SKP 4 Panduan Keselamatan Pasien Bedah
SKP 4 Panduan Keselamatan Pasien Bedah
PEKANBARU-RIAU
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan ridho-Nya telah
tersusunPanduan Identifikasi Pasien Rumah Sakit Sansani.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan
pasien (patient safety) , keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup
Rumah Sakit.
Disadari bahwa masih banyak hal-hal yang mungkin belum tertampung dalam
panduan ini, dengan kata lain bahwa ini masih jauh dari kesemprunaan. Kritikan yang
membangun dan saran-saran dari berbagai pihak guna perbaikan dimasa mendatang.
Terima kasih.
2
Tim Penyusun
SAMBUTAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat atas segala karunia dan petunjuk-
Nya sehingga penyusunan Panduan Ketepatan Identifikasi Pasien Rumah Sakit Sansani
telah dapat diselesaikan pada waktunya.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak
atas bantuan dan perhatiannya yang telah diberikan dalam penyusunan Panduan
Ketepatan Identifikasi Pasien RS. Sansani.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita
sekalian dalam melaksanakan tugas ini.Amin.
Direktur,
3
dr. Raja Rachmadina
NIK: 2020.06.007.09
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
KATA SAMBUTAN........................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
4
BAB IV DOKUMENTASI ...........................................................................................19
Lampiran .......................................................................................................................20
BAB I
DEFENISI
Tindakan operasi merupakan salah satu tindakan medis yang sangat mungkin bisa
terjadi kesalahan. Kesalahan yang terjadi dalam prosedur operasi antara lain meliputi
salah lokasi pembedahan, salah prosedur tindakan, dan salah pasien. Sebagian besar
penyebabnya adalah karena kurang efektifnya komunikasi antara anggota tim bedah,
kurang atau tidak melibatkan pasien dalam proses penandaan luka operasi, dan tidak ada
prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Selain penyebab diatas ada pula penyebab
lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi kesalahan dalam prosedur pembedahan,
antara lain: asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan yang tidak
terbaca, dan pemakaian singkatan.
Untuk membantu tim operasi dalam mengurangi jumlah kejadian, Rumah Sakit
Sansani membuat panduan ceklis keselamatan pasien operasi dengan mengadopsi dari
Implementation Manual Surgical Safety Cheklist, WHO tahun 2008. Tujuan dari ceklist
ini untuk mendukung praktek keselamatan dan membantu komunikasi dan teamwork
yang lebih baik antara profesi yang berbeda. Ceklist ini bertujuan sebagai alat untuk
digunakan oleh para klinisi untuk meningkatkan keamanan dari operasi dan mengurangi
kematian akibat pembedahan yang tidak perlu dan komplikasi pembedahan.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini berlaku untuk semua ahli bedah, dokter, perawat dan tim operasi
yang terlibat dalam prosedur pembedahan di Rumah Sakit Sansani. Untuk keadaan
tertentu misalnya insiden besar atau wabah infeksi, Rumah Sakit Sansani mengakui
tidak mungkin untuk mematuhi semua aspek dari dokumen ini. Dalam keadaan ini, staf
rumah sakit harus mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan manajer dan
direktur serta segera mengambil tindakan untuk menjaga keselamatan pasien dan staf.
6
BAB III
TATA LAKSANA
Dalam panduan ini, tim operasi harus memahami ahli bedah, anestesist, perawat,
teknisi dan personel operasi yang lain yang terlibat dalam pembedahan. Seperti halnya
pilot harus mengetahui kru darat, personel penerbangan, dan pengontrol lalu lintas udara
untuk keamanan dan penerbangan yang sukses, ahli bedah penting namun tidak terpisah
sebagai anggota tim yang bertanggungjawab terhadap perawatan pasien. Semua anggota
dari tim operasi berperan untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan operasi.
Panduan ini menyediakan petunjuk penggunaan ceklist, saran untuk
implementasi, dan rekomendasi untuk mengukur pelayananpembedahan dan hasilnya.
Setting praktek yang berbeda harus mengadapatasi sesuai dengan kemampuan mereka.
Tiap poin ceklist sudah berdasarkan bukti klinis atau pendapat ahli dimana yang akan
mengurangi kejadian yang serius, mencegah kesalahan pembedahan, dan hal ini juga
mempengaruhi kejadian yang tidak diharapkan atau biaya tidak terduga. Ceklist ini juga
dirancang untuk kemudahan dan keringkasan pelaksanaan praktek pembedahan.Setiap
praktek pembedahan harus dilakukan menggunakan ceklist dan dilakukan evaluasi
sensitivitas integrasi ceklis ini dengan alur atau prosedur operasi yang biasa dilakukan.
Tujuan utama dari Panduan Ceklis Keselamatan Pasien Operasi ini adalah untuk
membantu tim operasi dalam memastikan bahwa tim operasi secara konsisten mengikuti
7
langkah keselamatan yang kritis sehingga meminimalkan dan menghindari risiko yang
membahayakan dari pasien bedah. Ceklis ini juga memandu interaksi verbal antar tim
sebagai konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat selalu dilakukan untuk setiap
pasien.
Rumah sakit menggunakan suatu ceklist atau proses untuk memverifikasi saat
preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,tepat,dan fungsional. Untuk
mengimplementasikan ceklist selama pembedahan, seseorang harus
bertanggungjawabuntuk melakukan pengecekan ceklist. Koordinator ceklist dapat
dipegang oleh perawat sirkuler atau setiap petugas yang terlibat dalam operasi.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi /
time-out” tepat sebebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan. Ceklist
membedakan operasi menjadi 3 fase dimana berhubungan dengan waktu tertentu seperti
pada prosedur normal-periode sebelum induksi anestesi (Sign in), setelah induksi dan
sebelum insisi pembedahan (Time Out) dan periode selama atau setelah penutupan luka
tapi sebelum pasien masuk Ruang Pemulihan (Sign Out). Dalam setiap fase, koordinator
ceklist harus diijinkan untuk melakukan konfirmasi bahwa tim sudah melengkapi
tugasnya sebelum proses operasi dilakukan. Tim operasi harus terbiasa dengan langkah
dalam ceklist, sehingga mereka dapat melaksanakan ceklist tersebut setiap kali
melakukan tindakan pembedahan dan dapat melengkapi secara langsung ceklist tanpa
intervensi dari koordinator ceklist. Setiap tim harus menyadari betapa pentingnya
penggunaan ceklist untuk efisiensi dan efektifitas tindakan pembedahan.
8
mengkonfirmasi secara verbal bahwa tempat operasi sudah ditandai (jika mungkin)
dan mereview dengan anstesist risiko kehilangan darah pada pasien,kesulitan jalan
napas dan reaksi alergi dan mesin anestesi serta pemeriksaan medis sudah lengkap.
Idealnya ahli bedah akan hadir pada fase sebelum anestesi ini sehingga mempunyai
usulan tindakan yang jelas untuk mengantisipasi kehilangan darah, alergi, atau
komplikasi pasien yang lain. Akan tetapi, ahli bedah tidak wajib hadir pada fase ini.
Sebelum insisi kulit, setiap anggota tim akan memperkenalkan diri, nama
dan perannya dalam operasi apabila belum saling mengenal, jika sudah saling
mengenal maka masing – masing anggota tim dapat mengkonfirmasi bahwa mereka
sudah saling mengenal satu sama lain. Tim akan mengatakan dengan keras untuk
menunjukkan operasi yang benar dengan pasien yang benar dan tempat operasi yang
benar dan direview oleh satu sama lain, menggunakan ceklist. Tim juga akan
mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis sudah diberikan 60 menit sebelumnya
dan gambaran yang penting juga diberikan dengan benar.
3) Sign Out (setelah penutupan luka operasi dan sebelum pasien meninggalkan
ruang operasi)
9
mungkin perlu perhatian lebih selama masa pre-operasi, intraoperasi dan persiapan
postoperasi. Dengan menunjuk satu orang sebagai koordinator ceklist untuk
mengkonfirmasi kelengkapan ceklist dapat memastikan langkah dalam ceklist tidak
ada yang terlewati . Sampai anggota tim familiar dengan langkah yang dilakukan,
koordinator ceklist akan berperan seperti pembimbing tim untuk memahami proses
ini.
10
dilakukan di ruang persiapan dengan meminta pasien untuk menyebutkan
identitasnya meliputi nama, tanggal lahir, jenis operasi, lokasi operasi dan
penandaan operasi. Untuk pasien anak atau pasien dengan keterbatasan, petugas
dapat melakukan konfirmasi dengan pengasuh atau keluarga pasien. Jika pengasuh
atau keluarga tidak ada maka tahap ini dapat dilewati, seperti halnya dalam keadaan
gawat darurat.
Apakah peralatan dan obat anestesi dan pemeriksaan medis sudah lengkap?
11
digunakan untuk memberikan tanda pada tim tentang denyut nadi dan saturasi
oksigen. Pulse oxymeter sudah direkomandasikan sebagai komponen yang
dibutuhkan untuk anestesi yang aman oleh WHO. Jika pulse oxymeter tidak
berfungsi, maka ahli bedah dan anestesist harus mengevaluasi kondisi pasien dan
mempertimbangkan penundaan operasi hingga langkah yang lengkap dipenuhi
untuk keselamatan. Dalam keadaan yang urgen untuk menyelamatkan nyawa maka
hal ini dapat dilewati, namun pada kondisi ini tim harus melakukan dengan
persetujuan tentang kebutuhan untuk melakukan operasi.
Resiko aspirasi juga harus dievaluasi sebagai bagian dari pengkajian airway.
12
Jika pasien memiliki gejala refluks aktif atau perut yang penuh, maka
anestesist harus mempersiapkan kemungkinan aspirasi. Resiko ini dapat dikurangi
dengan memodifikasi rencana anestesi sebagai contoh dengan induksi cepat dan
meminta bantuan asisten untuk menekan cricoid selama induksi. Untuk pasien yang
dikenali memiliki kesulitan jalan nafas atau dalam resiko untuk aspirasi, induksi
anestesi harus dimulai saat anestesist sudah mengkonfirmasi bahwa dia telah
memiliki peralatan yang adekuat dan adanya asisten di sampingnya.
Jika poin ini sudah dilengkapi maka fase ini sudah lengkap dan tim dapat
melakukan proses induksi anstesi.
13
Sebelum membuat insisi bedah yang pertama, perlu dilakukan pengecekan
kesiapan tindakan operasi. Pada tahap ini akan dilakukan oleh semua anggota tim.
14
tingkat serum dan atau tingkat jaringan dari antibiotik dapat dicapai, namun
tim bedah tidak konsisten tentang pemberian antibiotik antara 1 jam sebelum
insisi. Untuk mengurangi resiko infeksi pembedahan, koordinator akan
bertanya dengan keras apakah antibiotik sudah diberikan kurang lebih 60
menit sebelumnya. Anggota tim bertanggungjawab untuk memberikan
antibiotik-biasanya anestesist-harus memberikan konfirmasi secara verbal.
Jika antibiotik profilaksis belum diberikan, harus segera diberikan, sebelum
insisi. Jika antibiotik diberikan lebih dari 60 menit sebelumnya, anggota tim
harus memberikan dosis ulang untuk pasien. Jika antibiotik profilaksis
dirasakan tidak perlu diberikan (contoh kasus tanpa insisi kulit, kasus
kontaminasi dimana antibiotik sudah diberikan untuk treatmen) maka boks
“tidak aplikabel” dicentang dan tim memverbalkan hal ini.
15
Sebuah diskusi dari “kejadian yang tidak diharapkan” bertujuan untuk
menginformasikan kepada semua anggota tim setiap langkah yang perlu
dilakukan untuk pasien dengan perdarahan yang cepat, cidera atau morbiditas
umum lainnya. Hal ini juga menjadi kesempatan untuk mereview langkah
yang mungkin memerlukan alat khusus, implants, atau persiapan.
Perawat instrumen atau tehnisi yang melakukan setting ada peralatan untuk
setiap kasus harus mengatakan bahwa steriliasi sudah dilakukan dan untuk
yang sterilisasi dengan alat, indikator steril sudah diverifikasi dengan baik.
Jika ditemukan ketidakcocokan antara yang diharapkan dan kenyataan
indikator steril harus dilaporkan kepada semua anggota tim dan diberitahukan
sebelum insisi. Hal ini juga adalah kesempatan untuk mendiskusikan setiap
masalah yang berhubungan dengan peralatan dan persiapan lain untuk
pembedahan atau perhatian khusus untuk keamanan dari perawat sirkuler atau
instrument, secara umum dilakukan oleh ahli bedah dan tim anestesi. Jika
tidak diperlukan perhatian khusus, perawat scrub atau tehnisi dapat
16
mengatakan,”Sterilitas sudah diverifikasi. Saya rasa tidak perlu perhatian
khusus”.
Pada poin ini jika sudah dilengkapi maka tim bisa melanjutkan proses operasi.
3) SIGN OUT (sesaat setelah penutupan luka operasi dan sebelum pasien
meninggalkan kamar operasi)
Ceklist keselamatan ini harus dilengkapi sebelum memindahkan pasien
dari kamar operasi. Tujuannya untuk memfasilitasi transfer informasi yang
penting untuk tim yang bertanggungjawab terhadap pasien setelah pembedahan.
Ceklist dapat diinisiasi oleh perawat sirkuler, ahli bedah atau anestesist dan
harus dilengkapi sebelum ahli bedah meninggalkan kamar operasi. Hal ini dapat
dilakukan bersamaan, contoh bersamaan dengan penutupan luka.
17
jarum. Jika penghitungan tidak dilakukan, dapat diambil langkah yang
tepat yang lain (seperti memeriksa linen, sampah dan luka atau jika perlu
gambaran radiografi).
18
Ini adalah langkah terakhir, ceklis keselamatan pasien operasi
sudah lengkap.Jika diinginkan, ceklist dapat ditempatkan di rekam medis
pasien atau untuk review kualitas pelayanan.
19
2) Proses penandaan operasi
a. Membuat Tanda
- Penandaan operasi dilakukan pada pasien yang direncanakan operasi
sebelum memasuki ruang operasi. Pada proses ini penanda melibatkan
pasien yang dalam kondisi sadar dan terjaga, dan dilakukan sebelum
pemberian obat premedikasi operasi.
- Penandaan operasi dilakukan atas persetujuan pasien dan atau keluarga
penanggung jawab pasien setelah adanya penjelasan mengenai prosedur
penandaan luka operasi.
- Tanda yang diberikan menjadi penunjuk ke lokasi insisi sedekat mungkin
dengan luka sayatan yang akan dilakukan.
- Tanda dibuat dengan tinta atau spidol marker yang tidak mudah terhapus
dan harus cukup terlihat setelah proses pencucian daerah insisi.
- Lokasi tanda untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan atau insisi,
tusukan pada kulit, atau penyisipan instrumen harus ditandai dengan
mempertimbangkan Permukaan kulit, tingkat tulang belakang, derajat luka
atau lesi pada daerah yang akan di operasi.
- Semua tanda yang dibuat harus berdasarkan pemeriksaan diagnostik,
pencitraan elektronik atau hasil uji yang tepat dengan mempertimbangkan
catatan medis pasien dan identitas pasien.
b. Bentuk Tanda
20
dibawah umbilikus, misal pada operasi appendic
perforasi, kolon bagian bawah atau kebidanan.
3. Insisi paramedian (atas, bawah, atau lateral).
4. Insisi cocher subcostal atau dibawah arkus kosta
kanan, misal pada operasi kolesistektomi.
5. Insisi Mc Burney, misal pada operasi Appendixcitis.
6. Insisi Pfanenstiel atau insisi pada abdomen bagian
bawah.
7. Operasi lainnya: Laminectomy, Thyroidectomy,
Cervical Fusion, Iliac Crest, Biopsy, Mastectomy,
Sternotomy, dll.
21
4) Pengecualian Dalam Penandaan Operasi
- Semua jenis Operasi Endoscopy yang tidak direncanakan, prosedur invasif
yang tidak memungkinkan dilakukan penandaan luka operasi. Selain itu,
termasuk lokasi insisi yang tidak ditentukan akses pembedahanya, misalnya
pada kateterisasi jantung dan prosedur infasif minimal lainnya diperbolehkan
untuk tidak dilakukan penandaan luka.
- Prosedur yang menggunakan metode insisi garis tengah untuk penanganan
khusus pada satu organ spesifik, misalnya operasi sesar (caesarean section),
Hysterectomy atau Thyroidectomy diperbolehkan untuk tidak dilakukan
penandaan luka operasi.
- Sampai saat ini diakui belum ada cara praktis atau dapat diandalkan untuk
menandai luka pada operasi gigi atau pada selaput lendir, terutama pada
rencana ekstraksi gigi. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
peninjauan terhadap catatan radiografi gigi dan penomoran anatomi. Pada
kasus ini, penandaan dapat dilakukan dengan mencantumkan keterangan pada
catatan medis pasien mengenai lokasi pembedahan yang akan dilakukan.
- Daerah atau wilayah lain pada tubuh pasien yang secara anatomis dan secara
teknis sulit untuk dilakukan penandaan luka, misalnya pada bayi prematur
atau neonatus.
- Jika ada luka atau lesi pada area yang akan ditandai, maka penandaan luka
tidak perlu dilakukan.
- Untuk pasien yang tidak ditandai, harus dilakukan verifikasi pasien mengenai
rencana tindakan/operasi disaat aplikasi ceklis keselamatan pasien operasi
pada bagian “Time out”. Ini dilakukan dengan melihat dokumen lain yang
relevan, termasuk rekam medis pasien, hasil pemeriksaan diagnostic dan
radiologi, dan dilakukan doble check atau diperiksa oleh dua orang yang
berbeda.
- Pada kasus Bedah Mata atau Bedah THT, penandaan luka boleh tidak
dilakukan, namun dilakukan verifikasi pasien sesuai dengan poin nomor 6
diatas.
5) Sterilitas Tanda
22
Telah dilakukan penelitian untuk memastikan apakah penggunaan
penanda tinta permanen untuk luka bedah mempengaruhi sterilitas kulit pasien
setelah dibersihkan dengan larutan pada persiapan bedah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada pertumbuhan kuman yang terlihat dari dua
sampel yang diamati (sampel kelompok kontrol dan sampel experiment).
(Cronen, 2005).
BAB IV
DOKUMENTASI
23
monitoring adalah berupa data pelaksanaan kegiatan dalam bentuk prosentase yang
dilaporkan dalam kegiatan rapat rutin bulanan.
Lampiran 1.
24
25
26
Lampiran 2
27
anestesi yang akan digunakan
Keterangan :
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan sign in di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala pelayanan medis atau
tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai
28
Lampiran 3
29
jenis antibiotik yang telah diberikan
Keterangan :
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan time out di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala pelayanan medis atau
tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai
30
Lampiran 4.
31
yang perlu dilaporkan
Keterangan :
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan sign out di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala pelayanan medis atau
tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai
32
Lampiran 5.
33
9 Dokter memastikan lokasi yang akan dilakukan
insisi atau pembedahan
Keterangan :
Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan penandaan luka operasi di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala
pelayanan medis atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hal-hal yang dinilai
34
35