Anda di halaman 1dari 22
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA (RAPERDA INISIATIF DPRD KAB. BELITUNG TH. 2022) DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2022 * (__rarerpa___] BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR — TAHUN 2022 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan kesejahteraan lanjut usia bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia melalui peningkatan aksesibilitas terhadap layanan keagamaan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan budaya sehingga para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif; b. bahwa seiring dengan meningkatnya jumlah lanjut usia di daerah perlu dilakukan upaya untuk menjamin pemenuhan hak lanjut usia; c. bahwa pemerintah daerah berwenang dalam menetapkan kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan bagi lanjut usia sebagai pedoman untuk menjamin kesejahteraan dan kualitas hidup lanjut usia; 4. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia; Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 2 RANCANGAN 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796); Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4451); * Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BELITUNG dan BUPATI BELITUNG MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Belitung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Belitung sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan unsur pemerintahan yang menjadi Daerah otonom. . Bupati adalah Bupati Belitung. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. oe RANCANGAN 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Tengah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 6. Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, Keluarga, serta Masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. 7. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. 8. Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia adalah serangkaian kegiatan yang _dilaksanakan —_secara terkoordinasi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk memberdayakan lanjut usia agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 9. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. 10. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. . Kelanjutusiaan adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui masalah dan solusi tentang lanjut usia dengan mengedepankan proses menjadi lanjut usia sejak usia dini hingga akhir hayat. 12.Rencana Aksi Daerah Kelanjutusiaan adalah rencana aksi yang dituangkan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah terkait kelanjutusiaan dalam rangka mewujudkan lanjut usia yang mandiri, sejahtera, dan bermartabat. .Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Lanjut Usia Tidak Potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. 14, Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, dan jasa kepada Lanjut Usia tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial. 15.Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 16. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia. 17. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri deri suami-istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya beserta kakek dan/atau nenek. 1 oe “4. RANCANGAN 18. Masyarakat adalah perorangan, keluarga, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan. 19.Komisi Daerah Lanjut Usia adalah komisi yang dibentuk untuk = meningkatkan koordinasi_ dan kesinambungan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia di Daerah. 20.Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. BABII RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia dalam Peraturan Daerah ini meliputi: peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia; kelembagaan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia; data dan informasi Lanjut Usia; Rencana Aksi Daerah Kelanjutusiaan; tanggung jawab Keluarga dan peran Masyarakat: penghargaan; pembinaan dan pengawasan; dan . pendanaan PROS Boop BAB III PENINGKATAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA Bagian Kesatu Umum Pasal 3 (1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam upaya menyelenggarakan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. (2) Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia merupaken kegiatan yang _dilaksanakan —_secara terkoordinasi antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat untuk memberdayakan Lanjut Usia agar tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (3) Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada: a. Lanjut Usia Potensial; dan b. Lanjut Usia Tidak Potensial. RANCANGAN Pasal 4 (1) Penyelengearaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Potensial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) hurufa meliputi a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. pelayanan kesehatan; c. pelayanan kesempatan kerja; d. pelayanan pendidikan dan pelatihan; e.pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; f. pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; g. Bantuan Sosial; dan h. Rehabilitasi Sosial. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Tidak Potensial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b meliputi: a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. pelayanan kesehatan; c.pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; d.pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; ¢. pemberian Perlindungan Sosial; f. Bantuan Sosial; dan g. Rehabilitasi Sosial. (2) Bagian Kedua Pelayanan Keagamaan dan Mental Spiritual Pasal 5 (1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi Lanjut Usia dimaksudkan untuk mempertebal rasa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui peningkatan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi: a. bimbingan beragama; dan/atau b, pembangunan sarana ibadah dengan menyediakan aksesibilitas bagi Lanjut Usia (2) (3) 6 RANCANGAN Bagian Ketiga Pelayanan Kesehatan Pasal 6 (1) Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan Lanjut Usia agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar. (2) Pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui: a. penyuluhan dan penyebarluasan informasi keschatan lanjut usia; b. upaya penyembuhan (kuratif, yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; c. pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kronis dan/atau _penyakit terminal; d. penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan dan mudah diakses untuk pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia; . penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berkala; pelayanan ramah Lanjut Usia pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan; dan/atau g pelayanan pemulihan dan lanjutan untuk mengembalikan dan mengoptimalkan fungsi fisik, mental, dan sosial Lanjut Usia. (3) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. > Bagian Keempat Pelayanan Kesempatan Kerja Pasal 7 Pelayanan kesempatan kerja bagi Lanjut Usia Potensial dimaksudkan memberi peluang untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya. (2) Pelayanan kesempatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan pada sektor formal dan non formal, melalui perseorangan, kelompok/organisasi, atau lembaga baik Pemerintah Daerah maupun Masyarakat. (3) Pelayanan kesempatan kerja dalam sektor formal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui kebijakan pemberian kesempatan kerja bagi Lanjut Usia Potensial untuk memperoleh pekerjaan. (4) Pelayanan kesempatan kerja dalam sektor non formal a 7 RANCANGAN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui kebijakan menumbuhkan iklim usaha bagi lanjut usia potensial yang mempunyai keterampilan dan/atau keahlian untuk melakukan usaha sendiri atau melalui kelompok usaha bersama. Pasal 8 (1) Dunia usaha memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada tenaga kerja lanjut usia potensial yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Penetapan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan faktor: a. kondisi fisi b. keterampilan dan/atau keahlian; c. pendidikan; 4. formasi yang tersedia; e. bidang usaha; dan/atau £. faktor lainnya. (3) Penetapan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap pekerja Lanjut Usia Potensial mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pekerja lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2 (4) Bagian Kelima Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan Pasal 9 (1) Pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi Usia Lanjut Potensial dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, Keahlian, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman sesuai dengan potensi yang dimilikinya. (2) Pelayanan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, baik yang diselenggarakan Pemerintah Daerah maupun Masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian Keenam Pelayanan Untuk Mendapatkan Kemudahan dalam Penggunaan Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Umum 8. RANCANGAN Paragraf 1 Umum Pasal 10 (1) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum dimaksudkan sebagai perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada Lanjut Usia. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: a.pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan dan masyarakat pada umumnya; b.pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya; c.pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan; dan d. penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus. (3) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memberikan Aksesibilitas terutama di tempat umum yang dapat menghambat mobilitas Lanjut Usia. (2) Paragraf 2 Kemudahan dalam Penggunaan Fasilitas Umum Pasal 11 (1) Pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a meliputi: a.memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup; b.memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana Kesehatan milik Pemerintah; dan/atau c.melaksanakan kegiatan lain yang berkenaan dengan pelayanan umum. Pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b dapat diberikan kepada Lanjut Usia untuk pembelian tiket masuk tempat rekreasi. (3) Pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c meliputi: a. penyediaan tempat duduk khusus; dan/atau b.penyediaan informasi sebagai himbauan untuk mendahulukan Lanjut Usia. (2) 9. RANCANGAN (4) Penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf d meliputi: a. penyediaan tempat duduk khusus; b. penyediaan alat bantu; c. pemanfaatan taman untuk olahraga; d. penyelenggaraan wisata Lanjut Usia; dan/atau e. penyediaan tempat kebugaran. Paragraf 3 Kemudahan dalam Penggunaan Sarana dan Prasarana Umum Pasal 12 (1) Setiap pengadaan sarana dan prasarana umum oleh Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat dilaksanakan dengan menyediakan Aksesibilitas bagi Lanjut Usia. Penyediaan Aksesibilitas bagi Lanjut Usia pada sarana dan prasarana umum dapat berbentuk: a. fisik; dan/atau b.non fisik. Penyediaan Aksesibilitas yang berbentuk fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum yang meliputi: a. bangunan gedung; b.jalan umum; c. pertamanan dan tempat rekreasi; dan/atau d.angkutan umum. Penyediaan Aksesibilitas yang berbentuk non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: a. pelayanan informasi; dan/atau b.pelayanan khusus. (2 (3) (4) Ketentuan mengenai standardisasi penyediaan Aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Bagian Ketujuh Pemberian Kemudahan Layanan dan Bantuan Hukum Pasal 13 (1) Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum dimaksudkan untuk melindungi dan memberikan rasa aman kepada Lanjut Usia. Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk: a. penyuluhan dan konsultasi hukum; dan/atau b.layanan dan bantuan hukum diluar dan/atau di dalam pengadilan. (2) -10- RANCANGAN Bagian Kedelapan Pemberian Perlindungan Sosial Pasal 14 (1) Pemberian Perlindungan Sosial dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bagi Lanjut Usia Tidak Potensial agar dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar. (2) Perlindungan Sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar panti (3) Lanjut Usia Tidak Potensial terlantar yang meninggal dunia dimakamkan sesuai dengan agamanya dan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat. Bagian Kesembilan Bantuan Sosial Paragraf 1 Bantuan Sosial kepada Lanjut Usia Potensial Pasal 15 (1) Bantuan Sosial diberikan kepada Lanjut Usia Potensial yang tidak mampu agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya. (2) Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat tidak tetap, berbentuk material, finansial, fasilitas pelayanan dan informasi guna mendorong tumbuhnya kemandirian. Pemberian Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada (3) ayat (1) bertujuan untuk: a. memenuhi kebutuhan hidup Lanjut Usia Potensial yang tidak mampu; b. mengembangkan usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kemandirian;dan c. mendapatkan kemudahan dalam —s memperoleh kesempatan berusaha. (4) Pemberian Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan Lanjut Usia Potensial yang tidak mampu serta tujuan pemberian Bantuan Sosial. Pasal 16 (1) Pemberian Bantuan Sosial dapat diberikan kepada Lanjut Usia Potensial yang tidak mampu baik perorangan atau kelompok, untuk melakukan usaha sendiri atau kelompok usaha bersama dalam sektor usaha non formal. oe RANCANGAN (2) Untuk memperoleh Bantuan Sosial, Lanjut Usia Potensial yang tidak mampu baik perorangan atau kelompok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan _peraturan perundang-undangan. Paragraf 2 Bantuan Sosial kepada Lanjut Usia Tidak Potensial Pasal 17 (1) Selain pemberian kepada Lanjut Usia__Potensial sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), Bantuan Sosial juga diberikan kepada Lanjut Usia Tidak Potensial yang tidak mampu agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya. (2) Ketentuan mengenai pemberian Bantuan _Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kesepuluh Rehabilitasi Sosial Pasal 18 Rehabilitasi Sosial merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan Lanjut Usia mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. (2) Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan berbasis Keluarga, komunitas. dan/atau residensial. (3) Ketentuan mengenai program Rehabilitasi Sosial pada Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan _peraturan perundang-undangan. ( BAB IV KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA Bagian Kesatu Komisi Daerah Lanjut Usia Pasal 19 (1) Dalam rangka penanganan lanjut usia di Daerah secara intensif, menyeluruh, dan terpadu, Bupati membentuk Komisi Daerah Lanjut Usia. (2) Komisi Daerah Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas: 12. RANCANGAN a. mengkoordinasikan perumusan kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Lanjut Usia sesuai pedoman, strategi, program, dan kegiatan yang ditetapkan oleh Komisi Nasional Lanjut Usia dan Komisi Daerah Lanjut Usia Provinsi, serta kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan Gubernur; |. melakeanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati; c. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program penanganan lanjut usia di Daerah, kecamatan, dan desa/kelurahan; d. mengendalikan pelaksanaan program penanganan lanjut usia di Daerah; e. menghimpun, menggerakkan, menyediakan, dan memanfaatkan sumber daya daerah dan masyarakat secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanganan lanjut usia; f, menghimpun dan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat, provinsi, dan bantuan luar negeri secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanganan Lanjut Usia; g. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang tergabung dalam keanggotaan Komisi Daerah Lanjut Usia; h. mengadakan kerjasama antar Komisi Daerah Lanjut Usia Kabupaten/Kota dalam perumusan kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan lanjut usia; i, melakukan sosialisasi, advokasi, dan mediasi kepada seluruh aparat | Pemerintah Daerah, —_lembaga pendidikan, lembaga swasta, kader pemberdayaan Masyarakat, masyarakat, lembaga adat, lembaga keagamaan, tokoh adat, tokoh agama, serta lembaga kemasyarakatan; j. memfasilitasi pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia kecamatan dan desa/kelurahan; dan k. memfasilitasi pembentukan kelompok peduli Lanjut Usia Daerah. (3) Komisi Daerah Lanjut Usia dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Bupati. (4) Dalam upaya penanganan—_Lanjut_-Usia_— di kecamatan/desa/kelurahan dapat dibentuk Komisi Lanjut Usia kecamatan/desa/kelurahan. (5) Ketentuan mengenai susunan keanggotaan Komisi Daerah Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 13 RANCANGAN (6) Ketentuan mengenai pembentukan organisasi, tugas dan susunan keanggotaan Komisi Lanjut Usia Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), avat (3) dan ayat (5) berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembentukan organisasi, tugas dan susunan keanggotaan Komisi Lanjut Usia kecamatan/desa/ kelurahan Bagian Kedua LKS Pasal 20 (1) Dalam rangka mewujudkan peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia dapat dibentuk LKS. (2) Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial_ LKS mempunyai peran : a. mencegah terjadinya masalah sosial; b.memberikan pelayanan sosial kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial; dan c. menyelenggarakan konsultasi kesejahteraan keluarga (3) Pembentukan LKS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 21 Lanjut Usia Potensial dapat membentuk organisasi/lembaga sosial berdasarkan kebutuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Bagian Ketiga Forum Komunikasi Lembaga Kelanjutusiaan Pasal 22 (1) Pemerintah Daerah membentuk forum komunikasi lembaga Kelanjutusiaan di Daerah. (2) Forum komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan LKS dan lembaga lain yang menangani Lanjut Usia di Daerah. (3) Forum komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas: a. mengoordinasikan penyelenggaraan _—pelayanan Kesejahteraan Lanjut Usia yang dilaksanakan oleh LKS atau lembaga lainnya yang menangani Lanjut Usia; b. mengoordinasikan penyelenggaraan pelayanan Kesejahteraan Lanjut Usia yang berbasis Keluarga, dan Masyarakat; dan c. melakukan pembinaan kepada Masyarakat dan/atau Keluarga. ti | RANCANGAN (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai forum kom Kelanjutusiaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati nikasi BAB V DATA DAN INFORMASI LANJUT USIA. Pasal 23 (1) Bupati menyelenggarakan sistem informasi Lanjut Usia guna memberikan pelayanan data dan informasi dalam peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia (2) Data dan informasi Lanjut Usia sebagiamana dimaksud pada ayat (1) disediakan dalam portal web dan dilaksanakan oleh._~—-Perangkat =»«~Daerah ~—vang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan statistik. (3) Data dan informasi Lanjut Usia sebagiamana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Kesejahteraan Lanjut Usia. BAB Vi RENCANA AKSI DAERAH KELANJUTUSIAAN, Pasal 24 (1) Perangkat Daerah yang membidangi urusan sosial menyusun dokumen Rencana Aksi Daerah Kelanjutusiaan sebagai bagian dari pembangunan nasional dan Daerah. (2) Dokumen rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. visi dan misi; b. strategi; c. arah kebijakan; dan d. pemantauan dan evaluasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Aksi Daerah Kelanjutusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. (3) BAB VII TANGGUNG JAWAB KELUARGA DAN PERAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Tanggung Jawab Keluarga Pasal 25 Keluarga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan Kesejahteraan Lanjut Usia dengan cara: a. melakeanakan legiatan keagamann dan eniritiah dt -15- RANCANGAN lingkungan Keluarga; b. memberikan pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia di lingkungan Keluarga; c. memberikan kesempatan kepada Lanjut Usia untuk mendapatkan kesempatan kerja sesuai_— dengan kemampuannya; d._ memperhatikan kebutuhan aktivitas fisik pada Lanjut Usia; ¢. membantu dan memberikan pendampingan Lanjut Usia untuk dapat mengakses layanan dan bantuan hukum; dan/atau f. melakukan perawatan dan pengasuhan kepada Lanjut Usia. Bagian Kedua Peran Masyarakat Pasal 26 (1) Masyarakat melalui perorangan, kelompok dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam program dan kegiatan penyelenggaraan Kesejahteraan bagi Lanjut Usia. Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan cara: a. melaksanakan pelayanan keagamaan dan spiritual kepada Lanjut Usia; b. memberikan pelayanan kesejahteraan sosial berbasis Masyarakat; c. mendukung upaya pelayanan kesehatan Lanjut Usia; d. memberikan pelayanan kesempatan kerja bagi Lanjut Usia Potensial untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; e. membantu dan memberikan pendampingan Lanjut Usia untuk dapat mengakses layanan dan bantuan hukum; dan/atau f, memberikan bantuan sosial bagi Lanjut Usia melalui pemberdayaan dan pendampingan ekonomi. (2) BAB VIII PENGHARGAAN Pasal 27 (1) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada pihak yang telah berprestasi dan berperan dalam peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia. (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada: a. perseorangan; “16. RANCANGAN b. Keluarga; c. kelompok; d. LKS; dan/atau ¢. dunia usaha. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Umum Pasal 28 (1) Dalam rangka menjamin Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia, Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan. (2)Pembinaan dan pengawasan terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bupati. (3) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati dibantu oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial. Bagian Kedua Pembinaan dan Pengawasan Pasal 29 (1) Pembinaan terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dilakukan dalam bentuk pemberian bimbingan, konsultasi, dan/atau pendidikan dan pelatihan. (2) Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dilakukan dalam bentuk pemantauan, monitoring lapangan, evaluasi, dan analisis terhadap —_Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat melibatkan LKS, Keluarga, dunia usaha, dan/atau Masyarakat. BAB X PENDANAAN Pasal 30 (LjPemerinsah Raerste rrreninierstiony avawena ATAATTE “17. RANCANGAN pendanaan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia. (2) Sumber pendanaan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: a. anggaran pendapatan dan belanja Daerah; dan/atau b. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 32 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang = mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Belitung. Ditetapkan di Tanjungpandan 2022 pada tanggal BUPATI BELITUNG, SAHANI SALEH Diundangkan di Tanjungpandan .. 2022 pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BELITUNG, MZ. HENDRA CAYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2022 NOMOR .... “18- RANCANG. PENJELASAN ATAS: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR ... TAHUN 2022 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA 1. UMUM Lanjut usia sebagai bagian dari masyarakat diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam pembangunan daerah dan nasional sehingga perlu ditingkatkan dan diberdayagunakan secara optimal agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemerintah daerah dalam hal ini bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Upaya yang dilakukan melalui pembuatan kebijakan yang komprehensif dan terkoordinasi dengan masyarakat dalam rangka pemberdayaan lanjut usia. Tujuan dari pada pembentukan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia adalah untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif lanjut usia, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan lanjut usia, terpelihara sistem nilai budaya dan kekerabatan dilingkungan keluarga dan masyarakat, serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari implementasi kebijakan tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia diarahkan pada pencapaian kemandirian dan kesejahteraan lanjut usia secara sosial, ekonomi, dan budaya. Jangkauan pengaturan dalam Perda ini antara lain mengatur mengenai peningkatan kesejahteraan lanjut usia melalui pelayanan keagamaan dan mental spiritual, kesehatan, kesempatan kerja, pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum, pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, dan bantuan sosial. Selain itu, secara garis besar materi muatan yang diatur dalam Perda ini mengatur tentang kelembagaan kesejahteraan lanjut usia, penyediaan data dan informasi lanjut usia oleh pemerintah daerah, tanggung jawab keluarga dan peran masyarakat serta pemberian penghargaan kepada pihak yang telah berprestasi dan berperan dalam peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas +19. Cukup jelas Cukup jelas Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) RANCANGAN Cukup jelas Cukup jelas Huruf a Yang dimaksud dengan “bimbingan beragama” adalah memberikan tuntunan untunan dan pegangan hidup serta ketenangan bagi lanjut usia di hari tuanya agar lebih memantapkan keyakinan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Bimbingan beragama antara lain meliputi pengajian, ceramah, siraman rohani dan sebagainya. Huruf b Yang dimaksud dengan “pembangunan sarana ibadah dengan menyediakan aksesibilitas bagi Lanjut Usia” adalah agar dalam membangun tempat beribadah seperti masji gereja, pura, wihara, dan tempat ibadah lainnya perlu lanjut dalam memperhatikan kemudahan _ bagi usia melaksanakan ibadah. Ayat (1) Cukup jelas ‘Ayat (2) Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dalam huruf a diutamakan pada upaya pemampatan penyakit. Yang dimaksud dengan geriatrik adalah suatu ilmu yang mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratif), sedangkan gerontologi adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek yang ada pada lanjut usia (fisik, mental, dan psikososial). Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas 20. Penyakit terminal adalah penyakit yang disembuhkan, seperti kanker stadium akhir Ayat (3) Cukup jelas RANCANGAN tidak dapat -21- RANCANGAN Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR ....

Anda mungkin juga menyukai