Anda di halaman 1dari 35

PANDUAN KESELAMATAN PASIEN BEDAH

RUMAH SAKIT SANSANI

RUMAH SAKIT SANSANI

JL.SOEKARNO HATTA (ARENGKA ATAS )

PEKANBARU-RIAU

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan ridho-Nya telah
tersusunPanduan Identifikasi Pasien Rumah Sakit Sansani.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan
pasien (patient safety) , keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup
Rumah Sakit.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal di Rumah Sakit,


diperlukan adanya suatu sasaran dari keselamatan pasien yang mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien, salah satunya adalah ketepatan Identifikasi Pasien di
rumah sakit. Dengan disusunnya panduan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi
para pemberi layanan di rumah sakit untuk meningkatan ketepatan identifikasi pasien
dan mengurangi kesalahan akibat salah mengidentifikasi pasien di Rumah Sakit.

Disadari bahwa masih banyak hal-hal yang mungkin belum tertampung dalam
panduan ini, dengan kata lain bahwa ini masih jauh dari kesemprunaan. Kritikan yang
membangun dan saran-saran dari berbagai pihak guna perbaikan dimasa mendatang.

Terima kasih.

Pekanbaru, Juli 2022

2
Tim Penyusun

SAMBUTAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT SANSANI

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat atas segala karunia dan petunjuk-
Nya sehingga penyusunan Panduan Ketepatan Identifikasi Pasien Rumah Sakit Sansani
telah dapat diselesaikan pada waktunya.

Proses penyusunan Panduan Ketepatan Identifikasi Pasien Rumah Sansani


melibatkan beberapa disiplin klinis di Rumah Sakit.Dengan telah disusunnya panduan
ini diharapkan dapat menunjang mutu pelayanan pasien di Rumah Sakit terutama dalam
hal ketepatan identifikasi pasien dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien di
Rumah Sakit.

Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak
atas bantuan dan perhatiannya yang telah diberikan dalam penyusunan Panduan
Ketepatan Identifikasi Pasien RS. Sansani.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita
sekalian dalam melaksanakan tugas ini.Amin.

Pekanbaru, Juli 2022

Direktur,

3
dr. Raja Rachmadina

NIK: 2020.06.007.09

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

KATA SAMBUTAN........................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I DEFINISI .............................................................................................................1

BAB II RUANG LINGKUP ..........................................................................................2

BAB III TATALAKSANA ............................................................................................3

3.1 Cara Penggunaan Panduan..........................................................................................3

3.2 Implementasi Ceklist Keselamatan Pasien Bedah ......................................................3

3.3 Cara Menjalankan Ceklist Keselamatan Pasien Bedah...............................................6

3.4 Penandaan Operasi....................................................................................................14

4
BAB IV DOKUMENTASI ...........................................................................................19

Lampiran .......................................................................................................................20

BAB I

DEFENISI

Keselamatan pasien bedah adalah suatu metode untuk mencegah adanya


kesalahan pengidentifikasian pasien, kesalahan prosedur operasi dan kesalahan lokasi
operasi dengan menggunakan suatu ceklist atau proses lain.

Tindakan operasi merupakan salah satu tindakan medis yang sangat mungkin bisa
terjadi kesalahan. Kesalahan yang terjadi dalam prosedur operasi antara lain meliputi
salah lokasi pembedahan, salah prosedur tindakan, dan salah pasien. Sebagian besar
penyebabnya adalah karena kurang efektifnya komunikasi antara anggota tim bedah,
kurang atau tidak melibatkan pasien dalam proses penandaan luka operasi, dan tidak ada
prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Selain penyebab diatas ada pula penyebab
lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi kesalahan dalam prosedur pembedahan,
antara lain: asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan yang tidak
terbaca, dan pemakaian singkatan.

Untuk membantu tim operasi dalam mengurangi jumlah kejadian, Rumah Sakit
Sansani membuat panduan ceklis keselamatan pasien operasi dengan mengadopsi dari
Implementation Manual Surgical Safety Cheklist, WHO tahun 2008. Tujuan dari ceklist
ini untuk mendukung praktek keselamatan dan membantu komunikasi dan teamwork
yang lebih baik antara profesi yang berbeda. Ceklist ini bertujuan sebagai alat untuk
digunakan oleh para klinisi untuk meningkatkan keamanan dari operasi dan mengurangi
kematian akibat pembedahan yang tidak perlu dan komplikasi pembedahan.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini berlaku untuk semua ahli bedah, dokter, perawat dan tim operasi
yang terlibat dalam prosedur pembedahan di Rumah Sakit Sansani. Untuk keadaan
tertentu misalnya insiden besar atau wabah infeksi, Rumah Sakit Sansani mengakui
tidak mungkin untuk mematuhi semua aspek dari dokumen ini. Dalam keadaan ini, staf
rumah sakit harus mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan manajer dan
direktur serta segera mengambil tindakan untuk menjaga keselamatan pasien dan staf.

6
BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Cara Penggunaan Panduan

Dalam panduan ini, tim operasi harus memahami ahli bedah, anestesist, perawat,
teknisi dan personel operasi yang lain yang terlibat dalam pembedahan. Seperti halnya
pilot harus mengetahui kru darat, personel penerbangan, dan pengontrol lalu lintas udara
untuk keamanan dan penerbangan yang sukses, ahli bedah penting namun tidak terpisah
sebagai anggota tim yang bertanggungjawab terhadap perawatan pasien. Semua anggota
dari tim operasi berperan untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan operasi.
Panduan ini menyediakan petunjuk penggunaan ceklist, saran untuk
implementasi, dan rekomendasi untuk mengukur pelayananpembedahan dan hasilnya.
Setting praktek yang berbeda harus mengadapatasi sesuai dengan kemampuan mereka.
Tiap poin ceklist sudah berdasarkan bukti klinis atau pendapat ahli dimana yang akan
mengurangi kejadian yang serius, mencegah kesalahan pembedahan, dan hal ini juga
mempengaruhi kejadian yang tidak diharapkan atau biaya tidak terduga. Ceklist ini juga
dirancang untuk kemudahan dan keringkasan pelaksanaan praktek pembedahan.Setiap
praktek pembedahan harus dilakukan menggunakan ceklist dan dilakukan evaluasi
sensitivitas integrasi ceklis ini dengan alur atau prosedur operasi yang biasa dilakukan.
Tujuan utama dari Panduan Ceklis Keselamatan Pasien Operasi ini adalah untuk
membantu tim operasi dalam memastikan bahwa tim operasi secara konsisten mengikuti

7
langkah keselamatan yang kritis sehingga meminimalkan dan menghindari risiko yang
membahayakan dari pasien bedah. Ceklis ini juga memandu interaksi verbal antar tim
sebagai konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat selalu dilakukan untuk setiap
pasien.

3.2. Implementasi ceklist keselamatan pasien bedah

Rumah sakit menggunakan suatu ceklist atau proses untuk memverifikasi saat
preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,tepat,dan fungsional. Untuk
mengimplementasikan ceklist selama pembedahan, seseorang harus
bertanggungjawabuntuk melakukan pengecekan ceklist. Koordinator ceklist dapat
dipegang oleh perawat sirkuler atau setiap petugas yang terlibat dalam operasi.

Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi /
time-out” tepat sebebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan. Ceklist
membedakan operasi menjadi 3 fase dimana berhubungan dengan waktu tertentu seperti
pada prosedur normal-periode sebelum induksi anestesi (Sign in), setelah induksi dan
sebelum insisi pembedahan (Time Out) dan periode selama atau setelah penutupan luka
tapi sebelum pasien masuk Ruang Pemulihan (Sign Out). Dalam setiap fase, koordinator
ceklist harus diijinkan untuk melakukan konfirmasi bahwa tim sudah melengkapi
tugasnya sebelum proses operasi dilakukan. Tim operasi harus terbiasa dengan langkah
dalam ceklist, sehingga mereka dapat melaksanakan ceklist tersebut setiap kali
melakukan tindakan pembedahan dan dapat melengkapi secara langsung ceklist tanpa
intervensi dari koordinator ceklist. Setiap tim harus menyadari betapa pentingnya
penggunaan ceklist untuk efisiensi dan efektifitas tindakan pembedahan.

1) Sign In (sebelum induksi anestesi)

Sebelum induksi anestesi, koordinator ceklist secara verbal akan mereview


dengan anstesist dan pasien (jika mungkin) bahwa identitas pasien sudah
dikonfirmasi, bahwa prosedur dan tempat yang dioperasi sudah benar dan
persetujuan untuk pembedahan sudah dilakukan. Koordinator akan melihat dan

8
mengkonfirmasi secara verbal bahwa tempat operasi sudah ditandai (jika mungkin)
dan mereview dengan anstesist risiko kehilangan darah pada pasien,kesulitan jalan
napas dan reaksi alergi dan mesin anestesi serta pemeriksaan medis sudah lengkap.
Idealnya ahli bedah akan hadir pada fase sebelum anestesi ini sehingga mempunyai
usulan tindakan yang jelas untuk mengantisipasi kehilangan darah, alergi, atau
komplikasi pasien yang lain. Akan tetapi, ahli bedah tidak wajib hadir pada fase ini.

2) Time Out (sebelum insisi kulit)

Sebelum insisi kulit, setiap anggota tim akan memperkenalkan diri, nama
dan perannya dalam operasi apabila belum saling mengenal, jika sudah saling
mengenal maka masing – masing anggota tim dapat mengkonfirmasi bahwa mereka
sudah saling mengenal satu sama lain. Tim akan mengatakan dengan keras untuk
menunjukkan operasi yang benar dengan pasien yang benar dan tempat operasi yang
benar dan direview oleh satu sama lain, menggunakan ceklist. Tim juga akan
mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis sudah diberikan 60 menit sebelumnya
dan gambaran yang penting juga diberikan dengan benar.

3) Sign Out (setelah penutupan luka operasi dan sebelum pasien meninggalkan
ruang operasi)

Sebelum meninggalkan kamar operasi, tim akan mereview operasi yang


sudah dilakukan, kelengkapan kassa dan alat dan pemberian label spesimen yang
sudah didapatkan. Dalam hal ini juga mereview apakah ada instrumen yang tidak
berfungsi atau isu yang perlu diperhatikan. Akhirnya, tim akan mendiskusikan
rencana utama dan memperhatikan manajemen postoperatif dan pemulihan sebelum
memindahkan pasien ke Ruang Pemulihan.

Keberadaan seorang koordinator ceklist penting dalam proses keberhasilan


ceklist ini. Dalam setting yang lebih komplek di kamar operasi, setiap langkah

9
mungkin perlu perhatian lebih selama masa pre-operasi, intraoperasi dan persiapan
postoperasi. Dengan menunjuk satu orang sebagai koordinator ceklist untuk
mengkonfirmasi kelengkapan ceklist dapat memastikan langkah dalam ceklist tidak
ada yang terlewati . Sampai anggota tim familiar dengan langkah yang dilakukan,
koordinator ceklist akan berperan seperti pembimbing tim untuk memahami proses
ini.

Kemungkinan kerugian dari satu orang sebagai koordinator ceklist adalah


akan terjadi hubungan yang kurang baik dengan anggota tim yang lain karena
seorang koordinator ceklist harus dapat mencegah tim untuk melangkah ke fase
berikutnya sampai langkah-langkah sudah dilengkapi. Dengan melakukan hal ini
dapat menyebabkan anggota tim lain tidak senang sehingga dapat memicu konflik
dalam tim. Oleh karena itu, rumah sakit harus berhati-hati untuk memilih atau
mempertimbangkan anggota tim yang cocok untuk peran ini.

3.3 Cara Menjalankan Ceklist Keselamatan Pasien Bedah

1) SIGN IN (sebelum induksi anestesi)

Ceklis keselamatan ini penting untuk dilengkapi sebelum induksi anestesi


dalam rangka untuk keselamatan pasien. Dalam hal ini membutuhkan kehadiran
setidaknya anestesist dan perawat. Koordinator ceklist mungkin melengkapi bagian
ini dalam satu waktu atau terpisah, tergantung pada alur persiapan untuk anestesi.
Detail dari setiap langkah adalah sebagai berikut:

Apakah pasien sudah dikonfirmasi identitasnya, tempat operasi, prosedur dan


persetujuan operasi?

Koordinator ceklist secara verbal melakukan konfirmasi identitas pasien,


jenis prosedur yang akan dilaksanakan, lokasi pembedahan, dan persetujuan
pembedahan yang sudah diberikan. Walau hal ini terlihat berulangkali, namun
langkah ini penting untuk memastikan tim tidak mengoperasi pasien yang salah
atau bagian yang salah atau melakukan prosedur yang salah. Pelaksanaan sign in

10
dilakukan di ruang persiapan dengan meminta pasien untuk menyebutkan
identitasnya meliputi nama, tanggal lahir, jenis operasi, lokasi operasi dan
penandaan operasi. Untuk pasien anak atau pasien dengan keterbatasan, petugas
dapat melakukan konfirmasi dengan pengasuh atau keluarga pasien. Jika pengasuh
atau keluarga tidak ada maka tahap ini dapat dilewati, seperti halnya dalam keadaan
gawat darurat.

Apakah tempat operasi sudah ditandai?

Koordinator ceklist harus mengkonfirmasi bahwa ahli bedah yang


melakukan operasi sudah menandai tempat yang akan dibedah (dengan marker
yang permanen) pada kasus yang melibatkan bagian tubuh samping (kanan-kiri)
atau struktur yang banyak atau bertingkat (contoh: bagian jari, jari kaki, lesi kulit,
tulang belakang). Penandaan tempat operasi untuk struktur menengah (contoh:
tiroid), atau struktur tunggal (contoh: spleen) harus mengikuti standar praktek yang
biasa dilakukan.

Apakah peralatan dan obat anestesi dan pemeriksaan medis sudah lengkap?

Koordinator ceklist melengkapi ceklist ini dengan menanyakan kepada


anestesist untuk memverifikasi kelengkapan dari ceklist keselamatan anestesi,
memahami inspeksi formal dari peralatan anestesi, sirkuit pernafasan, medikasi,
dan resiko anestesi pasien sebelum pembedahan. Untuk membantu mengingat,
sebagai tambahan apakah pasien fit untuk pembedahan tersebut, tim anestesi harus
melengkapi ABCDE’s-pemeriksaan dari perlengkapan Airway, Breathing sistem
(meliputi oksigen dan agen inhalasinya), Suction, Drugs and Devices (obat dan
alat) dan Emergency medication (medikasi emergensi), peralatan dan bantuan untuk
mengkonfirmasi ketersediaan dan berfungsi dengan baik.

Apakah pulse oximeter sudah dipasang pada pasien dan berfungsi?

Koordinator ceklist mengkonfirmasi bahwa pulse oximeter sudah dipasang


pada pasien dan berfungsi dengan baik sebelum induksi anestesi. Idealnya indikator
pulse oximeter dapat terlihat oleh semua tim operasi. Sistem suara harusnya

11
digunakan untuk memberikan tanda pada tim tentang denyut nadi dan saturasi
oksigen. Pulse oxymeter sudah direkomandasikan sebagai komponen yang
dibutuhkan untuk anestesi yang aman oleh WHO. Jika pulse oxymeter tidak
berfungsi, maka ahli bedah dan anestesist harus mengevaluasi kondisi pasien dan
mempertimbangkan penundaan operasi hingga langkah yang lengkap dipenuhi
untuk keselamatan. Dalam keadaan yang urgen untuk menyelamatkan nyawa maka
hal ini dapat dilewati, namun pada kondisi ini tim harus melakukan dengan
persetujuan tentang kebutuhan untuk melakukan operasi.

Apakah pasien memiliki riwayat alergi?

Koordinator ceklist harus langsung menanyakan ini dan dua pertanyaan


selanjutnya kepada anestesist. Pertama, koordinator harus bertanya apakah pasien
memiliki alergi yang diketahui dan jika ada, alergi terhadap apa. Jika koordinator
mengetahui alergi di pasien yang tidak diperhatikan oleh anestesist, maka
koordintaor harus mengkomunikasikan kepada anestesist.

Apakah pasien memiliki risiko kesulitan jalan nafas/risiko aspirasi?

Koordinator ceklist harus secara verbal mengkonfirmasi bahwa tim anestesi


sudah secara objektif mengkaji apakah paien memiliki kesulitan jalan nafas. Ada
beberapa jalan untuk menilai airway (seperti Mallampati skor, jarak thyromental,
atau Bellhous-Dore skor). Evaluasi yang objektif untuk jalan nafas dengan metode
yang valid lebih penting daripada pilihan metode itu sendiri. Kematian dari jalan nafas
selama anestesi adalah hal fatal yang umum terjadi namun dapat dicegah dengan rencana
yang tepat. Jika evaluasi jalan nafas menunjukkan resiko tinggi untuk kesulitan jalan nafas
(seperti skor Mallampati 3atau 4), tim anestesi harus mempersiapkan tindakan untuk
melawan kebuntuan jalan nafas. Dalam hal ini termasuk penggunaan pendekatan anetesi
yang minimum (contoh menggunakan Regional Anestesi jika mungkin) dan memiliki
peralatan gawat darurat yang cukup. Asisten yang kompeten -apakah dengan asisten dua,
ahli bedah atau anggota tim perawat- harus hadir secara fisik untuk membantu induksi
anestesi.

Resiko aspirasi juga harus dievaluasi sebagai bagian dari pengkajian airway.

12
Jika pasien memiliki gejala refluks aktif atau perut yang penuh, maka
anestesist harus mempersiapkan kemungkinan aspirasi. Resiko ini dapat dikurangi
dengan memodifikasi rencana anestesi sebagai contoh dengan induksi cepat dan
meminta bantuan asisten untuk menekan cricoid selama induksi. Untuk pasien yang
dikenali memiliki kesulitan jalan nafas atau dalam resiko untuk aspirasi, induksi
anestesi harus dimulai saat anestesist sudah mengkonfirmasi bahwa dia telah
memiliki peralatan yang adekuat dan adanya asisten di sampingnya.

Apakah pasien memiliki resiko kehilangan darah >500 ml (7 ml/kg pada


anak)?

Pada langkah keselamatan ini, koordinator ceklist menanyakan pada tim


anestesi apakah pasien memiliki resiko kehilangan darah lebih dari setengah liter
darah selama operasi untuk meyakinkan dan mengenali serta mempersiapkan untuk
kejadian kritis. Kehilangan volume darah yang besar adalah bahaya yang paling
umum dan berbahaya untuk pasien bedah dengan risiko syok hipovolemik yang
mungkin terjadi saat darah hilang melebihi 500 ml (7 ml/kg pada anak). Persiapan yang
adekuat dan resusitasi mungkin perlu dipertimbangkan.

Ahli bedah mungkin tidak secara konsisten mengkomunikasikan risiko dari


kehilangan darah kepada anestesist dan staff perawat. Oleh karena itu, jika anestesist
tidak mengetahui bagaimana risiko utama dari kehilangan darah untuk kasus
operasi, maka dia harus berdiskusi dengan ahli bedah tentang risiko kehilangan
darah sebelum operasi dimulai. Jika terdapat resiko yang yang signifikan untuk
kehilangan darah lebih dari 500 ml direkomendasikan dua jalur intravena. Sebagai
tambahan, tim harus mengkonfirmasi ketersediaan dari cairan atau darah untuk
resusitasi. (Catatan tentang kehilangan darah yang akan terjadi akan direview lagi
oleh ahli bedah sebelum insisi. Hal ini merupakan pengecekan ganda untuk
keselamatan untuk anestesi dan staff perawat).

Jika poin ini sudah dilengkapi maka fase ini sudah lengkap dan tim dapat
melakukan proses induksi anstesi.

2) TIME OUT (sebelum insisi kulit)

13
Sebelum membuat insisi bedah yang pertama, perlu dilakukan pengecekan
kesiapan tindakan operasi. Pada tahap ini akan dilakukan oleh semua anggota tim.

a. Pastikan semua anggota tim memperkenalkan diri dengan nama dan


perannya.
Tim operasi mungkin sering berubah, efektifitas manajemen dari
situasi yang berisiko tinggi membutuhkan pengertian siapa anggota tim
operasi dan peran serta kemampuan mereka. Sebuah perkenalan diri yang
simpel seperti meminta semua orang di ruang untuk memperkenalkan diri
dengan nama dan perannya. Tim yang sudah familiar dengan satu sama lain
dapat mengkonfirmasi bahwa sudah diperkenalkan semua namun anggota
baru atau staff baru harus memperkenalkan diri termasuk siswa atau personel
lain.

b. Konfirmasi nama pasien, prosedur dan dimana insisi akan dilakukan.


Koordinator ceklist atau anggota tim yang lain akan menyuruh setiap
orang di kamar operasi untuk berhenti dari aktifitas dan secara verbal
mengkonfirmasi nama pasien, operasi yang akan dilakukan, tempat
pembedahan dan posisi dari pasien untuk menghindari salah pasien atau salah
tempat operasi.

Sebagai contoh, perawat sirkuler mengumumkan,”sebelum kita


memulai insisi” dan lalu dilanjutkan “apakah semua sepakat bahwa ini
adalah pasien Rumah Sakit Sansani dengan tindakan repair inguinal
hernia kanan?”. Anestesis, ahli bedah dan perawat sirkuler harus secara
eksplisit dan individual menyepakati. Jika pasien tidak disedasi, dia
dapat menolong untuk dikonfirmasi dengan hal yang sama.

c. Apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan kurang lebih 60 menit yang


lalu?
Berdasarkan bukti yang kuat dan konsensus di seluruh dunia bahwa
antibiotik profilaksis melawan infeksi luka yang paling efektif adalah untuk

14
tingkat serum dan atau tingkat jaringan dari antibiotik dapat dicapai, namun
tim bedah tidak konsisten tentang pemberian antibiotik antara 1 jam sebelum
insisi. Untuk mengurangi resiko infeksi pembedahan, koordinator akan
bertanya dengan keras apakah antibiotik sudah diberikan kurang lebih 60
menit sebelumnya. Anggota tim bertanggungjawab untuk memberikan
antibiotik-biasanya anestesist-harus memberikan konfirmasi secara verbal.
Jika antibiotik profilaksis belum diberikan, harus segera diberikan, sebelum
insisi. Jika antibiotik diberikan lebih dari 60 menit sebelumnya, anggota tim
harus memberikan dosis ulang untuk pasien. Jika antibiotik profilaksis
dirasakan tidak perlu diberikan (contoh kasus tanpa insisi kulit, kasus
kontaminasi dimana antibiotik sudah diberikan untuk treatmen) maka boks
“tidak aplikabel” dicentang dan tim memverbalkan hal ini.

d. Antisipasi kejadian kritis.


Komunikasi tim yang efektif adalah komponen penting dari operasi
yang aman, teamwork yang efektif dan pencegahan dari komplikasi berat.
Untuk memastikan komunikasi dari kejadian kritis pasien, koordinator ceklist
memimpin diskusi cepat antara ahli bedah, anestesist dan perawat tentang
bahaya kritis dan rencana operasi. Hal ini dapat dilakukan dengan simpel
bertanya pada setiap anggota tim pertanyaan yang spesifik. Hal yang penting
dari diskusi ini adalah setiap disiplin klinik harus memberikan informasi dan
berkomunikasi dengan baik. Jika termasuk prosedur rutin atau dengan tim
yang sudah familiar, ahli bedah dapat menyatakan,”ini adalah kasus rutin dari
durasi X” dan menanyakan kepada anestesist dan perawat tentang tindakan
yang diperlukan.

Kepada ahli bedah: Apakah kemungkinan kritisnya dan langkah yang


tidak rutin? Berapa lama kasus akan terjadi? Bagaimana mengantisipasi
kehilangan darah?

15
Sebuah diskusi dari “kejadian yang tidak diharapkan” bertujuan untuk
menginformasikan kepada semua anggota tim setiap langkah yang perlu
dilakukan untuk pasien dengan perdarahan yang cepat, cidera atau morbiditas
umum lainnya. Hal ini juga menjadi kesempatan untuk mereview langkah
yang mungkin memerlukan alat khusus, implants, atau persiapan.

Kepada Anestesi: Apakah pasien memerlukan perhatian khusus?

Pasien yang berisiko untuk mengalami perdarahan yang banyak,


hemodinamik tidak stabil atau morbiditas umum yang berhubungan dengan
prosedur, tim anestesi harus meriview dengan nyaring rencana yang spesifik
dan perhatian untuk resusitasi-secara terpisah, perhatian untuk menggunakan
darah dan setiap karakteristik pasien dengan komplikasi atau co-morbiditas
(seperti jantung atau penyakit paru, aritmia, gangguaan darah,dll) Hal ini
perlu dipahami bahwa banyak operasi tidak boleh melupakan atau
memperhatikan risiko kritis atau perhatian yang harus diinformasikan dengan
tim. Dalam sebuah contoh kasus, anestesist dapat berkata,”saya rasa tidak
perlu perhatian khusus pada kasus pasien ini”

Kepada tim perawat: Apakah sterilitas sudah dikonfirmasi? Apakah ada


alat yang perlu perhatian khusus?

Perawat instrumen atau tehnisi yang melakukan setting ada peralatan untuk
setiap kasus harus mengatakan bahwa steriliasi sudah dilakukan dan untuk
yang sterilisasi dengan alat, indikator steril sudah diverifikasi dengan baik.
Jika ditemukan ketidakcocokan antara yang diharapkan dan kenyataan
indikator steril harus dilaporkan kepada semua anggota tim dan diberitahukan
sebelum insisi. Hal ini juga adalah kesempatan untuk mendiskusikan setiap
masalah yang berhubungan dengan peralatan dan persiapan lain untuk
pembedahan atau perhatian khusus untuk keamanan dari perawat sirkuler atau
instrument, secara umum dilakukan oleh ahli bedah dan tim anestesi. Jika
tidak diperlukan perhatian khusus, perawat scrub atau tehnisi dapat

16
mengatakan,”Sterilitas sudah diverifikasi. Saya rasa tidak perlu perhatian
khusus”.

e. Apakah gambaran hal yang penting sudah ditunjukkan?


Gambaran penting untuk memastikan rencana dan mengadakan operasi
termasuk ortopedi, spinal dan prosedur thoraks dan berbagai reseksi tumor.
Sebelum insisi kulit, koordinator harus menanyakan ahli bedah jika gambaran
diperlukan untuk kasus tersebut.

Pada poin ini jika sudah dilengkapi maka tim bisa melanjutkan proses operasi.

3) SIGN OUT (sesaat setelah penutupan luka operasi dan sebelum pasien
meninggalkan kamar operasi)
Ceklist keselamatan ini harus dilengkapi sebelum memindahkan pasien
dari kamar operasi. Tujuannya untuk memfasilitasi transfer informasi yang
penting untuk tim yang bertanggungjawab terhadap pasien setelah pembedahan.
Ceklist dapat diinisiasi oleh perawat sirkuler, ahli bedah atau anestesist dan
harus dilengkapi sebelum ahli bedah meninggalkan kamar operasi. Hal ini dapat
dilakukan bersamaan, contoh bersamaan dengan penutupan luka.

a. Perawat atau petugas kamar operasi secara verbal mengkonfirmasi:


- Nama dan prosedur tindakan.

Sejak prosedur dilakukan mungkin ada perubahan atau


perkembangan, koordinator ceklist harus mengkonfirmasi dengan ahli
bedah dan tim secara pasti mengenai jenis tindakan atau prosedur yang
sudah dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan pertanyaan,”Kita tadi
melakukan prosedur X, benar bukan?”

- Kelengkapan dari instrument, jumlah kassa dan jarum.


Memelihara instrumen, kassa dan jarum sangat penting untuk
dilakukan, karena secara persisten berpotensial untuk terjadi kesalahan.
Perawat instrumen atau perawat sirkuler harus secara verbal
megkonfirmasi kelengkapan dari jumlah kassa terakhir dan jumlah

17
jarum. Jika penghitungan tidak dilakukan, dapat diambil langkah yang
tepat yang lain (seperti memeriksa linen, sampah dan luka atau jika perlu
gambaran radiografi).

- Pemberian label pada spesimen atau jaringan (membaca label spesimen


dengan keras termasuk nama pasien, nomor rekam medis)
Label yang salah dari spesimen berpotensial mengganggu pasien
dan sudah ditunjukkan menjadi sumber yang paling sering dalam
kesalahan laboratorium. Sirkulator harus mengkonfirmasi pemberian
label yang benar dari spesimen selama prosedur operasi dengan
membaca dengan keras nama pasien, gambaran spesimen dan tanda
yang lain.

- Apakah terdapat masalah di peralatan yang perlu diperhatikan?


Masalah peralatan adalah masalah yang umum di kamar operasi.
Mengidentifikasi secara akurat sumber kesalahan dan instrumen atau
peralatan yang tidak berfungsi adalah hal penting untuk mencegah
peralatan dipakai lagi ke dalam kamar operasi sebelum diperbaiki.
Koordinator harus memastikan bahwa masalah peralatan selama operasi
sudah diidentifikasi oleh tim.

- Ahli bedah, anestesist dan perawat mereview apa yang perlu


diperhatikan untuk recovery dan manajemen pasien.

Ahli bedah, anestesist dan perawat harus mereview rencana post-


operatif dan manajemennya, berfokus pada selama intraoperasi atau isu
anestesi yang mungkin mempengaruhi pasien.Bahkan saat muncul risiko
yang spesifik terhadap pasien selama recovery. Tujuan dari langkah ini
adalah untuk transfer yang efisien dan tepat terhadap informasi yang
kritiss (penting) untuk seluruh tim perawatan.

18
Ini adalah langkah terakhir, ceklis keselamatan pasien operasi
sudah lengkap.Jika diinginkan, ceklist dapat ditempatkan di rekam medis
pasien atau untuk review kualitas pelayanan.

3.4 Penandaan Operasi


Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang yang jelas dan dapat dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan/
pemberi tanda.
1) Tugas dan tanggung jawab
a. Direktur Rumah Sakit Sansan
Tanggung jawab utama direktur adalah memastikan bahwa penandaan luka
operasi di Rumah Sakit Sansani dilaksanakan sesuai dengan panduan dan
kebijakan yang telah ditetapkan.
b. Koordinator atau Kepala Ruang OK
Tanggung jawab koordinator atau kepala ruang OK adalah memastikan
pasien yang direncanakan operasi sudah dilakukan penandaan luka operasi
oleh ahli bedah sesuai dengan panduan.
c. Operator Bedah atau Ahli Bedah
Tanggung jawab Operator Bedah adalah melakukan penandaan luka operasi
sesuai dengan panduan.Pada prosesnya operator bedah dapat
mendelegasikan kepada Dokter atau staf yang dianggap mampu melakukan
penandaan luka operasi.
d. Koordinator Ceklis Keselamatan Pasien Operasi
Tanggung jawab koordinator ceklis adalah melakukan identifikasi dan
memastikan bahwa setiap pasien yang akan dilakukan pembedahan di kamar
operasi telah dilakukan penandaan luka operasi sesuai dengan panduan
sebelum prosedur operasi dilakukan.
e. Tim Operasi
Tanggung jawab tim operasi adalah melaksanakan ceklis keselamatan pasien
operasi sesuai dengan panduan, dan merupakan tanggung jawab bersama
untuk menjamin bahwa penandaan luka operasi telah diidentifikasi sebelum
dimulainya operasi

19
2) Proses penandaan operasi
a. Membuat Tanda
- Penandaan operasi dilakukan pada pasien yang direncanakan operasi
sebelum memasuki ruang operasi. Pada proses ini penanda melibatkan
pasien yang dalam kondisi sadar dan terjaga, dan dilakukan sebelum
pemberian obat premedikasi operasi.
- Penandaan operasi dilakukan atas persetujuan pasien dan atau keluarga
penanggung jawab pasien setelah adanya penjelasan mengenai prosedur
penandaan luka operasi.
- Tanda yang diberikan menjadi penunjuk ke lokasi insisi sedekat mungkin
dengan luka sayatan yang akan dilakukan.
- Tanda dibuat dengan tinta atau spidol marker yang tidak mudah terhapus
dan harus cukup terlihat setelah proses pencucian daerah insisi.
- Lokasi tanda untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan atau insisi,
tusukan pada kulit, atau penyisipan instrumen harus ditandai dengan
mempertimbangkan Permukaan kulit, tingkat tulang belakang, derajat luka
atau lesi pada daerah yang akan di operasi.
- Semua tanda yang dibuat harus berdasarkan pemeriksaan diagnostik,
pencitraan elektronik atau hasil uji yang tepat dengan mempertimbangkan
catatan medis pasien dan identitas pasien.

b. Bentuk Tanda

Bentuk Tanda Digunakan pada Operasi jenis

Berupa tanda panah  Pada operasi dengan:


dengan panjang 2-3
1. Insisi midline epigastric atau pada garis tengah
centimeter pada permukaan
abdomen, misal pada operasi lambung, saluran
kulit
empedu, hati, dll.
2. Insisi midline subumbilical atau pada garis tengah

20
dibawah umbilikus, misal pada operasi appendic
perforasi, kolon bagian bawah atau kebidanan.
3. Insisi paramedian (atas, bawah, atau lateral).
4. Insisi cocher subcostal atau dibawah arkus kosta
kanan, misal pada operasi kolesistektomi.
5. Insisi Mc Burney, misal pada operasi Appendixcitis.
6. Insisi Pfanenstiel atau insisi pada abdomen bagian
bawah.
7. Operasi lainnya: Laminectomy, Thyroidectomy,
Cervical Fusion, Iliac Crest, Biopsy, Mastectomy,
Sternotomy, dll.

Berupa tanda pada catatan Misalnya pada operasi gigi.


radiografi pasien.

3) Yang Melakukan Penandaan Operasi


- Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah
Operator Bedah atau ahli bedah yang akan melakukan prosedur, atau orang
yang didelegasikan oleh ahli bedah dengan pertimbangan kemampuan dalam
melakukan penandaan luka operasi.
- Jika yang melakukan penandaan luka operasi adalah bukan operator bedah
atau orang yang didelegasikan, maka harus ada dokumentasi yang jelas pada
rekam medis pasien mengenai identitas orang yang melakukan penandaan dan
waktu dilaksanakannya penandaan luka.
- Pada prinsipnya orang yang melakukan penandaan luka operasi harus hadir
pada pelaksanaan prosedur operasi pada pasien tersebut.

21
4) Pengecualian Dalam Penandaan Operasi
- Semua jenis Operasi Endoscopy yang tidak direncanakan, prosedur invasif
yang tidak memungkinkan dilakukan penandaan luka operasi. Selain itu,
termasuk lokasi insisi yang tidak ditentukan akses pembedahanya, misalnya
pada kateterisasi jantung dan prosedur infasif minimal lainnya diperbolehkan
untuk tidak dilakukan penandaan luka.
- Prosedur yang menggunakan metode insisi garis tengah untuk penanganan
khusus pada satu organ spesifik, misalnya operasi sesar (caesarean section),
Hysterectomy atau Thyroidectomy diperbolehkan untuk tidak dilakukan
penandaan luka operasi.
- Sampai saat ini diakui belum ada cara praktis atau dapat diandalkan untuk
menandai luka pada operasi gigi atau pada selaput lendir, terutama pada
rencana ekstraksi gigi. Yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
peninjauan terhadap catatan radiografi gigi dan penomoran anatomi. Pada
kasus ini, penandaan dapat dilakukan dengan mencantumkan keterangan pada
catatan medis pasien mengenai lokasi pembedahan yang akan dilakukan.
- Daerah atau wilayah lain pada tubuh pasien yang secara anatomis dan secara
teknis sulit untuk dilakukan penandaan luka, misalnya pada bayi prematur
atau neonatus.
- Jika ada luka atau lesi pada area yang akan ditandai, maka penandaan luka
tidak perlu dilakukan.
- Untuk pasien yang tidak ditandai, harus dilakukan verifikasi pasien mengenai
rencana tindakan/operasi disaat aplikasi ceklis keselamatan pasien operasi
pada bagian “Time out”. Ini dilakukan dengan melihat dokumen lain yang
relevan, termasuk rekam medis pasien, hasil pemeriksaan diagnostic dan
radiologi, dan dilakukan doble check atau diperiksa oleh dua orang yang
berbeda.
- Pada kasus Bedah Mata atau Bedah THT, penandaan luka boleh tidak
dilakukan, namun dilakukan verifikasi pasien sesuai dengan poin nomor 6
diatas.

5) Sterilitas Tanda

22
Telah dilakukan penelitian untuk memastikan apakah penggunaan
penanda tinta permanen untuk luka bedah mempengaruhi sterilitas kulit pasien
setelah dibersihkan dengan larutan pada persiapan bedah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada pertumbuhan kuman yang terlihat dari dua
sampel yang diamati (sampel kelompok kontrol dan sampel experiment).
(Cronen, 2005).

6) Kebijakan dan prosedur di kembangkan untuk mendukung keseragaman proses


untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi

BAB IV

DOKUMENTASI

Keselamatan pasien bedah didokumentasikan dengan menggunakan dengan


checklist pelaksanaan sign in, time out dan sign out. Hasil pelaksanaan checklist
keselamatan bedah akan digabungkan dalam rekam medis.

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung


pelaksanaan prosedur sign in, time out, dan sign out di kamar operasi. Monitoring
dilakukan oleh koordinator atau kepala ruang OK atau yang didelegasikan. Bukti

23
monitoring adalah berupa data pelaksanaan kegiatan dalam bentuk prosentase yang
dilaporkan dalam kegiatan rapat rutin bulanan.

Evaluasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan ceklis pelaksanaan SPO


sign in, time out, dan sign out di kamar operasi. Ceklis evaluasi SPO sign in, time out,
sign out dan penandaan luka operasi di kamar operasi dapat dilihat pada lampiran
panduan ini.

Lampiran 1.

Ceklis Keselamatan Pasien Operasi

24
25
26
Lampiran 2

Ceklist Monitoring SPO Sign In di Kamar Operasi

NO PROSEDUR YA TIDAK Keterangan

1 Petugas menerima pasien dengan rencana


pembedahan di kamar operasi

2 Petugas menyiapkan ceklis keselamatan pasien


operasi.

3 Petugas menanyakan identitas pasien yang


meliputi nama, tanggal lahir kepada pasien
apabila kondisi pasien memungkinkan untuk
menjawab atau memberi keterangan.

4 Petugas menuliskan identitas dan nomor RM


pasien pada ceklis keselamatan pasien operasi

5 Petugas melakukan konfirmasi atau verifikasi


identitas kepada pasien dengan
mengidentifikasi kecocokan penulisan pada
gelang pasien.

6 Petugas melakukan konfirmasi kepada pasien


atau keluarga pasien mengenai informasi
bahwa rencana operasi, jenis operasi, lokasi
operasi dan penjelasan prosedur tindakan
operasi sudah diberikan.

7 Petugas melakukan identifikasi apakah sudah


dilakukan penandaan luka operasi.

8 Petugas melakukan konfirmasi kepada tim


anestesi mengenai kesiapan peralatan dan obat

27
anestesi yang akan digunakan

9 Petugas memastikan pasien sudah terpasang


oksimetri dan berfungsi dengan baik.

10 Petugas memastikan riwayat alergi pasien dan


menuliskan pada kolom yang tersedia apabila
ada riwayat alergi serta menyampaikan kepada
tim anestesi

11 Petugas melakukan konfirmasi kepada tim


anestesi apakah pasien mengalami hambatan
jalan nafas atau beresiko terjadi aspirasi, jika
ada hambatan atau beresiko maka petugas
memastikan tersedianya alat bantu atau rencana
solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

12 Petugas melakukan konfirmasi kepada tim


anestesi apakah pasien beresiko mengalami
perdarahan lebih dari 500 ml selama tindakan
operasi, jika beresiko maka harus konfirmasi
ketersediaan cairan atau darah untuk resusitasi
dan pemasangan infus dua jalur apabila
diperlukan

13 Petugas memberikan tanda centang pada ceklis


sesuai dengan item yang sudah dilaksanakan.

Keterangan :

Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan sign in di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala pelayanan medis atau
tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai

28
Lampiran 3

Ceklist Monitoring SPO Time Out di Kamar Operasi

No Prosedur Ya Tidak Keterangan

1 Semua tim operasi berkumpul dalam satu


ruangan tempat operasi akan dilakukan

2 Koordinator tim operasi mempersilakan setiap


orang di ruang operasi untuk memperkenalkan
nama dan peran atau tugasnya masing-masing

3 Koordinator tim operasi memperkenalkan nama


dan tugas masing-masing orang di kamar
operasi jika mengetahui nama dan tugas masing-
masing tim, termasuk jika ada praktikan atau
petugas lain di luar tim operasi

4 Koordinator tim operasi menyebutkan nama


pasien, jenis tindakan dan dimana lokasi luka
pembedahan, kemudian mempersilakan tim
operasi untuk konfirmasi langsung secara verbal
jika ada informasi yang tidak tepat mengenai
penyebutan nama pasien, jenis operasi, lokasi
luka pembedahan dan memastikan bahwa tidak
terjadi salah pasien atau salah lokasi
pembedahan

5 Koordinator tim operasi memastikan pemberian


antibiotik profilaksis dengan menanyakan
kepada anggota tim operasi lainnya mengenai

29
jenis antibiotik yang telah diberikan

6 Koordinator tim operasi mempersilakan kepada


dokter operator untuk memberikan ulasan
mengenai keadaan kritis yang mungkin dapat
terjadi, tahapan operasi yang tak terduga, durasi
tindakan yang akan dilakukan, dan antisipasi jika
terjadi perdarahan

7 Koordinator tim operasi mempersilakan kepada


anggota tim operasi untuk menyampaikan hal –
hal yang memerlukan perhatian khusus yang
berkaitan dengan pasien.

8 Koordinator tim operasi memastikan sterilitas


ruangan dan peralatan yang digunakan kepada
tim perawat

9 Koordinator tim operasi memastikan penjelasan


dan hal – hal penting yang telah disampaikan
tercatat dalam ceklis keselamatan pasien operasi

10 Koordinator tim operasi memastikan hal – hal


yang sudah disampaikan diberi tanda centang
pada ceklis keselamatan pasien operasi.

Keterangan :

Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan time out di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala pelayanan medis atau
tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai

30
Lampiran 4.

Ceklist Monitoring SPO Sign Out di Kamar Operasi

NO Prosedur Ya Tidak Keterangan

1 Luka operasi telah selesai ditutup

2 Petugas kamar operasi menyebutkan jenis


tindakan operasi yang telah dilakukan
kemudian mempersilakan anggota tim
operasi untuk mengklarifikasi

3 Petugas kamar operasi menanyakan kepada


perawat instrumen mengenai kelengkapan
jumlah dan jenis alat yang telah digunakan

4 Petugas kamar operasi menanyakan kepada


perawat asisten operator mengenai
kesesuaian jumlah kassa yang telah
digunakan dan memastikan tidak ada benda
yang tertinggal dalam tubuh pasien.

5 Petugas kamar operasi memastikan


pemberian label pada spesimen atau jaringan
yang diambil, meliputi identitas nama
pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir
dan alamat pasien.

6 Petugas kamar operasi menanyakan kepada


tim operasi adakah masalah terkait peralatan

31
yang perlu dilaporkan

7 Petugas kamar operasi memastikan


kelengkapan dokumentasi tindakan operasi.

8 Petugas kamar operasi menanyakan kepada


tim operasi mengenai hal penting yang perlu
diperhatikan untuk pemulihan dan perawatan
pasien selanjutnya, dan menuliskannya
dalam lembar ceklis keselamatan pasien
operasi.

9 Petugas kamar operasi menuliskan tanggal


operasi dan jam operasi dilakukan, kemudian
meminta koordinator tim operasi untuk
menandatangani ceklis keselamatan pasien
operasi.

Keterangan :

Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan sign out di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala pelayanan medis atau
tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hal-hal yang dinilai

32
Lampiran 5.

Ceklist Monitoring SPO Penandaan Luka Operasi

NO Prosedur Ya Tidak Keterangan

1 Dokter memastikan identitas pasien melalui


identifikasi gelang pasien dan konfirmasi lisan.

2 Dokter menjelaskan diagnosa penyakit dan


rencana tindakan yang akan dilakukan

3 Dokter menjelaskan prosedur persiapan tindakan


operasi

4 Dokter menjelaskan maksud pemberian tanda luka


operasi yang akan dilakukan

5 Dokter menjelaskan bahwa pasien tidak


diperkenankan menghapus tanda atau merusak
tanda yang sudah diberikan

6 Dokter meminta persetujuan pasien melalui lisan


tentang pemberian tanda yang akan dilakukan

7 Dokter mendokumentasikan dalam rekam medis


apabila pasien menolak dilakukan penandaan luka
operasi

8 Dokter menyiapkan spidol marker/tinta khusus


atau needle sebagai alat penandaan jika pasien
menyetujui dilakukan penandaan luka operasi.

33
9 Dokter memastikan lokasi yang akan dilakukan
insisi atau pembedahan

10 Dokter Memberikan tanda silang (X) dengan


diameter 2-3 cm pada daerah yang akan dilakukan
insisi atau pembedahan, atau menusukkan needle
pada kasus pasien fraktur atau corpal, atau pada
pasien tumor dengan memberikan tanda lingkaran
pada garis tepi

11 Dokter melakukan evaluasi terhadap pemberian


tanda yang telah dilakukan

Keterangan :

Evaluasi dilakukan dengan melakukan observasi langsung kepada petugas yang sedang
melakukan penandaan luka operasi di kamar operasi. Petugas evaluator adalah kepala
pelayanan medis atau tim akreditasi. Hasil dari evaluasi berupa data dalam bentuk persentase
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hal-hal yang dinilai

34
35

Anda mungkin juga menyukai