RANCANGAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BELITUNG TENTANG
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN
LANJUT USIA
(RAPERDA INISIATIF DPRD KAB. BELITUNG TH. 2022)
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BELITUNG
TAHUN 2022* (__rarerpa___]
BUPATI BELITUNG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG
NOMOR — TAHUN 2022
TENTANG
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BELITUNG,
Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan kesejahteraan lanjut usia
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia
melalui peningkatan aksesibilitas terhadap layanan
keagamaan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan budaya
sehingga para lanjut usia tetap sehat, mandiri, aktif dan
produktif;
b. bahwa seiring dengan meningkatnya jumlah lanjut usia di
daerah perlu dilakukan upaya untuk menjamin
pemenuhan hak lanjut usia;
c. bahwa pemerintah daerah berwenang dalam menetapkan
kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan bagi lanjut usia
sebagai pedoman untuk menjamin kesejahteraan dan
kualitas hidup lanjut usia;
4. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia;
Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kotapraja di Sumatera
Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1821);2 RANCANGAN
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3796);
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor
217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4033);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4451);
*
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BELITUNG
dan
BUPATI BELITUNG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN
KESEJAHTERAAN LANJUT USIA.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Belitung.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Belitung sebagai unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin
pelaksanaan unsur pemerintahan yang menjadi Daerah
otonom.
. Bupati adalah Bupati Belitung.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah
yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
oeRANCANGAN
5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka
Tengah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
6. Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap
warga Negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan
jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
Keluarga, serta Masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.
7. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun ke atas.
8. Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia adalah
serangkaian kegiatan yang _dilaksanakan —_secara
terkoordinasi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat
untuk memberdayakan lanjut usia agar lanjut usia tetap
dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif
secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
9. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan/atau jasa.
10. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.
. Kelanjutusiaan adalah pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui masalah dan solusi tentang lanjut usia dengan
mengedepankan proses menjadi lanjut usia sejak usia dini
hingga akhir hayat.
12.Rencana Aksi Daerah Kelanjutusiaan adalah rencana aksi
yang dituangkan dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah terkait kelanjutusiaan
dalam rangka mewujudkan lanjut usia yang mandiri,
sejahtera, dan bermartabat.
.Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah Daerah
dan/atau Masyarakat untuk memberikan kemudahan
pelayanan bagi Lanjut Usia Tidak Potensial agar dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
14, Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, dan
jasa kepada Lanjut Usia tidak mampu, dan/atau rentan
terhadap risiko sosial.
15.Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan
pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
16. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk memperoleh dan
menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut
usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia.
17. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
deri suami-istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya beserta kakek
dan/atau nenek.
1
oe“4. RANCANGAN
18. Masyarakat adalah perorangan, keluarga, kelompok dan
organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.
19.Komisi Daerah Lanjut Usia adalah komisi yang dibentuk
untuk = meningkatkan koordinasi_ dan kesinambungan
Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia di Daerah.
20.Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat
LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang
melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum.
BABII
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan Penyelenggaraan Kesejahteraan
Lanjut Usia dalam Peraturan Daerah ini meliputi:
peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia;
kelembagaan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia;
data dan informasi Lanjut Usia;
Rencana Aksi Daerah Kelanjutusiaan;
tanggung jawab Keluarga dan peran Masyarakat:
penghargaan;
pembinaan dan pengawasan; dan
. pendanaan
PROS Boop
BAB III
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam upaya
menyelenggarakan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
(2) Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
merupaken kegiatan yang _dilaksanakan —_secara
terkoordinasi antara Pemerintah Daerah dan Masyarakat
untuk memberdayakan Lanjut Usia agar tetap dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
(3) Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada:
a. Lanjut Usia Potensial; dan
b. Lanjut Usia Tidak Potensial.RANCANGAN
Pasal 4
(1) Penyelengearaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Potensial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
hurufa meliputi
a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b. pelayanan kesehatan;
c. pelayanan kesempatan kerja;
d. pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e.pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
f. pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum;
g. Bantuan Sosial; dan
h. Rehabilitasi Sosial.
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Tidak
Potensial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf b meliputi:
a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b. pelayanan kesehatan;
c.pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
d.pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum;
¢. pemberian Perlindungan Sosial;
f. Bantuan Sosial; dan
g. Rehabilitasi Sosial.
(2)
Bagian Kedua
Pelayanan Keagamaan dan Mental Spiritual
Pasal 5
(1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi Lanjut
Usia dimaksudkan untuk mempertebal rasa keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pelayanan keagamaan dan mental spiritual sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui
peningkatan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama
dan keyakinannya masing-masing.
Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi Lanjut
Usia sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. bimbingan beragama; dan/atau
b, pembangunan sarana ibadah dengan menyediakan
aksesibilitas bagi Lanjut Usia
(2)
(3)6 RANCANGAN
Bagian Ketiga
Pelayanan Kesehatan
Pasal 6
(1) Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan Lanjut
Usia agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat
berfungsi secara wajar.
(2) Pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. penyuluhan dan penyebarluasan informasi keschatan
lanjut usia;
b. upaya penyembuhan (kuratif, yang diperluas pada
bidang pelayanan geriatrik/gerontologik;
c. pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang
menderita penyakit kronis dan/atau _penyakit
terminal;
d. penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan dan
mudah diakses untuk pelayanan kesehatan bagi Lanjut
Usia;
. penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berkala;
pelayanan ramah Lanjut Usia pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan lanjutan; dan/atau
g pelayanan pemulihan dan lanjutan untuk
mengembalikan dan mengoptimalkan fungsi fisik,
mental, dan sosial Lanjut Usia.
(3) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia
yang tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
>
Bagian Keempat
Pelayanan Kesempatan Kerja
Pasal 7
Pelayanan kesempatan kerja bagi Lanjut Usia Potensial
dimaksudkan memberi peluang untuk mendayagunakan
pengetahuan, keahlian, kemampuan, keterampilan, dan
pengalaman yang dimilikinya.
(2) Pelayanan kesempatan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilaksanakan pada sektor formal dan non formal,
melalui perseorangan, kelompok/organisasi, atau lembaga
baik Pemerintah Daerah maupun Masyarakat.
(3) Pelayanan kesempatan kerja dalam sektor formal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui
kebijakan pemberian kesempatan kerja bagi Lanjut Usia
Potensial untuk memperoleh pekerjaan.
(4) Pelayanan kesempatan kerja dalam sektor non formal
a7 RANCANGAN
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui
kebijakan menumbuhkan iklim usaha bagi lanjut usia
potensial yang mempunyai keterampilan dan/atau keahlian
untuk melakukan usaha sendiri atau melalui kelompok
usaha bersama.
Pasal 8
(1) Dunia usaha memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada tenaga kerja lanjut usia potensial yang memenuhi
persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan untuk
memperoleh pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
Penetapan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
dengan memperhatikan faktor:
a. kondisi fisi
b. keterampilan dan/atau keahlian;
c. pendidikan;
4. formasi yang tersedia;
e. bidang usaha; dan/atau
£. faktor lainnya.
(3) Penetapan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pekerja Lanjut Usia Potensial mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan pekerja lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2
(4)
Bagian Kelima
Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 9
(1) Pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi Usia Lanjut
Potensial dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,
Keahlian, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
(2) Pelayanan pendidikan dan pelatihan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan dan pelatihan, baik yang diselenggarakan
Pemerintah Daerah maupun Masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Bagian Keenam
Pelayanan Untuk Mendapatkan Kemudahan dalam Penggunaan Fasilitas,
Sarana, dan Prasarana Umum8. RANCANGAN
Paragraf 1
Umum
Pasal 10
(1) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum
dimaksudkan sebagai perwujudan rasa hormat dan
penghargaan kepada Lanjut Usia.
Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan melalui:
a.pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi
pemerintahan dan masyarakat pada umumnya;
b.pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan
biaya;
c.pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan;
dan
d. penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
(3) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan sarana dan prasarana umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk memberikan Aksesibilitas
terutama di tempat umum yang dapat menghambat
mobilitas Lanjut Usia.
(2)
Paragraf 2
Kemudahan dalam Penggunaan Fasilitas Umum
Pasal 11
(1) Pemberian kemudahan dalam pelayanan administrasi
pemerintahan bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a meliputi:
a.memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup;
b.memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana
Kesehatan milik Pemerintah; dan/atau
c.melaksanakan kegiatan lain yang berkenaan dengan
pelayanan umum.
Pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan
biaya bagi Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (2) huruf b dapat diberikan kepada Lanjut Usia
untuk pembelian tiket masuk tempat rekreasi.
(3) Pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan bagi
Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
huruf c meliputi:
a. penyediaan tempat duduk khusus; dan/atau
b.penyediaan informasi sebagai himbauan untuk
mendahulukan Lanjut Usia.
(2)9. RANCANGAN
(4) Penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus bagi
Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
huruf d meliputi:
a. penyediaan tempat duduk khusus;
b. penyediaan alat bantu;
c. pemanfaatan taman untuk olahraga;
d. penyelenggaraan wisata Lanjut Usia; dan/atau
e. penyediaan tempat kebugaran.
Paragraf 3
Kemudahan dalam Penggunaan Sarana dan Prasarana Umum
Pasal 12
(1) Setiap pengadaan sarana dan prasarana umum oleh
Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat dilaksanakan
dengan menyediakan Aksesibilitas bagi Lanjut Usia.
Penyediaan Aksesibilitas bagi Lanjut Usia pada sarana dan
prasarana umum dapat berbentuk:
a. fisik; dan/atau
b.non fisik.
Penyediaan Aksesibilitas yang berbentuk fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilaksanakan pada sarana
dan prasarana umum yang meliputi:
a. bangunan gedung;
b.jalan umum;
c. pertamanan dan tempat rekreasi; dan/atau
d.angkutan umum.
Penyediaan Aksesibilitas yang berbentuk non fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. pelayanan informasi; dan/atau
b.pelayanan khusus.
(2
(3)
(4)
Ketentuan mengenai standardisasi penyediaan Aksesibilitas
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5)
Bagian Ketujuh
Pemberian Kemudahan Layanan dan Bantuan Hukum
Pasal 13
(1) Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum
dimaksudkan untuk melindungi dan memberikan rasa
aman kepada Lanjut Usia.
Pemberian kemudahan layanan dan bantuan hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam
bentuk:
a. penyuluhan dan konsultasi hukum; dan/atau
b.layanan dan bantuan hukum diluar dan/atau di dalam
pengadilan.
(2)-10- RANCANGAN
Bagian Kedelapan
Pemberian Perlindungan Sosial
Pasal 14
(1) Pemberian Perlindungan Sosial dimaksudkan untuk
memberikan pelayanan bagi Lanjut Usia Tidak Potensial
agar dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar.
(2) Perlindungan Sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan melalui pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar
panti
(3) Lanjut Usia Tidak Potensial terlantar yang meninggal dunia
dimakamkan sesuai dengan agamanya dan menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat.
Bagian Kesembilan
Bantuan Sosial
Paragraf 1
Bantuan Sosial kepada Lanjut Usia Potensial
Pasal 15
(1) Bantuan Sosial diberikan kepada Lanjut Usia Potensial
yang tidak mampu agar dapat meningkatkan taraf
kesejahteraannya.
(2) Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
bersifat tidak tetap, berbentuk material, finansial, fasilitas
pelayanan dan informasi guna mendorong tumbuhnya
kemandirian.
Pemberian Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada
(3)
ayat (1) bertujuan untuk:
a. memenuhi kebutuhan hidup Lanjut Usia Potensial yang
tidak mampu;
b. mengembangkan usaha dalam rangka meningkatkan
pendapatan dan kemandirian;dan
c. mendapatkan kemudahan dalam —s memperoleh
kesempatan berusaha.
(4) Pemberian Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan keahlian, keterampilan,
bakat, minat, dan kemampuan Lanjut Usia Potensial yang
tidak mampu serta tujuan pemberian Bantuan Sosial.
Pasal 16
(1) Pemberian Bantuan Sosial dapat diberikan kepada Lanjut
Usia Potensial yang tidak mampu baik perorangan atau
kelompok, untuk melakukan usaha sendiri atau kelompok
usaha bersama dalam sektor usaha non formal.oe RANCANGAN
(2) Untuk memperoleh Bantuan Sosial, Lanjut Usia Potensial
yang tidak mampu baik perorangan atau kelompok
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan _peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 2
Bantuan Sosial kepada Lanjut Usia Tidak Potensial
Pasal 17
(1) Selain pemberian kepada Lanjut Usia__Potensial
sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), Bantuan
Sosial juga diberikan kepada Lanjut Usia Tidak Potensial
yang tidak mampu agar dapat meningkatkan taraf
kesejahteraannya.
(2) Ketentuan mengenai pemberian Bantuan _Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kesepuluh
Rehabilitasi Sosial
Pasal 18
Rehabilitasi Sosial merupakan proses refungsionalisasi dan
pengembangan untuk memungkinkan Lanjut Usia mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
(2) Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan berbasis
Keluarga, komunitas. dan/atau residensial.
(3) Ketentuan mengenai program Rehabilitasi Sosial pada
Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan _peraturan
perundang-undangan.
(
BAB IV
KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
Bagian Kesatu
Komisi Daerah Lanjut Usia
Pasal 19
(1) Dalam rangka penanganan lanjut usia di Daerah secara
intensif, menyeluruh, dan terpadu, Bupati membentuk
Komisi Daerah Lanjut Usia.
(2) Komisi Daerah Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertugas:12. RANCANGAN
a. mengkoordinasikan perumusan kebijakan, strategi,
program, kegiatan, dan langkah-langkah yang
diperlukan dalam penanganan Lanjut Usia sesuai
pedoman, strategi, program, dan kegiatan yang
ditetapkan oleh Komisi Nasional Lanjut Usia dan Komisi
Daerah Lanjut Usia Provinsi, serta kebijakan yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan Gubernur;
|. melakeanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati;
c. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program
penanganan lanjut usia di Daerah, kecamatan, dan
desa/kelurahan;
d. mengendalikan pelaksanaan program penanganan
lanjut usia di Daerah;
e. menghimpun, menggerakkan, menyediakan, dan
memanfaatkan sumber daya daerah dan masyarakat
secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanganan
lanjut usia;
f, menghimpun dan memanfaatkan sumber daya yang
berasal dari pusat, provinsi, dan bantuan luar negeri
secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanganan
Lanjut Usia;
g. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi
masing-masing instansi yang tergabung dalam
keanggotaan Komisi Daerah Lanjut Usia;
h. mengadakan kerjasama antar Komisi Daerah Lanjut
Usia Kabupaten/Kota dalam perumusan kebijakan,
strategi, program, kegiatan, dan langkah-langkah yang
diperlukan dalam penanganan lanjut usia;
i, melakukan sosialisasi, advokasi, dan mediasi kepada
seluruh aparat | Pemerintah Daerah, —_lembaga
pendidikan, lembaga swasta, kader pemberdayaan
Masyarakat, masyarakat, lembaga adat, lembaga
keagamaan, tokoh adat, tokoh agama, serta lembaga
kemasyarakatan;
j. memfasilitasi pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia
kecamatan dan desa/kelurahan; dan
k. memfasilitasi pembentukan kelompok peduli Lanjut
Usia Daerah.
(3) Komisi Daerah Lanjut Usia dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab
kepada Bupati.
(4) Dalam upaya penanganan—_Lanjut_-Usia_— di
kecamatan/desa/kelurahan dapat dibentuk Komisi Lanjut
Usia kecamatan/desa/kelurahan.
(5) Ketentuan mengenai susunan keanggotaan Komisi Daerah
Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.13 RANCANGAN
(6) Ketentuan mengenai pembentukan organisasi, tugas dan
susunan keanggotaan Komisi Lanjut Usia Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), avat (3) dan
ayat (5) berlaku secara mutatis mutandis terhadap
pembentukan organisasi, tugas dan susunan keanggotaan
Komisi Lanjut Usia kecamatan/desa/ kelurahan
Bagian Kedua
LKS
Pasal 20
(1) Dalam rangka mewujudkan peran Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia dapat dibentuk
LKS.
(2) Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial_ LKS
mempunyai peran :
a. mencegah terjadinya masalah sosial;
b.memberikan pelayanan sosial kepada penyandang
masalah kesejahteraan sosial; dan
c. menyelenggarakan konsultasi kesejahteraan keluarga
(3) Pembentukan LKS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
Lanjut Usia Potensial dapat membentuk organisasi/lembaga
sosial berdasarkan kebutuhan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Bagian Ketiga
Forum Komunikasi Lembaga Kelanjutusiaan
Pasal 22
(1) Pemerintah Daerah membentuk forum komunikasi lembaga
Kelanjutusiaan di Daerah.
(2) Forum komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beranggotakan LKS dan lembaga lain yang menangani
Lanjut Usia di Daerah.
(3) Forum komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertugas:
a. mengoordinasikan penyelenggaraan _—pelayanan
Kesejahteraan Lanjut Usia yang dilaksanakan oleh LKS
atau lembaga lainnya yang menangani Lanjut Usia;
b. mengoordinasikan penyelenggaraan pelayanan
Kesejahteraan Lanjut Usia yang berbasis Keluarga, dan
Masyarakat; dan
c. melakukan pembinaan kepada Masyarakat dan/atau
Keluarga.ti | RANCANGAN
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai forum kom
Kelanjutusiaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bupati
nikasi
BAB V
DATA DAN INFORMASI LANJUT USIA.
Pasal 23
(1) Bupati menyelenggarakan sistem informasi Lanjut Usia
guna memberikan pelayanan data dan informasi dalam
peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia
(2) Data dan informasi Lanjut Usia sebagiamana dimaksud
pada ayat (1) disediakan dalam portal web dan
dilaksanakan oleh._~—-Perangkat =»«~Daerah ~—vang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penelitian, pengembangan, dan statistik.
(3) Data dan informasi Lanjut Usia sebagiamana dimaksud
pada ayat (1) menjadi acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi Kesejahteraan Lanjut Usia.
BAB Vi
RENCANA AKSI DAERAH KELANJUTUSIAAN,
Pasal 24
(1) Perangkat Daerah yang membidangi urusan sosial
menyusun dokumen Rencana Aksi Daerah Kelanjutusiaan
sebagai bagian dari pembangunan nasional dan Daerah.
(2) Dokumen rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat:
a. visi dan misi;
b. strategi;
c. arah kebijakan; dan
d. pemantauan dan evaluasi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Aksi Daerah
Kelanjutusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati.
(3)
BAB VII
TANGGUNG JAWAB KELUARGA DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab Keluarga
Pasal 25
Keluarga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan
Kesejahteraan Lanjut Usia dengan cara:
a. melakeanakan legiatan keagamann dan eniritiah dt-15- RANCANGAN
lingkungan Keluarga;
b. memberikan pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia di
lingkungan Keluarga;
c. memberikan kesempatan kepada Lanjut Usia untuk
mendapatkan kesempatan kerja sesuai_— dengan
kemampuannya;
d._ memperhatikan kebutuhan aktivitas fisik pada Lanjut Usia;
¢. membantu dan memberikan pendampingan Lanjut Usia
untuk dapat mengakses layanan dan bantuan hukum;
dan/atau
f. melakukan perawatan dan pengasuhan kepada Lanjut
Usia.
Bagian Kedua
Peran Masyarakat
Pasal 26
(1) Masyarakat melalui perorangan, kelompok dan organisasi
sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan diberikan
kesempatan untuk berperan aktif dalam program dan
kegiatan penyelenggaraan Kesejahteraan bagi Lanjut Usia.
Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dengan cara:
a. melaksanakan pelayanan keagamaan dan spiritual
kepada Lanjut Usia;
b. memberikan pelayanan kesejahteraan sosial berbasis
Masyarakat;
c. mendukung upaya pelayanan kesehatan Lanjut Usia;
d. memberikan pelayanan kesempatan kerja bagi Lanjut
Usia Potensial untuk memperoleh pekerjaan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
e. membantu dan memberikan pendampingan Lanjut Usia
untuk dapat mengakses layanan dan bantuan hukum;
dan/atau
f, memberikan bantuan sosial bagi Lanjut Usia melalui
pemberdayaan dan pendampingan ekonomi.
(2)
BAB VIII
PENGHARGAAN
Pasal 27
(1) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada pihak
yang telah berprestasi dan berperan dalam peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada:
a. perseorangan;“16. RANCANGAN
b. Keluarga;
c. kelompok;
d. LKS; dan/atau
¢. dunia usaha.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara
pemberian Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 28
(1) Dalam rangka menjamin Penyelenggaraan Kesejahteraan
Lanjut Usia, Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan
pengawasan.
(2)Pembinaan dan pengawasan terhadap Penyelenggaraan
Kesejahteraan Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Bupati.
(3) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati dibantu oleh
Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial.
Bagian Kedua
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 29
(1) Pembinaan terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut
Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
dilakukan dalam bentuk pemberian bimbingan, konsultasi,
dan/atau pendidikan dan pelatihan.
(2) Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan
Lanjut Usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
dilakukan dalam bentuk pemantauan, monitoring lapangan,
evaluasi, dan analisis terhadap —_Penyelenggaraan
Kesejahteraan Lanjut Usia
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dapat melibatkan LKS, Keluarga, dunia
usaha, dan/atau Masyarakat.
BAB X
PENDANAAN
Pasal 30
(LjPemerinsah Raerste rrreninierstiony avawena ATAATTE“17. RANCANGAN
pendanaan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia.
(2) Sumber pendanaan Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut
Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja Daerah; dan/atau
b. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan
paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini
diundangkan.
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang = mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Belitung.
Ditetapkan di Tanjungpandan
2022
pada tanggal
BUPATI BELITUNG,
SAHANI SALEH
Diundangkan di Tanjungpandan
.. 2022
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BELITUNG,
MZ. HENDRA CAYA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2022 NOMOR ....“18- RANCANG.
PENJELASAN
ATAS:
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG
NOMOR ... TAHUN 2022
TENTANG
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
1. UMUM
Lanjut usia sebagai bagian dari masyarakat diberikan kesempatan
untuk berperan aktif dalam pembangunan daerah dan nasional sehingga perlu
ditingkatkan dan diberdayagunakan secara optimal agar dapat melaksanakan
fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pemerintah daerah dalam hal ini bertanggung
jawab dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Upaya yang
dilakukan melalui pembuatan kebijakan yang komprehensif dan terkoordinasi
dengan masyarakat dalam rangka pemberdayaan lanjut usia.
Tujuan dari pada pembentukan Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia adalah untuk memperpanjang
usia harapan hidup dan masa produktif lanjut usia, terwujudnya kemandirian
dan kesejahteraan lanjut usia, terpelihara sistem nilai budaya dan
kekerabatan dilingkungan keluarga dan masyarakat, serta lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari
implementasi kebijakan tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Lanjut Usia
diarahkan pada pencapaian kemandirian dan kesejahteraan lanjut usia secara
sosial, ekonomi, dan budaya.
Jangkauan pengaturan dalam Perda ini antara lain mengatur mengenai
peningkatan kesejahteraan lanjut usia melalui pelayanan keagamaan dan
mental spiritual, kesehatan, kesempatan kerja, pendidikan dan pelatihan,
kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum,
pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, dan bantuan
sosial. Selain itu, secara garis besar materi muatan yang diatur dalam Perda
ini mengatur tentang kelembagaan kesejahteraan lanjut usia, penyediaan data
dan informasi lanjut usia oleh pemerintah daerah, tanggung jawab keluarga
dan peran masyarakat serta pemberian penghargaan kepada pihak yang telah
berprestasi dan berperan dalam peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas+19.
Cukup jelas
Cukup jelas
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
RANCANGAN
Cukup jelas
Cukup jelas
Huruf a
Yang dimaksud dengan “bimbingan beragama” adalah
memberikan tuntunan untunan dan pegangan hidup serta
ketenangan bagi lanjut usia di hari tuanya agar lebih
memantapkan keyakinan sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing. Bimbingan beragama antara
lain meliputi pengajian, ceramah, siraman
rohani dan sebagainya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pembangunan sarana ibadah
dengan menyediakan aksesibilitas bagi Lanjut Usia” adalah
agar dalam membangun tempat beribadah seperti masji
gereja, pura, wihara, dan tempat ibadah lainnya perlu
lanjut dalam
memperhatikan kemudahan _ bagi usia
melaksanakan ibadah.
Ayat (1)
Cukup jelas
‘Ayat (2)
Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dalam
huruf a diutamakan pada upaya pemampatan penyakit.
Yang dimaksud dengan geriatrik adalah suatu ilmu yang
mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratif),
sedangkan gerontologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
aspek yang ada pada lanjut usia (fisik, mental, dan
psikososial).Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
20.
Penyakit terminal adalah penyakit
yang
disembuhkan, seperti kanker stadium akhir
Ayat (3)
Cukup jelas
RANCANGAN
tidak dapat-21- RANCANGAN
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR ....