Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok :

1. Anang Setyo Santoso


2. A’zunita Zainuri
3. Nida Khoirunisa
4. Krista Vika Daryanti Kusuma Enike
5. Wahid Rastra Aditya

Tugas Kelompok Topik 2 Filosofi Pendidikan


1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang
sejalan dengan pemikiran KHD?
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial
budaya di daerah Anda?
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas
atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang
dapat diterapkan
Jawab
1. Konteks Sosio Kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan dengan
pemikiran KHD adalah diterapkannya Selain itu budaya yang selalu ada di daerah
saya yakni budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun ) dan budaya 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) yang selalu ada disetiap lingkungan pendidikan.
Tutur bahasa yang sopan dan satun, tidak berkata kasar baik dengan yang lebih tua
atau teman sebaya, saling toleransi (dikarenakan memang satu daerah akan tetapi
pastinya ada yang memiliki agama, budaya yang berbeda), saling membantu,
bergotong royong. Selain itu, di sekolah – sekolah di Kabupaten Tulungagung telah
dibiasakan untuk mengenakan pakaian jadul setiap minggu ke 4 di Hari Kamis hal ini
bertujuan untuk menanamkan dan menumbuhkan nasionalisme, meningkatkan citra
satuan pendidikan, menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan di kalangan
peserta didik.
Selain di Tulungagung setiap hari Kamis di sekolah-sekolah di Kabupaten Kediri
menerapkan menggunakan bahasa daerah atau bahasa Jawa dalam berkomunikasi
dengan guru di sekolah. Selain itu, nilai-nilai gotong royong dan kerja sama tumbuh
dalam kehidupan peserta didik seperti gotong royong membersihkan sekolah dalam
kegiatan Jumat Bersih.

Nilai empati yang diimplementasikan dalam peristiwa menjenguk teman yang


sakit. Dalam hal ini sejalan dengan makna Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Kontekstualisasi pendidikan karakter siswa diwujudkan
salah satunya dengan kegiatan Sambut Siswa dimana guru dapat memberikan contoh
kepada siswa untuk bersikap disiplin berangkat pagi, menyapa siswa, dan memeriksa
kerapian. Hal ini sesuai dengan semboyan Ki Hajar Dewantara yakni Ing Ngarso
Sung Tuladha.

Di SMPN 18 Malang pendidik membuat program yang dapat membangun kesadaran


siswa untuk membuang sampah di tempat sampah dengan program “TongSis
(Kantong Siswa” sebagai kantong kecil yang dapat diisi sampah yang dapat dibawa
oleh siswa kemanapun hingga ketika pulang sekolah sampah tersebut dapat dibuang
ke tempat sampah. Dalam hal ini selain memberikan contoh membuang sampah yang
benar, guru juga sebagai pemrakarsa ide atau telah menerapkan Ing Madya Mangun
Karsa dan Tut Wuri Handayani dalam mendorong siswa untuk melaksanakan
program-program positif yang telah dirancang sekolah.

2. Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai luhur kearifan budaya


sekaligus menjadi role model bagi murid dan masyarkat karena ki Hajar Dewantara
memiliki sifat : Selalu semangat belajar, Rela berkorban, Religius, Nasionalis Sifat -
sifat tersebut dapat menjadi kontekstual sebagai penguatan karakter murid sebagai
individu . Sedangkan untuk konteks masyarakat : Sederhana dan Gotong royong pada
kegiatan di sekitarnya. Ki Hajar Dewantara adalah salah satu orang yang berperan
dalam mendirikan suatu lembaga pendidikan khusunya bagi pribumi . Ki Hajar
Dewantara lahir pada tanggal 8 bulan Mei , tahun 1889 di Pakualaman Yogyakarta ,
nama istri beliau adalah Nyi Hadjar Dewantara , dan beliau wafat pada 26 April 1958
, dan disemayamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata . Ki Hajar
Dewantara , memegang peranan penting dalam ilmu pendidikan dan politik , beliau
juga merupakan salah satu pendiri Indische Partij. Pemikiran KHD dapat
dikontekstualkan sesuai dengan nilai - nilai luhur seperti gotong royong dan semangat
peduli terhadap sesama dan lingkungan . Multikultural budaya yang ada di Kota
Tangerang akan menunjang pengembangan nilai - nilai luhur yang menjadi penguatan
karakter murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat .

3. Sesuai pemikiran KHD yakni pendidikan sebagai “tuntunan” untuk menuntun murid
memajukkan perkembangan budi pekerti, pikiran, jasmani, agar dapat memperbaiki
perilakunya sesuai kodratnya. Sehingga peran pendidik hanya untuk menuntun murid
bisa tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya. Satu pemikiran KHD yang dapat
diterapkan peserta didik di kelas atau sekolah sesuai konteks sosial budaya daerah
yakni nilai moral dan etika. Konsep nilai moral dan etika ini muncul dari cara
pandang KHS mengenai budi pekerti yang tercermin dalam tindakan dan perilaku
individu yang mencakup sikap hormat, sopan satun, kejujuran, dan empati. Contoh
pemikiran KHD yang sesui dengan konteks budaya lokal yang dapat diterapkan yaitu
berdoa sebelum memulai kelas.
Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk
perilaku sopan santun. Hal ini harus dimulai dari keluarga dan juga diintegrasikan
dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Dengan demikian, anak-anak akan dapat
mengembangkan perilaku sopan santun dan menjadikannya sebagai bagian dari
karakter yang baik.Budi Pekerti merupakan salah satu prinsip dasar dalam pendidikan
menurut Ki Hajar Dewantara. Konsep ini berkaitan dengan moral dan etika, yang
mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan

Anda mungkin juga menyukai