Anda di halaman 1dari 7

STUDI MENGURANGI K0NSENTRAS1MERKUHI ualam limdah mivimluhivimoi

PADA SKALA LABORATORIUM

Chusharini Chamid \ Elvida MoralistaA, dan Wahyu WalamA

A Dosen Tetap Fakultas Teknik UNISBA Program Studi Pertambangan

Abstract
Mercury pollution in the surface water needs a serious attention due to mercury is one of the toxic
substances. The aim of this study is to reduce mercury concentration in tailing ofamalgamation process. The used
absorption materials were limestone, phyrite ore and rubber wheel car. The immerse time variables were 2 weeks
and 1 month. Phyrite, rubber wheel and limestone could reduce mercury concentration in tailing of 80-86%, 71-76%
and 63-74% respectively.
Km/ WnrHs @ Memurv Dollution. adsorption materrials, and amalgamation

1.2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. PENDAHULUAN
Aktivitas masyarakat yang tidak peduli terhadap Tujuan penelitian ini adalah melakukan studi
lingkungan, baik di pedesaan maupun di perkotaan penurunan konsentrasi merkuri dalam limbah
ternyata telah menyebabkan terjadinya pencemaran amalgamasi pada skala laboratorium. Diharapkan hasil
merkuri di perairan, yang saat ini telah pada tahap yang dari studi di laboratorium ini dapat diaplikasikan di
mengkhawatirkan. Misalnya, konsentrasi merkuri di lapangan dalam upaya site remediasi untuk daerah
hulu Sungai Cisadane dan Cikaniki telah mencapai yang telah tercemar merkuri. Pengembangan metode
25,5 ppm di sedimen sungai (Pikiran Rakyat, 2000). remediasi akan ditekankan pada pengembangan
Pada Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah, teknologi tepat guna sehingga dapat dengan mudah
diperkirakan telah dibuang 15 ton merkuri yang berasal diterapkan di daerah terpencil atau di daerah miskin.
dari limbah amalgamasi pertambangan emas (Kompas,
1999). Sedangkan, konsentrasi merkuri di Sungai 1.3.Metode Penelitian
Citambal, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tahun 2002
telah meningkat 10 kali lebih tinggi sejak tahun 1994 a) Studi literatur tentang metode penanganan
(Chusharini, 2002) dimana diperkirakan limbah merkuri pencemaran merkuri.
yang dibuang ke sungai tersebut lebih kurang 1 kg/hari. b) Pembuatan model fisik untuk uji-coba di
Pencemaran merkuri yang telah terjadi di badan laboratorium.
air di Indonesia membutuhkan perhatian yang lebih c) Pengambilan sampel tailing amalgamasi.
serius, mengingat merkuri adalah bahan beracun
berbahaya yang berdampak negatif bagi ekosistem air d) Penyediaan batu gamping, pirit, dan ban bekas.
dan manusia. Oleh karena itu, dipandang perlu e) Pengukuran konsentrasi merkuri yang akan
dilakukannya studi laboratorium dalam upaya dilakukan pada:
penanganan pencemaran merkuri di perairan dimana
diharapkan hasil studi ini dapat diaplikasikan di ? Awal uji-coba pada sampel tailing amalgamasi
sebelum dimasukkan ke dalam model fisik
lapangan sehingga dapat mengurangi konsentrasi
merkuri di perairan. ? Pada saat proses perendaman
? Pada akhir proses perendaman
f) Variabel penelitian:

15,-tf
cl.O S Volume II No. 2 Juli - Desember 2004:140 - 146
140
? Jenis bahan penyerap, yaitu batu gamping,
menentukan perlu tidaknya dilakukan site remediasi.
batuan pirit, dan ban bekas Misalnya, Jepang untuk menentukan perlu tidaknya
? Lama perendaman: 2 minggu dan 1 bulan dilakukan site remediasi, telah menentukan ambang
batas konsentrasi merkuri dalam sedimen yaitu 25
? Perbandingan berat antara tailing amalgamasi
ppm. Sedangkan standar yang berlaku di Inggris dan
dengan bahan penyerap, yaitu 1 : 1 dan 1 :2 Canada sebagai pedoman site remediasi dapat dilihat
? Ukuran butir media penyerap gamping dan pirit, pada Tabel I berikut ini.
yaitu +4# dan -4#+8#, sedangkan potongan
ban bekas yang digunakan berukuran 10 x 15 Tabel I
cm

2. TINJAUAN PUSTAKA No. HgLevel Keterangan


2.1. Metal Merkuri di Perairan (ppm)
Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri 1 <0,1 Pada umumnya ditemukan secara
(Hg) merupakan salah satu bentuk dari merkuri di alamiahdalamtanahorganik
alam. Logam merkuri yang terlepas ke sungai (badan
air) akan mengendap di dasar sungai. Kontak logam
2 0,1-2 Tanah telah sedikit terkontaminasi,
namun site remediasi belum
merkuri dengan asam organik di sedimen sungai akan
dibutuhkan
mengubah logam merkuri menjadi metil merkuri
(CH3Hg+) yang kemudian akan terlepas dari sedimen 3 2-10 Tanah atau sedimen telah
sungai dan mengikuti aliran air sungai. Metil merkuri ini terkontaminasi dan diperlukan
yang akan diakumulasi dengan cepat oleh biota air. tindakan remediasi sampai level <
Siklus perubahan logam merkuri menjadi metil merkuri 2 ppm bila lahan diperuntukkan
serta proses bioakumulasinya di alam dapat dilihat untuk pemukiman dan rekreasi.
pada Gambar 1 berikut ini. Remediasi tidak diperlukan bila
lahan diperuntukkan sebagai lahan
komersialdanindustri.

4 >10Tanah telah terkontaminasi secara


signifikan; maka semua
peruntukkan lahan akan ditunda
sampai tindakan site remediasi
dilakukan sehingga konsentrasi Hg
mencapai<10ppm.
Sedangkan di Indonesia belum ada pedoman
ambang batas konsentrasi merkuri dalam tanah atau
sedimen untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan
Gambar 1
Siklus Merkuri dan Bioakumulasinya di Alam site remediasi.
(USGS,2000) Beberapa cara site remediasi dalam upaya
untuk mengurangi tingkat pencemaran merkuri yang
2.2. Site Remediasi telah dilakukan di Swedia adalah sebagai berikut:

Biasanya penentuan dilakukannya remediasi 1. Sedimen pada dasar sungai atau danau ditutupi
daerah terpolusi dilakukan berdasarkan hasil penilaian dengan bahan-bahan yang mempunyai
resiko lingkungan (environmental risk assessment) kemampuan adsorbsi tinggi.
untuk menentukan tingkat pencemaran pada saat ini 2. Sedimen pada dasar sungai atau danau ditutupi
dan dimasa yang akan datang. Pada umumnya negara- dengan bahan anorganik yang tidak bereaksi.
negara di dunia telah menentukan ambang batas
konsentrasi merkuri dalam air, udara maupun biota air, 3. Sedimen yang mengandung merkuri diangkat
namum jarang yang telah menentukan ambang batas dengan cara dikeruk atau dipompa.
merkuri dalam sedimen sungai atau danau untuk

Studi Mengurangi Konsentrasi Merkuri Dalam Limbah Amalgamasi Pada Skala


Laboratorium (Chushar
ini Chamid, Elvida Moralista dan Wahyu Walam) 141
2.3. Beberapa Kemungkinan Proses Kimia Setelah mengeluarkan logam merkurium dengan
Penyerapan Merkuri menyaring, merkurium (II) sulfida hitam dapat
diendapkan lagi dengan mengasamkan dengan
Merkuri (mercurium) adalah logam cair yang
asam encer:
putih keperakan pada suhu biasa, dan mempunyai
density 13,534 gr/ml pada suhu 25 C. Hg tidak
[HgS2]2' + 2 H+ ? HgSJ + H2sf
dipengaruhi oleh asam khorida atau asam sulfat encer Natrium disulfida (kuning) melarutkan baik
(2 M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam merkurium maupun merkurium (II) sulfida:
nitrat yang dingin dan sedang pekatnya (8 M), dengan
HgS |+ Hg j + 3 S22 ? 2 [HgS2]2- + S32"
merkurium yang berlebihan menghasilkan ion
merkurium (I): Reaksi yang agak rumit ini dapat lebih mudah
6 Hg + 8 HNO3@? 3 Hg22++ 2 No|+ 6 NO3" + 4 H2O
dimengerti dengan memecah-mecahnya menjadi
beberapa tahap seperti berikut:
dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan,
terbentuk ion mercurium (II): Mula-mulanya merkurium dioksidasikan oleh
disulfida, menghasilkan merkurium (II) sulfida dan
3 Hg + 8 HNO3@? 3 Hg2+ + 2 NO| + 6 NO3" + 4 H2O
ion (mono) sulfida:
asam sulfat pekat, panas, juga melarutkan merkurium. Hg|+ S22 ? HgS | +S2"
Hasilnya adalah ion merkurium (I), jika merkurium
terdapat berlebihan akan terbentuk: Merkurium (II) sulfida lalu melarut dalam (mono)
2 Hg + 2 H2SO4-* Hg22+ + SO42" + SO2t+ 2 H2O sulfida yang terbentuk dalam reaksi sebelumnya
HgS |+ S2- ? [HgS2]2-
sedangkan bila asam yang berlebihan, ion merkurium
(II) yang akan terbentuk: Merkurium (II) sulfida, yang dari semula ada dalam
endapan, bereaksi dengan ion disulfida,
Hg + 2 H2SO4 @?Hjp- + SO42- + SO2| + 2 H2O
menghasilkan ion-ion disulfomerkurat (II) dan
Kedua ion, merkurium (I) dan merkurium (II), trisulfida:
bersifat sangat berbeda terhadap reagensia-reagensia HgS + 2S22" ? HgS22" +S32"
yang dipakai dalam analisis kualitatif, dan karenanya
masuk dalam dua golongan analitik yang berlainan. Ion 2. Natrium karbonat dalam larutan dingin, endapan
merkurium (I) masuk dalam golongan kation pertama, kuning merkurium (I) karbonat:
maka reaksi-reaksinya seperti di bawah. Di lain pihak, Hg22+ + CO32" ? Hg2CO3|
ion-ion merkurium (II) berada dalam golongan kation ke
dua; maka reaksi-reaksinya tidak akan dibahas, Endapan berubah menjadi abu-abu kehitaman
bersafna-sama dengan anggota lain dari golongan itu. ketika mana merkurium (II) oksida dan merkurium
terbentuk:
Reaksi ion merkurium (I) Larutan merkurium (I)
nitrat (0,05 M) dapat dipakai pada reaksi-reaksi di Hg2CO3|-
bawah ini.
1. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam
encer; endapan hitam, yang merupakan campuran Penguraian dapat dipercepat dengan memanaskan
dari merkurium (II) sulfida dan logam merkurium, campuran itu.

Hg22+ + H2S ? Hg + HgS + 2H+


Berhubung hasil kali kelarutan merkurium (II) 3. HASH PENELITIAN
sulfida luar biasa kecilnya, reaksi ini sangat peka. 3.1. Sampel Tailing Amalgamasi

Natrium sulfida (tak berwarna), melarutkan Sampel tailing diambil dari sebuah
merkurium (II) sulfida (tetapi tak mempengaruhi pertambangan emas rakyat di Kecamatan Salopa,
logam merkurium) dan suatu kompleks Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sampel limbah
disulfomerkurat (II) terbentuk: amalgamasi yang diambil sebanyak 2 karung beras.
Dari sampel amalgamasi, telah dilakukan proses
HgS + S2- ? [HgS2]2-
quatering untuk mendapatkan sampel yang
representatif sehingga diperoleh 3 buah sampel untuk

!E."f
cf
cl.O S Volume II No. 2 Juli - Desember 2004:140 -146
142
uji laboratorium. Hasil Uji kandungan Hg ini 3.4. Karbon Aktif (Ban Bekas)
menunjukkan nilai awal kandungan Hg dalam tailing
amalgamasi, dapat dilihat pada Tabel II. Analisa kadar Untuk karbon aktif digunakan ban bekas yang
Hg dari sampel limbah tersebut dilakukan di dipotong-potong persegi panjang dengan ukuran 10x5
laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan cm, kemudian dicampurkan dengan limbah tailing
Teknologi Mineral dan batubara (PPPTMB). Berat amalgamasi untuk proses perendaman dengan variabel
sampel tailing yang digunakan untuk setiap variabel waktu perendaman dua minggu dan satu bulan. Berat
penelitian adalah 0,5 kg. sampel tailing amalgamasi yang digunakan adalah 0,5
kg. Pengadukan dilakukan tiga kali sehari.
Tabel II
Kadar Merkuri dari Tailing Amalgamasi Tabel III
I ' Data Hasil Penelitian
No.Sampel Merkuri(ppm) Rata-rata(ppm) i i @
Variabel Ukuran Waktu
1 2.16 Jenis (kg) (minggu) (ppm)
+4# 2 0.74
2 2.26 2.25
4 0.67
3 2.33 0,5 -4#+8# 2 1.08
Gamping
Sumber: Hasil penelitian, 2003 4 0.65
+4# 2 0.69
3.2. Batu Gamping 4 0.46
1,0 -4#+8#
Sampel batu gamping diambil dari Padalarang 2 0.87

Jawa Baral, kemudian dilakukan proses pengecilar 4 0.58


ukuran dengan menggunakan "jaw crusher" d +4# 2 0.56
Laboratorium Tambang Unisba. Kemudian dilanjutkar 4 0.42
dengan sizing untuk mengetahui distribusi ukuran bati 0,5 -4#+8# 2 0.46
gamping yang diperoleh. Ada 2 buah ukuran bati
4 0.27
gamping yang digunakan yaitu plus 4 mesh (+4#) dan Pirit
+4# 2 0.41
minus 4 plus 8 mesh (-4#+8#). Sedangkan variabel
berat batu gamping yang digunakan dalam penelitian 4 0.33
1,0 -4#+8#
ini adalah 0,5 kg dan 1,0 kg. Berat sampel tailing yang 2 0.39
digunakan untuk masing-masing variabel adalah 0,5 kg. 4 0.26
Selain itu, variabel waktu perendaman yang dilakukan Banbekas 10x5 2 0.65
dalam penelitian ini adalah 2 minggu dan 1 bulan. cm 4 0.53
Pengadukan dilakukan 3 kali sehari.
Sumber: Hasil penelitian, 2003

3.3 Bijih Pirit


4. PEMBAHASAN
Sampel bijih emas yang mengandung pirit
diambil dari Pertambangan Emas Rakyat di Ciseuti, Sebagai dasar (base line) pembahasan maka
Padalarang kemudian dilakukan proses pengecilan perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa kadar Hg mula-
ukuran dengan menggunakan palu secara manual mula yang terdapat dalam limbah amalgamasi adalah
karena sampel bijih emas hanya memiiiki skala Mosh 2,25 ppm (lihat Tabel II). Sedangkan dari hasil
sekitar tiga (dapat digores dengan kuku). Setelah penelitian menunjukkan bahwa kadar Hg tertinggi
Dengecilan ukuran kemudian juga dilanjutkan dengan setelah proses perendaman dari ketiga media yang
sizing. Ukuran yang dipakai sama dengan ukuran untuk digunakan (gamping, pirit, dan ban bekas) adalah
)atu gamping yaitu plus 4 mesh (+4#) dan minus 4 plus hanya 1,08 ppm untuk media perendam gamping
5 mesh (-4#+8#). Selanjutnya variabel penelitian berat sebanyak 0,5 kg dengan ukuran butir -4+8 mesh.
)irit yang digunakan sama dengan batu gamping. Sedangkan untuk seluruh variabel percobaan yang lain
diperoleh kadar Hg yang lebih kecil dari 1 ppm.

Studi Mengurangi Konsentrasi Merkuri Dalam Limbah Amalgamasi Pada Skala


Laboratorium (Chushar
ini Chamid, Elvida Moralista dan Wahyu Walam) 143
Diagram 3
4.1 Waktu Perendaman
Perbandingan waktu perendaman
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat untuk media ban bekas
pada Tabel III, terlihat bahwa dari ketiga jenis media
yang digunakan (batu gamping, pirit, dan ban bekas)
serta untuk ukuran butir media yang digunakan (+4# Kadar Mercury (Hg), ppm untuk media
dan -4#+8# untuk gamping dan pirit) terjadi penurunan ban bekas 10 cm x 5 cm
kadar Hg yang berasal dari limbah amalgamasi dengan
semakin lama waktu perendaman (perendaman 2
minggu dibandingkan dengan 1 bulan). Diagram 1, 2 t **
7. '@ 02 Minggu
dan 3 berikut ini memperlihatkan perbandingan 0,4
kandungan Hg berdasarkan waktu perendaman untuk
M
c
r
e
i
0,2
it *
m ? 1 Bulan

0-
media batu gamping, pirit, dan ban bekas berturut-turut. d
r
a 1
?2Minggu 0,65
Diagram 1 E31Bulan 0,53
Perbandingan waktu perendaman
untuk media batu gamping

4.2 Berat Media


Grafik Hasil Analisis Kadar Mercury
media batu gamping Berat media merupakan variabel penelitian
untuk media batu gamping dan pirit, yaitu 0,5 kg dan 1
kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin
a. banyak media perendam yang digunakan, baik itu
a.
"55
untuk gamping maupun untuk pirit, maka semakin
besar penurunan kadar Hg dalam tailing. Hal ini
132 Minggu
menunjukkan bahwa semakin banyak media perendam
@ 1 Bulan
o>
yang digunakan maka semakin banyak terjadi proses
adsorbsi Hg sehingga kadar Hg pada limbah/tailing
is
@5 menjadi turun.
1 2 3 4
El2Minggu 0.74 0.56 1.08 0.46 Diagram 4
@1 Bulan 0.670.420.650.27 Pengaruh Berat Media Terhadap Penyerapan
Merkuri

Diagram 2 Diagram Hasil Analisa Kadar Merkuri


Perbandinqan waktu perendaman untuk media pirit Berdasarkan Berat Media

Kadar Mercury (Hg), ppm untuk media


Pyrite

?0.5 kg
D1.0kg
U 2 Mnggu
@ 1 Bulan 11 a i a i a i
u
1 2 3 4 5 6 7 8
Iis 3 4
1 2

|]2Minggu 0.56 0.46 0.41 0.39

@1 Bulan 0.420.270.330.26 4.3 Jenis Media Perendam


Untuk mengetahui kemampuan ketiga variabel
media perendam, yaitu batu gamping, pirit, dan ban
bekas. untuk mengadsorbsi merkuri maka perlu ditinjau

"F5.-tl-i.C3S Volume II No. 2 Juli - Desember 2004:140 -146


144
hasil percobaan ya, -g membandingkan ketiga jenis
5. KESIMPULAN DAN SARAN
media perendam tersebut dimana variabel percobaar
yang lain iidak berbeda (lihat Diagram 5). Terlihal 5.1. Kesimpulan
bahwa kemampuan bijih yang mengandung pint
1. Kadar Hg dalam tailing amalgamasi yang digunak;
memiliki kemampuan mengadsorbsi Hg lebih besar dari
untuk percobaan ini adalah 2,25 ppm.
pada gamping dan ban bekas. Sedangkan prosentase
penurunan kadar Hg tailing untuk masing-masing 2. Dari ketiga jenis media perendam yang digunakc
media perendam dapat dilihat pada Diagram 6, dimana dalam percobaan yaitu gamping, pirit, dan be
penurunan kadar Hg dengan menggunakan pirit bekas. Pirit mampu menurunkan kadar Hg dala
sebagai media perendam adalah 80-86%, untuk ban tailing sebesar 80-86%, untuk ban bekas mamr.
bekas sebagai media perendam mampu menurunkan menurunkan kadar Hg sampai 71-/6%, sedangka
kadar Hg sampai 71-76%, sedangkan untuk gamping untuk gamping hanya mampu menurunkan 63-74
hanya mampu menurunkan 63-74% kadar Hg. kadar Hg.
3. Variabel lain dalam percobaan adalah besar but
Diagram 5 media perendam yaitu +4 mesh dan -4+8 mes
Kemampuan Media Perendam Menurunkan Kadar menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran but
Merkuri media perendam maka semakin besar penurunai
kadar Hg dalam tailing.
: Diagram Kadar Merkuri Terhadap Jenis i. Untuk variabel waktu perendaman, 2 minggu dan @
Media Penyerap bulan, menunjukkan bahwa semakin lama masc
perendaman maka semakin besar penurunan kada
0.9 - Hg dalam tailing. Demikian pula untuk variabel bera
0.8 -
I 7- media perendam (0,5 kg dan 1 kg) menunjukkar
& 0.6 -
I D2 minggu J bahwa semakin banyak media perendam make
~ 0.5 -
= 0.4 - semakin besar penurunan kadar Hg dalam tailing.
| 0.3 -
? 1 bulan
2 0.2 -, i. Dalam percobaan ini tidak dapat diketahui dengan
0.1
o J-J pasti apakah ketika proses perendaman terjadi
ikatan reaksi kimia sehingga menurunkan kadar Hg

/
&
^
<r
dalam tailing, dimana untuk mengetahui ini
diperlukan penelitian dengan menggunakan X-ray
untuk mengetahui apakah terjadi ikatan kimia
seperti yang diuraikan dalam teori. Oleh karena itu,
Diagram 6 yang dapat dikatakan dari hasil percobaan ini
Prosentase Penurunan Kadar Hg Untuk Masing- hanyalah bahwa telah terjadi proses adsorbsi
Masing Media Perendam secara fisik sehingga terjadi penurunan kadar Hg
dalam tailing.
Prosentase Penyerapan Merkuri
Berdasarkan Media {
2. Saran

100 Dalam skala laboratorium percobaan ini telah


74 menunjukkan hasil yang positif dapat menurunkan
80 "63; kadar Hg dalam limbah tailing namun masih
60 ? 2 Mnggu diperlukan untuk diuji coba di lapangan sehingga
40 ! ? 1 Bulan dapat dimanfaatkan dalam upaya mengurangi
20 tingkat pencemaran Hg di perairan.
0
Gamping

Studi Mengurangi Konsentrasi Merkur


i Dalam Limbah Amalgamasi Pada Skala
Laborator
ium (Chusharini Chamid, Elvida Moralista dan Wahyu Walam) 145
DAFTAR PUSTAKA USGS. 2000 .Mercury in the Environmen.
Veiga. M.,Marcello. 1997. Introducing New
Technologies for Abatement of Global Mercury
Blowers, Mike. 1988. Handbook of small scale gold
Pollution in Latin America. CETEM-Centro de
mining for Papua New Guinea. New Zealand :
Tecnologia Mineral. Rio de Janeiro, Brazil :
Pacific Resource. Cidade Universit'ariaJ. do Fundao.
Chamid, Chusharini, Wahyu Walam. 2002. Studi
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Kosentrasi Merkuri di Sungai Citambal dan
Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman
Cisarua, Kecamatan Cineam, Kabupaten
Media Pustaka.
Tasikmalaya. Laporan Penelitian, LPPM
UNISBA. , 1998. Akumulasi Merkuri Pada
Penambang Emas. Kompas, 11 Januari,
Fardiaz, Srikandi. 1995. PolusiAirdan Udara. Bogor: Halaman H.
Kanisius.
, 2000, Mengapa Tidak Belajar dari
Peele. 1945. Mining Engineers Handbook. Vol. II.
Minamata?. Kompas Senin, 21 Februari,
Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Halaman 22.
Selinawati TD dan Sobandi. 1994. Distribusi
, 2000. Pantai Kenjeran pun Tercemar
Pencemaran Air Raksa Pada Tambang Rakyat
Merkuri. Kompas, 21 Februari, Halaman 20.
Cineam. Laporan Teknik Penelitian No. 204,
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, , 2000. S. Cisadane Tercemar Merkuri.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pikiran Rakyat, 26 Februari, Halaman 4.
Mineral.

Simon & Schuster's. 1978. Guide to Rocks & Minerals.


New York: Simon and Shuster,.

JzttllOS Volume II No. 2 Juli - Desember 2004 :140 -146


146

Anda mungkin juga menyukai