TOPIK 5 DRG
TOPIK 5 DRG
TOPIK 5 DRG
5
CAIRAN
TUBUH:
Keseimbangan
air
,
elektrolit,
dan
asam-‐basa
Cairan
tubuh
terdistribusi
pada
berbagai
kompartemen.
Kompartemen
utama
adalah
kompartemen
cairan
ekstrasel
(CES)
dan
kompartemen
cairan
intrasel.
Kompartemen
CES
terbagi
lagi
menjadi
beberapa
kompartemen.
Salah
satu
kompartemen
CES
adalah
cairan
plasma
(darah)
yang
berada
dalam
sistem
sirkulasi
tubuh
(persentasi
cairan
tubuh
pada
kompartemen
tubuh
dapat
dilihat
pada
gambar
1).
Kompartemen
CES
merupakan
target
utama
proses
homeostasis
yang
berlangsung
melalui
kerjasama
berbagai
sistem
tubuh,
dan
dikendalikan
oleh
sistem
saraf
bersama
dengan
sistem
endokrin.
Homeostasis
CES
diperlukan
untuk
menjamin
kehidupan
sel,
karena
nutrient,
oksigen
dan
juga
air
serta
zat-‐zat
lain
yang
dibutuhkan
untuk
metabolism
sel,
“diambil”
dari
CES.
Proses
pertukaran
zat
antara
CES
dan
cairan
intrasel
berlangsung
melalui
dua
jenis
proses
transport:
proses
pasif
(dari
konsentrasi
tinggi
ke
konsentrasi
rendah
-‐
difusi)
dan
proses
aktif
(melawan
perbedaan
konsentrasi)
yang
memerlukan
energy
(misalnya
proses-‐proses
enzimatik
seperti
pompa
Na-‐K
ATPase).
Proses
pasif
(difusi)
ditentukan
oleh
perbedaan
konsentrasi
zat
yang
berdifusi
dari
dan
ke
cairan
intrasel,
sedangkan
proses
aktif
yang
melibatkan
bebagai
proses
kimiawi
dipengaruhi
oleh
suasana
pH.
Oleh
sebab
itu,
pengendalian
konsentrasi
zat-‐zat
di
CES
(volume
air
dan
zat-‐zat
terlarut)
dan
pengendalian
pH
(keasaman)
CES
merupakan
hal
yang
sangat
esensial.
.
Gambar
1.
Persentasi
cairan
tubuh
dan
distribusinya
pada
kompartemen
intrasel
dan
ekstrasel
Kompartemen
CES
Berbagai
kompartemen
CES
dibatasi
oleh
membran
semipermeabel
(antara
lain
dinding
pembuluh
darah
kapiler)
yang
dapat
dilewati
oleh
air
secara
bebas
dengan
proses
osmosis,
namun
tidak
dapat
dilewati
oleh
zat
terlarut
(solute).
Perpindahan
air
(osmosis)
antara
dua
kompartemen
CES,
misalnya
antara
plasma
darah
dan
cairan
interstisial,
dapat
terjadi
oleh
adanya
perbedaan
tekanan
hidrostatik
dan
perbedaan
tekanan
osmotik
cairan
dalam
kompartemen-‐kompartemen
tersebut.
Tekanan
hidrostatik
merupakan
tekanan
yang
dihasilkan
oleh
jumlah/volume
cairan
dalam
kompartemen,
sedangkan
tekanan
osmotik
ditentukan
oleh
kadar
zat
terlarut
didalamnya.
Tekanan
hidrostatik
dan
tekanan
osmotik
merupakan
dua
jenis
tekanan
yang
saling
berlawanan
dalam
kaitannya
dengan
arah
perpindahan
air
menembus
membran
semipermeabel.
Pengaruh
tekanan
hidrostatik
dan
tekanan
osmotik
pada
perpindahan
air
antara
darah
kapiler
dan
cairan
interstisial
dapat
dilihat
pada
gambar
2.
Gambar
2.
Perpindahan
cairan
antara
pembuluh
darah
kapiler
dan
cairan
interstisial.
Cairan
mengalir
keluar
dari
kapiler
didaerah
dekat
arteriola
dan
masuk
kembali
ke
kapiler
pada
daerah
dekat
venula.
Arah
pergerakan
cairan
menembus
dinding
kapiler
pada
setiap
titik
bergantung
pada
perbedaan
antara
kekuatan-‐kekuatan
yang
berlawanan:
tekanan
darah
(volume
darah)
dan
tekanan
osmotic.
Keseimbangan
cairan
tubuh
(CES)
Tubuh
mempertahankan
homeostasis
CES
(yang
terdiri
atas
air
dan
zat-‐zat
yang
terlarut
didalamnya)
dengan
cara
mengatur:
1)
volume,
2)
muatan
zat-‐zat
terlarut
dan
beban
osmotic.
Berbagai
zat
terlarut
dalam
CES
ada
yang
bersifat
sebagai
elektrolit
(kation:
Na+,
K+,
Ca2+,
H+;
anion:
Cl-‐
,
HCO3-‐,
HPO43-‐),
ada
pula
yang
non-‐elektrolit
(tidak
bermuatan
–
protein,
urea,
glukosa,
O2,
CO2).
Pengaturan
volume
dan
pengaturan
zat-‐zat
terlarut
saling
berkaitan.
Homeostasis
zat-‐zat
terlarut
dipertahankan
melalui
mekanisme:
transport
ion-‐
ion
(electrolit),
perpindahan
air
(dari
satu
kompartemen
ke
kompartemen
lainnya),
dan
fungsi
ginjal.
Ketiga
mekanisme
tersebut
bekerja
untuk
mempertahankan
agar
cairan
tubuh
bersifat
netral
secara
listrik
dan
stabil
secara
osmotik.
Proses
yang
terjadi
adalah
difusi
dan
transport
aktif
partikel-‐partikel
serta
osmosis
atau
difusi
air
menembus
membran
yang
semipermeabel
(antara
lain
dinding
pembuluh
darah
kapiler).
Pengaturan
air
tubuh
Pola
masukan
dan
keluaran
air
tubuh
(water
turnover)
dapat
dilihat
pada
gambar
3.
Dari
gambar
3
tampak
bahwa
volume
air
tubuh
dipertahankan
dalam
kisaran
tetap.
Jika
terjadi
perubahan
volume
air
tubuh,
mekanisme
homeostasis
akan
bekerja
untuk
mempertahankannya.
Bila
volume
air
menurun,
mekanisme
untuk
meningkatkan
masukan
dan/atau
mengurangi
pengeluaran
akan
terpicu
atau
terangsang.
Gambar
3.
Masukan
dan
keluaran
air
tubuh
rata-‐rata
per
hari
Ada
beberapa
keadaan
yang
dapat
memicu
tubuh
kita
untuk
memberi
respons
homeostasis,
misalnya:
jumlah
air
tubuh
yang
kurang
(dehidrasi),
meningkatnya
kadar
natrium
cairan
tubuh,
peningkatan
osmolalitas
darah,
menurunnya
volume
darah.
Perubahan-‐perubahan
tersebut
dapat
menimbulkan:
perangsangan
pada
osmoresptor
di
hipotalamus,
penglepasan
ADH
oleh
kelenjar
pituitaria,
dan
rasa
haus
sehingga
terjadi
konsumsi
dan
konservasi
air.
Mekanisme
homeostasis
untuk
mengembalikan
peningkatan
osmolalitas
plasma
darah
dapat
dilihat
pada
gambar
4.
Ada
beberapa
abnormalitas
volume
cairan
tubuh:
1.
Volume
cairan
tubuh
yang
rendah.
Pada
keadaan
ini,
berat
badan
turun,
kulit
dan
mukosa
menjadi
kering,
urin
menurun,
dapat
terjadi
syok
2. volume
cairan
tubuh
yang
tinggi;
pada
keadaan
ini
akan
terjadi
peningkatan
berat
badan,
penurunan
kadar
protein
dalam
plasma
darah,
tekanan
darah
meningkat.
3. Edema;
pada
keadaan
ini
terjadi
akumulasi
cairan
pada
ruang
interstisial
yang
dapat
disebabkan
oleh
peningkatan
tekanan
hidrostatik
plasma
darah,
penurunan
tekanan
osmotik
plasma
(akibat
rendahnya
kadar
protein
plasma),
atau
karena
adanya
peningkatan
permeabilitas
kapiler.
Gambar
4.
Proses
homeostasis
untuk
mempertahankan
osmolalitas
plasma
darah.
(Malarkey
&
McMorrow,
2000)
Pengaturan
elektrolit
CES
Elektrolit
cairan
tubuh
yang
berperan
besar
keseimbangan
cairan
tubuh
adalah
Na
(ion
natrium)
dan
K+
(kalium),
dan
Cl-‐
(ion
klorida).
Konsentrasi
ketiga
elektrolit
+
tersebut
di
CES
dan
di
cairan
intrasel
dapat
dilihat
pada
gambar
5.
Karakteristik
Na+:
• Merupakan
kation
yang
lebih
dominan
di
ekstrasel
• Berpasangan
dengan
Cl-‐
dan
HCO3-‐
untuk
menetralkan
muatannya
• Merupakan
ion
terpenting
dalam
keseimbangan
air
• Penting
untuk
fungsi
saraf
dan
otot
(pembentukan
impuls)
Pengaturan
reabsorbsi
ion
natrium
di
tubulus
ginjal
terjadi
melalui
kerja
hormon
aldosteron,
renin/angiotensin,
dan
Atrial
Natriuretic
Peptide
(ANP)
Karakteristik
K+:
• Kadarnya
lebih
banyak
di
intrasel
dari
pada
di
ekstrasel
• Mengatur
potensial
membran
istirahat
sel
peka-‐rangsang
(sel
saraf
dan
sel
otot)
• Mengatur
imbangan
cairan
dan
ion
intrasel
Pengendaliannya
di
ginjal
antara
lain
melalui
hormon
aldosteron.
Karakteristik
Cl-‐:
• Anion
yang
banyak
di
ekstrasel
• Mengatur
tonisitas
cairan
ekstrasel
• Diabsorbsi
di
tubulus
ginjal
bersama
natrium
Pengendaliannya
di
ginjal
melalui
reabsorbsi
bersama
natrium
dan
pertukaran
dengan
bikarbonat.
Gambar
5.
Perbandingan
dan
konsentrasi
relatif
elektrolit
cairan
tubuh
di
CES
dan
di
cairan
intrasel
Gangguan
imbangan
elektrolit
tubuh
Hipernatremia:
o natrium
plasma
kadarnya
>
145mEq/L
o dapat
disebabkan
oleh
peningkatan
masukan
natrium
atau
menurunnya
air
di
CES
o terjadi
perpindahan
air
dari
cairan
intrasel
ke
CES
o sel
mengalami
dehidarsi
hipernatremia
dapat
disebabkan
oleh
peningkatan
masukan
natrium,
retensi
natrium
di
ginjal
akibat
sekresi
aldosteron
yang
berlebihan,
kehilangan
air
tubuh,
dan
masukan
air
yang
tidak
mencukupi
(hypodipsia).
Gejala
klinis
yang
dapat
timbul
antara
lain
adanya
rasa
haus,
lemah,
demam,
oliguria.
Hiponatremia:
Disebabkan
oleh
kehilangan
natrium
melalui
ginjal
(misalnya
karena
terjadi
diuresis
yang
berlebihan),
atau
penyebab
lainnya
misalnya
karena
muntah
dan
diare.
Hipokloremia:
Pada
umumnya
disebabkan
oleh
kehilangan
khlor
dari
gaster,
misalnya
pada
keadaan
emesis.
Hiperkhloremia:
Pada
umumnya
disebabkan
oleh
pemberian
cairan
garam
fisiologis
(normal
saline)
yang
berlebihan.
Hipokalemia:
o Dapat
disebabkan
oleh
kurangnya
masukan
kalium
atau
oleh
kehilangan
kalium
(misalnya
karena
diuresis
kronis,
muntah-‐muntah
berat,
aldosteron
berlebihan).
o Manifestasi
klinis
dapat
berupa
gangguan
neuromuskuler
(lemah,
paralisis,
henti
nafas,
konstipasi),
hipotensi
postural,
henti
jantung.
Hiperkalemia:
o Dapat
disebabkan
oleh
gangguan
ginjal,
trauma
yang
sangat
luas
(terjadi
banyak
kerusakan
sel-‐sel
tubuh),
defisiensi
insulin,
penyakit
Addison,
penurunan
pH
darah.
Olah
raga
berat
juga
dapat
mendorong
kalium
ke
luar
dari
sel.
o Gejala
klinis
yang
dapat
timbul
adalah
berupa
gangguan
neuromuskuler
(gejala
awal
berupa
otot
yang
hiperaktif
dan
parestesi,
gejala
lanjut
berupa
kelemahan
otot
sampai
paralisis),
gangguan
jantung
(bradikardia,
blok
jantung
sampai
henti
jantung).
Pengendalian
asam-‐basa
CES
pH
normal
plasma
darah
(CES)
adalah
sekitar
7,2
–
7,45.
Jika
pH
plasma
darah
<
dari
7,2
disebut
dengan
keadan
asidosis,
sedangkan
jika
>
7,45
disebut
keadaan
alkalosis.
Ada
tiga
sistem
yang
mempertahankan
pH
CES
yaitu:
1. sistem
bufer.
Ada
3
macam
bufer:
bufer
protein
(bufer
asam
amino,
protein
plasma
dan
bufer
hemoglobin),
bufer
sulfat,
dan
sistem
bufer
bikarbonat.
Bufer
di
CES
yang
terpenting
adalah
bikarbonat.
2. sistem
pembuangan
CO2
(melalui
paru)
3. sistem
pembuangan
ion
H+
(melalui
ginjal)
Keseimbangan
asam-‐basa
CES
terutama
dipertahankan
oleh
bufer
bikarbonat
yang
merupakan
sistem
bufer
terpenting.
H+
pada
CES
(sisa
metabolisme
sel)
akan
beriakatan
dengan
bikarbonat
(HCO3-‐)
membentuk
asam
karbonat
H2CO3
yang
selanjutnya
akan
terdisosiasi
menjadi
CO2
dan
H2O,
dan
CO2
akan
dikeluarkan
melalui
paru.
Peran
ginjal
dalam
mempertahankan
keseimbangan
asam
basa
sangat
rumit,
namun
proses
sekresi
H+
oleh
tubulus,
selain
dapat
menurunkan
kadar
H+
di
CES,
juga
dapat
meningkatkan
ion
bikarbonat
yang
kembali
ke
cairan
ekstrsel
sehingga
proses
bufer
di
cairan
CES
dapat
dipertahankan.
Gangguan
keseimbangan
asam-‐basa
Gangguan
keseimbangan
asam-‐basa
dapat
berupa:
§ Asidosis
respiratorik
§ Alkalosis
respiratorik
§ Asidosis
metabolik
§ Alkalosis
metabolik
Bacaan
tambahan:
Silverthorn.
Human
Physiology
an
Integrated
Approach:
1. The
kidney
2. Fluid
and
electrolyte
balance
PERTANYAAN
1. Bagaimana
distribusi
cairan
tubuh
serta
komposisinya
pada
berbagai
kompartemen
cairan
tubuh?
2. Mengapa
homeostasis
CES
perlu
dipertahankan?
3. Sebutkan
berbagai
kompartemen
CES
pada
tubuh
kita.
4. Bagaimana
peran
tekanan
hidrostatik
dan
tekanan
osmotik
CES
dalam
perpindahan
air
antar
kompartemen
CES?
Jelaskan
melalui
proses
perpindahan
air
antara
darah
kapiler
dan
cairan
interstisial.
5. Darimana
sajakah
masukan
air
tubuh,
dan
dari
mana
pula
pengeluarannya?
6. Bagaimana
respons
homeostasis
tubuh
bila
volume
air
tubuh
sangat
rendah?
7. ADH
yang
dilepaskan
oleh
kelenjar
pituitaria
dapat
meningkatkan
reabsorbsi
air
di
tubulus
ginjal.
Jelaskan
struktur
nefron
ginjal
serta
fungsi
dari
bagian-‐bagiannya
sehingga
jelas
di
bagian
mana
ADH
bekerja.
8. Komponen
apakah
dalam
darah
yang
mempunyai
peran
dalam
membentuk
tekanan
osmotik
darah?
9. Apa
sajakah
yang
dapat
menyebabkan
tekanan
osmotik
darah
menurun
dan
apakah
akibatnya
pada
keseimbangan
cairan
CES?
10. Apakah
yang
dimaksud
dengan
edema,
dan
bagaimana
proses
terjadinya?
11. Bila
masukan
garam
(NaCl)
melalui
makanan
meningkat,
apakah
yang
akan
terjadi
pada
cairan
tubuh
dan
bagaimana
proses
terjadinya?
12. Hormon
apa
sajakah
yang
berperan
dalam
merespon
masukan
garam
yang
berlebihan,
dan
apa
peran
masing-‐masing
hormon
tersebut?
13. Apa
yang
dimaksud
dengan
sistem
bufer,
dan
mengapa
sistem
bufer
dapat
mempertahankan
pH?
14. Bagaimana
kerja
bufer
bikarbonat
serta
kerjasamanya
dengan
perfasan?
Tuliskan
juga
reaksi
kimia
yang
terjadi
pada
mekanisme
kerja
bufer
bikarbonat.
15. Apa
yang
dapat
menyebabkan
asidosis
respiratorik?
16. Bagaimana
cara
ginjal
membantu
mempertahankan
pH
CES?
Selamat bekerja