Anda di halaman 1dari 8

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 52 ayat (6) Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, pedoman penyusunan
Peraturan Bupati/Walikota tentang Pengadaan
Barang/Jasa di Desa diatur dengan peraturan
perundang-undangan mengenai Pengadaan Barang/
Jasa di Desa;
b. bahwa pelaksanaaan Pengadaan Barang/Jasa di Desa
diarahkan untuk meningkatkan nilai manfaat hasil
Pengadaan Barang/Jasa di Desa sehingga diperlukan
pedoman bagi bupati/walikota untuk menyusun
Peraturan Bupati/Walikota tentang Pengadaan
Barang/Jasa di Desa;
c. bahwa Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun
2013 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa di Desa sebagaimana diubah dengan
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
-2-

Barang/Jasa Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015


tentang Perubahan Peraturan Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor
13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa di Desa, sudah tidak sesuai dengan
kebijakan pengelolaan keuangan desa, pembangunan
desa dan penyelenggaraan pemerintahan desa, serta
perlu penyesuaian dengan struktur organisasi
Pemerintahan Desa yang ada saat ini;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Lembaga Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun
2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan
-3-

Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2014 Nomor 314);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);
5. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1372);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN TATA
CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA.

Pasal 1
Dalam Peraturan Lembaga ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang selanjutnya disingkat LKPP adalah
lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan
dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
-4-

4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang


disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang selanjutnya
disebut dengan Pengadaan adalah kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa oleh Pemerintah Desa, baik
dilakukan melalui Swakelola dan/atau Penyedia
Barang/Jasa.
6. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang
selanjutnya disingkat Musrenbangdes adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya
masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
7. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki
Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul dan adat istiadat Desa.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya
disebut APB Desa adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan desa.
9. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang
mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk
menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
10. Kepala Urusan yang selanjutnya disebut Kaur adalah
perangkat Desa yang berkedudukan sebagai unsur
staf sekretariat Desa yang menjalankan tugas
Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD).
-5-

11. Kepala Seksi yang selanjutnya disebut Kasi adalah


perangkat Desa yang berkedudukan sebagai
pelaksana teknis yang menjalankan PPKD.
12. Tim Pelaksana Kegiatan yang selanjutnya disingkat
TPK adalah tim yang melaksanakan kegiatan
Pengadaan melalui Swakelola dan Penyedia
Barang/Jasa.
13. Masyarakat adalah masyarakat Desa setempat
dan/atau masyarakat desa sekitar lainnya.
14. Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya disebut
Penyedia adalah badan usaha atau orang
perseorangan yang menyediakan barang/jasa.
15. Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa
dengan dikerjakan sendiri oleh TPK dan/atau
masyarakat setempat.
16. Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya
disingkat APIP adalah aparat yang melakukan
pengawasan melalui audit, reviu, pemantauan,
evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah.

Pasal 2
(1) Pengadaan merupakan pelaksanaan Kewenangan Desa
yang kegiatan dan anggarannya tercantum dalam APB
Desa.
(2) Tata cara Pengadaan yang pembiayaannya bersumber
dari APB Desa diatur oleh Bupati/Walikota dalam
bentuk Peraturan Bupati/Walikota.
(3) Peraturan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disusun dengan berpedoman pada
Peraturan Lembaga ini dan memperhatikan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat.

Pasal 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pengadaan
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Lembaga ini.
-6-

Pasal 4
Pengadaan pada prinsipnya dilakukan secara Swakelola
dengan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang
ada di Desa secara gotong-royong dengan melibatkan
partisipasi masyarakat untuk memperluas kesempatan
kerja dan pemberdayaan masyarakat setempat.

Pasal 5
Pengadaan melalui Penyedia dapat dilakukan untuk:
a. mendukung Swakelola; dan/atau
b. kegiatan/belanja yang tidak dapat dilaksanakan
dengan Swakelola.

Pasal 6
(1) Pengelolaan Pengadaan dilakukan oleh Kasi/Kaur
sesuai bidang tugasnya.
(2) Pelaksanaan Pengadaan dalam pengelolaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh
TPK.
(3) Dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
Pengadaan, Kasi/Kaur dapat melaksanakan
Pengadaan dengan batasan nilai yang ditetapkan
dalam Musrenbangdes.
(4) Penetapan batasan nilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dituangkan dalam Berita Acara.

Pasal 7
(1) Pembinaan Pengadaan dilakukan oleh
Bupati/Walikota melalui organisasi perangkat daerah
yang membidangi urusan Pemerintahan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
(2) Dalam melaksanakan pembinaan Pengadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati/Walikota
dapat berkonsultasi kepada LKPP.
-7-

Pasal 8
(1) Pengawasan pengelolaan Pengadaan dilakukan oleh
Bupati/Walikota dan masyarakat setempat.
(2) Pengawasan oleh Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dibantu oleh Camat.
(3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaporkan oleh Camat kepada Bupati/Walikota.
(4) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang memerlukan tindak lanjut, dipantau oleh
Bupati/Walikota melalui APIP.

Pasal 9
Pada saat Peraturan Lembaga ini berlaku:
a. Bupati/Walikota melakukan penyesuaian Peraturan
Bupati/Walikota tentang Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa di Desa berpedoman pada Peraturan
Lembaga ini; dan
b. Penyesuaian Peraturan Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada huruf a, mulai berlaku sejak 1 Januari
2019.

Pasal 10
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1367)
sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala LKPP Nomor
22 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa di Desa (Berita Negara Tahun 2015 Nomor
1506), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 11
Peraturan Lembaga ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-8-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Lembaga ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA,

................................

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Anda mungkin juga menyukai