Jurnai Primarologi Indonesia, Val. 9 No. I Suni 2012, hal, 32-34
ISSN 1410-5373,
Studi Kasus
Penanganan Peradangan Kantung Hawa pada Siamang
(Symphalangus syndactylus)
{TREATMENT OF AIRSACCULITIS IN A SIAMANG
(Sumplialangus syndactytus)]
Diah Pawitri*, Emi Sulistiavati, 1 Nengah Budirsa
Pusat Studi Sarwa Primata, Lembaga Penclitian dan Pengabdian kepada Masyarakey, Institut Pertanian Bogor
*Korespondensi: diahpawitri@yahoo com
Abstrak. Kantung udara bisa mendapatkan peradangan akibat infeksi bakteri melalui aerosol dan saluran pemafasan,
Kasus scbelumny/a infeksiairsacculits telah banyak dilaporkan pada stwa primata bukan manusia, penulis melaporkan
siamang dewasa (Symphalangus syndactitus) yang memiliki swollenair Kantung, lsu, anoreksia, demam, dan cracles
suara paru-paru, Hasil analisis hematologi menunjukkan leukositosis (23,7x106wL) diikuti dengan penuranan nilai
hemoglobin dan hematokrit (9,4 gil, 34%). Informa sitologi diambil dari aspicasijarum halus mengungkapkan
jumlak moderat netrophils dieampur dengan sejuraish besar bakteri batang. Pendekatan untuk pengobatan bakteri
‘irsacculiris adalah seperti Kombinasi terapt medis dan bedah (antibiotik bisa sendirian atau kombinasi antibiotik dan
‘pembentukan operasidranase). Strateg ini sering diperlukan berulang kali mencoba watuk menguras eksudat kantung
tudara yang terkena dampaknya, Sebuab lubang buatan pada kantung udara diciptakan dengan memibuat savatan pada
kantung udara dengan 5 ci lebar untuk pengeringan ekstdat tersebut. Penulis mampu mencapai pengobatan lengkap
airsacculiissetelah kursus terapi antibiotik oral. Pada lubang buatan ditutup secara bertahap selanva tiga minggu, dan
hhewan itu pemulihan tanpa infeksi berulang dari kantung udara,
Disimpulkan hahwa meskipun tingkat Keparahan infeksi Kantung udara di siamang ini mampu disclesaikan
infectioneasily, dengan menggunakan teknik bedah sederhuna. Metode ini bisa menjadi altermatf, untuk manajemen
sirsacculitis sederhana yang berwuna pada satwa primata bukan manusia
‘Abstract, Airsae con get inlamation due to bacteria infection through aerosol and respiratorytract. Previous ease of
airsaceulitisinfeetions have been reported in many nonhuman primates, we reported an adult siamang (Symphalangus
syndacrilus) which having swollenair sac, lethargy, smorexia, fever, and cracles of kstg sounds. Haematology results
showed leucocytosis (23.7 x 106 WL, followed with haemoglobin and hematocrit reduction value (24 a/dl ; 3496).
The cytology taken from the fine needle aspiration revealed moderate number of netrophils mixed with large number of
rod bacteria. Approaches tothe treatment of airsaeculitis bacteria were such as combinations of medical and surgical
therapies (antibiotics ean be alone or a combination of antibiotics and the establishment of drainage operations).
“These strategies have often required repeated attempts to drain exudate from the afTected air sac. An artificial hole on
airsac was created by making an incision on airsae with S cm in width in order te draining of the exudate. We were
able to attain complete treatment of airsaculitis after a course of oral antibiotic therapy. That artificial hole closed
gradually over athree-weeks period, and the animal was recovery without any recurrent infection of airsac,
Conclusion despite the severity ofthe airsae infection in this siamang were able v0 resolve the infectioneasily, using a
simple surgical technique, This method could be a simple, useful altemstive formanaging sirsacculits in nonhuman
primates
Key words:
irsac, siamang, drainase
Pendahuluan resiko hiperventilasi, karena dapat mengambil nafas
tulang melalui kantong hawa (Naish 2010).
Kantung hawa adalah suatu kantung yang terdiri
dati jaringan epitel yang testubung dengan trakhea
melalui dua lubang kecil (ostia), tepatnya kantung
hawa terdapat pada permukaan luar trakhea, tiroid,
kelenjar ludah, otot pada daerah leher (Bennett et al
1998) (Gambar 1). Peran kantong hawa membantu
pernafasan saat berayun di tempat tinggi schingga
individu tidak kekurangan oksigen dan menambah
resonansi rendah dari jalur vokal oral. Dengan
adanya Kantung hawa siamang dapat dengan cepat
‘membuat suara yang sambung menyambung tanpaGambar 1. Anatomi Kantong hawa pada siamangPawitri et al, Studi Kasus Penangenan Peradangan Kantung Hawa 33
Berdasarkan letak anatomi yang terhubung
dengan frekhea, menyebabkan kantung hawa
dapat terinfeksi bakteri melalui jalur aerosol atau
melalui komplikasi dari aspirasi pneumonia dan
septikacmia, sehingga terjadi peradangan kantung
hawa (airsacculitis) (Hill et al. 2001) yang
bersifat supuratif ditandai dengan pembentukan
nanah (abses) di dalamnya dan dapat. terjadi
secars aut ataupun kronis. Telah dilaporkan
adanya infeksi kantung hawa pada ow! monkey,
bonobo, orang utan dan chimpanze. Beberapa
bbakteri penyebab infeksi kantung hawa pada
satwa primata adalah enterobakteria, Klebsiella
pneumonia, Staphylococcus aureus, . epidermidis,
Haemophitlus infleenza, Neisseria meningitidis
(Bemnett et al. 1998).
Penanganan airsaceulitis bakteria dapat dengan
pemberian antibiotik saja atau dengan kombinasi
pemberian antibiotik dan operasi pembentukan
drainase (Hill et al. 2001),
Laporan Kasus
Seekor siamang jantan, umur 10 tahun, bobot
badan 10 kg dipelihara dalam kandang bersama
seekor betina siamang. Satwa menunjukkan tanda
Klinis lesu, dehidrasi, menyendiri, tidak mau
bersuara dan anorexia selama semingge.
Pemeriksaan fisik hewan dan auskultasi paru-
pars dilakukan, guna peneguhan diagnosa Klinis,
‘maka dilakukan pengambilan darah melalui vena
femoralis, untuk analisis hematologi, seria dilakukan
pengambilan cuplikan ulas sitologi pada kantong
hawa dengan teknik aspirasi menggunakan jarum
suntik (fine needle aspiration).
Hasil hematoiogi melaporkan terjadinya
feukositosis 23,7 x 10*/uL. disettai dengan anemia
yang ditandai dengan penurunan hemoglobin dan
hematokritsecara berurutan (9,4 g/d34%). Diagnosa
etiologi banding hasil pemeriksean sampel dengan
fine needle aspiration dati adanya temuan sejurlah
bakteri batang antara lain Kledsiefa sp, E coli dan
Pseudomonas sp. Pemeriksaan bakteriologi untuk
isolasi dan indentifikasi jenis bakteri tidak dilakukan
alas permohonan pemilik karena alasan tertentu.
Pemeriksaanfisik ewan menunjukkan
temperatur tuibuh 39 °C, dan ditemukan pembesaran
skantong hawayang teraba berisicairan, Hewan susah
‘menggerakkan leher kemangkinan karena kantong
awa berat. Auskultasi paru-paru terdengar suara
crackles. Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan hematologi dan fine needle
aspiration ditegakkan diagnosa airsacculits.
Hewan kemudian disedasi dengan ketamin HCI
ISmg/kg bobot badan dengan premedikasi atrofin
sulfat 0,08 mg/kg bobot badan (Fortman, 2002) dan
penyuntikan antibiotik enrofloxacin Smg/kg, yaitu
antibiotik berspektrum luas dan banyak digunakan
pada hewan (Papich 2007), vitamin (*hematopan,
"biodin) dan analgesik"novalyin, Kemudian posisi
hewan diberingkan ventro-dorsal dengan letak
kepala lebih tinggi, daerab Ieher dicukur bersih,
itutup dengan kain stetil (draped), kemudian
ilakukan sayatan (insisi) kurang lebih sepanjang
5 sentimeter secara vertikal sampai pada membran
yang berada di dalam kantung udara. Tahap
Selanjutnya yakni dengan pengefuaran nanah dan
pembustat iubang drainase dengan menjahitkan
‘membran Kantong hava ke lapisan sub dermal pada
sisi-sisi lubang drainase. Nanah berupa cairan putity
seperti susu kental yang dikeluarkan dari kantung
hhawa (Gambar 2),
Trigasi Kantong hawa dengan NaC fisiotogis
dan gentamicin secare perfahan untuk memastikan
saluran drainase berfungsi baik, disertai pemberian
cairan infus dengan cairan laktat ringer intra vena.
Semua perlakuan di atas dilakukan secara aseptik
untuk menghindari kontaminasi bakteri, Pembilasan
dilakukan 3 hari kemudian menunjukkan pus atau
nanah sudah tidak ditemukan tetapi hewan gelisah
dan menggaruk daerah drainase.
Pembahasan
Kejadian airsaceulitis pada kera besar terutama
orang utan sering terjadi dengan prognosa fausta
(Tandang & Setia 2010), namun sebaliknya prognosa
dapat memburuk pada siamang, arena hewan tidak
kooperatif, sehingga menyulitkan pemilik saat
pemberian pengobatan melalui oral. Saat auskultasi
terdengar suara cracles yang cukup kuat dengan
interval nafas yang pendek, Kondisi ini menunjukkan
adanya kegagalan hewan mengambil nafas melalui
kantong hawa, sehingga tetjadi Ayperventilasi,
sehingga peradangan kantong, hawa pada kasus ini
dipertimbangkan akibat infeksi ascending saluran
pemafasan oleh bakteri
Penyebab airsaceulitis pada satwa primata
umumnya akibat infeksi bakteti Klebsiella
pneumonia dengan gejala batuk intermitent, suara
nafas cepat, terkadang pilek, pembengkakkan
Kantong hawa anorevia dan lethargy (Bennett et
al, 1998), dilaporkan 2 kasus pada ow! monkey:
Kejadian airsaceuitis dapat menyebabkan kematian
tiba-tiba, tetapi penanganan dini kesembuhannya
sangat baik
‘Adanya cairan putih kental (nanah) di dalam
kantung hawa menjelaskon bafwa hewan pengalami
péfadangan supuratif akibat infeksi bakteri. Jenis
bakteri batang yang ditemukan diperkirakan jenis34 Jurnal Primatologi Indonesia, Volume 9, Nomor I, Juni 2012, hal. 32-34
bakteri yang tidak spesifik penyebab infeksi, tetapi
jelas sebasai bakteri yang menyebabkan peradangan
dan pembentuk abses. Irigasi atau pembilasan
dengan saline dan gentamicin dipeslukan karena
selain membersinkan nanah juga _memasukan
antibiotik ke dalam kantung hawa, Gentamicin
adalah antibiotik berspektrum Iuas yang bekerja
dengan menghambat protein bakteri dengan cara
mengikat 30 S ribosom, antibiotika ini banyak
ipakai pada infeksi serius pada satwa liar dan
eksotik (Papich, 2007)
Pembuatan drainase pada kasus ini mempereepat
persembuhan, akan tetapi sangat perlu diperhatikan
kebersihannya agar tidak terjadi Kontaminasi bakteri
Iain. Kombinasipengobatan dengan antibio
oral sangat diperlukan, sehingga kesembuhan
menjadi optimal (Hill etal. 2001). Pengobatan per
oral pada satwa ini dengan antibiotik *clavamox
yaitu betalaktam inhibitor yang digabung dengan
amoxicilin sebagai antibiotik pada penyakit
respiratori, kulit dan jaringan lunak (Papich,2007),
%panadol sebagai analgesik antipiretik, *bisolvon
sebagai terapi untuk batuk berdahak dan *becombion
vitamin
Leukositosis disertaipenurunan_ haemoglobin
dan hematokrit terjadi Karena infeksi berlangsung
sub akut yang diperparah dengan dehidrasi pada
satwa. Kondisi dehidrasi terjadi akibat tidak mau
makan dan minum sehubungan adanya rasa sakit
saat menelan dan diperbaiki dengan pemberian infus
cairan laktat ringer melalui intra vena, Cairan tubuh
sangat membantu pemulihan kondisi hewan, dengan
demikian dehidrasi akan teratasi dan penyerapan
bat pun menjadi lebih baik dan hewan segera pulih,
Simpulan
Kombinasi_ pemberian —antibiotika dan
pembuatan drainase adalah tindakan yang tepat
untuk pengobatan airsaceulitis pada siamang,
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengueapkan terima kasih kepada Joko
Pamungkasselaku Kepala Pusat Studi Satwa Primata
LPPM IPB yang telah memberikan sumbangan
ssaran atas penyempurnaan penulisan makalah i
Daftar Pustaka
Bennett BT, Abee CR, Hendricson R. 1998. Non
Human Primates in Biomedical Research, Disease,
Academie Press San Diego
Hill LR,Rick UD, Keeling EM. 2001. Surgical
Technique for Ambulatory Management of
Aisacculitis in a Chimpanzee (Pan troglodytes).
Lab, Anim. Sei. $1:80-84
Naisb D. 2010. Pouches, pockets and sacs in the heads,
necks and chests of mammals, part I: primates,
htp:!/scienceblogs.com/tetrapodzoology/2010/10/
‘maminal_pockets_saes_pt_i.php
Papich MG. 2007. Saunders Handbook of Veterinary
Drugs Small and Large Animal Third ed, Elsevier
lnc. St Louis Missouri
Tandang MY, Setia H, 2010, Airsacculitis pada
‘orangutan, Konferensi limich Veteriner Nasional ke-
11, Kongres XVI ~ PDH, Semarang.