Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

DISUSUN OLEH :
NAMA : DITA MULIATY A. MANOPPO
NIM : PO7120421007

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021/2022
A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan
(persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi
semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan sadar penuh
( baik). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi , suatu pencerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Jenis Halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan. Halusinasi pendengaran adalah mendengar
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai
klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart,
2007).
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru
mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatanotak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku
psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada
anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
3. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
a) Tahap 1 (comforting)
 Tertawa tidak sesuai dengan situasi
 Menggerakkan bibir tanpa bicara
 Bicara lambat
 Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
b) Tahap 2 (condemning)
 Cemas
 Konsentrasi menurun
 Ketidakmampuan membedakan realita
c) Tahap 3
 Pasien cenderung mengikuti halusinasi
 Kesulitan berhubungan dgn orla
 Perhatian dan konsentrasi menurut
 Afek labil
 Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
d) Tahap 4 (controlling)
 Pasien mengikuti halusinasi
 Pasien tidak mampu mengendalikan diri
 Tidak mampu mengikuti perintah nyata
 Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

4. Rentang Respon
1) Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budayayang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
b. Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapanyang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun responmaladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankanwalaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataansosial.
2) Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternalyang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.
5. Dampak
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai
diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu perilaku
maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah yang dialami oleh
sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri sendiri, melalukan
penganiayaan terhadap orang lain dan merusak lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah sendiri
merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan
berada pada rentang adaptif.
6. Pathway
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien
sendiri maupun keluarga berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan melalui
kromosomkromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang ke
beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga kromosom schizofrenia ada
kromosom gangguan dengan kontribusi genetis tambahan nomor 4, 8,
15 dan 22.
2) Faktor biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices dalam
regulasi stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf pada pre
frontal penting untuk memori,penurunan neuro pada area ini dapat
menyebabkan kehilangan asosiasi.
3) Faktor presipitasi
Psikologis Keluarga, pengasuh, lingkungan. Pola asuh anak tidak
adequat. Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan
4) Sosial Budaya
Kemiskinan, konflik sosial budaya, peperangan, dan kerusuhan
b. Faktor presipitasi
1) Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme
penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gathing
abnormal).
2) Stress lingkungan
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan
perilaku
a) Kesehatan meliputi nutrisi yang kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkardian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
b) Lingkungan meliputi lingkungan yang memusuhi, kritis rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktifitas sehari-hari, kesukaran dalam berhubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja
(kurang ketrampilan dalam bekerja), stigmasisasi, kemiskinan,
kurangnya alat transportasi, dan ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
c) Sikap atau perilaku seperti harga diri rendah, putus asa, merasa
gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya
kekuatan , tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau merasa
malang, bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya,
rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku
kekerasaan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan
penanganan gejala
c. Pemeriksaan Fisik Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan,
dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
d. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga,masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu
dan keluarga.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
b) Identitas diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya sendiri merasa
bahwa klien tidak berguna.
c) Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu, menarik
diri dari orang lain,perilaku agresif.
d) Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli dengan
diri sendiri maupun sekitarnya.
d. Harga diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri tanpa
syarat meskipun telah melakukan kesalahn, kekalahan dan
kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat berharga.
a. Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat di kehidupan klien tempat
mengadu,berbicara, minta bantuan, atau dukungan. Serta tanyakan
organisasi yang di ikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan
halusinasi cenderung tidak mempunya orang terdekat, dan jarang
mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang menyendiri dan
asyik dengan isi halusinasinya
b. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi halusinanya mempengaruhi
keyakinan klien dengan Tuhannya
c. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diagnostik medik dan terapi medis. Pada
klien halusinasi terapi medis seperti Haloperidol(HLP), Clapromazine
(CPZ), Trihexyphenidyl (THP)

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri 4

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran


hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percasya dengan menggunakan prinsip


komunikasi terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara
dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan
seolah-olah ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun
perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber
pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya
secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya


Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami


halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri
atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :

1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan


diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak
menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-
buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
2.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :

4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain


4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
 K–P
 K – P – P lain
 K – P – P lain – K lain
 K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan :

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan


dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :

6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien

6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :


 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
4. Strategi Pelaksanaan
Sp 1 Pasien:
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7) Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dan
jadwal kegiatan harian.
Sp 2 pasien:
1)Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2)Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3)Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
SP 3 pasien:
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan(kegiatan yang biasa dilakukkan pasien).
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan sehari-hari
SP 4 pasien:
1) Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3)
2) Menanyakan pengobatan sebelumnya
3) Menjelaskan tentang pengobatan
4) Melatih pasien minum obat (5 benar)
5) Masukkan jadwal
Sp1 keluarga:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam rawat pasien.
2) Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala halusinasi dsn jenis halusinasi
yang di alami pasien beserta proses terjadinya.
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi.
Sp 2 Keluarga:
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi.
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
halusinasi
SP 3 Keluarga:
1)Membantu keluarga membuat jadwal kegiatan aktifitas dirumah termasuk
minum obat.
2)Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

 Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2010
 Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
2015
 Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 2009
 Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo, 2003
 Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai