Anda di halaman 1dari 13

Pendekatan Perkembangan Kognitif

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Dra. Hj. Puji Asri, M.Pd.

(Makalah)

Oleh

Abhurizal Muhammad Yusuf ( 1000126)

Agustina Chandra Juwita ( 1002619 )

Ai Kurnia Ilham Nurdinia ( 1009125 )

Cici Cipta Asih ( 1000165 )

Dede Solihah ( 1006281 )

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2011

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur al-hamdulilah, makalah yang berjudul Pendekatan


Perkembangan Kognitif ini dapat diselesaikan oleh kelompok kami dengan waktu yang
telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada junjunan kita
semua Nabi Muhammad SAW. Disusunnya makalah ini merupakan salah satu syarat
tugas kelmpok dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang dibina oleh Dra.
Hj. Puji Asri, M.Pd.

Semoga dengan disusunnya makalah ini bisa menjadikan manfaat bagi kita semua.
Kami sekelompok menyadari betul bahwasannya dalam makalah ini masih banyak
kekuranggannya, oleh karena itu adanya kritik dan saran dari berbagai pihak khususnya
dosen kami demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga ini semua menjadikan amal saleh bagi kita semua.

Bandung, Februari 2011

Kelompok 3 Kelas 2A

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I ………………………………………………………………………….. 4

Pendahuluan ………………………………………………………………………….. 4

Latar Belakang …………………………………………………………………………. 4

BAB II ( ISI ) ………………………………………………………………………….. 5

Pendekatan Perkembangan Kognitif …………………………………………………... 5

Tabel ………………………………………………………………………………..... 6

Model kognisi sosial …………………………………………………………………. 7

Kognitif dari Wikivedia …………………………………………………………. 8

BAB III (Penutup) …………………………………………………………………. 12

Kesimpulan …………………………………………………………………………. 12

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………. 13

3
BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang
Psiklogi perkembangan melakukan studi tentang perubahan tingkah laku sikap manusia dalam
semua siklus kehidupan individu mulai masa konsepsi sampai mati, walaupun usaha-usahanya
banyak difokuskan sampai pada periode remaja. Sehingga beberapa teori perkembangan di bagi
menjadi tiga jenis yaitu: 1: Perkembangan Kognitif, 2: Belajar atau Lingkkungan, 3: Etologis.

Selain itu karena muncul beberapa pertanyaan seperti yang berikut ini:

a.) Memberikan gambaran tentang tingkah laku anak yang meliputi pertanyaan-pertanyaan,
seperti: kapan bayi mulai berjalan ? Apa keterampilan sosial yang khas bagi anak usia empat
tahun? Bagaimana anak usia kelas enam memecahkan konflik dengan teman-temannya.

b.)Mengidentifikasi Faaktor penyebab dan proses melahirkan perubahan perilaku dari satu
perkembangan berikutnya. Faktor-faktor ini meliputi waarisan genetika, karakteristik biologis
dan struktur otak, lingkungan fisik dan sosial dalam kehidupan anak dan pengalaman-
pengalaman anak.

4
BAB II
ISI
Pendekatan Perkembangan Kognitif

Pendekatan ini berdasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif
merupakan sesuatu yang fundamental, dan yang membimbing tingkah laku anak. Kunci untuk
memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaiman pengetahuan tersebut
terstruktur dalam berbagai aspeknya. Ada tiga model perkembangan kognitif, yaitu :

a. Model dari Piaget


Piaget berpendapat bahwa perkembangan manusia dapat digambarkan dalam konsep
fungsi dan struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama bagi
setiap orang atau kecenderungan kecenderungan biologis untuk mengorganisasi
pengetahuan kedalam striktur koginsi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai
tantangan lingkungan. Tujuan dari fungsi fungsi itu adalah menyusun struktur
kognitif internal. Sementara struktur merupakan interelasi (saling berkaitan) system
pengetahuan yang mendasari dan membimbing tingkah laku intelegen. Struktur
kognitif diistilahkan dengan konsep skema, yaitu seperangkat keterampilan, pola pola
kegiatan yang fleksibel, yang dengannya anak memahami lingkungan.

Skema merupakan aspek yang fundamental, dalam teori Piaget, namun sangan sulit
untuk difahami secara komprehensif. Dia meyakini bahwa intelegensi bukan sesuatu
yang dimiliki anak, tetapi yang dilakukannya. Anak memahami lingkuangan hanya
melalui perbuatan (melakukan sesuatu terhadap lingkungan). Intelegensi lebih
merupakan proses daripada tempat penyimpanan informasi yang statis.

Menurut Wasty Soemanto (1984), skema ini berhubungan dengan :


a. Refleks : Bernafas, makan, dan minum
b. Skema mental : Skema klasifikasi (pola tingkah laku yang sulit diamati,seperti
sikap) dan skema operasi (pola tingkah laku yang dapat diamati).

Dalam membahas fungsi fungsi, Piaget mengelompokannya sebagai berikut :

1. Organisasi, yang merujuk kepada fakta bahwa semua struktur kognitif


berinterelasi, dan berbagai pengetahuan baru harus diselaraskan kedalam
system yang ada.

5
2. Adaptasi, yang merujuk kepada kecendrungan organisme untuk menyelaraskan
dengan lingkungan. Adaptasi ini terdiri atas dua sub proses : (1). Asimilasi,
yaitu kecenderungan untuk memahami pengalaman baru berdasarkan
pengetahuan yang telah ada, seperti seorang anak kecil memanggil semua
orang dewasa pria dengan sebutan “Daddy”. (2). Akomodasi, yaitu perbahan
strultur kognitif karena perkembangan baru. Seperti pada masa awal
perkembangan, anak cenderung untuk mengisap setiap objek yang ada di
dekatnyan , namun pada akhirnya dia belajar bahwa tidak semua objek dapat
diisap. Keadaan saling mempengaruhi antara asimilasi dan akomodasi
melahirkan konsep konstruktivisme, yaitu bahwa anak secara aktif
menciptakan (mengkreasi) pengetahuan, dalam arti anak tidak hanya menerima
pengetahuan secara pasif dari lingkungannya. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif meliputi empat tahap atau periode, yaitu seperti tampak pada tebel
dibawah ini

TABEL
PERIODE USIA DESKRIPSI PERKEMBANGAN

1.Sensorimotor 0-2 tahun Pengetahuan anak diperleh


melelui interaksi fisik, baik
dengan orang atau objek (benda).
Skema-skemanya baru berbentuk
refleks-refleks sederhana, seperti:
menggenggam atau mengisap.

2.Praoperasional 2-6 tahun Anak mulai menggunakan smbol-


simbol untuk mempresentasi
dunia (lingkungan) secara
kgnitif.Simbol-simbol itu seperti:
kata-kata dan bilangan yang dapat
menggantikan objek, peristiwa
dan kegiatan (tingkahlaku yang
tampak)
3.Operasi konkrit 6-11 tahun
Anak sudah dapat membentuk
operasi-operasi mental atas
pengetahuan yang mereka miliki.
Mereka dapat menambah,
mengurangi dan mengubah.
Operasi ini memungkinkannya
untuk dapat memecahkan masalah
4.Operasi Formal 11 secara logis.
tahunsampai

6
dewasa Periode ini merupakan operasi
mental tingkat tinggi. Disini anak
(remaja) sudah dapat berhubungan
dengan peristiwa-peristiwa
hipotesis atau abstrak, tidak hanya
dengan objek-bjek konkrit.
Remaja sudah dapat berpikir
abstrak dan memecahkan masalah
melalui pengujian semua alternatif
yang ada.

b. Model Pemrosesan Informasi


Pendekatan ini merumuskan bahwa kognitif manusia sebagai system yang terdiri atas
tiga bagian :
1. Input, yaitu proses informasi dari lingkungan atau stimulasi (rangsangan) yang
masuk kedalam reseptor reseptor panca indera dalam bentuk penglihatan, suara,
dan rasa;
2. Proses, yaitu pekerjaan otak untuk mentransformasikan informasi atau stimulasi
dalam cara yang beragam, yang meliputi,mengolah/menyusun informasi kedalam
bentuk bentuk simbolik,membandingkan dengan informasi sebelumnya,
memasukan kedalam memori dan menggunakannya apabila diperlukan;
3. Output, yang berbentuk tingkah laku,seperti berbicara, menulis, interaksi
sosial,dan sebagainya.

c. Model kognisi sosial


Kognisi sosial dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang lingkungan sosial dan
hubungan interpersonal. Model ini menekankan tentang dampak/pengaruh
pengalaman sosial terhadap perkembangan kognitif. Tokoh dari pendekatan ini adalah
Lev Vygtosky (1886-1944) ahli psikologi dari Rusia.

Teori ini menekankan tentang kebudayaan sebagai factor penentu dari perkembangan
individu. Diyakini bahwa hanya manusia yang dapat menciptakan kebudayaan, dan
setiap anak manusia berkembangan dalam konteks kebudayaannya. Kebudayaan
memberikan dua kontribusi terhadap perkembangan intelektual anak . Pertama, anak
memperoleh banyak sisi pemahamannya; dan kedua anak memperoleh banyak cara
berfikir, atau alat alat adaptasi intelektual.

Singkatnya, kebudayaan telah mengajari anak tentang apa yang difikirkan dan
bagaimana cara berfikir. Lev Vygtosky meyakini bahwa perkembangan kognitif
menghasilkan proses sosioinstruksional, yang karenanya anak belajar saling tukar
pengalaman dalam memecahkan masalah dengan orang lain, seperti orangtua, guru,

7
sodara dan lain lain. Perkembangan merupakan prses internalisasi terhadap
kebudayaan yang membentuk pengetahuan dan alat adaptasi, yang wahana utamanya
melalui bahasa atau komunikasi verbal.

Sumber : Wikivedia

Teori perkembangan kognitif


Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss
yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan
operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru
dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa
kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget
membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

 Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)


 Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
 Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
 Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa
tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan
bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu

8
yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi
objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan
belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal
kreativitas.

Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas
tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting
selama tahapan ini adalah:

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda


menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk


bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak


berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang


orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

9
Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak
belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau
warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia
dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya.
Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,
mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana
hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang
lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap
setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

Proses perkembangan

Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi
tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang
membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan
baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses
perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,
informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti
skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang
sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung
kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan
mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi
skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses
ini bersifat subjektif, karena seseorang a emodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di
atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi
binatang itu pada skema burung si anak.

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian
skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam

10
proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas,
melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang
sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut
dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan
seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan
selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua
proses penyesuaian di atas.

Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar
secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan kognitif biasanya didasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan
kognitif merupakan sesuatu yang fundamental, dan yang membimbing tingkah laku anak. Kunci
untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaiman pengetahuan tersebut
terstruktur dalam berbagai aspeknya. Dan model kognitif ini di bagi menjadi 3 model yaitu:
model dari piaget, Model pemrosesan informasi, dan Model Kognisi Sosial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu. 2010. Perkembangan Psikologi Anak & Remaja. Bandung: Rosda

WIKIVEDIA INDONESIA

13

Anda mungkin juga menyukai