Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MUDHARABAH DAN PINJAM MEMINJAM

DISUSUN OLEH:
DINDA RADYA A. (218110159)
TARULI BR. SIAHAAN
ULFA NADIRA (2181174)

DOSEN PENGAMPU:
ARY ANTHONY PUTRA, S.Pd.I., MA

FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN ILMU PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu dan dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Ibadah dan Muamalah tentang Mudharabah dan Pinjam Meminjam.

Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT
sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda. Dan
penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini. Penulis mengharapkan
semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan khususnya untuk
teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.

Pekanbaru, 16 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
No table of contents entries found.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Gagasan berdirinya bank syariah di tingkat Internasional, muncul dalam
konferensi Negara-negara Islam sedunia di Maroko pada tahun 1969 dengan
memutuskan beberapa hal, diantaranya adalah, saling membantu dibidang ekonomi,
keilmuan, budaya, dan bidang keagamaan. Draft kesepakatan itu kemudian ditindak
lanjuti pada pertemuan penting di Kairo pada Tahun 1972 yang melahirkan dokumen
penting yang dikenal dengan “Egyptyan Studi” yang selanjutnya menjadi dasar bagi
terciptanya Bank Pembangunan Islam. Sehingga kurun waktu antara tahun 1971-1980
telah berdiri beberapa Bank Islam di Negera-negara Timur Tengah.

Sejarah lahirnya bank syariah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari berbagai
pertemuan, kajian dan seminar yang diadakan oleh para ulama dan pemerhati
ekonomi Islam. Hasilnya, pada tahun 1991 akte pendirian PT Bank Muamalat
Indonesia resmi ditandatangani. Dan pada tahun 1992 bank muamalat Indonesia
resmi beroperasi dengan modal awal Rp.106.126.382.000 yang bersumber dari
Presiden dan Wakil Presiden, serta beberapa menteri kabinet pembangunan V, dan
beberapa yayasan, serta badan usaha milik Negara lainnya.

Di Indonesia, sistem ekonomi Islam diwujud-kan dalam kerangka sistem


perekonomian Indonesia, khususnya berdasarkan UU No.7/1993 tentang Perbankan,
yakni Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Kemudian UU tersebut diganti
dengan UU No.10 tahun 1998 yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dioperasi-kan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Setelah lahirnya BMI (bank muamalat Indonesia). Bank Syariah pertama di
Indonesia, menyusul kemudian lembaga-lembaga perbankan konvensional yang
menerapkan prinsip syariah, baik yang dimiliki pemerintah maupun swasta.

Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Karim Bussiness Consulting,


diproyeksikan bahwa total asset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar
356,25% pertahunnya. Hal tersebut dapat tercapai, disebabkan adanya kepastian
regulasi tentang perbankan syariah di Indonesia. Meski demikian, pangsa pasar
perbankan syariah dibanding perbankan nasional masih sangat kecil. Berdasarkan
data dari Direktorat perbankan Syariah Bank Indonesia, total asset dari seluruh bank
syariah nasional adalah sebesar Rp. 20,9 triliun, atau 1,42% dari total asset seluruh
perbankan nasional. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun sebesar
Rp.15,6 triliun atau 1,38 persen dari DPK perbankan nasional, dan pembiayaan yang
disalurkan oleh perbankan syariah sebesar Rp. 15,2 triliun atau 2,19 persen dari
jumlah penyaluran pem-biayaan.3 Fenomena ini hendaknya disikapi dengan bijak.
Sebagai lembaga intermediasi, perbankan syariah harus memain-kan peranan yang
sangat vital dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa.

Dengan bagi hasil sebagai brand image (gambaran merek)nya, bank syariah
seyogyanya mampu mendorong peningkatan investasi sector riil. Keunikan
perbankan syariah terletak pada sistem operasionalnya yang berbeda dengan
perbankan konvensional. Sistem bagi hasil atau profit and loss sharing merupakan
kerangka sistem yang menjadi dasar operasional bank syariah. Konsep tersebut pada
intinya membagi ke-untungan dan pendapatan riil sesuai porsi yang disepakati dalam
kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh si pemodal selama kerugian itu bukan
kelalaian mudharib (pengusaha). Konsep bagi hasil (mudharabah) digali dari
pemikiran-pemikiran para ahli jurispendensi Islam yang kemudian dimodifikasi untuk
diterap-kan pada perbankan syariah. Konsep ini ternyata mampu mendogkrak
perkembangan perbankan syariah di-tengah dominasi perbankan konvensional dalam
percaturan perekonomian
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan
masalah berupa:

1. Apakah pengertian mudharabah itu?


2. Apakah landasan hokum mudharabah?
3. Bagaimanakah hikmah dari mudharabah itu?
4. Apa saja rukun dan syarat mudharabah?
5. Apa saja pembatal transaksi mudharabah?
6. Apa landasan hukum pinjam dan meminjam?
7. Apa saja syarat tempo pembayaran pinjam meminjam?
8. Apa saja barang yang diperbolehkan dalam transaksi pinjam dan meminjam?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diambil tujuan dari makalah ini
adalah:

1. Menjelaskan tentang pengertian mudharabah.


2. Menjelaskan tentang landasan hukum mudharabah.
3. Menjelaskan hikmah dari mudharabah.
4. Menjelaskan rukun dan syarat mudharabah.
5. Menjelaskan pembatal transaksi mudharabah.
6. Menjelaskan landasan hukum pinjam dan meminjam.
7. Menjelaskan syarat tempo pembayaran pinjam meminjam.
8. Menjelaskan barang apa saja yang diperbolehkan dalam transaksi pinjam dan
meminjam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mudharabah

Kata bagi hasil berasal dari bahasa Arab “mudharabah”. Menurut bahasa kata
‘Mudharabah’ semakna dengan Al-Qath’u, berjalan, dan atau bepergian”. Seperti
yang dijelaskan dalam QS. Al-Muzammil ayat 20 yang memiliki arti: “Dan yang
lainnya, bepergian di muka bumi mencari karunia Allah”. Dalam alquran tidak
ditemukan istilah mudharabah secara langsung, akan tetapi melalui akar kata darb
yang diungkapkan sebanyak lima puluh delapan kali.Dari akar kata inilah
kemudian lahir istilah mudharabah. Menurut istilah, mudharabah memiliki
beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Menurut para fuqaha. Mudharabah adalah akad antara dua pihak (orang)
saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak
lain untuk diper-dagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari
keuntungan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Menurut Sayyid Sabiq, Mudha-rabah adalah akad antara dua belah
pihakuntuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk
diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan
perjanjian.
3. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh/100 persen modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Ke-untungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
2.2 Landasan Hukum Mudharabah
Dalam interaksi mu’amalah antara satu orang dengan lainnya, melakukan
perjanjian mudharabah adalah boleh (mubah). Hukum ini diambil dari hadis Nabi
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib r.a. Nabi bersabda yang artinya:
“Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditangguhkan, memberi modal, dan
mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga, bukan untuk dijual”.
Adapun rukun mudharah menurut ulama Syafi’iyah, rukun qiradh ada enam:
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya
2. Orang yang bekerja, yaitu pengelola barang yang diterima dari pemilik
barang.
3. .Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola
4. Maal, yaitu harta pokok atau modal
5. Amal, yaitu bidang pekerjaan (proyek) pengelolaan yang dapat menghasilkan
laba.
6. Keuntungan. Sedangkan syarat sahnya mudharabah sangat berhubungan
dengan rukun-rukun mudharabah.
7.
2.3 Hikmah Mudharabah

Dasar hukum disyariatkannya akad mudhârabah adalah nash Al-Qur’an, al-


Hadits, Ijma' dan Qiyâs (analogi). Sebagaimana diketahui bahwa mudhârabah juga
diqiyaskan dengan akad musâqah (Jawa: ngedok sawah); yakni ketika seluruh hasil
panenan hakikatnya adalah milik pemodal. Petani penggarap hanya menerima bagian
dengan persentase tertentu setelah semua hasil panenan ada di tangan pemodal. Maka
dalam hal ini, al-Kasâni menyampaikan sebuah hikmah dengan disyariatkannya
mudhârabah, yaitu:

‫ لكنه ال‬،‫ واإلنسان قد يكون له مال‬،‫ ألن الناس بين غني وفقير‬،‫فالمضاربة قيست على المساقاة لحاجة الناس إليها‬
‫ذا‬vv‫ريع ه‬vv‫ان في تش‬vv‫ فك‬،‫رفات‬vv‫د في التص‬vv‫ه مهت‬vv‫ لكن‬،‫ه‬vv‫ وهناك من ال مال ل‬،‫يهتدي إلى أوجه التصرف والتجارة به‬
‫ وهللا تعالى ما شرع العقود إال لمصالح العباد ودفع حوائجهم‬،‫العقد تحقيق للحاجتين‬
Artinya: "mudhârabah dianalogikan dengan akad musâqah (ngedok sawah), karena
manusia itu adakalanya kaya dan ada kalanya fakir. Kadang ada yang memiliki harta
tapi tidak mengetahui bagaimana caranya mengelola atau meniagakan. Di sisi lain
ada orang yang tidak punya harta namun cakap dalam mengelolanya. Oleh
karenanya, pensyariatan akad mudhârabah ini secara tidak langsung memberi
penegasan kebolehan relasi antara dua pihak yang saling membutuhkan tersebut.
Allah ‫ ﷻ‬tidak akan pernah menetapkan aturan suatu syariat manakala tidak
dijumpai adanya maslahah bagi hambanya dan sekaligus kemanfaatan bagi
pemenuhan kebutuhan mereka" (al-Kasâni, Badâi'u al-Shanâi' fi Tartîbi al-Syarâi',
Beirut: Dâr al-Fikr, 2019: 8/6).

2.4 Syarat Sah Mudharabah

Adapun syarat sah Mudharabah adalah:

1. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila
barang itu berbentuk mas atau perak batangan, perhiasan, dll, maka
mudharabah ter-sebut batal.
2. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan
tasharruf, akad yang dilakukan oleh anak-anak kecil, orng gila, dan orang
yang dibawah kekuasaan orang lain, akad mudharabahnya batal
3. Modal harus jelas, agar dapat dibedakan antara modal usaha dengan laba.
Sebab laba/keuntungan inilah yang akan dibagi hasil sesuai kesepakatan.
4. Prosentase keuntungan antara pemodal dengan pengusaha harus jelas.
5. Melafazkan ijab (bagi pemodal) dan qabul (bagi pengusaha).

2.5 Pembatal Transaksi Mudharabah


Ulama sepakat bahwa mudharabah adalah akad jaiz, dan bukan akad lazim
(al-mausu’ah al fiqhiyah, 38/91),
Karena itu, baik amil maupun sohibul mal boleh membatalkan akad
mudharabah secara sepihak. Termasuk yang terhitung pembatalan akad, ketika
sohibul mal melarang mudharib untuk mengelola hartanya, atau dia meminta agar
modalnya dikembalikan.
Dalam al-ma’ayir as-syar’iyah dinyatakan, fasakh mudharabah bisa terjadi
dengan 5 cara :
1. Atas keinginan salah satu pihak, karena mudahrabah adalahakad jaiz
2. Kesepakatan kedua belah pihak
3. Dengan berakhirnya waktu yang telah disepakati, kecuali pada kondisi
yang menuntut perpanjangan
4. Semua modal dan aset telah habis
5. Mudharib meninggal atau diputihkan oleh yayasan mudharabah
2.6 Landasan Hukum Pinjam Meminjam
Menurut syekh abu bakar jabir al jaza’iri hukum pinjam meminjam atau
airyah adalah disyariatkan. Ini sebagaimana yang telah allah firmankan dalam
alqur’an surat al maidah aya 2 yang artinya “ dan tolong menolonglah kamu
dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong kamu
dalam berbuat dosa dan permusuhan, bertakwalah kepada allah, sungguh allah
sangat berat siksa-Nya.
Asal hukum pinjam meminjam adalah sunah. Pinjam meminjam ini setara
dengan tolong menolong. Namun, bisa juga menjadi wajib
seperti meminjamkan kain kepada orang yang membutuhkan pakaian.
Orang yang mendapatkan pinjaman adalah orang yang jelas asal-usulnya,
antara lain terkait nama peminjam dan untuk apa barang tersebut dipinjam.
Kemudian, orang yang mendapatkan pinjaman juga merupakan orang yang
berakal, dapat mengambil keputusan, serta bebas dai gila.
Barang yang dipinjamkan merupakan barang dengan kualifikasi yang sesuai
dengan akad. Orang yang meminjamkan atau mendapatkan pinjaman boleh
saling memberi manfaat selama diperbolehkan. Misalnya meminjam motor
dibalas dengan memberikan makanan.
Dasar lainya adalah Alqur’an dalam surah al-Haddid ayat 11. “Siapakah yang
mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan
melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya. Dan, dia akan memperoleh
pahala yang banyak”. Meminjam sesuatu juga punya landasan secara ijma.
2.7 Syarat Tempo Pembayaran Pinjam Meminjam
1. Mu"ir orang yang meminjami.
2. Musta"ir orang yang meminjam.
3. Musta"ar barang yang dipinjam.
4. Batas waktu.
5. Ijab Qabul atau ucapan/keterangan dari kedua belah pihak

2.8 Barang yang diperbolehkan dalam transaksi pinjam dan meminjam


Barang yang dipinjam selayaknya untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dan
tidak melanggar aturan agama. Peminjam hendaknya tidak melampaui batas dari
sesuatu yang di persyaratkan orang yang meminjamkan. Peminjam
merawat barang pinjamannya dengan baik, sehingga tidak rusak.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disim- pulkan bahwa ada perbedaan mendasar
konsep mudharabah yang tertuang dalam kajian fiqh klasik dengan yang
diperaktekkan pada lembaga keuangan syariah. Perbedaan tersebut terlihat
pada pem-berian modal kerja, pengelo-laan manajemen usaha,
pembatasan jangka waktu mudharabah, pola mudharabah yang diterapkan,
serta jaminan atas harta mudharabah.
Prinsip kehati-hatian merupakan sesuatu yang harus diperhatikan oleh
perbankan dalam pemberian pem- biayaan atau pendanaan, prinsip
prudential ini yang mengharuskan perbankan syariah memodifikasi
konsep mudharabah, sehingga dapat diaplikasikan dan dikembangkan
pada dunia perbankan. Perbedaan mendasar yang terjadi tidak
menimbulkan pengkerdilan akan konsep fiqh klasik, tapi konsep tersebut
diterapkan sesuai dengan kondisi sosio-kultural kekinian. Apa yang
dikembangkan oleh dunia perbankan akan konsep-konsep muamalah
dalam fiqh klasik adalah merupakan penerapan akan prinsip ijtihad yang
memang harus terus dihidupkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://pengusahamuslim.com/5112-bagaimana-cara-
membatalkan-akad-mudharabah.html

Anda mungkin juga menyukai