitran yang penanganannya agak sulit. Berkaitan
dengan permasalahan tersebut, telah dilakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan teknik produksi dan
penanganan benih tanaman obat seperti penentuan waktu panen, teknik produksi benih, penanganan benih,
pengeringan, penyimpanan, dan pengemasan.
Kata kunci: Tanaman obat, pengelolaan benih

ABSTRACT
The technology in managing medicinal seed crops in Indonesia

The problems in developing traditional medicine is a large part of raw material (about 80%) come from forest or
natural habitation and the rest about 20% from traditional cultivation. Raw material supply which still depends on
nature has caused genetic erosion on at least 54 kinds of medicinal crops. To guarantee the continuous supply of
raw material of traditional medicine and also to anticipate the increasing demand in the future, it is needed to
develops medicinal crops farming. One of the problems in developing medicinal crops is lack of information about
utilizing of high quality seed and seed research activities. As a result most of farmers still use bad quality seeds and
finally it will influence the productivity and quality of the product. Besides that more than 80% of medicinal crops
are counted as recalsitrans and hard to handle. According to those problems, researches have been conducted in
relation with harvesting time, seed production, seed handling, seed drying, seed storage, and seed packaging.
Keywords: Medicinal crops, seed handling

I ndustri obat tradisional Indonesia


berkembang pesat baik sebelum
maupun selama krisis multidimensional
umumnya sebagai usaha sampingan.
Pesatnya perkembangan industri obat
tradisional dan pasokan bahan baku yang
bobot kering dengan produksi obat tra-
disional sekitar 8.288 ton. Pada tahun 2002,
permintaan senilai minimal Rp1 triliun dan
melanda Indonesia. Pesatnya perkem- masih mengandalkan pada alam telah meningkat menjadi Rp1,40 triliun pada
bangan industri obat tercermin dari jum- menyebabkan terjadinya erosi genetik tahun 2003 (Darusman 2003). Permintaan
lah perusahaan pendukungnya. Pada sehingga 54 jenis tanaman obat menjadi bahan baku ini akan terus meningkat
tahun 1981, jumlah perusahaan obat baru langka. Jumlah spesies tumbuhan obat sejalan dengan meningkatnya jumlah
mencapai 165 buah, namun pada tahun yang telah berhasil diindentifikasi sekitar penduduk, harga obat-obatan berbahan
1991 dan tahun 2000, jumlah tersebut 1.845 spesies, dan 95 spesies di antaranya baku impor, dan jumlah perusahaan obat
meningkat masing-masing menjadi 427 merupakan tumbuhan obat liar yang saat tradisional serta adanya kecenderungan
dan 985 perusahaan. ini dieksploitasi dalam jumlah besar masyarakat dunia untuk kembali ke alam
Sekitar 80% pasokan bahan baku (Proyek Pengelolaan dan Pemulihan (Proyek Pengelolaan dan Pemulihan
industri obat tradisional masih mengan- Kerusakan Lingkungan dan Fakultas Kerusakan Lingkungan dan Fakultas
dalkan hasil pemanenan dari hutan atau Kehutanan IPB 2001). Kehutanan IPB 2001).
habitat alami, sisanya dipasok dari hasil Permintaan bahan baku tumbuhan Permasalahan dalam pengembangan
budi daya secara tradisional, yang pada obat pada tahun 1999 mencapai 12.000 ton industri obat tradisional adalah sebagian

68 Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006


besar bahan baku (sekitar 80%) masih masing kelompok benih memerlukan TEKNIK PRODUKSI BENIH
mengandalkan hasil pemanenan dari penanganan yang berbeda sesuai dengan
hutan atau habitat alami, sisanya (20%) sifat dan bentuk benihnya. Permasalahan Dalam memproduksi benih berkualitas
berasal dari hasil budi daya secara tra- dalam penanganan benih tanaman obat tidak dibedakan antara benih ortodoks dan
disional. Untuk menjamin ketersediaan adalah lebih dari 80% tanaman obat benih rekalsitran. Persyaratan agronomis
bahan baku secara berkesinambungan menghasilkan benih rekalsitran yang dengan mengacu pada Good Agricultural
serta mengantisipasi peningkatan permin- penanganannya agak sulit. Berdasarkan Practices (GAP) harus diikuti dengan
taan maka pengembangan usaha tani permasalahan tersebut, dalam tulisan ini persyaratan lain seperti benih harus sudah
tanaman obat secara komersial perlu dikemukakan hasil-hasil penelitian yang mencapai masak fisiologis serta seragam
dilakukan. Namun, upaya pengembangan berkaitan dengan penyediaan benih agar benih yang dihasilkan berkualitas
tersebut menghadapi masalah kurangnya tanaman obat, seperti penentuan waktu baik.
informasi tentang penggunaan benih panen, teknik produksi benih, pena-
bermutu sehingga masih banyak petani nganan benih, pengeringan, penyim-
Jahe
yang menggunakan benih asalan yang panan, dan pengemasan.
tidak terjamin mutunya. Akibatnya pro-
Produksi benih jahe dari tanaman umur 5
duktivitas dan mutu produk yang dihasil-
bulan rata-rata mencapai 23,30 t/ha,
kan rendah. PENENTUAN WAKTU PANEN sedangkan pada umur 6 bulan 31,90 t/ha.
Perbanyakan tanaman obat dapat
Persentase serat kasar, pati, dan abu
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu 1)
menggunakan benih yang berasal dari biji Secang mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya umur panen, yaitu pada
(true seed) seperti pada tanaman terung
Kemasakan benih penting untuk di- umur 5 bulan nilainya masing-masing 7,21;
KB (Solanum khasianum), sambiloto
ketahui agar dapat ditentukan waktu 39,17; dan 9,43% dan meningkat menjadi
(Andrographis paniculata), purwoceng
panen yang tepat. Benih yang dibiarkan 8,06; 46,56; dan 10,46% pada umur panen
(Pimpinella pruatjan), mahkota dewa
melewati masak fisiologis akan turun 6 bulan. Untuk jahe gajah yang akan
(Phaleria macrocarpa), selasih (Occimum
viabilitas dan vigornya. Benih bermutu diekspor, rimpang dianjurkan dipanen
sp.), saga (Abrus precatorius), secang
tinggi dapat diperoleh bila panen dila- paling lambat saat tanaman berumur 5
(Caesalpinia sappans), dan mengkudu
kukan pada saat masak fisiologis, karena bulan (Januwati et al. 1989).
(Morinda nitrifolia), 2) menggunakan
pada saat itu benih mempunyai bobot Produksi benih dipengaruhi oleh
rimpang seperti jahe (Zingiber officinale),
kering dan vigor yang maksimum (Ha- beberapa faktor, antara lain pemupukan,
kunyit (Curcuma domestica), kencur
sanah dan Rusmin 1993). pengairan, kondisi lingkungan, pemeliha-
(Kampheria galanga), temu lawak
Penelitian tingkat kemasakan benih raan (termasuk membuang tanaman yang
(Curcuma zanthoriza), dan temu putih
berdasarkan warna telah dilakukan oleh sakit dan yang tumbuh abnormal), waktu
(Curcuma zeodaria), 3) menggunakan
Hasanah dan Rusmin (1993) pada benih panen, dan perlakuan saat panen (Ha-
setek seperti sirih (Piper betle), katuk
secang. Benih yang berwarna hijau sanah et al. 1991). Benih harus jelas
(Sauropus androgynus) dan cabai jawa
kekuningan menghasilkan daya berkecam- varietasnya dan mempunyai keunggulan
(Piper cubeba), serta 4) menggunakan
bah tertinggi yaitu 95%, sedangkan benih pada kondisi tertentu agar tanaman dapat
anakan dan stolon seperti pada serai wangi
yang berwarna coklat memiliki daya ber- berproduksi optimal (Douglas 1980).
(Andropogon nardus) dan pegagan
kecambah kurang dari 50%. Hasanah dan Memproduksi benih perlu memperhatikan
(Centella asiatica).
Rusmin (1993) menyimpulkan bahwa benih aspek bahan tanaman (varietas), budi
Berdasarkan sifatnya, benih dapat
secang termasuk dalam kelompok benih daya (termasuk pemupukan), waktu panen
dikelompokkan menjadi dua, yaitu benih
yang mempunyai kulit keras sehingga (tingkat kemasakan benih), cara panen,
ortodoks dan benih rekalsitran. Benih
dapat menghambat perkecambahan. penanganan benih, pengeringan, penge-
ortodoks adalah benih yang dapat disim-
masan, penyimpanan, dan distribusi
pan lama, kadar air dapat diturunkan
benih.
sampai di bawah 10%, dan dapat disimpan Sambiloto
pada suhu dan kelembapan rendah. Benih
rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat Penelitian mengenai fenologi bunga dan Katuk
disimpan dalam waktu lama, tidak tahan buah pada tanaman sambiloto telah
atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dilakukan oleh Hasanah et al. (2006). Perbanyakan tanaman katuk dapat
dan tidak tahan disimpan bila kadar airnya Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan setek yang diambil dari
diturunkan sampai di bawah kadar air kritis. masak fisiologis benih sambiloto dicapai pangkasan waktu panen (Puspitaningtyas
Benih tanaman obat sebagian ter- pada umur 26 hari setelah antesis. Pada et al. 1994) atau menggunakan biji
masuk dalam golongan benih ortodoks, saat tersebut, bobot kering benih dalam (Rumiati et al. 1999). Untuk pengembang-
seperti benih terung KB, sambiloto, keadaan maksimum yaitu 14,10 x 10 -4 g an tanaman skala komersial, disarankan
selasih, secang, dan saga, dan sebagian dengan kadar air 21,52%. Polong berwarna menggunakan bahan tanaman dari biji.
lain tergolong benih rekalsitran seperti hijau semburat ungu. Benih yang dipanen Menurut Yuliani dan Hasanah (2000),
mengkudu, mahkota dewa, katuk, dan pada saat tersebut akan memberikan setiap hektar pertanaman katuk memer-
purwoceng. Oleh karena itu, penelitian pertumbuhan tanaman yang lebih baik lukan pupuk dengan kombinasi 190 kg N,
tanaman obat dilakukan berdasarkan serta produksinya tinggi (0,20 g/tanaman 87,50 kg P, dan 87,50 kg K2O, serta 20 ton
pengelompokan tersebut, karena masing- atau 25 g/pohon) (Rusmin et al. 2006). pupuk kandang.

Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 69


PENANGANAN BENIH air lalu dikeringanginkan. Dapat pula jahe 30 menit memberikan pertunasan yang
dipanen pada saat tanah kering, sehingga lebih cepat (34 hari) dan pertumbuhan
Terung KB rimpang dapat langsung disortasi tanpa yang lebih baik pada media yang diberi
harus dicuci (Hasanah et al. 2004b). mulsa. Nitroaromatik 0,65% mudah diserap
Benih terung KB mempunyai masa dorman Sebelum disimpan, benih diberi oleh daun, batang, bunga, serta akar atau
sekitar 4 bulan (Hasanah 1988). Untuk perlakuan CCC 1.250 ppm untuk meng- rimpang.
memecahkan masalah dormansi tersebut, hambat pertumbuhan tunas. Perlakuan
Sukmadjaja dalam Rosita et al. (1993) tersebut memberikan hasil lebih baik
telah melakukan penelitian perendaman dibandingkan dengan pemberian 2,4-D PENGERINGAN BENIH
benih dalam larutan GA3 dengan kon- 1.000 ppm dan PEG 2000 ppm (Hasanah
sentrasi 0, 100, 300, 500, 700, 900, 1.100, et al. 1989). Menurut Darwati et al. (1993), Aerasi akan menurunkan suhu, dan
1.300, dan 1.500 mg/l selama 6, 12, dan 24 pertunasan benih jahe di tempat penyim- pemberian aerasi yang tepat dapat
jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panan dapat dihambat dengan membe- mencegah kerusakan benih akibat
viabilitas benih terbaik diperoleh dari rikan paklobutrazol 300 ppm, dan untuk berpindahnya kelembapan. Benih yang
perlakuan perendaman selama 24 jam memacu pertunasan dapat digunakan dipanen dengan kadar air di atas 15−16%
dengan konsentrasi larutan GA3 1.300 mg/ NAA 160 ppm, IBA 25% dan air kelapa perlu dikeringkan. Pengeringan perlu
l, yaitu daya berkecambah benih 87,73% 25%. Untuk memacu pertumbuhan di dilakukan segera setelah benih dipanen,
dan benih dapat berkecambah setelah 2 lapang, senyawa nitroaromatik dengan karena makin lama penundaan penge-
minggu (Rosita et al. 1993). Sebelum diberi konsentrasi 0,50 ml/l memberikan hasil ringan, kualitas benih yang dihasilkan
perlakuan, benih dibersihkan dari lendir yang baik. makin menurun (Hasanah 1987).
dengan menggunakan air. Untuk benih ortodoks seperti benih
Pemecahan dormansi benih terung Kunyit dan Kencur terung KB, pengeringan dilakukan dengan
KB dapat pula dilakukan dengan meng- cara membuang lendirnya terlebih dahulu.
gunakan KNO3 0,20% (Tabel 1). Pemberian Pemberian paklobutrazol 250 ppm dapat Selanjutnya benih yang telah bersih dike-
larutan KNO3 0,20% pada substrat (kertas meningkatkan jumlah anakan dan bobot ringkan di bawah sinar matahari selama 3
saring) memberikan daya berkecambah rimpang kunyit (Darwati et al. 1993). hari.
tertinggi (88,42%). Paklobutrazol dapat menghambat bio- Untuk benih jahe, pengeringan
sintesis giberelin sehingga asimilat hasil rimpang dilakukan sampai kulit rimpang
mengering tetapi bagian dalamnya masih
Saga fotosintesis dapat diakumulasi pada
rimpang. tetap segar. Pada benih jahe yang cukup
Dormansi benih saga dapat dipecahkan Pada tanaman kencur, penggunaan tua (10 bulan), pengeringan dapat dila-
dengan perlakuan skarifikasi (pengikisan air kelapa muda dengan konsentrasi 25% kukan dengan penjemuran pada pagi hari
kulit benih). Dengan perlakuan tersebut, memberikan pertumbuhan yang lebih baik. (pukul 07.00–10.00) dengan suhu 25−32º
daya berkecambah benih dapat mencapai Air kelapa telah lama diketahui mengan- C selama 3−4 hari. Bila rimpang jahe
97% dibandingkan kontrol yang hanya dung ZPT antara lain sitokinin alami. dipanen pada umur 8 bulan, pengering-
6%. Pengecambahan dilakukan dengan Sitokinin selain berperan dalam proses an cukup dilakukan selama 1−2 hari.
menggunakan media kertas merang pembelahan sel juga dapat merangsang Sebelum disimpan, rimpang dibersihkan
(Hasanah et al. (1993). ZPT yang diferensiasi jaringan. lalu dikeringanginkan selama 2–3 hari
berbahan aktif senyawa auksin dapat tergantung lokasi tanam dan kondisi tanah
digunakan untuk meningkatkan per- pada saat panen. Di Bengkulu, rimpang
Temu Lawak perlu dijemur 3−4 hari, sedangkan di
tumbuhan tanaman, khususnya yang
diperbanyak dengan setek, seperti kumis Sukabumi, jika panen dilakukan pada saat
Pada tanaman temu lawak, penggunaan
kucing dan cabai jawa. kondisi tanah kering, rimpang cukup
0,65% nitroaromatik yang dikombinasikan
dikeringanginkan (Hasanah et al. 2004a).
dengan penutup tanah (mulsa plastik
Jahe hitam) dapat memecahkan dormansi
rimpang dan memacu pertunasan (Darwati
Untuk penyimpanan, rimpang jahe yang et al. 1993). Penggunaan nitroaromatik PENYIMPANAN BENIH
telah dipanen dicuci dengan menggunakan 0,65% (2 ml/l) dengan waktu perendaman
Benih berkualitas tinggi memiliki daya
simpan yang lebih lama daripada benih
berkualitas rendah. Kualitas benih tidak
Tabel 1. Daya berkecambah terung KB dengan perlakuan KNO3 0,20%. dapat diperbaiki dengan perlakuan pe-
nyimpanan, karena penyimpanan hanya
Perlakuan Daya berkecambah (%) bertujuan untuk mempertahankan kualitas
Substrat (kertas saring) dibasahi dengan KNO3 0,20% 88,42 benih (Hasanah 1987).
Benih direndam 10 menit dalam KNO3 0,20% 81,89 Selama penyimpanan, benih diiden-
Benih direndam 24 jam dalam KNO3 0,20% 72,53 tifikasi dengan tepat dan kondisi ruang
Benih direndam 48 jam dalam KNO3 0,20% 69,75
penyimpanan diperhatikan agar daya
Kontrol 26,64
berkecambah benih dapat dipertahankan.
Ruang untuk menyimpan bahan tanaman

70 Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006


hendaknya memiliki sirkulasi udara yang Temu-temuan petani nonbinaan (37,07%). Setelah 4
baik, kelembapan relatif udara rendah bulan penyimpanan, kadar air rimpang jahe
(70−80%), suhu ruangan 20–25oC, cukup Penyimpanan benih dalam bentuk rimpang masih 86%, rimpang dalam keadaan segar,
cahaya, dan atap tidak bocor. Tumpukan bertujuan untuk mempertahankan mutu tidak keriput dan bertunas. Berbagai cara
benih dapat diberi abu dapur untuk fisiologis benih sampai musim tanam penyimpanan, seperti menghamparkan
menghindari tumbuhnya jamur atau berikutnya. Penelitian penyimpanan benih benih di atas tanah dengan alas bata
kapang (Hasanah et al. 2004b). jahe, kunyit, dan temu lawak telah dila- merah, pemberian paklobutrazol 500 ppm,
kukan, namun informasi yang didapat penyusunan benih pada rak bambu, dan
masih terbatas. penutupan benih dengan jerami, tidak
Sambiloto berpengaruh terhadap viabilitas benih
Jahe jahe.
Hasanah et al. (2006) melaporkan bahwa Sukarman et al. (2005) telah meneliti
suhu ruangan berpengaruh terhadap daya Hasil penelitian Sukarman et al. (2005) beberapa cara penyimpanan rimpang jahe
berkecambah benih sambiloto selama tentang cara penyimpanan benih jahe dengan perlakuan sebagai berikut: 1)
penyimpanan. Sampai penyimpanan 3 besar klon Sukabumi dan Sumedang penyimpanan benih pada ruangan dingin
bulan, daya berkecambah benih yang menunjukkan bahwa klon Sumedang dengan kelembapan 70–80%, 2) penyim-
disimpan pada suhu ruang mencapai mempunyai viabilitas yang lebih baik panan di dalam tanah, 3) pengeringan
79,33%, sedangkan bila benih disimpan dibandingkan klon Sukabumi, tetapi dengan fresh drier, dan 4) iradiasi dengan
dalam ruangan dingin maka daya ber- kandungan pati, kadar serat, abu, atsiri, sinar α dengan dosis 5, 10, 15, 20, 25 kRad.
kecambah benih makin menurun hingga dan sari rimpang klon Sukabumi lebih Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hanya 17,78% (Tabel 2). Hal ini disebabkan tinggi. Viabilitas benih setelah 3 bulan setelah disimpan selama 2 bulan, kadar air
benih sambiloto mempunyai masa dor- penyimpanan masih tinggi sekitar 78%. rimpang masih tinggi yaitu > 76,66%, se-
mansi 4−5 bulan. Dengan menyimpan Berbagai cara penyimpanan, seperti penu- hingga rimpang tetap segar dan tidak
benih pada suhu dingin maka dormansi tupan benih dengan abu, pengasapan keriput. Penyusutan bobot rimpang
benih makin meningkat. Oleh karena itu, dengan interval 1 minggu, dan pengering- tertinggi terdapat pada perlakuan iradiasi
untuk memecahkan dormansi benih an dengan sinar matahari (pukul 08.00– 25 kRad (27,11%), dan penyusutan
sebaiknya benih disimpan pada suhu 12.00 selama 1 hari) tidak mempengaruhi terendah pada perlakuan penyimpanan
ruang. viabilitas benih selama penyimpanan. dingin (4,76%) dan penyimpanan dalam
Mempertahankan kualitas benih Hasil penelitian Melati et al. (2005) tanah (10,70%). Setelah 2 bulan penyim-
melalui tahap-tahap tersebut memerlu- tentang pengaruh asal benih dan cara panan, persentase rimpang bertunas pada
kan pengetahuan, keterampilan, dan penyimpanan terhadap mutu rimpang perlakuan penyimpanan dalam fresh drier
dedikasi yang tinggi. Pengusaha benih jahe memperlihatkan bahwa rimpang jahe meningkat menjadi 86,25%. Pada perlakuan
sebagai titik awal perlu memiliki ke- asal petani binaan mempunyai kadar pati iradiasi 10 dan 15 kRad, persentase benih
pedulian tinggi terhadap mutu benih. lebih tinggi (47,42%) dan serat lebih yang bertunas menurun, sedangkan pada
Pengusahaan benih secara besar-besaran rendah (7,15%) dibandingkan dengan iradiasi 20 dan 25 kRad, sampai penyim-
memerlukan tenaga spesialis untuk rimpang yang dihasilkan petani non- panan 2 bulan rimpang belum bertunas.
pengendalian mutu sejak proses produksi binaan dengan kandungan pati yang lebih
hingga distribusi. Hal ini menyangkut rendah (42,40%) dan serat lebih tinggi
semua aspek teknis dan administrasi (9,47%). Benih dari petani binaan mem- Temu Lawak
yang harus dilakukan secara tepat, benar punyai susut bobot rimpang lebih rendah
dan pada waktunya. (32,02%) dibandingkan dengan benih dari Penelitian penyimpanan rimpang temu
lawak telah dilakukan oleh Sukarman et
al. (2005) dengan perlakuan sebagai
berikut: 1) penyimpanan pada ruangan
dingin dengan kelembapan tinggi (cold
Tabel 2. Daya berkecambah benih sambiloto setelah disimpan dengan storage, RH 70–80%), 2) penyimpanan di
beberapa perlakuan. dalam tanah, 3) pengeringan dengan fresh
drier, dan 4) iradiasi dengan sinar α
Daya berkecambah (%) pada penyimpanan dengan dosis 5, 10, 15, 20, 25 kRad. Dari
Perlakuan
1 bulan 2 bulan 3 bulan beberapa perlakuan tersebut, setelah
Ruang simpan
disimpan 2 bulan kadar air rimpang temu
Ruang laboratorium 47,11 66 79,33 lawak masih tinggi (> 70%). Penyusutan
Ruang dingin (10oC, 37,78 25,11 17,78 bobot rimpang tertinggi terdapat pada
RH 50–60%) perlakuan iradiasi 10 kRad (16,80%),
Kemasan diikuti oleh kontrol (16,31%) dan iradiasi
Plastik 42,67 47,33 44,33
Alumunium foil 31,67 59 49,67
3 kRad (15,34%). Penyusutan bobot rim-
Kertas sampul 53 30,33 51,67 pang yang terendah terdapat pada
KK (%) 24,98 12,42 17,26
perlakuan fresh drier (2,81%), diikuti oleh
cold storage (9,03%) dan disimpan dalam
tanah (10,70%).

Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 71


Pada pengamatan 2 bulan penyim- kondisinya tetap kering (Hasanah et al. kunyit, dan temu lawak dapat dilakukan
panan, persentase rimpang bertunas pada 2004b). dengan meletakkan benih di atas rak-rak
perlakuan penyimpanan dalam tanah bambu setelah pengeringan.
meningkat menjadi 81%, sedangkan Pada benih terung KB, larutan KNO3
dengan perlakuan iradiasi persentase KESIMPULAN 0,20% sebagai pembasah substrat dapat
rimpang bertunas cenderung menurun meningkatkan daya berkecambah benih
karena tunas banyak yang mengering Sebagian besar (lebih dari 80%) benih sampai 88,42%. Untuk benih saga, per-
dan mati. Tunas yang tidak mengering tanaman obat termasuk benih rekalsitran lakuan skarifikasi (pengikiran kulit benih)
tumbuh menjadi tunas yang abnormal dan sisanya termasuk benih ortodoks. dapat menghasilkan daya berkecambah
dengan bentuk memendek dan membesar, Dari sembilan benih tanaman obat yang tertinggi. Perendaman benih dalam larutan
tetapi rapuh dan mudah patah. diteliti, benih terung KB, secang, saga, dan CCC 1.250 ppm atau paklobutrazol 300
sambiloto tergolong benih ortodoks, ppm dapat menghambat pertumbuhan
sedangkan jahe, kencur, kunyit, temu tunas jahe selama penyimpanan.
lawak, dan katuk termasuk benih Pengeringan benih jahe dan saga
PENGEMASAN BENIH rekalsitran. dapat dilakukan dengan penjemuran
Benih secang mencapai masak selama 3−4 hari. Pada benih kencur dan
Benih dapat dikemas dalam kantong fisiologis dengan ciri kulit benih berwarna kunyit, pemberian paklobutrazol 250 ppm
plastik, alumunium foil, karung goni, atau hijau kekuningan. Benih sambiloto dapat meningkatkan jumlah anakan dan
kotak kayu, tergantung jenis benih. Bahan mencapai masak fisiologis pada saat bobot rimpang. Pada benih temu lawak
kemasan tersebut dapat dipergunakan polong berwarna hijau semburat ke- penggunaan nitroaromatik 0,65% dapat
sebelum benih dikirim. Untuk jahe, unguan. Benih, jahe sebaiknya dipanen memacu pertunasan rimpang.
pengiriman dapat dilakukan dengan pada umur 10 bulan. Pengemasan benih bergantung pada
menggunakan peti yang tidak rapat atau Benih sambiloto sebelum pecah bentuk benih. Benih dapat dikemas dalam
karung goni. Selama pengiriman, benih dormansinya, hanya perlu disimpan dalam kantong plastik, alumunium foil atau
diusahakan tidak terkena hujan dan suhu ruang. Penyimpanan benih jahe, karung goni.

DAFTAR PUSTAKA
Darusman, L.K. 2003. Strategi pengembangan secang. Buletin Penelitian Tanaman Rempah Badan Penelitian Kehutanan dan Badan
biofarmaka Indonesia. Makalah dalam dan Obat VIII(2): 94−98. Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Musyawarah Nasional Pekan Biofarmaka, hlm. 217−223.
Surakarta, 10 September 2003. Departemen Hasanah, M., E.M. Rachmat, dan M.I. Wahab.
1993. Studi pematahan dormansi pada benih Melati, Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah.
Pertanian, Jakarta. 18 hlm.
saga (Abrus precatorius L.). Prosiding 2005. Pengaruh asal benih dan cara penyim-
Darwati, I., S.M.D. Rosita, dan I. Mariska. 1993. Seminar Saga Manis dan Tempuyung, Bogor, panan terhadap mutu rimpang jahe. Jurnal
Temu-temuan. Perkembangan penelitian zat 13−14 Januari 1993. Bagian I. Saga manis, Ilmiah Pertanian Gakuryoku Persada XI(2):
pengatur tumbuh untuk tanaman rempah dan Abrus precatorius Linn. Balai Penelitian 186−189.
obat. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Proyek Pengelolaan dan Pemulihan Kerusakan
Rempah dan Obat IX(1): 39−50.
Hasanah, M., Sukarman, Supriadi, N.M. Januwati, Lingkungan dan Fakultas Kehutanan IPB.
Douglas, E.J. 1980. Successful seed programs: A 2001. Rancangan strategi konservasi tum-
dan R. Balfas. 2004a. Keragaan perbenihan
planning and management guide. Westview jahe di Jawa Barat. Jurnal Penelitian dan buhan obat Indonesia. Executive Summary.
Press, Boulder, Colorado. 302 pp. Pengembangan Tanaman Industri 10(3): Kerja Sama Proyek Pengelolaan dan Pe-
mulihan Kerusakan Lingkungan dengan
118−125.
Hasanah, M. 1987. Faktor–faktor prapanen dan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
pascapanen yang mempengaruhi mutu benih. Hasanah, M., Sukarman, dan D. Rusmin. 2004b. 48 hlm.
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Teknologi produksi benih jahe. Plasma nutfah Puspitaningtyas, D.M., Sutrisno, dan S.B.
Obat II(2): 9−14. dan perbenihan tanaman rempah dan obat.
Susetyo. 1994. Usaha tani katuk di Desa
Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah Cilebut Barat, Bogor. Makalah Pokjanas TOI
Hasanah, M. 1988. Studi mengenai benih terung
dan Obat XVI(1): 9−16. VIII. Fakultas Kedokteran Universitas
KB. Buletin Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat III(1): 18−20. Hasanah, M., D. Rusmin, Melati, dan S. Wahyuni. Sebelas Maret, Surakarta 10–12 Agustus
2006. Pengaruh cara produksi dan pena- 1994.
Hasanah, M., R. Satyastuti, and G. Panggabean.
1989. Effect of some inhibitors on the nganan benih sambiloto. Laporan Hasil Rosita, S.M.D., M. Hasanah, H. Moko, dan I.
growth of ginger shoot. Industrial Crops Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Mariska. 1993. Terung KB dan pacing.
Research Journal 1(2): 37−45. Rempah dan Obat, Bogor. Perkembangan penelitian zat pengatur
Januwati, N.M., N. Nurdjanah, dan M. Hasanah. tumbuh untuk tanaman rempah dan obat.
Hasanah, M., H. Moko, dan D. Sitepu. 1991. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah
Persyaratan bibit jahe. Perkembangan 1989. Pengaruh faktor iklim terhadap
produksi dan mutu jahe badak di KP dan Obat IX(1): 30−37.
penelitian tanaman jahe. Edisi Khusus Peneli-
tian Tanaman Rempah dan Obat VII(1): 1− Sukamulya, Sukabumi. Prosiding Seminar Rumiati, S., D. Rusmin, dan D.D. Tarigan. 1999.
6. Sehari Peningkatan Pemanfaatan Agro- Studi pertumbuhan dan potensi hasil tanaman
meteorologi dalam Pembangunan Hutan katuk (Saoropus androgynus) L. Merr).
Hasanah, M. dan D. Rusmin. 1993. Pengaruh Tanaman Industri dan Pengembangan Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku Persada
tingkat kemasakan terhadap viabilitas benih Perkebunan. Kerja Sama Perhimpi dengan V(2): 115−121.

72 Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006


Rusmin, D., Melati, S. Wahyuni, dan M. Hasanah. Sukarman, M. Hasanah, D. Rusmin, dan Melati. Yuliani, S. dan M. Hasanah 2000. Peluang
2006. Pengaruh stadia umur panen benih 2005. Viabilitas dua klon jahe besar (Zingiber pengembangan katuk (Saoropus androgynus
terhadap viabilitas dan produksi terna officinale L.) pada cara penyimpanan yang L. Merr) sebagai pelancar ASI. Warta Pusat
sambiloto (A. paniculata). Laporan Balai berbeda. Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Persada XI(2): 181−185. Industri 6(1): 1−3.
Bogor. 10 hlm.

Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006 73

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai