Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pemerintahan

2.1.1 Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan

Pemerintahan berasal dari kata" perintah", kemudian ditambah awalan "p""

menjadi pemerintah. Kata "pemerintah" berasal dari bahasa jawa yaitu "titah"

(sabdo, perintah, instruksi). Dalam bahasa Inggris "Pemerintah" ialah

"Government" berasal dari kata goaern, yaitu merupakan institusi/lembaga beserta

jajarannya yang mempunyai tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab untuk

mengurus tugas dan menjalankan kehendak rakyat. Kecenderungannya lebih tertuju

kepada negara pelaksana tugas-tugas eksekutif saja (pemerintah dalam arti sempit)

yaitu: sebagai organ negara pelaksana tugas-tugas eksekutif saja. Sedangkan

pemerintah dalam arti luas adalah seluruh lembaga organ negara yang menjalankan

kewajiban negara sebagai organisasi sosial (societal) yang sangat besar dan

kompleks, eksekutif, yudikatif, dan auditif (Mustafa, 20L3:76).

Kehadiran pemerintah dan pemerintahan adalah sesuatu yang menjadi

keharusan bagi proses kewajiban dalam kehidupan masyarakat. Pemerintahan dapat

diartikan sebagai yaitu lembaga

atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan Negara, Negara bagian, atau kota

dan sebagainya. Pengertian pemerintah dalam arti luas diartikan sebagai kekuasaan

12
legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif. Sedangkan dalam arti

sempit diartikan sebagai cabang kekuasaan eksekutif saja. (Tjandra, 2009: 197).

Eksisnya pemerintah dan pemerintahan merupakan sesuatu yang terjadi

secara alamiah, sebagai bukti bahwa masyarakat, sekecil apa pun kelompoknya,

bahkan sebagai individu sekalipun, membutuhkan pelayanan dari pemerintah.

Salah satu unsur terpenting suatu negara adalah adanya pemerintah. Setiap negara

memiliki organisasi yang berwenang untuk menyelenggarakan, merumuskan dan

melaksanakan segala keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di suatu

wilayah. Dalam hal ini pemerintah bertindak atas nama negara dan

menyelenggarakan kekuasaan dari negara, guna tercapainya ketertiban dalam

hubungan antar masyarakat serta tercapainya tujuan bersama antar masyarakat

tersebut. (Budiardjo, 2008: 53-54).

Lembaga atau organisasi yang melekat kewenangan untuk melaksanakan

kekuasaan negara (Adibsutra, 2002: 5). Lembaga yang memiliki tanggung jawab

guna melaksanakan keamanan dari ancaman baik yang datang dari dalam maupun

dari luar, karenanya pemerintah harus memiliki:

1.
2. Kewenangan untuk membuat undang-undang;
3. Kekuasaan finansial, yaitu kewenangan untuk memungut pajak dan
cukai atau bentuk pungutan-pungutan lain dari rakyat guna biaya

2002:5)
Pemerintah sebagai kumpulan orang-orang yang mengelola dan mengatur

segala kewenangan dan melaksanakan pengoordinasian sesuai unit jabatan yang

telah ditempatkan. Dalam arti luas, pemerintah dapat dikatakan sebagai

sekelompok orang mengorganisasikan segala urusan yang dilakukan dalam suatu

13
Negara untuk dapat menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya. Maka

pemerintah bukan hanya menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan juga

meliputi tugas-tugas seperti mengelola kebijakan publik dan berdaulat melalui

lembaga dan hukum negara.

Pemerintah merupakan bagian dari pemerintahan. Sebagai wadah dan

tempat adanya proses dari pemangku jabatan untuk dapat melaksanakan

kekuasaannya, pemerintahan disini juga memiliki fungsi dan tanggung jawab

untuk mengelola pemerintahan. Ramlan Surbakti mengartikan pemerintahan

sebagai berikut:

(legislatif, eksekutif, yudikatif). Sedangkan pemerintah dalam arti


sempit meliputi tugas eksekutif saja. Demikian pula dengan
pengertian pemerintah dalam arti luas yang berarti seluruh aparat
melaksanakan fungsi-fungsi Negara, sedangkan pemerintah dalam
arti sempit menyangkut aparat eksekutif, yakni kepala pemerintah

Dalam bukunya Memahami Ilmu Politik, Ramlan Surbakti juga mengkaji

dan memandang pemerintahan dari tiga aspek, yaitu aspek dinamika, aspek

struktural, dan aspek tugas dan wewenang. Adapun tiga aspek tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Aspek Kegiatan (Dinamika)

Pemerintahan merupakan suatu kegiatan atau usaha yang terorganisasikan

bersumber pada kedaulatan, dan berlandaskan pada dasar Negara,

mengenai rakyat, dan wilayah Negara, itu demi tercapainya tujuan Negara.

2. Aspek Struktural Fungsional

Pemerintahan mengacu pada seperangkat fungsi negara yang satu sama lain

14
memiliki hubungan secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas

dasar ketentuan tertentu demi tercapainya tujuan Negara.

3. Aspek tugas dan kewenangan Negara

Pemerintah merupakan seluruh tugas dan kewenangan negara (Surbakti, 1992:

168-169)

Pengertian pemerintah dan pemerintahan dikemukakan oleh Inu Kencana

Syafiie dalam bukunya Pengantar Ilmu Pemerintahan sebagai berikut:

1. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyeluruh, yang berarti bahwa di


dalamnya terdapat dua pihak yaitu pemerintah yang memiliki wewenang
dan yang diperintah yaitu yang memiliki kepatuhan dan keharusan.
2.
yang melakukan kekuasaan memerintah.
3. Setelah di
yang berarti perbuatan, cara, hal, atau urusan dan badan yang memerintah
tadi. (Syafiie, 2010)

Definisi Inu Kencana Syafiie tersebut mengungkapkan bahwa secara

etimologi, pemerintahan berasal dari kata perintah. Pengertian pemerintah adalah

badan yang melakukan kekuasaan memerintah, sedangkan pemerintahan perbuatan

dari pemerintah. Taliziduhu Ndraha mengemukakan definisi pemerintahan, sebagai

berikut:

rtujuan memenuhi
dan melindungi kebutuhan dan tuntutan yang diperintah (masyarakat)
akan jasa publik dan civil. Tuntutan yang diperintah berdasarkan
berbagai posisi yang dipegangnya, misalnya sebagai pelanggan,
(Ndraha, 2003)

Adapun yang dapat penulis simpulkan setelah penjabaran dari beberapa

pendapat ahli diatas bahwa yang dimaksud pemerintah adalah subjek ataupun

15
sekumpulan orang-orang yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk

mengelola dan mengatur kehidupan bernegara masyarakat yang terdapat di

dalamnya dengan tujuan untuk menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya.

Pemerintah itu merujuk kepada subyek atau dalam hal ini adalah

organ/badan/lembaga. Sedangkan pemerintahan yaitu serangkaian tindakan atau

usaha yang terorganisir menjadi suatu sistem proses pelaksanaan fungsi dari

lembaga atau badan yang memerintah dan mengatur masyarakat dalam suatu

negara.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Pemerintahan

Disampaikan oleh Thoha bahwa Pemerintahan memiliki tugas diantaranya,

dijelaskan lebih lanjut bahwa tugas pelayanan lebih menekankan upaya

mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik dan memberikan

kepuasan kepada publik, sedangkan tugas mengatur lebih menekankan kekuasaan

Pendapat lain dikemukakan oleh Rasyid yang menyebutkan secara umum

tugas-tugas pokok pemerintahan mencakup:

1. kinan serangan dari luar,


dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat
menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara kekerasan.
2. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontok- gontokan
diantara warga masyarakat, menjamin agar perubahan apapun yang terjadi
di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.

16
3. Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga
masyarakat tanpa membedakan status apapun yang melatarbelakangi
keberadaan mereka.
4. Melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan dalam bidang-
bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non pemerintahan,
atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh pemerintah.
5. Melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial: membantu
orang miskin dan memelihara orang cacat, jompo dan anak terlantar:
menampung serta menyalurkan para gelandangan ke sektor kegiatan yang
produktif, dan semacamnya.
6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas,
seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan kerja
baru, memajukan perdagangan domestik dan antar bangsa, serta kebijakan
lain yang secara langsung menjamin peningkatan ketahanan ekonomi
negara dan masyarakat.
7. Menerapkan kebijakan untuk memelihara sumber daya alam dan
lingkungan

Sementara itu dalam pembagian fungsi-fungsi pemerintahan, Ndraha (2000)

membedakan fungsi pemerintahan menjadi dua yaitu fungsi primer dan fungsi

sekunder, yang penjelasannya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Fungsi Primer

Fungsi primer merupakan fungsi pemerintah yang berjalan terus

menerus berjalan dan memiliki hubungan positif dengan kondisi

keberdayaan yang diperintah. Pemerintah berfungsi primer sebagai

provider jasa publik yang tidak diprivatisasikan, dan dijalankan secara

konsisten oleh pemerintah, tidak terpengaruh oleh kondisi apapun, tidak

17
berkurang dan justru semakin meningkat jika keadaan masyarakat yang

diperintah ikut meningkat. Fungsi ini dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Fungsi Pelayanan (Service)

Pemerintah berfungsi memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat di semua sektor. Secara umum pelayanan

pemerintah mencakup pelayanan publik (public service) dan pelayanan

sipil (civil service) yang menghargai kesetaraan.

b. Fungsi Pengaturan (Regulation)

Pemerintah memiliki fungsi pengaturan untuk mengatur seluruh sektor dengan

kebijakan-kebijakan dalam bentuk undang-undang, peraturan

pemerintah, dan peraturan lainnya. Maksud dari fungsi ini adalah agar

stabilitas negara terjaga, dan pertumbuhan negara sesuai yang

diinginkan.

2. Fungsi sekunder

Fungsi sekunder merupakan fungsi yang berbanding terbalik dengan

kondisi dan situasi di masyarakat. Maksudnya adalah semakin tinggi taraf

hidup masyarakat, maka semakin tinggi bargaining position, tetapi

semakin integratif yang diperintah, maka fungsi sekunder pemerintah

berkurang atau turun. Fungsi ini dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Fungsi Pembangunan (Development)

Pemerintah harus berfungsi sebagai pemacu pembangunan di wilayahnya,

dimana pembangunan ini mencakup segala aspek kehidupan tidak

18
hanya fisik tapi juga mental spiritual. Pembangunan akan berkurang

apabila keadaan masyarakat membaik, artinya masyarakat sejahtera.

Jadi, fungsi pembangunan akan lebih dilakukan oleh pemerintah atau

Negara berkembang dan terbelakang, sedangkan Negara maju akan

melaksanakan fungsi ini seperlunya.

b. Fungsi Pemberdayaan (Empowerment)

Fungsi ini pada umumnya akan membentuk dan membangun masyarakat yang

dapat mumpuni melawan arus globalisasi yang kuat. Untuk itu fungsi

ini berfokus dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pemberdayaan

yang berasal dari Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk

mengelola sumber daya daerah guna melaksanakan berbagai urusan

yang didesentralisasikan. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu

meningkatkan kolaborasi antar masyarakat dan swasta dalam kegiatan

pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan

gabungan antara pemerintah, pusat dan daerah ini memproyeksikan

aktivitas ekonomi yang lebih stabil untuk jangka panjang. Hal ini secara

langsung juga akan mempengaruhi pengeluaran daerah. Fungsi

pemberdayaan ini memberikan ruang seluas-luasnya bagi masyarakat

untuk menuangkan ide dan kreasi sehingga terciptanya kolaborasi

masyarakat dan pemerintah yang mumpuni. Masyarakat yang saling

berpartisipasi, pemerintah merespon dengan baik, maka akan tercipta

hubungan yang sehat.

Sedangkan yang menjadi tugas pokok pemerintah menurut Ryaas Rasyid


dalam bukunya yang berjudul Makna Pemerintahan yang menyatakan

19
-tugas pokok pemerintahan diklasifikasikan dalam 3 fungsi,
yaitu pelayanan (service) akan membuahkan keadilan dalam masyarakat.
Fungsi pemberdayaan (empowering) akan mendorong kemandirian
masyarakat. Dan fungsi pembangunan (development) akan menciptakan
kemakmuran dalam masyar

Dari pengertian para ahli tersebut mengenai fungsi pemerintahan ini, dapat

dimaknai bahwa suatu pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuannya yang telah

ditetapkan memiliki fungsi-fungsi dasar dalam penyelenggaraan negara. Fungsi

tersebut adalah Fungsi Pelayanan, Pemberdayaan dan Pembangunan. Fungsi

pelayanan yang diberikan pemerintah dapat mengarah pada bidang pendidikan,

kesehatan, pelayanan administrasi dll. Pemerintah dalam menjalankan fungsi

pelayanan ini haruslah memiliki keikhlasan yang tulus untuk membantu

masyarakat, karena menjadi bagian dari pemerintah berarti memahami bahwa

dirinya adalah petugas negara untuk memfasilitasi warganya alih-alih

mementingkan kepentingan pribadi.

Seperti penjelasan mengenai tugas dan fungsi pemerintah yang telah

disebutkan oleh beberapa ahli diatas, penulis dapat memaknai bahwa tugas dan

fungsi pemerintah merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dengan seksama

agar tujuan yang diharapkan dapat diwujudkan sebagaimana harusnya. Karena

tugas dan fungsi pemerintah merupakan hakikat dasar pemerintah untuk

menjalankan dan menetapkan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat,

seperti fungsi yang telah disebutkan fungsi pelayanan, pemberdayaan dan fungsi

pembangunan.

20
2.1.3 Pemerintahan Daerah

Salah satu keunikan Indonesia adalah negara yang terbentuk oleh banyak

pulau namun menjadi Negara Kesatuan, Negara kesatuan adalah sebuah negara

yang diperintah sebagai satu kesatuan. Kekuasaan politik pemerintah dalam negara

kesatuan dapat dialihkan ke tingkat yang lebih rendah yang dipilih oleh rakyat

setempat, seperti gubernur atau walikota. Namun meski begitu, pemerintah pusat

memiliki kewenangan untuk mencabut jabatan tersebut. Hal inilah yang

membedakan dengan negara federasi, dimana pemerintah pusat tidak dapat

mencabut jabatan pemerintah di daerah.

Hal yang tidak kalah penting adalah bahwa otonomi daerah harus mampu

menjaga sinkronisasi dengan pemerintah pusat. Artinya, harus mampu memelihara

dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tegaknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan Negara. Sementara itu, Pemerintah

dimaksudkan sebagai pemegang atau yang menjalankan kekuasaan eksekutif,yaitu

kepala daerah dan jajarannya. Sedangkan Pemerintahan Daerah (dengan akhiran

Dalam memahami konsep pemerintahan daerah, Dadang Sufianto

mendefinisikan:

h
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi bahwa unsur
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau
-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyebutkan dalam Bab

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu

21
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan landasan kuat untuk melaksanakan otonomi

Indonesia tahun 1945 menyebutkan adanya pembagian pengelolaan


penyelenggaraan pemerintah pusat dan daerah. Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia yang mengatur mengenai pemerintah
daerah terdapat dalam BAB IV yaitu pasal 18, pasal 18a dan pasal 18b.
han daerah
provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri

Selanjutnya, dalam pasal 18 ayat (5) menyatakan Pemerintahan daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh

undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Dan Pasal 18 ayat (6)

menyebutkan, Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan-

Penjelasan pasal 18 UUD 1945 menerangkan bahwa Daerah-daerah itu hanya

bersifat otonom, semuanya tetap menuruti aturan yang ditetapkan dengan undang-

undang. Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 1 ayat 2 disebutkan pengertian

pemerintahan daerah sebagai berikut: Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan rakyat

daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Pasal 1 ayat 2 menyebutkan

bahwa yang dimaksud Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

22
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dasar hukum yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah

Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan:

ecil dengan
bentuk susunan pemerintahan-nya ditetapkan dengan Undang-undang
dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam
sistem pemerintahan negara dan hak hak asal-usul dalam daerah-daerah

Selanjutnya, dalam penjelasan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945

disebutkan :

eendheidstaat, maka
Indonesia tidak akan mempunyai daerah di dalam lingkungan-nya yang
bersifat staat juga. Daerah di Indonesia akan dibagi dalam daerah yang
lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom. (Streek dan
rechtsgemeenschappen) atau bersifat administrasi belaka. Semuanya
menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-
(Penjelasan Pasal 18 UUD 1945)

Secara teoritis, pengertian pemerintahan daerah di Indonesia mengacu pada

pengertian local-self government menurut G.M. Harris yang dikutip oleh Kaho.

Kaho dalam bukunya Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik

Indonesia, yang menyatakan bahwa kata pemerintahan daerah setidaknya memiliki

dua arti, yaitu :

1. Pemerintahan yang terdapat di seluruh bagian negara yang telah ditunjuk


dan bertanggung jawab hanya kepada pemerintah pusat. Ini merupakan
bagian dari sistem sentralisasi dan biasa disebut sebagai Pemerintahan
Lokal Negara.

23
2. Pemerintahan dengan badan-badan lokal, pemilihan secara bebas dengan
tetap terfokus pada supremasi pemerintahan nasional, didukung oleh
kekuasaan, kebijaksanaan, dan pertanggungjawaban, yang kesemuanya
dapat mereka lakukan tanpa adanya kontrol yang berlebihan terhadap
keputusan yang mereka ambil dari kewibawaan yang lebih tinggi.
Kebebasan dari kekuasaan, kebijaksanaan dan pertanggungjawaban yang
dimiliki oleh badan-badan lokal tersebut merupakan persoalan tingkat
yang variasinya semakin tinggi di beberapa negara. Inilah yang disebut di
banyak negara sebagai Otonomi Komunal atau Pemerintahan Lokal

Hanif Nurcholis dalam buku Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi

Daerah mengemukakan pemerintah daerah dengan istilah Local Government yang

dijelaskan sebagai berikut:

Local Government dalam arti pertama menunjuk pada


lembaga/orangnya. Maksudnya local government adalah
organ/badan/organisasi pemerintah di tingkat daerah atau wadah yang
menyelenggarakan pemerintahan daerah. Dalam arti ini istilah local
government sering dipertukarkan dengan istilah local authority,
keduanya menunjuk pada council dan major (dewan dan kepala daerah
yang rekruitmen pejabatnya atas dasar pemilihan. Dalam konteks
Indonesia local government merujuk pada kepala daerah dan DPRD
yang masing-masing pengisiannya dilakukan dengan cara dipilih,

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas secara singkat dapat dikatakan

bahwa yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan

pemerintahan oleh badan atau lembaga daerah/lokal di daerah dengan tetap terfokus

pada pemerintahan nasional tanpa adanya kontrol yang berlebihan dari kekuasaan

yang tinggi terhadap keputusan yang diambil.

Selain itu pemerintah daerah mendapat kewenangan untuk menjalankan

pemerintahannya dan dapat berupa desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas

pembantuan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom yaitu untuk melakukan:

24
1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah

wewenang pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu untuk dilaksanakan; dan

3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah

kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada

kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada

desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Siswanto Sunarno (2009:8) berpendapat bahwa konsep pemikiran tentang

otonomi daerah mengandung pemaknaan terhadap eksistensi otonomi tersebut

terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemikiran-pemikiran tersebut

antara lain:

menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. Arti seluas-luasnya ini


mengandung makna bahwa daerah diberikan kewenangan membuat
kebijakan daerah, untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta,
prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemikiran kedua, bahwa prinsip
otonomi daerah dengan menggunakan prinsip otonomi yang nyata dan
bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa
untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada, serta berpotensi
untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan
kekhasan daerah. Dengan demikian, isi dan jenis otonomi bagi setiap
daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun otonomi yang
bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya
harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian

25
otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis memaknai pemerintah

daerah sebagai penyelenggara yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat

untuk menjalankan roda pemerintahan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom.

Dalam hal ini untuk menangani urusan pemerintahan yang perlu dilaksanakan

berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam

rangka melaksanakan tugas dan kewajiban Negara dengan sebaik mungkin dengan

tetap terfokus pada pemerintahan nasional tanpa adanya kontrol yang berlebihan

dari kekuasaan yang tertinggi terhadap keputusan yang diambil.

2.1.4 Fungsi Pemerintahan Daerah

Pemerintah daerah tentunya memiliki fungsi yang harus dijalankan dan pada

dasarnya fungsi pemerintah baik itu di tingkat pusat maupun di tingkat daerah

memiliki fungsi yang sama karena keduanya merupakan kedua institusi formal

yang lahir berdasarkan legitimasi dari masyarakat. Namun esensi pemerintah

daerah sangat berkaitan dengan kewenangan yang dimilikinya dalam mengatur dan

mengurus urusan rumah tangga pemerintahannya.

Sebagaimana yang disampaikan Munir bahwa yang dimaksud dengan

kewenangan pemerintah daerah, yaitu:

pembagian kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang


mengacu dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dari sisi pembagian kekuasaan dalam negara akan dapat
menimbulkan bentuk sistem pemerintahan yang sentralistik maupun
desentralistik yang secara langsung dapat mempengaruhi hubungan

26
(Munir, 2013:94)

Perbedaan dari fungsi pemerintah pusat dan Pemerintah daerah terletak pada

hak dan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengatur dan

mengurus rumah tangga sendiri (local self government). Hak dan kewenangan ini

dikenal dengan istilah otonomi daerah. Konsep local government tidak dapat

dilepaskan dari konsep-konsep tentang kedaulatan negara dalam sistem unitary dan

federal serta sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi dan juga tugas pembantuan

(Nurcholis, 2007:13).

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

dijelaskan bahwa pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan menurut tugas pembantuan. Pemerintah daerah ini

meliputi gubernur, bupati, walikota dan perangkat daerah sebagai penyelenggara

pemerintahan daerah dan peran dari pemerintah daerah ini berkaitan dengan segala

sesuatu yang dilakukan dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah.

Pemerintah daerah lebih berfungsi sebagai pelaksana teknis kebijakan

desentralisasi. Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan antara fungsi pemerintah secara umum dengan pemerintah daerah.

Adapun perbedaan itu terletak pada kewenangan yang diberikan pada kewenangan

yang dimiliki pemerintah daerah terdapat kebebasan kepada pemerintah daerah

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sebagai implikasi dari

diterapkannya sistem desentralisasi di Indonesia. Namun, memiliki tujuan yang

sama yaitu Karena tugas dan fungsi pemerintah merupakan hakikat dasar

27
pemerintah untuk menjalankan dan menetapkan tujuan untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat .

2.2 Konsep Strategi

2.2.1 Pengertian Strategi

Strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos yang

bahwa:

apat didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas dimana


suatu organisasi, baik secara kebetulan ataupun perencanaan, berupaya
mengembangkan sarana-sarananya, dan kemudian memanfaatkannya
untuk menciptakan barang dan/atau jasa dengan tetap
mempertimbangkan tujuan-tujuan berikut batasan-batasan yang
digariskan para stakeholder organisasi, sehingga kehadirannya

2010:71)

Kemudian menurut Mintzberg yang dikutip pula dalam Afiff dan Abdullah,

strategi memiliki konsep yang sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling

terkait, dimana strategi adalah suatu:

1. Perencanaan untuk memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara


rasional mewujudkan tujuan tujuan jangka panjangnya.
2. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsisten ataupun inkonsistensi
perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
3. Sudut pemosisian yang dipilih organisasi saat memunculkan aktivitasnya.
4. Suatu perspektif menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi
dengan lingkungannya, yang menjadi tapal batas bagi aktivitasnya.
5. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui
para pesaing ataupun oposan. (Afiff dan Abdullah, 2010:54-55)

Sementara Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek, berpendapat mengenai strategi yaitu sebagai berikut:

28
manajemen untuk mencapai tujuan. Tetapi untuk mencapai suatu tujuan
tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta yang hanya
menunjukkan arah melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik

Strategi memiliki peran yang penting dalam menjalankan sebuah tindakan.

Strategi menentukan hasil dari suatu tindakan, strategi yang baik akan melahirkan

hasil yang baik begitupun sebaliknya. Perencanaan dapat menyusun strategi untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sehingga membutuhkan metode atau

teknik tertentu agar kebijakan yang dihasilkan optimal.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

strategi adalah serangkaian cara sistematis dari suatu lembaga, organisasi, maupun

kelompok dalam membuat suatu perencanaan untuk mengetahui dan memperjelas

arah dan tujuan. Adapun hubungan dengan ilmu pemerintah yaitu jika dianalogikan

strategi merupakan peta yang memiliki peran penting sebagai alat untuk

perencanaan dan dapat digunakan untuk memperkirakan hasil dari suatu tindakan

untuk mencapai suatu tujuan. Strategi menjadi hal yang sangat penting bagi

pemerintahan, karena tanpa strategi, penyelesaian masalah akan berlarut-larut

bahkan tidak jelas arahnya kemana.

2.2.2 Strategi Pemerintahan

Berkaitan dengan pemerintahan, Mulgan memberikan pengertian yang paling

mendekati strategi pemerintahan. Menurutnya:

Public strategy is the systematic use of public resources and powers,


by public agencies, to achieve public goods. (Strategi publik adalah
penggunaan sistematis dari sumber daya dan kekuasaan oleh agen
publik untuk mencapai kepuasan publik) (Mulgan dalam
Suwarsono,2012:70)

29
Dapat dikatakan bahwa strategi adalah bagaimana pemerintah/institusi publik

mengelola kekuatan yang ada untuk mencapai kepentingan publik. Mulgan dalam

bukunya yang berjudul The Art of Public Strategy: Mobilizing Power and

Knowledge for The Common Good, membedakan strategi pemerintahan dengan

strategi perusahaan sebagai berikut:

strategy and public strategy is time. In business, the future is discounted


according to consistent and precise measures that arise in the market.
Discount rates measure the opportunity cost of capital. In the public
realm, by contrast, very different views of future value are used, even
though many finance ministries apply standard discount rates to
projects like airports and roads. Some theorists describe public

rate steadily falls, and then levels off. Another subtler difference is that
governments have no choice but to be more engaged in design than
businesses or NGOs. Instead, generalizations are embodied in laws,
programmes, principles, and protocols. In democracy that skill in
design needs to reside not just in the bureaucrats and politicians but
also in the commentators and citizens who judge, reward, and punish.
One less obvious respect in which business thinking can provide
insights into public strategy. In business, strategic thinking often begins
with organizational capabilities and then looks for how they can be
used in different ways to create as much value as possible. The public
strategy has traditionally begun the other way around, with goals: it
then designs organizations and programs to meet them and treats any
additional capacit
for bureaucrats to seek new roles. But both politicians and officials
often act as entrepreneurs, looking for new demands in a dialogue with
the public in which goals are not fixed.

(Yang jika diartikan menjadi, salah satu unsur penting yang


membedakan antara strategi bisnis dan strategi publik adalah waktu.
Dalam dunia bisnis, masa depan diprediksi berdasarkan perhitungan
konsisten dan tepat yang didapatkan dari pasar. Tingkat bunga diskonto
menghitung biaya peluang modal. Sementara itu, dalam dunia publik
digunakan pandangan berbeda mengenai nilai masa mendatang,
meskipun banyak menteri-menteri keuangan yang menerapkan suku
bunga diskonto standar terhadap proyek-proyek seperti bandara dan
jalan raya. Beberapa teori berpendapat bahwa keputusan-keputusan
publik cenderung berupa perhitungan yang hiperbola, di mana tingkat

30
bunga diskonto pada awalnya terus menurun sebelum akhirnya stabil.
Perbedaan yang lainnya adalah pemerintah tidak memiliki pilihan
selain untuk lebih terlibat dalam perancangan dibandingkan dengan
badan-badan dalam dunia bisnis atau dengan LSM. Generalisasi
diwujudkan di dalam asas, hukum, protocol, dan rencana. Dalam
sebuah demokrasi, kemampuan untuk merancang perlu dimiliki oleh
seluruh pihak, tidak hanya oleh para birokrat dan politisi, namun juga
oleh para pengamat dan masyarakat yang menilai, menghargai, dan
menghukum. Dalam dunia bisnis, pemikiran strategi sering kali dimulai
dengan kemampuan organisasi dan kemudian mencari cara bagaimana
kemampuan organisasi tersebut dimanfaatkan guna menciptakan hasil
yang sebesar-besarnya. Strategi publik secara tradisional dimulai dari
kebalikannya, yaitu dari tujuan. Dari tujuan itu, dirancanglah
organisasi dan program untuk mencapai tujuan tersebut serta
memperlakukan segala kapasitas tambahan sebagai ancaman yang
harus diperhatikan. Sering kali, bagi para birokrat untuk menjalankan
peran baru merupakan hal yang tidak diperbolehkan, akan tetapi baik
itu para politisi dan juga pejabat seringkali bertindak selayaknya
pengusaha, yang mencari kebutuhan-kebutuhan baru dengan

(Mulgan, 2009: 24)

Menurut Mulgan dalam Suwarsono mengidentifikasikan secara lebih rinci

setidaknya tiga perbedaan antara strategi perusahaan dan strategi publik, yakni:

Pertama, perbedaan dapat dilihat bagaimana mereka menilai waktu dan masa

depan. Kedua, pemerintah juga mau tidak mau harus bekerja dengan prinsip

standarisasi, generalisasi, dan keajegan (rutinisasi). Tidak terbuka pintu untuk

memberikan perlakuan berdasarkan keunikan dan keistimewaan. Hal yang ada

adalah prinsip pemberian pelayanan yang berlaku umum untuk semua produk dan

jasa yang dihasilkan oleh organisasi publik, tidak membedakan satu segmen

masyarakat tertentu dengan yang lain dan/atau orang tertentu dengan yang lain. Ini

tidak berarti tidak ada kemungkinan sama sekali melakukan kebijakan diskresi,

yang biasanya terbuka ketika pada masa krisis. Tidak ada pelayanan yang bersifat

customized dan personalized. Ketiga, rancangan strategi pemerintahan lebih banyak

31
dimulai dengan penetapan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini bahkan dikatakan

prinsip yang sudah klasik dan tradisional. Barulah kemudian diikuti dengan cara-

strategi, program, organisasi-untuk mencapainya. Organisasi bisnis memulai

dengan cara sebaliknya, dengan melihat terlebih dahulu apa kompetensi yang

dimiliki dan menggunakan kompetensi yang ada untuk bisa membuat hasil yang

optimum atau maksimum. (Suwarsono, 2012: 66-67).

Gambar 2.1 Strategi Sektor Publik Rubin

Rubin (Bryson dan Einsweiller, 1988)

Sementara itu, Rubin (Bryson dan Einsweiller 1988) mengembangkan

strategi sektor publik berdasarkan waktu dan konteks terjadinya perubahan

(Gambar 2.1). Secara sederhana dasar strategi model Rubin dapat dilihat dalam

matriks 2x2 sumbu horizontal digunakan untuk menggambarkan horizon waktu,

yang terbagi dalam dua kategori yaitu horizon pendek dan horizon Panjang.

Sementara itu, sumbu vertikal digunakan untuk menggambarkan derajat turbulensi

32
lingkungan eksternal, yang terbagi dalam dua kategori yaitu berpola terantisipasi

(anticipated) dan tidak terduga-kacau (disruptive). Kemudian untuk

mengembangkan strategi sektor publik berdasarkan waktu dan konteks terjadinya

perubahan (Gambar 2.1). Strategi yang dimaksud adalah:

1) Saga (kronologi) yaitu pola tindakan jangka panjang untuk

mengembalikan nilai dan tujuan yang mulai terancam hilang karena

perubahan lingkungan, ketidaktepatan atau kapasitas pengelolaan ke

posisi semula. Idenya tidak mengembalikan masa lalu tetapi untuk

memperoleh kembali kualitas yang hilang dan merespon situasi yang

baru. Jenisnya:

a. Restoratif, mengembalikan kualitas yang hilang melalui kebijakan

baru dan orientasi ulang.

b. Reformatif, mengubah kebijakan dan prosedur pemerintah sehingga

dapat merefleksikan apresiasi pada masa lalu.

c. Rumah lindung (conservatory), tempat preservasi nilai, institusi dan

tujuan yang terancam perubahan.

2) Quests (pertanyaan) yang menitik beratkan pada masa depan yang baru.

Strategi Quest (SQ) digunakan untuk menjelaskan strategi yang memiliki

orientasi waktu ke masa depan, yang merupakan ciri khas strategi

interaktif. Sumber daya organisasi diarahkan untuk meraih sesuatu yang

dimasa depan akan memiliki nilai amat berharga. Dalam kalimatnya

Rubin (1988:91), dikatakan:

33
defined as a search for something of great material or

Oleh karena itu, organisasi tidak segan-segan untuk secara terencana dan

sistematis melakukan perubahan besar pada praktik organisasi yang kini

sedang berlangsung, naik secara operasional maupun secara strategis.

Strategi ini menitik beratkan pada masa depan yang baru. Jenis

strateginya, yaitu:

a. Agenda baru tujuan dan sasaran jangka panjang.

b. Visi besar terhadap kota, wilayah atau lembaga.

c. Tindakan alternatif jangka panjang untuk mengantisipasi krisis atau

konflik.

3) Ventura (venture) Strategi Ventura (SV) digunakan untuk menjelaskan

orientasi strategi yang memiliki dimensi waktu pendek dan berfokus

memanfaatkan peluang yang tersedia dan menghindari munculnya

ancaman yang seketika itu perlu mendapatkan tanggapan strategis. Rubin

(1988: 92) menyatakan bahwa:

speculation, and uncertainty. A strategic venture is pursued in situations

in which environmental forces are somewhat patterned, which allow

actors to asses, albeit Nutt dan Backoff

(1992: 70) menyatakan bahwa strategi Ventura lahir sebagai spekulasi

strategis yang segera harus dilakukan untuk memberikan tanggapan

terhadap isu dengan segala akibat selanjutnya yang diperkirakan akan

34
muncul. Titik fokus diberikan pada frasa berikut: Perhatian yang harus

segera dilakukan oleh suatu organisasi, yang berasosiasi dengan:

a. Target keuntungan pada kesempatan yang relatif kecil.

b. Percobaan (trial), eksperimen jangka pendek agar dapat bertransaksi

dengan berbagai isu.

c. Kompak (compact) atau perjanjian jangka pendek antar lembaga

untuk melakukan aksi dan menanggung kesulitan bersama.

4) Parlays, upaya memitigasi risiko yang tidak diinginkan dengan

memberikan perlindungan jangka panjang. Strategi Parlay (SP)

digunakan untuk menggambarkan pilihan strategi ketika organisasi

berada pada lingkungan yang memiliki tingkat turbulensi ekstrim. Ketika

itu, organisasi tidak berhasil mendeteksi pola dan kecenderungan

lingkungan yang menjadi sumber isu peluang dan ancaman yang hendak

diatasi. Akibatnya strategi yang hendak dilakukan oleh organisasi

sesungguhnya tidak bisa diketahui dengan pasti. Dengan memperhatikan

kemungkinan peluang yang mungkin muncul dan sumber daya yang

tersedia. Aksi pertama dan kedua sepertinya dirancang secara bersamaan

sejak aksi pertama hendak diimplementasikan.

Aksi lanjutan inilah yang dalam konteks ini bisa disebut sebagai

strategi. Rubin (1988:92) menjelaskan makna dasar istilah tersebut

dengan tiga aspek strateginya adalah:

35
a. Hedging (perlindungan) yaitu upaya cepat tanggap untuk

melindungi terhadap keadaan darurat.

b. Leveraging (pemanfaatan) yaitu upaya memanfaatkan hal-hal yang

sudah dimiliki oleh organisasi untuk mencapai tujuan.

c. Advancing (peningkatan) yaitu upaya untuk meningkatkan strategi

yang sudah dijalankan.

Penulis dalam penelitian ini dengan judul Strategi Pemerintah Kota Bandung

dalam Meningkatkan Bimbingan Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Tahun Ajaran 2020/2021 (Studi Pada Dinas

Pendidikan Kota Bandung) ini menggunakan teori strategi utama menurut Rubin

yang memiliki 4 pembagian jenis strategi seperti yang sudah disebutkan di atas.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan Strategi Parlay (SP) dari teori

strategi sektor publik Rubin. Karena Strategi Parlays (SP) digunakan untuk

menggambarkan pilihan strategi ketika organisasi berada pada saat lingkungan

yang memiliki tingkat turbulensi ekstrim dan mendesak. Ketika itu, organisasi tidak

berhasil mendeteksi pola dan kecenderungan lingkungan yang menjadi sumber isu

peluang dan ancaman yang hendak diatasi.

Strategi Parlay lahir ketika ada krisis yang datang tiba-tiba. Dalam situasi

tersebut biasanya jarang adanya kesempatan untuk sampai berpikir dan bertindak

dengan rumusan visi dan strategi baru. Hal yang ada hanyalah mencoba melihat dan

memilih apa yang masih mungkin dikerjakan untuk mengatasi efek negatif yang

mungkin timbul dari strategi atau kebijakan sebelumnya. Orientasi waktu dalam

strategi ini hanya memiliki horizon yang pendek karena kompleksitas

36
lingkungannya yang tidak memungkinkan untuk membangun komitmen jangka

panjang.

Dalam penelitian ini, isu ataupun permasalahan yang terjadi yaitu adanya

perubahan secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang

memunculkan kebijakan (PJJ) bagi peserta didik yang harus dihadapkan dengan

perubahan ini, adapun data menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan (PJJ) ini

memunculkan dampak langsung terhadap peserta didik yang secara terpaksa untuk

dengan (PJJ) belajar di rumah terbukti ditunjukkan. Ternyata 79,9 persen anak

mengatakan bahwa proses (PJJ) tanpa interaksi," yang menjadi salah satu faktor

dari fenomena Learning Loss, yang membutuhkan tanggapan strategis dari pihak

pemerintah untuk menangani dan merespons terhadap permasalahan yang terjadi

secara mendesak sebagai dampak dari kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh yang

dibuat agar tidak terjadi ataupun mengaggulangi fenomena Learning Loss tersebut.

2.3 Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan

menggunakan suatu media yang memungkinkan adanya interaksi antara peserta

didik dan guru. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi antara peserta didik dan

guru tidak bertatap muka secara langsung seperti pembelajaran biasanya yang

dilakukan di dalam ruang kelas atau ditempat yang sama. Namun interaksi dalam

PJJ dilakukan tidak bertatap muka secara langsung yang artinya peserta didik dan

guru berada dalam tempat yang berbeda, bahkan dalam jarak yang sangat jauh

(Prawiyogi et al., 2020).

37
Dengan pelaksanaan (PJJ) kehadiran peserta didik dan guru tidak selalu

bersifat hadir secara fisik bersamaan di ruang kelas. Pelaksanaannya juga dapat

berupa sepenuhnya menggunakan sistem jarak jauh (hybrid) maupun campuran

atau kolaborasi dari (PJJ) dan dengan pembelajaran di ruang kelas (blended).

(Setiawan, 2020). Pada pelaksanaanya ada beberapa faktor penting yang harus

diperhatikan agar sistem pendidikan (pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan

dengan baik yaitu tingkat perhatian (konsentrasi) dari peserta didik maupun guru,

kepercayaan diri guru, pengalaman, kreatif dalam melakukan proses pembelajaran,

pemahaman dalam penggunaan internet atau e-learning, dan kemampuan dalam

menjalin interaksi dengan peserta didik (Prawiyogi et al., 2020).

Kelebihan dalam pembelajaran menggunakan sistem jarak jauh adalah dapat

dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan askes pendidikan pada

masyarakat umum karena sistemnya yang fleksibel tidak terbatas pada waktu, jarak

dan tempat. Serta juga dapat dimanfaatkan oleh banyak orang dari berbagai latar

belakang geografis, sosial, budaya maupun ekonomi. Meskipun mempunyai

berbagai kelebihan (PJJ) juga memiliki beberapa kekurangan yaitu kualitas

teknologi yang tidak sepenuhnya secara maksimal dapat memenuhi kebutuhan

semua lapisan masyarakat, interaksi antara siswa dan guru yang belum memadai

serta pengalaman dalam melaksanakan (PJJ) yang masih kurang. (Setiawan, 2020).

Pendidikan jarak jauh sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas

2003 Bagian Ke-10 Pasal 31 yang berbunyi:

1. Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan.

38
2. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada

kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap

muka atau reguler.

3. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan

cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian

yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

4. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah. (UU Sisdiknas 2003) bahwa Pendidikan jarak jauh

sebagai alternatif pemilihan metode pembelajaran yang dilaksanakan untuk

menghadapi masalah yang muncul karena jauhnya lokasi antara lembaga

pendidikan/pengajar dengan lokasi peserta didik, dengan pendidikan jarak

jauh diharapkan peserta didik dapat tetap mengikuti pembelajaran tanpa

terkendala letak geografis.

2.3.1 Ciri-Ciri Pembelajaran Daring atau Pembelajaran Online

Adapun yang menjadi ciri-ciri dari pembelajaran online menurut Flinders

University yang dikutip dalam Riyana (2013) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Individu

Pada pembelajaran online pengalaman belajar itu tercipta dari peserta

didik sendiri. Pembelajaran online melatih anak didik untuk mandiri, karena

semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara sendiri. Pembelajaran online

juga memiliki kelebihan sendiri yang tidak dimiliki oleh sistem pembelajaran

konvensional dan manual, yaitu pada sistem pembelajaran online peserta

39
didik dapat menciptakan suasana pembelajaran sesuai dengan keinginan

mereka sendiri, hal tersebut tentu membuatnya lebih praktis, dari pada sistem

pembelajaran konvensional harus memakai seragam untuk siap-siap

berangkat ke sekolah dan lain sebagainya.

2. Terstruktur dan Sistematis

Tidak jauh berbeda dengan sistem belajar mengajar secara

konvensional, sistem belajar mengajar secara daring juga dilaksanakan

dengan terstruktur dan sistematis. Guru sebelum mengajar online sudah lebih

dulu mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan selama proses

pembelajaran berlangsung, seperti materi pelajaran dan referensi dalam

belajar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh guru secara terstruktur.

3. Mengutamakan Keaktifan Anak Didik

Kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik akibat adanya

respon aktif dari para peserta didik. Cara yang dapat dilakukan untuk

membuat para siswa menjadi semakin aktif dalam pembelajaran online adalah

melalui kecanggihan teknologi. Teknologi dipercaya dapat mengaktifkan

para peserta didik karena mempunyai berbagai macam keunggulan yang

menarik.

4. Keterhubungan

Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran online dilakukan secara

mandiri. Hal tersebut ternyata tak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran

online juga saling terhubung dengan yang satu dan yang lainnya. Dalam

pembelajaran online juga sama halnya dengan pembelajaran konvensional

40
bahwa dalam suatu aktivitas pembelajaran terdapat hubungan antara guru

dengan murid serta murid 23 dengan teman sebayanya, dalam sistem

pembelajaran online hal tersebut juga tetap terjadi, akan tetapi dilaksanakan

tanpa harus saling bertatapan dengan langsung. (Riyana, 2013)

2.3.2 Faktor Penentu Keberhasilan Dalam Pembelajaran Secara Daring

Pendidikan dalam pembelajaran secara daring telah menciptakan euforia

yang begitu luar biasa, dimana sebelumnya pembelajaran hanya mengandalkan

tatap muka dan masih terbatas oleh jarak dan waktu dan sekarang mulai

bertransformasi menjadi daring, dimana kendala tersebut sudah tidak akan terjadi

lagi. Ekspansi yang cepat dari Internet sebagai platform penyampaian kursus yang

potensial, dikombinasikan dengan meningkatnya minat dalam pembelajaran

seumur hidup dan terbatasnya anggaran, telah menciptakan insentif yang signifikan

bagi universitas untuk mengembangkan program online. Teknologi saat ini telah

tersedia dan relatif mudah digunakan, universitas-universitas yang tidak belum siap

dengan hal tersebut maka akan tertinggal dalam perlombaan untuk globalisasi dan

perkembangan teknologi . Untuk menjadikan pembelajaran daring berjalan sukses

maka kuncinya adalah efektivitas, berdasarkan studi yang dilakukan sebelumnya

menunjukkan bahwa terdapat 3 hal yang dapat memberikan efek terkait

pembelajaran secara daring yaitu:

1. Teknologi, secara khusus pengaturan jaringan harus memungkinkan untuk

terjadinya pertukaran sinkronisasi dan asinkronisasi; siswa harus memiliki

akses yang mudah (misalnya melalui akses jarak jauh); dan jaringan

seharusnya membutuhkan waktu minimal untuk pertukaran dokumen.

41
2. Karakteristik pengajar, pengajar memainkan peran sentral dalam

efektivitas pembelajaran secara daring, bukan sebuah teknologi yang

penting tetapi penerapan instruksional teknologi dari pengajar yang

menentukan efek pada pembelajaran, siswa yang hadir dalam kelas dengan

instruktur yang memiliki sifat positif terhadap pendistribusian suatu

pembelajaran dan memahami akan sebuah teknologi akan cenderung

menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih positif. Dalam lingkungan

belajar konvensional siswa cenderung terisolasi karena mereka tidak

memiliki lingkungan khusus untuk berinteraksi dengan pengajar.

3. Karakteristik siswa, Leidner (2010) mengungkapkan bahwa siswa yang

tidak memiliki keterampilan dasar dan disiplin diri yang tinggi dapat

melakukan pembelajaran yang lebih baik dengan metode yang

disampaikan secara konvensional, sedangkan siswa yang cerdas serta

memiliki disiplin serta kepercayaan diri yang tinggi akan mampu untuk

melakukan pembelajaran dengan metode daring.

Sementara itu Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

Bidang Pendidikan Retno Listyarti menilai, keputusan diperpanjangnya

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sangat dilematis ketika seluruh aktivitas peserta

didik dipindahkan ke rumah, maka keluarga, baik orangtua/wali maupun pengasuh

pengganti harus memiliki kepekaan terhadap kondisi psikologis anak-anak. Berikut

sejumlah cara yang direkomendasikan oleh KPAI kepada guru, sekolah dan

orangtua agar peserta didik bisa bahagia selama belajar di masa pandemi:

42
1. Memaksimalkan peran guru bimbingan konseling KPAI menyebut Guru BK

perlu dibekali ilmu psikologi anak, sehingga guru BK bisa bisa menjalankan

fungsinya sebagai konselor bagi para murid yang mengalami masalah

psikologis.

2. Teman sebagai konselor sebaya atau curhat ke wali kelas Biasanya, peserta

didik memiliki teman dekat atau sahabat. Terkadang peserta didik juga sangat

dekat dengan wali kelasnya sebagai orangtua kedua selama anak berada di

sekolah. Ketika pandemi, maka teman dekat maupun wali kelas bisa menjadi

alternatif bagi peserta didik menumpahkan masalahnya sehingga hatinya

terasa lebih ringan setelah curhat, meski mungkin belum mendapatkan solusi

dari masalah yang dihadapinya.

3. Manfaatkan layanan konseling gratis di internet Konseling gratis di internet

juga bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sarana atau wadah bagi peserta

didik maupun orang tua melepaskan tekanan psikologis. Anak-anak juga

perlu diingatkan untuk tidak mengungkapkan masalah pribadinya melalui

media sosial agar tidak mengalami cyberbully atau bisa saja berpotensi

menjadi korban kejahatan melalui dunia maya.

2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Online atau Daring

Terdapat beberapa karakteristik pembelajaran yang dilakukan secara online,

diantaranya ialah:

1. Kegiatan belajar bergantung pada portal web berdasarkan jaringan


internet.

43
2. Adanya macam-macam jenis korelasi antara guru dan anak didik, guru dan
sumber belajar, anak didik dan sumber belajar, bahkan anak didik dan
teman-temannya.
3. Terwujudnya komunikasi dua arah.
4. Tidak tergantung pada jarak, waktu, dan lokasi.
5. Adanya 2 jenis komunikasi, yaitu tatap muka (synchronous) dan tanpa
adanya tatap muka (asynchronous). (Diningrat, 2019:77)
Dari beberapa karakteristik di atas, maka timbullah sebuah kemampuan baru

yang harus bisa dimiliki oleh anak didik dan tenaga pendidik untuk menghadapi

lingkungan belajar tatap muka menjadi belajar secara daring.

2.4 Bimbingan Konseling

Bimbingan dan Konseling ada sejumlah upaya sistematis, objektif, logis, dan

berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan

dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk

mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Layanan Bimbingan dan Konseling

memiliki tujuan membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan

kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 tahun

2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah yang menjelaskan bahwa bidang layanan Bimbingan dan Konseling

merupakan bagian integral dari proses pendidikan. Adapun fungsi dan tujuan yang

dimiliki layanan bimbingan konseling yang wajib dimiliki oleh setiap satuan

pendidikan, terkhusus dalam hal ini yaitu sekolah dasar dan sekolah menengah

pertama.

44
Dalam Permendikbud nomor 111/2014 tentang Bimbingan dan Konseling

pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah disebutkan bahwa Bimbingan

dan Konseling sebagai bagian integral dari program pendidikan, merupakan upaya

memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka mencapai

perkembangan yang utuh dan optimal. Layanan Bimbingan dan Konseling

dipandang sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta

terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling

untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai

kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan,

mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga

mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.

2.4.1 Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling

Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling terdiri dari:

a. Pemahaman yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman yang

lebih baik terhadap dirinya dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,

budaya, dan norma agama).

b. Fasilitasi yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan

seimbang seluruh aspek pribadinya.

c. Penyesuaian yaitu membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan

diri sendiri dan dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

d. Penyaluran yaitu membantu konseli merencanakan pendidikan, pekerjaan

dan karir masa depan, termasuk juga memilih program peminatan, yang

45
sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri

kepribadiannya.

e. Adaptasi yaitu membantu para pelaksana pendidikan termasuk kepala

satuan pendidikan, staf administrasi,dan guru mata pelajaran atau guru

kelas untuk menyesuaikan program dan aktivitas pendidikan dengan latar

belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta

didik/konseli.

f. Pencegahan yaitu membantu peserta didik/konseli dalam mengantisipasi

berbagai kemungkinan timbulnya masalah dan berupaya untuk

mencegahnya, supaya peserta didik/konseli tidak mengalami masalah

dalam kehidupannya.

g. Perbaikan dan Penyembuhan yaitu membantu peserta didik/konseli yang

bermasalah agar dapat memperbaiki kekeliruan berpikir, berperasaan,

berkehendak, dan bertindak. Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling

melakukan memberikan perlakuan terhadap konseli supaya memiliki pola

pikir yang rasional dan memiliki perasaan yang tepat, sehingga konseli

berkehendak merencanakan dan melaksanakan tindakan yang produktif

dan normatif.

h. Pemeliharaan yaitu membantu peserta didik/konseli supaya dapat menjaga

kondisi pribadi yang sehat-normal dan mempertahankan situasi kondusif

yang telah tercipta dalam dirinya.

46
i. Pengembangan yaitu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang

memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli melalui pembangunan

jejaring yang bersifat kolaboratif.

j. Advokasi yaitu membantu peserta didik/konseli berupa pembelaan

terhadap hak-hak konseli yang mengalami perlakuan diskriminatif.

Sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 851 Tahun 2012 Tentang

Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah

Kota Bandung, menyebutkan :

mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh


dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah peserta
didik satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar

Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan

berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan

dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk

mencapai kemandirian dalam kehidupannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat terlihat bahwa angka stress di kalangan

peserta didik selama masa pandemik mengalami peningkatan yang disebabkan oleh

(PJJ), hal ini tentunya menarik untuk diteliti mengingat bahwa pemerintah dalam

hal ini pemerintah daerah memiliki tanggung jawab dalam penataan dan

pengelolaan satuan pendidikan yang salah satu komponennya yaitu bimbingan

konseling. Kajian ini berhubungan erat dengan studi ilmu pemerintahan yang

mempelajari tentang fungsi dasar dari pemerintah yaitu Pemerintah berfungsi

memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di semua

47
sektor. Fungsi pengaturan untuk mengatur seluruh sektor dengan kebijakan-

kebijakan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan

lainnya, yaitu memiliki wewenang untuk membuat sebuah strategi dalam hal ini

khususnya dalam melindungi kesehatan mental peserta didik selama pembelajaran

jarak jauh (PJJ) melalui bimbingan konseling yang terintegrasi di satuan

pendidikan.

2.4.2 Asas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling

2.4.2.1 Asas Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Kerahasiaan, yaitu asas layanan yang menuntut konselor atau guru

Bimbingan dan Konseling merahasiakan segenap data dan keterangan tentang

peserta didik/konseli, sebagaimana diatur dalam kode etik Bimbingan dan

Konseling.

b. Kesukarelaan, yaitu asas kesukaan dan kerelaan peserta didik/konseli

mengikuti layanan yang diperlukannya.

c. Keterbukaan, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan

Konseling yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan

dan menerima informasi.

d. Keaktifan, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan Konseling

kepada peserta didik/konseli memerlukan keaktifan dari kedua belah pihak.

e. Kemandirian, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan

Konseling yang merujuk pada tujuan agar peserta didik/ konseli mampu

mengambil keputusan pribadi, sosial, belajar, dan karir secara mandiri.

48
f. Kekinian, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan Konseling

yang berorientasi pada perubahan situasi dan kondisi masyarakat di tingkat

lokal, nasional dan global yang berpengaruh kuat terhadap kehidupan peserta

didik/konseli.

g. Kedinamisan, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan

Konseling yang berkembang dan berkelanjutan dalam memandang tentang

hakikat manusia, kondisi-kondisi perubahan perilaku, serta proses dan teknik

Bimbingan dan Konseling sejalan perkembangan ilmu Bimbingan dan

Konseling.

h. Keterpaduan, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan

Konseling yang terpadu antara tujuan Bimbingan dan Konseling dengan

tujuan pendidikan dan nilai nilai luhur yang dijunjung tinggi dan

dilestarikan oleh masyarakat.

i. Keharmonisan, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan

Konseling yang selaras dengan visi dan misi sekolah, nilai dan norma

kehidupan yang berlaku di masyarakat.

j. Keahlian, yaitu asas layanan konselor atau guru Bimbingan dan Konseling

berdasarkan atas kaidah-kaidah akademik dan etika profesional, dimana

layanan Bimbingan dan Konseling hanya dapat diampu oleh tenaga ahli

Bimbingan dan Konseling.

k. Tut Wuri Handayani, yaitu suatu asas pendidikan yang mengandung makna

bahwa konselor atau guru Bimbingan dan Konseling sebagai pendidik harus

49
memfasilitasi setiap peserta didik/konseli untuk mencapai tingkat

perkembangan yang utuh dan optimal.

2.4.2.2 Prinsip Bimbingan dan Konseling

a. Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik/konseli

dan tidak diskriminatif. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada

semua peserta didik/konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang

bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun

dewasa tanpa diskriminatif.

b. Bimbingan dan Konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik

bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) dan dinamis, dan melalui bimbingan

peserta didik/konseli dibantu untuk menjadi dirinya sendiri secara utuh.

c. Bimbingan dan Konseling menekankan nilai-nilai positif. Bimbingan dan

Konseling merupakan upaya memberikan bantuan kepada konseli untuk

membangun pandangan positif dan mengembangkan nilai-nilai positif yang

ada pada dirinya dan lingkungannya.

d. Bimbingan dan Konseling merupakan tanggung jawab bersama. Bimbingan

dan Konseling bukan hanya tanggung jawab konselor atau guru Bimbingan

dan Konseling, tetapi tanggung jawab guru guru dan pimpinan satuan

pendidikan sesuai dengan tugas dan kewenangan serta peran masing-masing.

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam Bimbingan dan

Konseling. Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk membantu peserta

didik/konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan serta

merealisasikan keputusannya secara bertanggungjawab.

50
f. Bimbingan dan Konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan)

kehidupan. Pemberian pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya

berlangsung pada satuan pendidikan, tetapi juga di lingkungan keluarga,

perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat

pada umumnya.

g. Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari pendidikan.

Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling tidak terlepas dari upaya

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

h. Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia.

Interaksi antar guru Bimbingan dan Konseling atau konselor dengan peserta

didik harus senantiasa selaras dan serasi dengan nilai-nilai yang dijunjung

tinggi oleh kebudayaan dimana layanan itu dilaksanakan.

i. Bimbingan dan Konseling bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan.

Layanan Bimbingan dan Konseling harus mempertimbangkan situasi dan

kondisi serta daya dukung sarana dan prasarana yang tersedia.

j. Bimbingan dan Konseling diselenggarakan oleh tenaga profesional dan

kompeten. Layanan Bimbingan dan Konseling dilakukan oleh tenaga

pendidik profesional yaitu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling

yang berkualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang

Bimbingan dan Konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi Guru

Bimbingan dan Konseling/Konselor dari Lembaga Pendidikan Tinggi

Kependidikan yang terakreditasi.

51
k. Program Bimbingan dan Konseling disusun berdasarkan hasil analisis

kebutuhan peserta didik/konseli dalam berbagai aspek perkembangan.

l. Program Bimbingan dan Konseling dievaluasi untuk mengetahui

keberhasilan layanan dan pengembangan program lebih lanjut.

2.4.3 Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling

Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berkenaan dengan berbagai upaya

yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk

memfasilitasi peserta didik/konseli mencapai kemandirian dalam kehidupannya.

Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas jumlah individu yang

dilayani, jenis dan intensitas masalah yang dihadapi peserta didik/ konseli, dan cara

komunikasi layanan. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan

jumlah individu yang dilayani dilaksanakan melalui layanan individual, layanan

kelompok, layanan klasikal, atau layanan kelas besar atau lintas kelas. Strategi

layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jenis dan intensitas masalah yang

dihadapi peserta didik/konseli dilaksanakan melalui bimbingan klasikal, bimbingan

kelompok, bimbingan individual, konseling individual, konseling kelompok, atau

advokasi. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi

layanan dilaksanakan melalui tatap muka antara konselor atau guru Bimbingan dan

Konseling dengan peserta didik/konseli atau menggunakan media tertentu, baik

media cetak maupun elektronik. Media Bimbingan dan Konseling yang

dimaksudkan misalnya: papan bimbingan, kotak masalah, leaflet, website, email,

buku, telepon, dan lainnya.

2.5 Kerangka Pemikiran

52
Berangkat dari permasalahan mengenai kenaikan angka stress pada peserta

didik yang disebabkan oleh Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-

19 yang terus diperpanjang, maka dari itu fokus utama dalam penelitian ini adalah

strategi yang dibuat oleh pemerintah Kota Bandung melalui dinas pendidikan dalam

meningkatkan peran guru bimbingan konseling selama Pembelajaran Jarak Jauh

(PJJ) di masa pandemi Covid-19.

Secara teoritis, peneliti menggunakan pemikiran mengenai strategi

pemerintahan yang dikemukakan oleh Rubin dengan menggunakan teori strategi

utama menurut Rubin yang memiliki 4 pembagian jenis strategi dalam penelitian

ini penulis akan menggunakan Strategi Parlay (SP) Tiga bagian dalam strateginya

adalah:

a. Hedging (perlindungan) yaitu upaya cepat tanggap untuk


melindungi terhadap keadaan darurat.
b. Leveraging (pemanfaatan) yaitu upaya memanfaatkan hal-hal yang
sudah dimiliki oleh organisasi untuk mencapai tujuan.
c. Advancing (peningkatan) yaitu upaya untuk meningkatkan strategi
yang sudah dijalankan.

Karena Strategi Parlays (SP) digunakan untuk menggambarkan pilihan

strategi ketika organisasi berada pada saat lingkungan yang memiliki tingkat

turbulensi ekstrim. Ketika itu, organisasi tidak berhasil mendeteksi pola dan

kecenderungan lingkungan yang menjadi sumber isu peluang dan ancaman yang

hendak diatasi.

Strategi Parlay lahir ketika ada krisis yang datang tiba-tiba. Dalam situasi

tersebut biasanya jarang adanya kesempatan untuk sampai berpikir dan bertindak

dengan rumusan visi dan strategi baru. Hal yang ada hanyalah mencoba melihat dan

memilih apa yang masih mungkin dikerjakan untuk mengatasi efek negatif yang

53
mungkin timbul dari strategi atau kebijakan sebelumnya. Orientasi waktu dalam

strategi ini hanya memiliki horizon yang pendek karena kompleksitas

lingkungannya yang tidak memungkinkan untuk membangun komitmen jangka

panjang.

Dalam penelitian ini, isu ataupun permasalahan yang terjadi yaitu adanya

perubahan secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang

memunculkan kebijakan (PJJ) bagi peserta didik yang harus dihadapkan dengan

perubahan ini, adapun data menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan PJJ ini

memunculkan dampak langsung terhadap peserta didik yang secara terpaksa untuk

(PJJ) belajar di rumah terbukti ditunjukkan. Ternyata 79,9 persen anak mengatakan

bahwa proses (PJJ) tanpa interaksi," Sehingga dibutuhkannya tanggapan strategis

dari pihak pemerintah untuk menangani dan merespon terhadap permasalahan yang

terjadi sebagai dampak dari kebijakan yang dibuat.

Berdasarkan kerangka pemikiran dan anggapan dasar, maka peneliti

membuat preposisi yang dijadikan acuan dasar dalam penelitian ini yaitu: jika tiga

bagian dalam strategi dijalankan oleh dinas pendidikan Kota Bandung maka upaya

dalam meningkatkan bimbingan konseling di satuan pendidikan Kota Bandung

melalui peran guru bimbingan konseling selama (PJJ) di Kota Bandung akan

berhasil.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, untuk lebih memudahkan

pemahaman terhadap kerangka pemikiran ini, peneliti merumuskan ke dalam model

kerangka pemikiran sebagai berikut:

54
Diagram 2.1 Model Kerangka Berpikir
Sumber: Olahan Peneliti, 2022

Kenaikan angka stress peserta didik selama Pembelajaran Jarak Jauh


(PJJ) pada masa pandemi Covid-19 Kebijakan pembelajaran jarak jauh
(PJJ) terus diperpanjang dimasa pandemi Covid-19

Kebijakan melalui program Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk meningkatkan


Bimbingan Konseling bagi para peserta didik Sekolah Menengah Pertama selama
Pembelajaran jarak Jauh

3 Bagian Strategi Sektor Pemerintahan, yaitu:


Hedging (perlindungan)
Leveraging (pemanfaatan)
Advancing (peningkatkan)
Rubin (Bryson dan Einsweiller, 1988)

Dinas pendidikan kota Bandung berhasil memaksimalkan program Bimbingan


Konseling selama Pembelajaran Jarak Jauh pada masa pandemi Covid-19

55

Anda mungkin juga menyukai