Anda di halaman 1dari 8

Penggunaan Bigbook Digital tentang Tokoh Pewayangan Terhadap

Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik dalam Menghadapi Era


Digital

PGSD 5F

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kreativitas, Inovasi, dan Kewirausahaan
Dosen Pengampu Agung Hastomo S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Cantika Aprilia Pratamin (19108244012)
2. Pipit Hidayati (19108244033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara.
Dengan pendidikan dapat mencetak manusia yang bermoral dan berkarakter. Dewasa ini
dunia pendidikan sedang menemui tantangan yang sangat berat yakni mengenai
fenomena demoralisasi pada generasi penerus bangsa. Demoralisasi merupakan
fenomena yang sering kita jumpai pada generasi alpha yang sangat erat kaitannya dengan
era digital. Pada era digital ini tentunya membawa banyak perubahan pada tatanan
masyarakat. Berkembangnya alat komunikasi digital yang dilengkapi dengan piranti
internet, cara hidup, gaya hidup dan berkehidupan manusia berubah pesat dan dalam
waktu yang sangat cepat. Perkembangan era digital yang semakin pesat menyebabkan
masuknya ideology dan kebudayaan asing yang menyebabkan generasi penerus bangsa
pada khususnya yang merupakan generasi milenial – alpha mengalami demoralisasi
terhadap nilai – nilai luhur bangsa sendiri. Nilai – nilai luhur bangsa yang seharusnya
dijadikan pedoman dan landasan ideologi bagi kehidupan sehari – hari semakin lama
semakin terkikis. Demoralisasi pada era digital banyak dijumpai karena kebebasan
berpendapat di sosial media yang tidak ditanggapi secara bijak. Di era digital banyak
sekali konten – konten yang mengandung sara dan dalam hal ini siapapun dapat
mengakses termasuk anak dibawah umur. Era digital memang banyak memberikan
sumbangan dan pengaruh positif bagi kehidupan antara lain dalam bidang pendidikan,
ekonomi, transportasi, dan lain sebagainya. Meskipun banyak membawa pengaruh positif
hal ini juga berdampak negatif khususnya pada pembentukan karakter generasi penerus
bangsa.
Salah satu upaya dalam memperbaiki keadaan demoralisasi akibat era digital
adalah ters memasukan ideology bangsa yang selama ini kental dengan nilai – nilai
ketimuran. Salah satu ideology bangsa yang dapat diambil yakni mengenai kebudayaan
jawa. Kebudayaan jawa merupakan kebudayaan yang berisi nilai – nilai luhur yang
tentunya dapat dijadikan pedoman bagi generasi penerus bansa. Hal yang perlu
disayangkan pada saat ini tidak banyak generasi penerus bangsa yang mau belajar dan
memahami kebudayaan sendiri, karena dianggap kuno dan ketertinggalan zaman. Selain
itu kurangnya media yang menarik dan menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik
menambah kurang berminatnya mempelajari kebudayaan jawa. Salah satu kebudayaan
jawa yang sangat berperan dalam mengajarkan nilai – nilai luhur untuk membentuk
karakter peserta didik khususnya di sekolah dasar adalah wayang. Siswa sekolah dasar
khususnya menjadikan pijakan pertama dalam dunia pendidikan dan menjadi masa
keemasan untuk pembentukan karakter dikarenakan pada masa ini karakter yang
terbentuk akan sangat berpengaruh pada jenjang berikutnya.
Wayang merupakan seni pertunjukan yang biasanya dimainkan oleh seorang
dalang yang banyak berkembang di daerah jawa. Wayang biasanya berisikan tokoh –
tokoh dengan berbagai karakter yang biasanya dimainkan dengan berbagai cerita yang
dapat diambil pesan moralnya. Wayang merupakan salah satu cara yang efektif dalam
mengatasi demoralisasi, akan tetapi masih belum banyak ditemukan cara yang efektif
untuk mengenalkan wayang dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa dengan
lebih menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Pada saat ini dunia
pendidikan jarang mengambil tokoh wayang yang merupakan kebudayaan asli Jawa
sebagai bahan ajar dan dalam era digital inj siswa juga kurang mengenal tokoh wayang
karena biasanya tokoh yang mereka jumpai di era digital merupakan tokoh kartun fiksi
seperti doraemon dan lain-lain. Dalam hal ini siswa juga lebih mengenal tokoh artis dan
youtubers daripada mengenal tokoh yang sesuai dengan kebudayaan sendiri.
Dalam hal ini peneliti ingin mengembangkan wayang dengan media big book
dalam upaya membentuk karakter generasi penerus bangsa. Big Book dipilih karena
merupakan media yang efektif digunakan untuk memahamkan nilai – nilai yang baik
kepada siswa karena sesuai dengan karakteristik siswa SD. Pada biasanya big book
merupakan media cetak, akan tetapi peneliti memberikan kebaruan mengembangkan
bigbook secara digital untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Cerita atau konten
yang basanya diangkat dalam big book biasanya mengenai cerita fabel, fiksi, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini bigbook jarang mengangkat wayang sebagai isi untuk
membentuk karakter generasi penerus bangsa. Dalam hal ini peneliti ingin
mengembangkan media yang menarik yang tidak meninggalkan aspek budaya akan tetapi
juga tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi sebagai upaya pembentukan karakter
bagi generasi penerus bangsa.

Big book pewayangan didesain dengan menampilkan tokoh yang dapat


dicontoh siswa dan karakter yang boleh dicontoh siswa. Pada penelitian sebelumnya
terdapat penelitian mengenai bahan ajar yang hampir serupa namun mengenai modul
tentang wayang kulit dengan subjek penelitian siswa usia dini. Pada penelitian ini juga
dikembengkan bahan ajar tentang wayang kulit dengan big book dan dengan objek
penelitian siswa SD yang berada di Jawa.

Dalam hal ini bigbook pewayangan akan difokuskan pada masa pandemic Covid–
19 dengan subjek penelitian siswa sekolah dasar di daerah suku Jawa pada khususnya.
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah big book digital berbasis kearifan lokal
dapat menjadikan media yang efektif untuk membentuk karakter siswa SD di pulau jawa.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang akan dimunculkan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan media Big Book digital dengan menggunakan bahan ajar
berbasis pewayangan ?
2. Bagaimanakah keefektifan media big book digital yang dikembangkan ?
3. Bagaimana menghubungkan terkait penguatan karakter peserta didik melalui tokoh
pewayangan ?
1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya penelitian adalah :
1. Untuk mengembangkan serta menghasilkan perangkat media Big Book digital tentang
tokoh pewayangan dalam menguatkan karakter peserta didik
2. Untuk mengetahui keefektifan media Big Book digital sebagai perangkat pembelajaran.
3. Untuk menghubungkan karakter tokoh pewayangan apa saja yang patut dicontohi dan
ditinggalkan oleh peserta didik.

1.4 Luaran yang diharapkan


Program ini direncanakan untuk mengembang dan menghasilkan media pembelajaran
berupa Big Book digital dengan tokoh pewayangan terhadap penguatan karakter peserta
didik. Bigbook ini menggunakan bahasa indonesia sehingga bisa dipahami oleh kalangan
setiap orang terutama peserta didik. Media Big Book tentunya dominan dengan gambar yang
besar dengan beberapa tulisan untuk pelengkap cerita. Pada Big Book tersebut ada gambar
tokoh wayang dengan berbagai macam karakter dengan tulisan cerita yang berukuran besar.

1.5 Manfaat
Manfaat teoritis
Media Big Book yang dikembangkan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
wawasan serta pengetahuan untuk memberikan penguatan pada peserta didik.
Manfaat Praktis
a. Pendidik
Dengan adanya ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar atau media
pembelajaran yang digunakan untuk mengenalkan tokoh pewayangan beserta karakternya
untuk penguatan karakter pada peserta didik. Dapat meningkatkan pengetahuan serta
kreatifitas guru untuk menemukan berbagai cara terbaik dalam memberikan pembelajaran
yang maksimal.
b. Peserta didik
Dengan adanya Bigbook digital yang melibatkan tokoh wayang pada cerita tersebut,
semoga siswa tertarik dan dapat memahami dan mengambil sikap yang baik dan
menjauhi sikap yang buruk pada tokoh pewayangan tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada penelitian ini, peneliti telah menjabarkan beberapa teori yang berkaitan dengan Penggunaan
Bigbook Digital tentang Tokoh Pewayangan Terhadap Penguatan Pendidikan Karakter Peserta
Didik dalam Menghadapi Era Digital. National Education Association memberikan definisi
media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya,
media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Dengan adanya media pembelajaran
belajar akan lebih efektif dan menyenangkan. Informasi yang disampaikan oleh guru dapat
diterima dengan baik oleh peserta didik. Peserta didik dapat melihat secara langsung benda yang
dimaksudkan guru tanpa harus menghayalkannya, terutama dalam pendidikan. Sementara
dengan Gagne’ dan Briggs, mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara
fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder,
kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, TV, dan
komputer.
Menurut Lynch dalam Yuniati, menyatakan big book dapat menjadi motivasi yang kuat
untuk belajar tentang pengucapan kata, bentuk, dan jenis kata majemuk, kata kerja, singkatan,
ataupun sajak. Kualitas khusus big book menurut Deni dalam Aqila Darmata Synta, adalah: a.
Melibatkan ketertarikan anak dengan cepat karena gambar yang dimilikinya, b. Mengandung
irama yang menarik, c. Memiliki gambar yang besar, d. Ada tulisan yang diulang-ulang, e. Alur
ceritanya sederhana dan jelas, f. Sering memasukkan unsur humor.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
telah dikembangkan bahan ajar mengenal wayang kulit yang telah layak untuk pembelajaran di
jenjang PAUD atau TK dan dapat menumbuhkan karakter berbudaya Jawa.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan penulis tentang pendidikan karakter melalui media
tokoh wayang hasil dari mengkaji kedua pendapat SRI MULYO dan PURWADI seorang penulis
buku cerita wayang. Dari BAB I sampai BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : 1. Pendapat sri mulyono tentangtokoh:wayangsemar, figur yang sabar, tulus, pengasih,
pemeliharaan kebaikan, menjaga kebenaran, dan menghindari perbuatan dur-angkara. Wayang
gareng, sikap arif dan harapan yang baik. Wayang petruk sikap yang bijak dalam menyikapi hal
buruk. Wayang bagong tokoh yang baik dalam bergaul. 2. Pendapat purwadi purwacarita tentang
tokoh : wayang semar, rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama. Wayang
gareng, dengan tangan yang cacat, kaki yang pinang, mata yang juling, melambangkan CIPTA,
bahwa menciptakan sesuatu, dan tidak sempurna. Wayang petruk, digambarkan dengan bentuk
panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang dalam menjalani hidup manusia harus
berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Wayang bagong, Bagong berkarakter suka
bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat serius serta memiliki sifat lancang dan
suka berlagak bodoh 3. Mengetahui perbedaan tokoh wayang Sri Mulyono tentang semar,
gareng, petruk, bagong, lebih terselipkannya pendidikan karakter. Sedangkan tokoh wayang
Purwadi purwacarita terdapat pendidikan islam serta filosofinya.

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu studi literatur dengan data-data yang
dibutuhkan penelitian dapat diperoleh dari sumber pustaka atau dokumen. Selain data, beberapa
hal yang harus ada dalam sebuah penelitian supaya dapat dikatakan ilmiah, juga memerlukan hal
lain seperti rumusan masalah, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, dan pengambilan kesimpulan.
penelitian dengan studi literatur adalah penelitian yang persiapannya sama dengan penelitian
lainnya akan tetapi sumber dan metode pengumpulan data dengan mengambil data di pustaka,
membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian. Sumber data untuk penelitian studi literatur
menggunakan pengumpulan data dari sumber yang resmi. Pada era digital saat ini, peneliti
melihat penggunaan media pembelajaran Big book digital dengan melibatkan tokoh pewayangan
sebagai penguatan karakter peserta didik cukup efektif dan mudah untuk diakses oleh siapa saja.

Selain karakter, siswa bisa mengenal tokoh-tokoh wayang tersebut. Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa media wayang presiden efektif dalam menanamkan nilai karakter kepada
siswa sekolah dasar. Selain. Penanaman karakter dari pelaksanaan siklus I dan II menunjukkan
peningkatan hasil yang sangat baik. Selain itu hasil belajar yang diperoleh siswa dari setiap
siklus menunjukkan pertambahan peningkatan persentase. Respon siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media wayang presiden juga menunjukkan respon dengan
kriteria sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai