Anda di halaman 1dari 178

KATA PENGANTAR

Mahasiswa Magister Keperawatan, Konsentrasi Manajemen Keperawatan, Bermaksud


mengadakan Seminar Ilmiah dan Pelatihan Pengembangan Komite Keperawatan di Rumah Sakit
dengan tema “Pengembangan ProfesionalismeBerkelanjutan Melalui Penjaminan Mutu
dan Etik-Disiplin Profesi dalam PraktekKeperawatan”. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam
menyiapkan pembentukan dan peningkatan komite keperawatan rumah sakit. Untuk
memperlancar kegiatan pelatihan tersebut, maka disusunlah buku pedoman“ Penjagaan dan
Audit Etik-Disiplin Profesi Dalam Komite Keperawatan”. Harapan kami, dengan tersedianya
buku ini, mutu penyelenggaraan pelatihan dapat ditingkatkan. Demikian dan selamat mengikuti
pelatihan
Semarang, September 2014

Penyusun
DAFTAR ISI
A. Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------- 1B. Daftar Isi -----
------------------------------------------------------------------------- 2C. Daftar Gambar
------------------------------------------------------------------------ 3D. Pendahuluan
--------------------------------------------------------------------------1.

Tujuan Instridksional Umum ---------------------------------------------------2.

Entry Behavior ---------------------------------------------------------------------3.

Pentingnya Pempelajari Modul --------------------------------------------------4668E Sajian Materi ---


----------------------------------------------------------------------- 91.

Uraian Materi ---------------------------------------------------------------------- 9a.

Konsep Penjagaan Etik Dan Disiplin -------------------------------------1)

Etika Profesi Keperawatan --------------------------------------------2)

Disiplin Profesi Keperawatan ----------------------------------------- b.

Metoda Audit Etik dan Disiplin1)

Metoda FPPE -----------------------------------------------------------2)

Metoda OPPE -----------------------------------------------------------9101416222.

Contoh dan Ilustrasi --------------------------------------------------------------3.

Latihan ------------------------------------------------------------------------------2430F.
Rangkuman --------------------------------------------------------------------------- 31G.
Glosarium ----------------------------------------------------------------------------- 35H. Daftar Pustaka
------------------------------------------------------------------------ 37
D. PENDAHULUAN
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan mempunyai
fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia,ser
ta penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi bidangkesehatan.
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam pasal 13ayat (3)
mengamanatkan bahwa “Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakitharus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien danmengutam
akan keselamatan pasien”. Selanjutnya dalam Undang-Undang nomor 36tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 63 dinyatakan bahwa penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan/atau perawatanserta
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yangdapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya. Pelaksanaan pengobatandan/atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapatdilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.Penyelenggaraan pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit ditentukan oleh tigakomponen utama yaitu : a) jenis pelayanan
keperawatan yang diberikan; b) sumber dayamanusia tenaga keperawatan sebagai pemberi
pelayanan; dan c) manajemen tata kelola pemberian pelayanan. Mengingat besarnya populasi
tenaga keperawatan di Rumah Sakitmaka dibutuhkan tenaga keperawatan yang kompeten,
mampu berpikir kritis,
selalu berkembang serta memiliki etika profesi sehingga pelayanan keperawatan dapatdiberikan
dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya, sebagaimanadiamanatkan
Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 28 bahwa
praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan
standar prosedur operasional.
Agar profesionalisme tenaga keperawatan dapat tumbuh dan terus berkembang maka dibutuhkan
suatu mekanisme dan sistem pengorganisasian yang terencana dan terarah yang diatur oleh
wadah keprofesian yang sarat dengan aturan dan tata
norma profesi sehingga dapat menjamin bahwa sistem pemberian pelayanan dan asuhan yangdite
rima oleh pasien, memang diberikan oleh tenaga keperawatan dari berbagai jenjangkemampuan
atau kompetensi dengan benar (scientific) dan baik (ethical ) serta dituntunoleh etika profesi.
Wadah pengorganisasian hal tersebut dikenal dengan Komite Keperawatan.Komite Keperawatan
sendiri sebenarnya telah dikenal sejak lama berkat Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 1
tahun 2002 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah. Tetapi
pelaksanaannya masih belummemberikan kontribusi maksimal terhadap pengembangan
profesionalisme keperawatandan tata kelola klinis yang bermutu, sehingga akhirnya diatur
kembali melalui Peraturan Menteri Kesehatan nomor 49 tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit. Meskipun Permenkes ini lahir lebih dulu dari Undang-Undang
Keperawatan, dan bukan merupakan peraturan turunan dari Undang-Undang tersebut, namun
kaidah-kaidahnya sejalan dengan gagasan pengembangan profesionalisme yang diinginkan oleh
Undang-Undang Keperawatan. Bahkan hasil kerja Komite Keperawatan yang baik juga
menjadisalah satu daya ungkit Akreditasi Rumah Sakit Instrumen KARS versi 2012 edisi 1.

1. Tujuan Instruksional UmumMeningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta


mengenai penjagaan etikdan disiplin perawat dalam konteks pengembangan keprofesian
berkelanjutan dalamwadah Komite Keperawatan.
2. Entry Behavior
Di Indonesia melalui perjuangan yang cukup panjang, maka pada tahun 1976telah disepakati dan
diterima kode etik perawat Indonesia yang merupakan salah satulangkah maju demi
pertumbuhan keperawatan profesional. Tujuan keperawatn adalahmemberikan asuhan
keperawatn baik secara individu maupun berkelompok yang titiksentralnya adalah manusia
dengan memperhatikan harkat, martabat dan penghargaanterhadap keluhuran insani.Sebagai
seorang profesional, perawat menerima tanggung jawab danmengemban tanggung jawab untuk
memnbuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawat yang diberikan.
Perawat juga bekerja di berbagaitatanan dan mengemban berbagai peran yang membutuhkan
interaksi bukan sajadengan klien/pasien, keluarga dan masyarakat tetapi juga dengan tim
kesehatan lain.Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik,
baikdengan klien/pasien beserta keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain.Disamping itu
perawat harus mempertahankan dan meningkatkan kompetensinyadalam praktek sesuai dengan
perkembangan IPTEK keperawatan dan kesehatan,terutama yang berkaitan dengan perpanjangan
hidup yang sering menimbulkandilema etik. Etik keperawatan berkaitan dengan hak, tanggung
jawab dan kewajibandari tenaga keperawatan profesional dan institusi pelayanan dimana
klien/pasiendirawat. Pernyataan kode etik perawat dibuat untuk membantu dalam
pembuatanstandar dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas, kewajiban dan tanggung
jawab perawat profesional. Kode etik merupakan ciri mutlak dari suatu profesi yangmemberi
makna bagi pengaturan profesi itu sendiri meliputi bentuk pertanggung jawaban dan kepercayaan
yang dilakukan oleh masyarakat.Saat seseorang mulai memasuki profesi keperawatan, maka ia
sceara langsungakan menerima tanggung jawab, kepercayaan dan kewajiban yang melekat pada
kodeetik itu sendiri. Telaah tentang maslaah etik dan isu/konflik yang mungkin timbuldalam
praktek keperawatan dapat dipakai sebagai landasan kerja bagi perawat
dalam pendekatan yang sistematik terhadap perilaku etis. Hal ini juga akan memberikan peningk
atan kesadaran tentang bergam masalah etik dan pengambilan keputusandalam asuhan
keperawatan.Perawat dapat menjaga perspektif etis dengan jalan menyadari bahwa
semuakeputusan yang diambil dalam praktek mempunyai dimensi etis. Hal ini disebabkankarena
perawat bekerja dengan berbagai urusan manusia yang berbeda dan membuat pertimbangan-
pertimbangan tentang apa yang perlu dilakukan untuk mereka.Regulasi menjadi penting karena
regulasi merupakan kebijakan/ketentuan yangmenagtur profesi keperawatan dalam
melaksanakan tugas sprofesinya dan tekaitkewajiban dan hak. Pada saat ini regulasi dilakukan
dengan mengacu pad keputusanMenteri Kesehatan no. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan
praktek keperawatanyang dibuat oleh konsil keperawatan serta per,enkes no. 49 tahun 2013
tentangkomite keperawatan Dengan adanya registrasi, lisensi dan sertifikasi,
serta penjaminan etik dan disiplin maka mutu pelayanan dan tingkat kepuasan klienmeningkat
dan malpraktek dapat dicegah. Modul etik dan disiplin ini disusun denganmaksud dan tujuan
untuk memberikan landasan tentang mengapa perawat harusmempelajari dan menghayati tentang
etika profesi keperawatan.

3.Pentingnya Mempelajari Modul Setelah mempelajari modul ini perawat sebagai bagian dari
tim sub komite etik dandisiplin mampu untuk:a.

Menyusun Standar Etik Profesi, hak dan kewajiban perawat/ bidan, hak dankewajiban pasien,
peraturan rawat inap dan mensosialisakannya. b.

Menyusun prosedur penanganan etik/ disiplin profesi dan sanksinya.c.


Mengevaluasi penerapan kode etik profesi keperawatan dan kebidanan.d.

Membantu ketua komite dalam memberikan rekomendasi/ masukan kepadadepartemen


keperawatan terhadap tenaga keperawatan yang melakukan pelanggaran etik/ disiplin profesi.e.

Melakukan sosialisasi dan promosi tentang disiplin profesi kepada seluruh tenagakeperawatan.f.

Melakukan pembinaan terhadap tenaga keperawatan yang melanggar etik/disiplin profesi.g.

Bekerjasama dengan panitia K3RS dalam memantau ketertiban dan kepatuhan peraturan rumah
sakit serta rawat inap.
E.

SAJIAN MATERI1.

Uraian Materi
Komite keperawatan merupakan gabungan dari karakteristik terbaik
beberapaindividu untuk menghasilkan hasil yang efektif, berfungsi
mengumpulkan danmemberikan informasi, memberikan masukan atau nasehat, membuat
keputusan, bernegosiasi, mengkoordinasi dan berpikir kreatif untuk menyelesaikan masalahopera
sional dan maningkatkan mutu pelayanan. Komite keperawatan juga merupakansebuah wadah
non struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utamamempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melaluimekanisme kredensial, penjagaan mutu atau profesi
dan memelihara etika dandisiplin profesi serta emiliki otonomi untuk mengatur diri sendiri dalam
upayameningkatkan kerja profesionalnya (Hamid AY. 2000, Swansburg dalam Ernawati.2010,
Permenkes No 49 tahun 2013).Dijelaskan dalam Permenkes No. 49 tahun 2013 tentang Komite
KeperawatanRumah sakit dalam pasal 2 yang menegaskan bahwa penyelenggaraan
komitekeperawatan dibentuk untuk dapat meningkatkan profesionalisme tenagakeperawatan
serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanankeperawatan yang berorientasi
pada keselamatan pasien di Rumah Sakit lebihterjamin dan terlindungi. Dalam pasal 11 ayat 1(c)
menjelaskan salah satu tugasKomite Keperawatan perlu dilengkapi dengan sub Komite Etik dan
Disiplin, yangmeiliki tugas utama dalam pembinaan etik dan disiplin tenaga keperawatan.
a.

Konsep Penjagaan Etik dan Disiplin Profesi


Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga keperawatan sebagai landasandalam memberikan
pelayanan yanng manusiawi berpusat pada pasien. Prinsip“caring” merupakan inti pelayanan
yang diberikan oleh tenaga keperawatan.
Pelanggaran terhadap standar pelayanan, disiplin profesi keperawatan dankebidanan hampir
selalu dimulai dari pelanggaran nilai moral-etik yang akhirnyaakan merugikan pasien dan
masyarakat.Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah etik antara laintingginya
beban kerja tenaga keperawatan, ketidakjelasan Kewenangan Klinis,menghadapai keadaan
pasien gawat-kritis dengan kompetensi yang rendah serta pelayanan yang sudah berorientasi
pada bisnis.Kemampuan praktek yang etis hanya merupakan kemampuan yangdipelajari pada
saat masa pendidikan, belum merupakan hal yang pentingdipelajari dan diimplementasikan
dalam praktek. Berdasarkan hal
tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secaraterencana
, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanankeperawatan dan kebidanan yang
diberikan benar-benar menjamin pasien akanaman dan memberikan kepuasan.
1)

Etika Profesi Keperawatan


Etik berasal dari kata “ethics” yang berarti prinsip moral atau aturan beperilaku, aturan tersebut
dihimpun dalam suatu pedoman yang disebut kodeetik. Sedangkan pengertian etika secara umum
Menurut Bertens K (2000)dalam Sumijatun 2011a)

Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagiseseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. b)

Kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah “KodeEtik”.c)
Ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moral
“filsafat moral”.
Etika profesi adalah Sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan perilaku yang
diterapkan pada suatu profesi (misalnya : ProfesiKeperawatan). Etiket Profesi berarti
perilaku yang diharapkan bagi setiapanggota profesi untuk bertindak dengan kasitas
profesionalnya (Tabbner,1981). Contoh : Memenuhi kebutuhan pasien.Etika dalam keperawatan
mempunyai peranan penting dalammenentukan perilaku yang beretika dan dalam pengambilan
keputusan etis, prinsip berfungsi secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan,atau
diijinkan dalam suatu keadaan yang diperlukan untuk membuatkeputusan etis (potter & perry,
2005)Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang
menjadi penuntun berperilaku serta membuat keputusanuntuk melindungi hak-hak manusia.
Etika diperlukan oleh semua profesi,termasuk juga keperawatan, yang mendasari prinsip-prinsip
suatu profesi dantercermin dalam standar praktek profesi (Donheny, Cook, Stoper,
1982).Prinsip-Prinsip Moral / Etis dalam mengambil keputusan perawat hendaknyasenantiasa
mendasarkan dan mempertimbangkan pada prinsip-prinsip moralyang sifatnya universal.Prinsip
yang paling dasar adalah : “ Hormat terhadap pribadi manusia“.Pribadi manusia yang memiliki
martabat yang begitu tinggi dan luhur,karena manusia diciptakan oleh Allah sendiri sesuai
dengan citranya. Dari prinsip dasar inilah dikembangkan prinsip-
prinsip lain yaitu : Menghargaiotonomi (Autonomy), tidak merugikan (non maleficence), berbuat
baik beneficence), adil (justice), jujur (Veracity), menj(Privacy/Confidentiality), setia/memegang
teguh janji (fidelity) dan menjagakerahasiaan (confidentiality)a)

Menghargai otonomi :Perawat wajib menyadari dan menghargai keunikan individu,


yaitumenghargai hak orang tersebut untuk menjadi dirinya sendiri, hak untukmemutuskan tujuan
bagi dirinya sendiri. Misalnya :1)

Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan pada pasien.2)

Menghargai hak-hak pasien dalam mengambil keputusan.3)

Menerima keluhan-keluhan subyektif pasien.4)


Meminta informed consent bila akan dilakukan suatu pemeriksaandan tindakan-tindakan untuk
terapi. b)

Tidak merugikanKewajiban untuk tidak berbuat yang merugikan /


membahayakan.Membahayakan ini bisa dengan sengaja, resiko dan tidak
dimaksudkan.Membahayakan dengan sengaja adalah tidak dapat diterima dandibenarkan secara
etis. Tidak bermaksud membahayakan, resiko jugaharus dipertimbangkan tingkatannya, dimana
kebaikannya danmanfaatnya akan lebih besar dari pada bahaya atau kerugiannya.c)

Berbuat baikPerawat wajib berbuat kebaikan yang menguntungkan pasien, dan


disini perawat sekaligus juga mempertimbangkan kerugian atau yangmembahayakan
pasien. Misalnya : Perawat menganjurkan
pasien dengan penyakit jantung untuk mengikuti program latihan fisik secara intensifdengan
maksud meningkatkan kesehatannya secara umum, tetapi itu tidak
aga kerahasiaan

perlu dilakukan, karena dengan latihan intensif tersebut ada resiko bagi pasien terkena serangan
jantung.d)

AdilPerawat wajib berlaku adil dalam membuat keputusan dan bertindak untuk pasiennya.
Misalnya :1)

Perawat seorang diri bertugas di IGD, menerima pasien 2 orang, mana pasien yang harus diberi
pengobatan dulu ? Apa pertimbangannya ?2)

Misalnya menolong dulu pasien yang lebih gawat dan kesakitan.3)

Bila peralatan atau tenaga terbatas, sedangkan kebutuhannya


lebih, bagaimana perawat membagi peralatan dan tenaga yang ada tersebutdipertimbangkan
dengan rasa keadilan sesuai dengan kebutuhanobyektif.e)
KesetiaanPerawat berkewajiban memegang/menepati perjanjian/persetujuan yangtelah dibuat
dan bertanggung jawab atas kesanggupannya sehingga dapatdipercaya.Misalnya : Perawat yang
sudah berjanji pada pasiennya akanmengganti pembalut yang kotor setelah pasien makan, dan
perawatmenepati janjinya itu.f)

KejujuranPerawat wajib mengatakan hal yang sebenarnya, dengan bijaksana demikebaikan


pasiennya. Misalnya : Perawat memberitahukan
keadaan penyakit pasien yang sebenarnya kepada pasien yang inginmengetahuinya, dengan tetap
mempertimbangkan situasi dan kesiapan pasien untuk menerimanya.g)

Menjaga kerahasiaan
Hal ini dijelaskan dalam UU No 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal38 huruf e yang
kemudian diperjelas dalampasal 39 ayat 1 bahwa pengungkapan
rahasia kesehatan Klien dilakukan atas dasar: kepentingankesehatan Klien, pemenuhan
permintaan aparatur penegak hukum dalamrangka penegakan hukum, persetujuan Klien sendiri,
kepentingan pendidikan dan penelitian dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
2)

Disiplin Profesi Keperawatan


Istilah ini dikembangkan dari latin yaitu “disciplina” (disciplus)
yang berarti instruktion, teaching. Dijelaskan juga dalam cassell’s new latindictionary disebutkan
juga
body of knowladge that which is touch, learning science
. Dalam arti yang lebih luas juga disebitkan sebagai
training,education dicipline of boys, of slaves, military training, dicipline, orderedwau of life
(Guwandi 2005).Adapun disiplin profesi pada dasarnya adalah etika yang
khusus berlaku bagi orang atau kelompok orang tertentu yang melakukan praktik profesi tertentu
pula, namun dengan bentuk dan kekuatan sanksi yang lebihtegas dibanding sanksi etika pada
umumnya, meskipun tetap lebih “lunak”dibandingkan sanksi hukum. Sanksi yang diancamkan
oleh suatu
disiplin profesi relatif lebih keras dibandingkan sanksi etika pada umumnya, karenasanksi
disiplin berkaitan dengan dapat atau tidaknya pemegang profesitertentu untuk terus memegang
atau menjalankan profesinya. Dalam UU No38 tahun 2014 dalam keperawatan yang mengatur
tentang disiplin profesiadalah konsil keperawatan. Dijelaskan dalam pasal 50 huruf d bahwa
konsilkeperawatan menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi. PerawatJika kita
merujuk pada UU No 29 tahun 2004 dapat diketahui bahwa arti

Disiplin profesi adalah “aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuandalam pelaksanaan


pelayanan”. Dimasukkannya etika profesi dan disiplin profesi ke dalam suatu Undang-Undang
menurut Mahkamah harus dipahami bahwa pembentuk Undang-Undang memberi penekanan
pentingnya etika profesi dan
disiplin profesi untuk dilaksanakan sebagai pedoman bagi perilaku bidan mau[un perawat.

Hal yang harus digaris bawahi adalah meskipun etika profesi dandisiplin profesi dimaksud
diatur/dimuat di dalam sebuah Undang-Undang,tidak dapat langsung diartikan bahwa etika dan
disiplin profesi dimaksud memiliki konsekuensi hukum yang sama dengan norma hukum yang
berada di dalam Undang-Undang yang sama. Jika etika profesi dan disiplin profesi yang diatur
dalam suatu Undang-Undang diberi kekuatan berlaku (dan mengikat) yang sama dengan norma
hukum di dalam Undang-Undang, maka konsekuensinya adalah pelanggaran terhadap etika
profesi dan disiplin profesi akan dikenai sanksi hukum, terutama sanksi pidana dan sanksi
perdata, padahal pelanggaran atas etika profesi dan disiplin profesi hanya dapat dikenai sanksi
secara etika pula dan/atau secara administratif. Dengan kata lain meskipun etika profesi, disiplin
profesi, dan norma hukum dimaksud ketiganya dimuat dalam Undang-Undang yang sama,
namun secara normatif tidak dapat saling meniadakan atau saling menggantikan.

b.Metode Audit Etik dan Disiplin Profesi


Audit dengan menggunakan FPPE (Focused Professional Practice Evaluation) dan OPPE
(Ongoing Professional Practice Evaluation) bertujuan untuk membangun kompetensi profesi
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas bagi pasien sesuai dengan
standar akreditasi (TriciaMarriott, 2010)
1)Metode FPPE
(Focused Professional Practice Evaluation)
Join Commission Acreditation mendefinisikan bahwa FPPE adalah suatu bentuk evaluasi
terbatas dalam melakukan pemantauan kinerja dan kompetensi pemberi layanan kesehatan dalam
melakukan kewenangan klinis tertentu untuk mencapai sebuah pelayanan yang berkualitas dan
aman bagi pasien (The Join commission, 2011 and Tricia Marriott, 2010). Evaluasi dengan FPPE
sangat penting dilakukan keberhasilan melakukan evaluasi ini menunjukan kemampuan rumah
sakit dalam menerapkan kebijakan dan aturan-aturan internal rumah sakit itu sendiri. Evaluasi ini
harus dilakukan dalam satu periode tertentu diisi oleh oleh
kepala bagian/kepala ruang dan harus dilaporkan kepada komite keperawatan, bentuk evaluasi
akan berbeda-beda sesuai dengan kewenangan klinis masing-massing. Berikut adalah langkah-
langkah dalam melakukan FPPE menurut Departement of Medicine di Northwestern University
Feinberg School ofMedicine langkah yang pertama adalah perencanaan dimana dalam langkah
ini harus ditentukan terlebih dahulu jangka waktu yang akan digunakan dalam evaluasi misal
dibagi dalam tiga periode waktu dalam melakukan evaluasi dengan FPPE yaitu:
1. Periode satu bulanan. Bisa dilakukan jika dokter/perawat telah memmiliki pengalaman
minimal lima tahun
2. Periode tiga bulanan. Jika dokter/perawat mempumyai pengalaman kurang dari lima
tahun atau klinisi tersebut tidak aktif selama enam bulan.
3. Peride enam bulanan. Klinisi tidak aktif dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan
Contoh format FPPE (Focused Professional Practice Evaluation) sesuaidengan lama
waktu periode
engan lama waktu
periodeLangkah
kedua yaitu
dengan
melakukan
evaluasi pada area
evaluasi.
Formatevaluasi
harus terisi pada
akhir jangka
waktu yang telah
ditetapkan
dalam perencanaa
n. Evaluasi harus
sesuai dengan
perencanaan awal.
Semua sumber
data dalam
perencanaan harus
disertakan pada
evaluasi. Seperti
terlihat
dalam bagan
berikut
Langkah terakhir
pada evaluasi
FPPE adalah
departemen
review
atau penilaian yan
g dilakukan oleh b
agian-bagain terka
it dengan evaluasi
yangdilakukan.
Langkah ini harus
dilakukan
bersamaan dengan
evaluasi
ditahapkedua dan
tidak boleh
dilakukan dalam
jangka waktu
lebih dari
2 minggu
dari jangka waktu
yang telah
ditentukanGambar
estimasi time line
depertemen
review dalam
minggu
Metode OPPE (Ongoing Professional Practice Evaluation)
OPPE (Ongoing Professional Practice Evaluation)
Merupakan review atau evaluasi yang sedang berlangsung berdasarkan analisa data untuk
melakukan identifikasi masalah dalam kinerja profesional (Horty, Springer &Mattern, P.C,
2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ehrenfeld, Henneman JPet all pada tahun 2012 OPPE ini
dapat dilakukan secara otomatis pada saat dilakukan tindakan sehingga dapat langsung diketahui
kinerja atau kompetensi dari pemberi layanan kesehatan tersebut. Tujuan evaluasi dengan
menggunakan motoda OPPE (Ongoing Professional Practice Evaluation) adalah untuk
membangun sebuah proses yang sitematis untuk memastikan terdapat informasi yang cukup
tersedia dalam pemenuhan harapan pemberi pelayanan kesehatan, data yang yang diperoleh
dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian kewenangan klinis (clinical previlage).
Untuk melakukan identifikasi tren pelayanan dan dampaknya terhadap kualitas pelayanan serta
keselamatan pasien. Menurut Join Commission, QHR (Continuing Cervices) dan WilliamK. Cors
2015 ada enam hal penting yang harus dilakukan eveluasi sesuai dengan kinerja/ kompetensinya
yaitu:
a) Medical/ clinical knowledge
(memenuhi standar dan mempunyai lisensiatau telah tersegistrassi dari profesi yang
bersangkutan atau sertikat pelatihan-pelatihan tertentu)
b) Practice-based learning, improvement and evidance
c) Interpersonal and communications skills
(komunikasi efektif sesuaidengan kebutuhan dan tertulis dalam rekam medik)
d) Professionalism
(kesesuaian pemberian pelayanan sesuai dengan SPO/kebijakan yang berlaku)
e) Systems-based practice
f) Ability to provide appropriate patient care
Dijelaskan oleh William K. Cors 2015 lima langkah dalam
melakukan peninjauan sistem klinis dengan menggunakan metoda OPPE (Ongoing Professional
Practice Evaluation)
a) Expectation
HarapanMendefinisikan kinerja yang diharapkan dan harus terlulis tegas dan
jelas berdasarkan evaluasi kinerja dan kompetensi dibulan sebelumnya.Harapan yang
dibuat harus sesuai atau melebihi dengan standar nasional. Bisa diterapkan dengan
menggunakan SPM (standar pelayanan
munimal) permenkes 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal
dirumah sakit
b) Indikator
Indikator merupakan ukuran yang jelas dari harapan, misal dalam
dalam pemberian pelayanan keperawatan di UGD rumah sakit menggunkanSPM sesuai
permenkes 129 tahun 2008 maka pelayanan yang diberikanharus sesuai dengan SPM
tersebut. Penilaian dalam indikator tidak hanyadenga jawaban “terpenenihi” atau “tidak
terpenuhi” akan tetapi dierlukanidentifikasi yang lebih terutama pada masalah-masalah
yang kompleksehingga penilaian lebih fleksibel.
c) Target
Target merupakan sebuah matriks yang digunakan untuk membandingkanantara kinerja
dan indikator
d) Feedback
Feedback yang teratur dan tepat waktu merpakan kunci utama dalamrangka mendorong
dan mempertahankan perbaikan sistem OPPE. Feedback yang baik memungkinkan
perbaikan yang diperlukan dalam kinerja. Feedback harus dilaporkan secara tertulis, hal
ini akan digunakansebagai penilaian dalam akreditasi rumah sakit.
e) Management of poor performance/manajemen kerja yang buruk
Hal ini merupakan upaya upaya OPPE pada saat banyak tenaga medisyang terpuruk
sehingga tenaga medis tersebut dengan sadar melakukan self assesment sehingga akan
memperbaiki kenerjanya.
2.Contoh Dan Ilustrasi
Contoh kasus pelanggaran disiplin etik keperawatan beserta ilustrasi pelanggaran etikdan disiplin
a. Kasus
Pelanggaran etika dan disiplin keperawatan pada saat melakukan perawatan luka di
sebuah bangsal RS X di kota M, pasien sudah dilakukan perawatan 5 hari dengan kondisi
luka jahitan tidak menyatu dengan sempurna terlihat ada cairan yang keluar dari luka.
Hasil kultur jaringan positif pada K Pneumonia, S Kureus, Entero Bakter, Aglomerans, E
Coli, S Epidermidis, Proteus Vulgaris dan PAeruginosa. Kasus ini berawal saat perawat
Y melakukan perawatan luka pada pasien post opcaesaria perawat Y melakukan
pelanggaran etika yaitu tidak memakai prisip
steril pada perawatan luka dan prosedur perawatan luka tidak sesuai dengan SOP
(Standar Operasional Prosedur) pada rumah sakit dimana perawat Y bekerja. Pada waktu
itu perawat Y memakai handskon steril akan tetapi cara mengenakan hanskon dan
prosedur perawatan luka yang dilakukan perawat Y tidak steril (tidak sesui dengan
prosedur perawatan luka), sehingga mnyebabkan IDO (Infeksi Daerah Operasi)
b. Pembahasan Kasus Terkait dengan Etika dan Hukum Kesehatan
Untuk mencegah terjadinya infeksi daerah operasi (IDO) maka perlu
dilakukan perawatan luka sesuai standar operasional prosedur perawatan luka. Standar
Operasional Prosedur Perawatan Luka
Alat steril (dalam tempat steril)
1) Pinset anatomis 1 buah
2) Pinset chirugis 2 buah
3) Gunting jaringan
4) Kasa steril secukupnya
5) Kom kecil 2 buah
Alat tidak steril (diletakkan dalam baki)
6) Gunting
7) Plaster
8) Kassa gulung secukupnya
9) NaCl 0,9 %
10) Bengkok
11) Kantong sampak infeksius
Persiapan
12) Menyiapkan pasien
13) Memperkenalkan diri
14) Menjelaskan tujuan
15) Meminta persetujuan klien
16) Menyiapkan pasien sesuai kebutuhan
Pelaksanaan
17) Menempatkan alat di dekat pasien
18) Mencuci tangan
19) Menggunakan sarung tangan bersih
20) Membuka balutan luka dengan menggunakan pinset dan buang verban padatempat
sampah infeksius
21) Menggunkan sarung tangan steril
22) Membersihkan luka dengan menggunakan kasa steril dan NaCl 0,9 % dengan gerakan
satu arah atau sirkular dengan gerakan dari dalam ke luar.
23) Tutup luka dengan menggunkan kasa steril kering.
24) Merapikan alat
25) Mengevaluasi luka dan respon klien
26) Cuci tangan
Menurut Barbara kozier dalam Fundamental of nursing
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang
dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional
menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.
Menurut ANA
(American Nursing Assosiation) Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-
tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompetendalam
Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985). Menurut pengertian
tersebut, agar memiliki tanggung jawab
maka perawat diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya
tetap sesuai standar. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan

cara siap
menerima
hukuman
(punishment)
secara etik,
disiplin maupun
hukum jika
perawat terbukti
bersalah atau
melanggar
hukum.Tanggung
jawab
perawat menurut
Peraturan Menteri
kesehatan No.269
pasal 121)
Perawat wajib
mematuhi semua
peraturan institusi
yang
bersangkutan.2)
Perawat wajib
memberikan
pelayanan atau
asuhan
keperawatan
sesuai
denganstandar
profesi dan batas
kegunaannya.3)
Perawat wajib
menghormati hak
klien.4)

Perawat wajib
merujuk klien
kepada perawat
atau tenaga
kesehatan lain
yangmempunyai
keahlian atau
kemampuan yang
lebih baik bila
yang bersangkuta
n tidak dapat
mengatasinya.5)
Perawat wajib
memberikan
kesempatan
kepada klien
untuk
berhubungandeng
an keluarganya,
selama tidak
bertentangan
dengan peraturan
atau
standar profesi
yang ada.6)
Perawat wajib
memberikan
kesempatan
kepada klien
untuk
menjalankanibada
hnya sesuai
dengan agama
atau kepercayaan
masing-masing
selamatidak
mengganggu klien
yang lainnya.7)

Perawat wajib
berkolaborasi
dengan tenaga
medis atau tenaga
kesehatanterkait
lainnya dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan dan
pelayanankeperaw
atan kepada
klien.Menurut UU
No.36 tahun 2009
tentang kesehatan,
pada pasal 4-
8disebutkan setiap
orang berhak atas
kesehatan; akses
atas sumber
daya; pelayanan
kesehatan yang
aman,
bermutu dan
terjangkau; menen
tukan
sendiri pelayanan
kesehatan yang di
perlukan; lingkun
gan yang sehat; in
fo danedukasi
kesehatan yg
seimbang dan
bertanggungjawab
; dan informasi
tentangdata
kesehatan dirinya.
Dalam hal ini
perawat telah
mengesampingka
n tugas perawat
yaitumemberikan
pelayanan sesuai
dengan standar
pofesi sehingga
dapat
dikatakan perawat
melanggar disiplin
profesi. Sedangka
n klien pasien keh
ilangan hakuntuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan yang
aman. Walaupun
pasientersebut
tidak mengetahui
tindakan itu benar
atau tidak tetapi
pasien
berhakmemperole
h asuhan sesuai
standar
profesional dan
perawat
seharusnya
tetapmemberikan
pelayanan yang
terbaik serta
menghormati hak
– hak pasiendalam
hal ini perawat
telah melanggar
etika karena
tindakan
perawatmerugikan
pasien sedangkan
sesuai etika
seharusnya
perawata
melakukantindaka
n tidak merugikan
(
non maleficence
).Pada kasus
diatas perawat
tidak
menunjukkan
profesionalnya.
Sebagai peran pel
aksana seharusnya
perawat dapat bert
indak sebagai pem
beri rasanyaman (
comforter
) dan pelindung (
protector
), bukan
membahayakan
pasien.Dalam
kasus ini perawat
juga telah
melakukan
pelanggaran
Undang-
UndangKesehatan
tahun 1992 Pasal
53 Ayat 2 yaitu
perawat tidak
mematuhi
standar profesi da
n menghormati ha
k-hak pasien dima
na perawat Y dala
mmelaksanakan
perawatan luka
tidak
memperhatikan
atau mengabaikan
prinsipsteril hal
itu melanggar
standart profesi
perawat.Bagi
tenaga kesehatan
yang melakukan
kesalahan atau
kelalaian
dalammelaksanak
an profesinya
dapat dikenakan
tindakan disiplin
yang
ditentukanoleh
Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan
( Vide: pasal 54
ayat 1 dan 2 dari
UU No.23 tahun
1992 tentang
kesehatan Jo.
PP. No.32 tahun
1996 tentang
tenagakesehatan .
Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan
(MDTK) inilah
yang berhakdan
berwenang untuk
meneliti dan
menentukan ada-
tidaknya
kesalahan
ataukelalaian
dalam
menerapkan
standard profesi
yang dilakukan
oleh Tenaga
Kesehatan
terhadap mereka
yang disebut
sebagai pasien.
(vide : pasal 5
dariKepres RI
No.56 tahun 1995
tentang
MDTK).Menurut
Permenkes Nomor
39 Tahun 2014
maka pelanggaran
etik dandisiplin
ini adalah tugas
dari sub komite
keperawatan yaitu
sub komite
etikdan disiplin.
Dalam hal ini sub
komite etik dan
disilin
merekomendasika
n penyelesaian
masalah-masalah
pelanggaran
disiplin dan
masalah-masalah
etikyang telah
dilakukan oleh
perawat,
selanjutnya
berdasarkan
analisa yang
telahdilakukan
oleh sub komite
akan memberikan
pertimbangan dan
mengambilkeputu
san yang
selanjutnya
merekomendasika
n pencabutan
KewenanganKlini
s
(clinical privilege)
dan/atau surat
Penugasan Klinis
(clinicalappointm
ent)
sesuai dengan
maslah.Mekanism
e kerjaMelakukan
prosedur
penegakan
disiplin profesi
dengan tahapan:1)

Mengidentifikasi
sumber laporan
kejadian
pelanggaran etik
dan disiplin
didalam rumah
sakit;2)

Melakukan telaah
atas laporan
kejadian
pelanggaran etik
dan
disiplin profesi.3)

Membuat
keputusan.
Pengambilan
keputusan
pelanggaran etik
profesidilakukan
dengan
melibatkan panitia
Adhoc.Melakukan
tindak lanjut
keputusan
berupa:1)
Pelanggaran etik
direkomendasikan
kepada organisasi
profesi
keperawatan(PPN
I) di Rumah Sakit
melalui Ketua
Komite2)

Pelanggaran
disiplin profesi
diteruskan kepada
direktur medik
dankeperawatan/d
irektur
keperawatan
melalui Ketua
Komite
Keperawatan
3)
Rekomendasi
pencabutan
Kewenangan
Klinis
(clinical privilege)
diusulkan kepada
Ketua Komite
Keperawatan
untuk diteruskan
kepadakepala/dire
ktur Rumah
Sakit.4)

Melakukan
pembinaan etik
dan disiplin
profesi tenaga
keperawatan,meli
puti:a)

Pembinaan ini
dilakukan secara
terus menerus
melekat
dalam pelaksanaa
n praktik
keperawatan
sehari-hari b)

Menyusun
program
pembinaan,
mencakup jadwal,
materi/topik
danmetode serta
evaluasi.c)

Metode
pembinaan dapat
berupa diskusi,
ceramah,
lokakarya,“
coaching
”, simposium, “
bedside

teaching
” atau diskusi
refleksi kasus
3.

Latihan
Latihan ini berupa
pemhasan kasus
yang perupakan
pelanggaran etik
dan
disiplinkeperawat
an. Tim etik
disiplin harus
membahas terhait
dengan
pelanggaran
etikataupun
disiplin serta
penyelesaian etik
disiplin
KASUS 1
Seorang perawat
di salah satu
rumah sakit
menangani
seorang pasien
yang
bernamaDody.
Saat itu dody
datang dengan
keluhan sering
merasa
cemas,was-was
dan takut.Setelah
melakukan
pemeriksaan yang
cermat bersama
dokter, perawat
berkesimpulan ba
hwa dody
menderita gejala
gangguan kejiwaa
n sehingga dia
meresepkan
beberapaobat
kejiwaan.beberapa
minggu kemudian
perawat di datangi
oleh seseorang
yangmengaku
berasal dari
bagian
administrasi
kantor dody.
Orang yang
mengaku bertugas
menangani admini
strasi pengobatan
karyawan ini men
anyakan jenis obat
yang pernah
diberikan kepada
dody. Karena
mengira orang ini
adalah
perwakilankantor
resmi perawat
menyampaikan
jenis obat
kejiwaan yang
pernah diberikan
kepada
dody.Beberapa
bulan kemudian
Beberapa bulan
kemudian perawat
tersebutdituntut
oleh dody di
Pengadilan. Dody
menuntut dengan
alasan bahwa
perawat
telahmembocorka
n rahasia jenis
obat kepada
perusahaanya
tanpa izin
darinya.Karena bo
cornya jenis obat t
ersebut perusahaa
n menjadi tahu ba
hwa dody menderi
taganggua
kejiwaan dan
akhirnya di
berhentikan dari
pekerjaannya.
KASUS 2
Seorang ibu dari 1
orang anak
berusia 40 tahun
mengeluh haid
tidak teratur,
seringmengalami
keputihan
abnormal , setelah
berhubungan
dengan
suaminyamengelu
arkan darah.
Kemudian ibu
tersebut datang ke
rumah sakit
ternama
didaerahtersebut u
ntuk memeriksaka
n terkait
dengan kondisi ya
ng dialaminya. Kli
enmeminta
kepada perawat
untuk segera
memberitahu hasil
pemeriksaannya.
Dari
hasil pemeriksaan
yang dilakukan
ternyata klien
menderita kanker
serviks. Dari hasil
yangdisampaiakan
ternyata klien
belum bisa
menerima dengan
kondisinya
yangdialaminya,
merasa tidak
berguna, sering
menangis dan
klien Merasa takut
ditinggalsuaminya
.Perawat yang
merawat
kebetulan perawat
senior sudah
bekerja selama 8
tahun dirumah
sakit tersebut.
Klien meminta
kepada perawat
untuk tidak
menyampaikanten
tang kondisi
dirinya kepada
suaminya.
Perawat
mengalami dilema
etik dimana disatu
sisi Dia harus
memenuhi
permintaan klien,
namun di sisi lain
perawatmemaham
i tentang bahaya
terkait dengan
penyakit dan
terkait dengan
program pengobat
an yang akan di ja
lani oleh klien. At
as pertimbangan t
ersebut akhirnya p
erawat
memberitahukan
kondisi klien
kepada
suaminya.Respon
suami klien
terkejut dan tidak
bisa menerima
kenyataan,
diamempersalahk
an istrinya dan
berniat untuk
meninggalkan
istrinya, jarang
menjenguk, tidak
respek dengan
program
pengobatan yang
akan dijalani
olehistrinya.
Dengan keadaan
seperti ini klien
merasa terpojok
dan
mempersalahkan
perawat yang tela
h memberitahu sa
kitnya kepada sua
minya. klien tidak
terima daningin
menuntut perawat
yang tidak bisa
menjaga
rahasianya
KASUS 3
Laki-laki usia 30
tahun di rawat di
bangsal penyakit
dalam dengan
diagnosa
medisapendisitis,
klien di rawat di
bangsal kelas 3
dengan
menggunakan
BPJS.
Doktermengataka
n bahwa pasien
harus dilakukan
tindakan operasi
Apendiktomi.
Karena jumlah ka
pasitas pasien di b
angsal sudah overl
oad serta sedikitn
ya jumlah perawat
,keluarga
mengeluhkan
kurangnya
perhatian perawat
terhadap pasien,
terutama
ketikakeluarga
pasien meminta
perawat untuk
segera mengganti
infus karena
sudah habisdan
darah sudah naik
ke selang infus
namun perawat
tidak segera
mengganti
infustersebut
melainkan
perawat
mendahulukan
pelayanan pada
pasien yang
tidakmenggunaka
n BPJS. Padahal
menurut keluarga,
pasien yang
menggunakan
layananumum
sebenarnya tidak
harus segera di
tangani. Keluarga
pasien
melaporkan
kepadakepala
ruangan tentang
kejadian tersebut,
kemudian kepala
ruang menegur
perawatyang
bersangkutan,
harapannya
dengan teguran
tersebut kejadian
seperti itu
tidakterulang lagi.
Pagi harinya
ketika dokter yang
di dampingi
perawat
melakukanvisitase
ke pasien, dokter
menyatakan
kepada pasien
tersebut bahwa
penyakit yang
diderita pasien
harus dilakukan
operasi, dokter
menyatakan
tindakan operasi
tersebutakan
menelan biaya
sekitar Rp.
5.000.000.,00.
Apabila pasien
menggunakan
BPJS pasien harus
menyelesaikan per
syaratan administr
asi sebelum tindak
an operasidilaksan
akan, kemudian
keluarga pasien
menanyakan
mengenai
tindakan
operasiyang akan
di lakukan namun
dokter dan
perawat terburu-
buru
meninggalkan
pasien
untuk melakukan
visitasi pada
pasien lain.
Dokter dan
perawat hanya
membahasterkait
administrasi dan
waktu
pelaksanaan
operasi pada klien
dan keluarganya.
KASUS 4
Laki-laki umur 55
tahun, dirawat di
ruang 206
perawatan
neurologi Rumah
SakitKota, klien
dirawat memasuki
hari ketujuh
perawatan. klien
dirawat di ruang
tersebutdengan
diagnosa medis
stroke iskemic,
dengan kondisi
saat masuk tidak
sadar, tidakdapat
makan, TD:
170/100, RR: 24
x/mt, N: 68 x/mt.
Kondisi pada hari
ketujuh perawatan
didapatkan Kesad
aran compos ment
is, TD: 150/100,
N: 68, hemiparese
anggota gerak
dextra atas dan
bawah, bicara
pelo, mulut
mencong kiri.
klein
dapatmengerti bila
diajak bicara dan
dapat menjawab
pertanyaan
dengan baik
tetapi jawaban kli
en tidak jelas (pel
o). Tetapi saat sor
e hari sekitar puku
l 17.00 wibterden
gar bunyi gelas
plastik jatuh dan
setelah itu
terdengar bunyi
seseorang
jatuhdari tempat
tidur, diruang 206
dimana tempat
klien dirawat. Saat
itu
juga perawatyang
mendengar suara
tersebut
mendatangi dan
masuk ruang 206,
saat itu
perawatmendapati
klien sudah
berada dilantai
dibawah tempat
tidurnya dengan
barang- barang
disekitarnya
berantakan.Ketika
peristiwa itu
terjadi keluarga
klien sedang
berada dikamar
mandi,
denganadanya
peristiwa itu
keluarga juga
langsung
mendatangi klien,
keluarga juga
terkejutdengan
peristiwa itu,
keluarga
menanyakan
kenapa terjadi hal
itu dan
mengapa,keluarga
tampak kesal
dengan kejadian
itu. Perawat dan
keluarga
menanyakankepad
a klien kenapa
bapak jatuh, klien
mengatakan ”saya
akan mengambil
minumtiba-tiba
saya jatuh, karena
tidak ada
pengangan pad
temapt tidurnya”,
perawat bertanya l
agi, kenapa bapak
tidak minta tolong
kami ” saya pikir
kan hanyamenga
mbil air minum”.
Dua jam sebelum
kejadian, perawat
merapikan tempat
tidur dan perawat
memberikanobat
injeksi untuk
penurun darah
tinggi (captopril)
tetapi perawat
lupa memasng
sidedrill tempat
tidur kembali.
Tetapi saat itu
juga perawat
memberitahukan
pada pasiendan
keluarga, bila
butuh sesuatu
dapat memanggil
perawat dengan
alat yang tersedia.
F.
RANGKUMAN
Nilai etik sangat
diperlukan bagi te
naga keperawatan
sebagai landasan
dalammemberikan
pelayanan yang
berpusat pada
pasien. Prinsip
“caring”
merupakan
inti pelayanan yan
g diberikan oleh te
naga keperawatan.
Pelanggaran terha
dap standar pelaya
nan,
disiplin profesi ke
perawatan selalu d
imulai dari pelang
garan nilai moral-
etikyang akhirnya
akan merugikan
pasien. Beberapa
faktor yang
mempengaruhi
timbulnyamasalah
etik antara lain
tingginya beban
kerja tenaga
keperawatan,
ketidakjelasanKe
wenangan Klinis,
menghadapai
keadaan pasien
gawat-kritis
dengan
kompetensi
yangrendah serta
pelayanan yang
sudah berorientasi
pada bisnis.Dalam
upaya
meminimalisir
pelanggaran
disiplin etik harus
dilakukan
evaluassi
secara berkala, ber
kenajutan dan teru
s menerus. Audit
disiplin etik salah
satunya yaitu den
ganmenggunakan
FPPE
(Focused
Professional
Practice
Evaluation)

dan
OPPE
(Ongoing Professi
onal Practice
Evaluation)
bertujuan untuk
membangun
kompetensi
profesi
untukmemberikan
pelayanan
kesehatan yang
aman dan
berkualitas bagi
pasien sesuai
denganstandar
akreditasi.Etika
keperawatan dapat
digunakan sebagai
acuan bagi prilaku
seseorang
dalammengatur
hubungan antar
perawat,
klien/pasien,
teman sebaya,
masyarakat, dan
unsure profesi lain
. Merupakan stand
ar untuk mengatas
i masalah yang dil
akukan oleh prakti
sikeperawatan
yang tidak
mengindahkan
dedikasi moral
dalam
pelaksanaan
tugasnya
G.

GLOSARIUM
1.
Audit : Audit atau
pemeriksaan
dalam arti luas
bermakna evaluasi
terhadap
suatuorganisasi,
sistem, proses,
atau produk.
Audit
dilaksanakan oleh
pihak
yangkompeten,
objektif, dan tidak
memihak, yang
disebut auditor.
Tujuannya
adalahuntuk
melakukan
verifikasi bahwa
subjek dari audit
telah diselesaikan
atau
berjalansesuai
dengan standar,
regulasi, dan
praktik yang telah
disetujui dan
diterima.2.

Caring : sebagai
suatu kemampuan
untuk berdedikasi
bagi orang lain,
pengawasandenga
n waspada,
menunjukkan
perhatian,
perasaan empati
pada orang lain
dan perasaan cinta
atau menyayangi
yang merupakan
kehendak
keperawatan3.

Disiplin :
kepatuhan atau
yang menyangkut
tata tertib.
Disiplin
memerlukanintegr
itas emosi dalam
mewujudakan
keadaan4.

Etika : peraturan
atau norma yang
dapat digunakan
sebagai acuan
bagi
perilakuseseorang
yang berkaitan
dengan tindakan
yang baik dan
buruk yang
dilakukan
olehseseorang dan
merupakan suatu
kewajiban dan
tanggung jawab
moral.5.

Evaluasi : adalah
suatu proses
untuk menyediaka
n
informasi tentang
sejauh manasuatu
kegiatan tertentu
telah dicapai,
bagaimana
perbedaan
pencapaian itu
dengansuatu
standar tertentu
untuk mengetahui
apakah ada selisih
di antara
keduanya,
serta bagaimana
manfaat yang tela
h dikerjakan itu bi
la dibandingkan d
engan harapan-
harapan yang
ingin diperoleh.6.

Kode Etik :
sekumpulan
prinsip yang
disetujui oleh
semua anggota.
Sedangkan
kodeetik
keperawatan
merupakan bagian
dari etika
kesehatan yang
menerapkan nilai
etikaterhadap
bidang
pemeliharaan atau
peyanan
kesehatan
masyarakat.7.

Komite : sejumlah
orang yang
ditunjuk untuk
melaksanakan
tugas tertentu
(terutamadalam
hubungan dengan
pemerintahan)
8.
Lisensi : izin yang
diberikan oleh
pemilik produk
atau jasa kepada
pihak lain
melaluisuatu
perjanjian
berdasarkan pada
pemberian hak
(bukan pengalihan
hak)
untukmenggunaka
n produk atau jasa
tersebut, baik
untuk seluruh atau
sebagian
jenis barang
dan/atau jasa yang
didaftarkan dalam
jangka waktu
dan syarat
tertentu.9.

Moral :
merupakan penget
ahuan yang
menyangkut budi
pekerti manusia
yang beradab.10.

Perawat adalah
seseorang yang
telah lulus
pendidikan tinggi
Keperawatan,
baik didalam
maupun di luar
negeri yang diakui
oleh Pemerintah
sesuai dengan
ketentuanPeratura
n
Perundangundang
an.11.

Klien :
perseorangan,
keluarga,
kelompok, atau
masyarakat yang
menggunakan
jasaPelayanan
Keperawatan.12.

Regulasi : cara
untuk
mengendalikan
manusia atau
masyarakat
dengan suatu
aturanatau
pembatasan
tertentu13.

Sanksi
administratif :
sanksi yang
dikenakan
terhadap
pelanggaran
administrasi
atauketentuan
undang-undang
yang bersifat
administratif.14.
Sanksi hukum :
hukuman yang
dijatuhkan pada
seseorang yang
melanggar
hukum.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
Departement
of Medicine.
2008.
Focused Professi
onal Practice Eva
luation (FPPE).ht
tp://
www.medicine.no
rthwestern.edu/
about/academic-
affairs/regular- fa
culty/fppe.html .
Northwestern
University
Feinberg School
of Medicine Di
aksestanggal 25
Juli 2015
Direktorat Bina
Pelayanan
KeperawatanDire
ktorat Jendral
Pelayanan Medik
Kementerian
Kesehatan RI
Jakarta Februari
2011Ehrenfeld,
Henneman JP et
all. 2012.
Ongoing
professional
performance
evaluation(OPPE)
using
automatically
captured
electronic
anesthesia data. Jt
Comm J
QualPatient Saf.
2012
Feb;38(2):73-80.
PubMed -
indexed for
MEDLINEErnaw
ati T,2000
Hubungan Tugas
Pokok Dan Fungsi
Kepala Seksi Dan
KomiteKeperawat
an Dengan
Efektifitas
Pelayanan
Keperawatan di
RSUD Dr
SoegarsoPontiana
kGuwandi. 2010.
Hukum Medik
(Medical Low).
Fakultas
Kedokteran
UniversitasIndone
siaHamid . A.
Y. (2000).
Pengenalan
Konsep Komite
Keperawatan dan
Kedudukkanya di
Dalam Rumah
Sakit Jiwa : Jurnal
Menejemen dan
Administrasi
Rumah
SakitIndonesiaHo
rty, Springer &
Mattern, P.C,
2011. Professional
Practice
Evaluation Policy.
MedicalCenter Of
LewisvilleKamus
Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
2015. Kamus
versi
online/daring
(dalam jaringan).
http://kbbi.web.id/
Pedoman
Penyelengaraan
Komite
Keperawatan
Rumah
SakitPeraturan
Menteri
Kesehatan No. 49
tahun 2013
tentang Komite
Keperawatan
RumahsakitPotter,
Patricia A. (2005).
Fundamental of
Nursing:
Concepts, Proses
adn Practice
1stEdition.
Jakarta: EGC.
Quality
Management
Monthly
Conference Call.
2011. Joint
Commission
Medical
StaffStandards:
Ongoing
Professional
Practice
Evaluation and
Focused
ProfessionalPracti
ce Evaluation.
QHR: Consulting
serviceSumijatun,
2011,
Membudayakan
Etika dalam
Praktik
Keperawatan,
Jakarta,
PenerbitSalemba
MedikaTricia
Marriott, 2010,
FPPE and OPPE
Are More than
Just Acronyms:
But What Does
ItMean to
ME? PA
Professional.
WWW.
AAPA.ORG.Und
ang-Undang No
29 Tahun 2004
tentang praktik
kedokteranUndan
g-Undang Nomor
36 Tahun 2009
Tentang
KesehatanUndang
-Undang No.44
Tahun 2009
tentang Rumah
SakitUndang-
Undang No 38
Tahun 2014
tentang
keperawatanWilli
am K. Cors. 2015.
Understanding
OPPE, part 3: An
OPPE system for
clinical
casereview.
Medical Staff
Briefing (ISSN:
1076-6022 [print];
1937-7320
[online])
is published
monthly by
HCPro

Anda mungkin juga menyukai