Anda di halaman 1dari 8

Ileus obstruktif

2
January 5, 2010
by yuda handaya

1. Apa pengertian Ileus Obstruktif?

Jawab :

Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik.

2. Mengapa ileus obstruktif menarik untuk dipelajari?

Jawab :

a. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.

b. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universal; tetapi untuk mengetahui
proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga abdomen tetap merupakan hal yang sulit.

c. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik.

3. Apa saja etiologi Ileus Obtruktif?

Jawab :

1. Hernia inkarserata

2. Non hernia :

· Penyempitan lumen usus


1. Isi Lumen : Benda asing, skibala, ascariasis.

2. Dinding Usus : stenosis (radang kronik), keganasan.

3. Ekstra lumen : Tumor intraabdomen.

· Adhesi

· Invaginasi

· Volvulus

· Tumor

· Malformasi Usus

4. Bagaimana patofisiologi ileus obstruktif?

Jawab :

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal
tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar
pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus
sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini
menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.

5. Apa keuntungan dari penanggulangan ileus obstruktif secara dini?

Jawab :

· Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan umum penderita
optimal

· Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.

· Mencegah laparotomi negatif.

· Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab obstruksinya.


6. Di mana lokasi ileus obstruktif?

Jawab :

 Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum


 Letak Tengah : Ileum Terminal
 Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum

7. Apa diagnosis/gejala klinis ileus obstruktif?

Jawab :

Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung kepada penyebab
obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan menetap. Ileus
obstruksi ditandai dengan gejala klinis berupa nyeri abdomen yang bersifat kolik, muntah-
muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri perut dirasakan
seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat
datang serangan, biasanya disertai perasaan perut yang melilit dan terdengar semacam “suara”
dari dalam perut. Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah
yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya timbul sesudah distensi usus
yang jelas (antibiotika). Pada umumnya persiapan penderita dapat sekali. Muntah tidak proyektil
dan berbau feculent, warna cairan muntah kecoklatan. Pada penderita yang kurus /sedang dapat
ditemukan dan contour atau darm steifung; biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat
serangan kolik. Pada saat itu, dalam pemeriksaan bising usus dapat didengarkan bising usus yang
kasar dan meninggi (borgorygmi dan metalic sound). Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi
usus, beberapa gambaran klinik dapat membantu :

1. Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat.

2. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan ascites.

3. Terdapatnya abdominal tenderness.

4. Adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, tachycardi, hipotensi atau
shock.

8. Dalam pemeriksan fisik, tanda apa yang ditemukan pada penderita ileus obstruktif?

Jawab :

 Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal,
femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat
terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas
luka operasi sebelumnya.
 Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus
dan peristaltik melemah sampai hilang.
 Perkusi
Hipertimpani
 Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

9. Apa yang didapat dari pemeriksaan rectal toucher?

Jawab :

· Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

· Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

· Feses yang mengeras : skibala

· Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

· Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

· Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

10. Tanda apa yang didapat dari pemeriksaan radiologi?

Jawab :

Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus ditegakkan secara
tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada foto polos abdomen, 60-70%
dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level.
Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja, namun pemeriksaan sering
diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya
pada masa pra-bedah. Beberapa tanda radiologik yang khas untuk ileus obstruktif adalah :

· Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulae coniventes yang
memberi gambaran fish bone appearance.

· Pengumpulan cairan dengan gambaran khas air-fluid level. Pada obstruksi yang cukup lama,
beberapa air fluid level memberikan gambaran huruf U terbalik.

11. Bagaimana penatalaksanaan ileus obstruktif?

Jawab :
Penatalaksanaan ileus obstruktif telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini
disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis
sebagai akibat obstruksi usus.

Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap, yaitu:

1. Persiapan penderita.

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi ileus secara
lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau
hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :

1.Dekompressi usus.

2.Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.

3.Atasi dehidrasi.

4.Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4-24 jam sampai saatnya penderita
siap untuk operasi.

1. Operatif.
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

b.Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya maupun
kondisi sebelum sakit.

c. Apakah ada risiko strangulasi.

i. Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong
dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama,
sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.

12. Bilamana dilakukan tindakan operasi?

Jawab :

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi dilakukan dengan mengingat beberapa kondisi atau pertimbangan. Operasi
diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil
eksplorasi selama laparotomi.

13. Apa komplikasi dari ileus obstruktif?


Jawab :

Komplikasi dari ileus obstruktif antara lain terjadinya nekrosis usus, perforasi usus, Sepsis,
Syok-dehidrasi, Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, Pneumonia
aspirasi dari proses muntah, gangguan elektrolit, meninggal

14. Bagaimana tindakan bedah yang dilakukan pada ileus obstruktif?

Jawab :

1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang
dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun
karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, lalu dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

15. Apa yang terjadi pasca operasi bedah ileus obstruktif?

Jawab :

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih ada.
Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen usus tidak
boleh dibersihkan sama sekali oleh karena mengandung banyak bahan-bahan digestif yang
sangat diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun
terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien,
sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca bedah. Tindakan
dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam basa darah
dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi
bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 – 7
hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran
kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan
spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

16. Apa prognosis dari ileus obstruktif?

Jawab :
Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya. Setelah pembedahan
dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.

17. Apa diagnosis banding dari ileus obstruktif?

Jawab :

Diagnosis banding dari ileus obstruktif adalah ileus paralitik.

18. Apakah dasar pengobatan dari ileus obstruktif?

Jawab :

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal

19. Bagaimana terapi/pengobatan ileus obstruktif yang diberikan secara farmakologis?

Jawab :

Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik
dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

20. Apa yang perlu diperhatikan dalam resusitasi pada pasien dengan ileus obstruktif?

Jawab:

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.

DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 1997. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Mana, Niko M; Kartadinata, H. 1983. Obstruksi Ileus di Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta :
EGC.

Price, S.A. 1994. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Sjamsuhidrajat, R; De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar-Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.

http://dokteryudabedah.com/ileus-obstruktif-limufita/

Anda mungkin juga menyukai