Anda di halaman 1dari 4

Suspending Agent

Dalam formulasi sediaan farmasi, tidak semua zat aktif dapat larut dengan baik
dalam fase pendispersinya, oleh karena itu perlu ditambahkan suspending agent
agar zat tidak terlarut terebut dapat terdispersi dalam fase pendispersinya.
Suspending agent merupakan bahan yang dapat meningkatkan viskositas dari
suspensi sehingga pengendapan dapat diperlambat. Suspending agent berfungsi
mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan
viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil.

Mekanisme kerja dari suspending agent adalah dengan meningkatkan viskositas


dengan cara mengikat molekul air pada rantai intertwined macromolecular yang
menyebabkan penghambatan pergerakan air. Akibat viskositas yang meningkat
menyebabkan laju sedimentasi menjadi lambat pada sediaan suspensi dan
meningkatkan stabilitas fisik sediaan. Karena mekanisme suspending agent
yang meningkatkan viskositas, oleh karenanya perlu diperhatikan dengan
seksama penambahan suspending agent yang sesuai, berlebihan dalam
menambahkan suspending agent akan menyebabkan masalah pada suspensi
yaitu penggumpalan dan sulit untuk terkonstitusi dengan pengocokan.

Suspending agent dibagi menjadi beberapa golongan.

1. Golongan pertama adalah polisakarida yang terdiri dari gom akasia


(gom arab)/PGA, tragakan, na-alginat (sodium alginat), starch
(amilum), karagen (chondrus extract), xanthan gum (polysaccharide b-
1449/ corn sugar gum), serta guar gum (guar flour).
2. Golongan kedua adalah turunan selulosa, contohnya metilselulosa,
CMCNa (karboksimetil selulosa), avicel, dan hidroksi etil selulosa.
3. Golongan ketiga adalah clay misalnya bentonit, aluminium-magnesium
silikat (veegum), dan hectocrite (salah satu senyawa mineral berbentuk
tanah liat).
4. Golongan keempat adalah polimer sintetik contohnya golongan
carbomer (Suena, N.M.D.S, 2015).

1. Pada pencernaan protein, rangka karbon dari asam amino akan masuk
ke hati menjadi asam keto, kemudian akan melalui proses metabolisme
seperti karbohidrat untuk menghasilkan?

Jawaban :
Menghasilkan Energi
2. Metabolisme asam amino secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu
katabolisme dan anabolisme. Apa yang dimaksud dengan katabolisme dan
anabolisme asam amino?
Jawaban:
- Anabolisme adalah proses pembentukan molekul kompleks di
dalam tubuh dari sel yang lebih sederhana sehingga membutuhkan
energi.
- katabolisme adalah pemecahan molekul kompleks menjadi sel
yang lebih sederhana sehingga akan melepas energi.
- anabolisme berproses secara simultan dengan katabolisme. Proses
inilah yang kemudian kamu kenal dengan istilah metabolisme.

3. Jelaskan secara singkat, apa yang akan terjadi ketika tubuh menerima
asupan asam amino secara berlebih?

Jawaban :

- Penumpukan keton dan bau mulut

- Peningkatan berat badan

- Kerusakan ginjal

- Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

- Kehilangan kalsium

4. Sebutkan 3 jenis proses katabolisme atom N!

Jawaban :
1) Transaminasi
2) Deaminasi Oksidatif
3) Siklus Urea
5. Pada burung dan reptil, atom N pada asam amino akan diekskresikan
dalam bentuk senyawa apa?

Jawaban :
menjadi asam urat atau senyawa guanin (guano) yang terkait erat,
bukan urea

a. Peningkatan produksi protein: Tubuh akan menggunakan asam


amino tambahan untuk meningkatkan produksi protein. Ini dapat
berguna dalam proses pemulihan dan pertumbuhan jaringan tubuh,
terutama pada atlet atau individu yang aktif secara fisik.

Kloroform Praktis tidak larut

Etanol (95%) 1 dari 25

Etanol (82%) 1 dalam 8,3

Etanol (62%) 1 dalam 2.1

Etanol (41%) 1 dalam 1,4

Etanol (20%) 1 dalam 1,2

Etanol (11%) 1 dalam 1,14

Eter Praktis tidak larut

Metanol Sedikit larut

Air 1 dalam 0,5

b. Konversi menjadi energi: Asam amino berlebih yang tidak digunakan


untuk sintesis protein dapat dikonversi menjadi energi. Ini terjadi
melalui proses yang disebut glukoneogenesis, di mana asam amino
diubah menjadi glukosa untuk digunakan sebagai sumber energi oleh
tubuh.
C. Penyimpanan sebagai lemak: Jika asupan asam amino berlebihan
terjadi bersamaan dengan asupan kalori yang berlebihan, tubuh dapat
menyimpan kelebihan asam amino sebagai lemak. Ini dapat
menyebabkan peningkatan berat badan dan risiko obesitas.

d. Beban ginjal: Ginjal bertanggung jawab untuk menyaring dan


mengeluarkan kelebihan asam amino dari tubuh. Jika terlalu banyak
asam amino yang harus diproses, ini dapat menempatkan beban
tambahan pada ginjal dan menyebabkan stres pada organ tersebut.

Anda mungkin juga menyukai