Anda di halaman 1dari 4

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Ananda Sindi Hasanah


2. Ade salwa usman
3. Keisha Nathania
4. Lidya Fransiska

Refrensi Cerita
“BATU MENANGIS”

Pada zaman dahulu kala, di atas sebuah bukit kecil yang jauh dari pemukiman penduduk, di
daerah Kalimantan Barat hiduplah seorang janda yang sangat miskin bersama seorang anak
gadisnya
Anak gadisnya sangat cantik, bentuk tubuhnya sangat indah, rambutnya terurai mengikal
sampai ke mata kaki. Poni rambutnya tersisir rapi dan keningnya sehalus batu cendana.
Namun sayangnya ia memiliki sifat yang buruk.
Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah.
Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti.
Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan
keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa
itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu
berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang di jalan
yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan di
belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup di
tempat terpencil, tak seorang pun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu
adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu
terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-
puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang
gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis
itu, “Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan di belakang itu ibumu?”
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku!
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi
seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, manis. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?” “Bukan, bukan,” jawab gadis
itu dengan mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budak!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan yang menanyakan
perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih
dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang
amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu
berdoa.
“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya
memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini!
Hukumlah dia….”
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah
menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah
badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
”Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu…Ibu…
ampunilah anakmu..” Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya.
Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi
batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih
menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis
yang mendapat kutukan ibunya itu disebut ” Batu Menangis “.
Demikianlah cerita legenda batu menangis, yang oleh masyarakat setempat dipercaya
bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung
yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat
hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

NASKAH CERITA
di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan
anak gadisnya.
anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, iya mempunyai perilaku yang amat
buruk. Gadis itu amat malas, tak pernah membuat ibunya melakukan kerja pekerjaan rumah.
Kerjaannya hanya bersolek setiap hari.
selain pemalas, anak gadis itu sikap manja sekali. Segala permintaan harus dituruti. Setiap
kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa mempedulikan kadar ibunya
yang miskin, setiap hari harus membanding tulang mencari sesuap nasi.

Mbok rondo: *terbatuk batuk* ohok ohok


anak mbok rondo 1: buk, ibuk, setiap hari makannya ini ini aja
ana mbok rondo 2: sama ikan asin terus, bosen aku
mbok rondo: nak, yang sabar ya, nanti kalo kayu bakar ibuk laku terjual semua, nanti ibu
masak masak yang enak.
mbok rondo: besok ikut ke pasar ya
anak mbok rondo 1 dan 2: *menggerutu* tck….
sang ibu kembali mencari kayu bakar di hutan.
mbok rondo: *batuk* ohok ohok
tetangga: mbok, anak anaknya pada kemana? kok mencari kayu bakar sendiri gak ada yang
bantu?
mbok rondo: mereka itu sulit sekali di perintah, selalu saja membangkang.
tetangga: kasian betul kamu mbok….. sudah janda, tapi anakmu malah seperti itu
mbok rondo: ya semoga lain hari mereka diberi hidayah oleh Allah SWT
tetangga: aamiin, mari saya bantu angkat kayunya mbok.
sementara itu saat Sang ibu sedang bekerja anaknya bermalas-malasan di rumah
anak mbok rondo 1: duh bajuku semuanya sudah pernah dipakai.
anak mbok rondo 2: aku ingin baju baru yang cantik, yang tidak pernah dipakai dewi
sekalipun. hahahahahahaha….
*sambil berteriak ia memanggil sang ibu*
anak mbok rondo 1: buk, ibuk
mbok rondo: ada apa nakku?
anak mbok rondo 2: dari mana saja sih buk lama sekali!!!
mbok rondo: masyaallah ndok, liat mbokmu ini sudah letih mencari kayu bakar tidak ada
yang bantu. kalian hanya bersolek dan bermalas malasan
anak mbok rondo 1: loh, buk! itukan kewajiban ibuk! kita sebagai anak hanya menikmati
hasilnya saja dong.
sang ibu pun tidak menjawab pernyataan yang diberikan oleh anaknya, sungguh ia letih
menghadapi kedua anaknya yang hanya mementingkan keelokan tubuh mereka saja.
mbok rondo: tolong ibu nak, untuk menjemur kayu bakar ini, agar cepat kering dan dapat
dijual dipasar besok.
anak mbok rondo 1: iya sebentar buk, aku dan ratih sedang merias diri
selang beberapa menit sang ibu menunggu anak anaknya untuk membantunya, namun mereka
tak kunjung keluar.
mbok rondo: ndok, sudah belum?
anak mbok rondo 1: sebentar dulu buk, aku bilang sebentar.
kesekian kalinya sang ibu memanggil kedua anaknya untuk membantunya.
mbok rondo: ndok lama sekali, ayo ndok.. takut nanti sore akan turun hujan
anak mbok rondo 2: duh buk! aku kan sudah bilang sebentar!
anak mbok rondo 1: udahlah buk, ibuk tuh masih kuat, tidak perlu bantuan dari kami.
mbok rondo: ayolah ndok, jika kayu ini habis terjual, ibu akan membelikan kalian baju yang
kalian inginkan.
anak mbok rondo 1&2: baiklah! ibuk harus berjanji, kapan kita akan membeli baju baru?
mbok rondo: besok ya ndok, besok kita kepasar untuk membeli baju sekalian menjual kayu
bakarnya.
keesokan harinya sang ibu mengajak anaknya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar
desa itu sangat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan.
mbok rondo: ndok, bantu ibu bawa kayu bakarnya,,,,,
anak mbok rondo 1: tidak mau, enak saja *menghentakan kaki*
Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar
orang di jalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya
berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat kucal.
Karena mereka hidup di tempat terpencil tak seorang pun mengetahui bahwa ketiga
perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
pemuda 1: lihat, siapakah mereka? aku tak pernah melihatnya, sungguh, indah sekali.
pemuda 2: betul. namun, siapakah wanita di belakang mereka?
seorang pemuda tampan mendekati mereka dan bertanya
pemuda 1: hai, gadis cantik. apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?
anak mbok rondo 2: bukan (katanya dengan angkuh) ia adalah pembantuku!
pemuda 1: oh, memang. gadis cantik seperti kalian berdua sangat aneh bila memiliki ibu
seperti itu. sangat berbeda.
*sambil tertawa ia mendekatkan diri kepada pemuda itu*
anak mbok rondo 2: memang, ibuku menyuruhku untuk ke pasar dengan pembantu kami,
karena ia tidak bisa menemani kami membeli baju baru
ibu dan kedua anak itu kemudian meneruskan perjalanan. tak seberapa jauh, mendekati lagi
seorang pemuda dan bertanya kepada mereka.
pemuda 3: hai, manis. apakah yang berjalan dibelakang mu itu ibumu?
anak mbok rondo 1: bukan bukan.
jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya.
anak mbok rondo 1: ia adalah budakk!
begitulah setiap mereka bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan yang menanyakkan
perihal ibunya, selalu jawabannya itu. ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, sibuk masih
dapat menahan diri. Namun setelah berulangkali didengarnya jawabannya sama dan yang
amat menyakitkan hati, akhirnya Sibu yang Malang itu tak dapat menahan diri. Sibuk
berdoa .
mbok rondo : Ya Allah, hamba tak kuat menahan hinaan ini. anak kandung hamba begitu
teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya Allah hukumlah anak durhaka ini!
hukumlah dia..
anak mbok rondo 1 dan 2 : Apa yang ibuk lakukan?! berteriak teriak seperti itu, jangan bikin
kami malu dong mbok!
atas kekuasaan Allah SWT, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu.
Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, mereka
menangis memohon ampun kepada ibunya.
anak mbok rondo 1: Oh, ibu…ibu.. ampunilah kami
anak mbok rondo 2: ibu… ampunilah kedurhakaan kamu selama ini. ibu…. ibu… ampunilah
anakmu ini

mereka terus menatap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah
terlambat. Seluruh tubuh mereka akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu,
namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang
menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari anak gadis yang dapat kutukan ibunya itu
disebut “Batu menangis.”
demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat yang diyakini
pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu yang telah melahirkan dan membesarkan
nya pasti perbuatan akan dapat hukuman dari Allah SWT

Anda mungkin juga menyukai