REPUBLIK INDONESIA
-301-
Pasal 48
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2Ol4 tentang Jaminan Produk Halal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 295,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5604) diubah sebagai berikut:
SK No 176312 A
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
-302-
10. Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan
suatu Produk yang diterbitkan oleh BPJPH
berdasarkan fatwa halal tertulis atau penetapan
kehalalan Produk oleh MUI, MUI Provinsi, MUI
KabupatenfKota, Majelis Permusyawaratan
Ulama Aceh, atau Komite Fatwa Produk Halal.
11. Label Halal adalah tanda kehalalan suatu Produk.
L2. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau
badan usaha berbentuk badan hukum atau
bukan badan hukum yang menyelenggarakan
kegiatan usaha di wilayah Indonesia.
13. Penyelia Halal adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap PPH.
14. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau
badan hukum.
15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agama.
3. Ketentuan. . .
SK No 176313 A
PRESIDEN
REPUtsUK INDONESIA
-303-
3 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 5
(1) Pemerintah bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan JPH.
(21 Penyelenggaraan JPH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri.
(3) Untuk melaksanakan penyelenggaraan JPH
sebagaimana dimaksud pada ayat (21, dibentuk
BPJPH yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
l4l Dalam hal diperlukan, Menteri dapat melakukan
pengembangan organisasi BPJPH di daerah
sesuai kebutuhan.
(5) Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan
organisasi BPJPH diatur dalam Peraturan
Presiden.
SK No 176314 A
REPUBLTK TNDONESIA
-304-
(2) Penetapan kehalalan Produk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh MUI, MUI
Provinsi, MUI Kabupaten/Kota, dan Majelis
Permusyawaratan Ulama Aceh dalam bentuk
Keputusan Penetapan Halal Produk.
6. Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 10A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 10A
Kerja sama BPJPH dengan perguruan tinggi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (21
dilakukan untuk sosialisasi, edukasi, dan publikasi
Produk Halal.
7 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 1 1
Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sarna
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal
9, Pasal 10, dan Pasal 10A diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
8. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 13
(1) Untuk mendirikan LPH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12, harus mengajukan akreditasi
kepada BPJPH dengan memenuhi persyaratan:
a. memiliki kantor sendiri dan
perlengkapannya;
b. memiliki Auditor Halal paling sedikit 3 (tiga)
orang; dan
c. memiliki laboratorium atau kesepakatan
kerja sama dengan lembaga lain yang
memiliki laboratorium.
(2) Dalam hal LPH sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didirikan oleh masyarakat, LPH harus
diajukan oleh lembaga keagamaan lslam
berbadan hukum dan perguruan tinggi swasta
yang berada di bawah naungan lembaga
keagamaan Islam berbadan hukum atau yayasan
Islam berbadan hukum.
(3) Dalam...
SK No 176315 A
PRESTDEN
REPUELIK INDONESIA
-305-
(3) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat LPH yang
didirikan oleh masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2),, lembaga keagamaan
Islam berbadan hukum dan perguruan tinggi
swasta yang berada di bawah naungan lembaga
keagamaan Islam berbadan hukum atau yayasan
Islam berbadan hukum dapat bekerja sama
dengan badan usaha milik negara atau Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
SK No 176316A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-306-
11. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal22
(1) Pelaku Usaha yang tidak memisahkan lokasi,
tempat, dan alat PPH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) atau ayat (21 dikenai
sanksi administratif.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
SK No 176317 A
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-307-
t4. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 28
(1) Penyelia Halal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf c bertugas:
a. mengawasi PPH di perusahaan;
b. menentukan tindakan perbaikan dan
pencegahan;
c. mengoordinasikan PPH; dan
d. mendampingi Auditor Halal LPH pada saat
pemeriksaan.
(21 Penyelia Halal harus memenuhi persyaratan:
a. beragama Islam; dan
b. memiliki wawasan luas dan memahami
syariat tentang kehalalan.
(3) Penyelia Halal ditetapkan oleh pimpinan
perusahaan dan dilaporkan kepada BPJPH.
(41 Dalam hal kegiatan usaha dilakukan oleh Pelaku
Usaha mikro dan kecil, Penyelia Halal dapat
berasal dari organisasi kemasyarakatan
keagamaan Islam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelia Halal
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
SK No 176318 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-308-
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengajuan permohonan Sertifikat Halal diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
SK No 176319 A
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
-309-
18. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 32
LPH menyerahkan hasil pemeriksaan dan/atau
pengujian kehalalan Produk kepada MUI, MUI
Provinsi, MUI Kabupatenf Kota, atau Majetis
Permusyawaratan Ulama Aceh dengan tembusan yang
dikirimkan kepada BPJPH, melalui sistem elektronik
terintegrasi.
(6) Penetapan
SK No 176320 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-310-
(6) Penetapan kehalalan Produk sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dilakukan paling lama 2
(dua) hari kerja.
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
kehalalan Produk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 338
(1) Komite Fatwa Produk Halal dibentuk dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
(21 Komite Fatwa Produk Halal terdiri atas unsur:
a ulama; dan
b akademisi.
21. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 35 . .
SK No 176321 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
- 311 -
Pasal 35
Sertifikat Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33A ayat (4) dan Pasal 34 ayat (1) diterbitkan oleh
BPJPH paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak
penetapan kehalalan Produk diterima oleh BPJPH.
SK No 176322 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-3t2-
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembaruan
Sertifikat Halal sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
SK No 176323 A
PRESIDEN
BLIK INDONESIA
-313-
29. Di antara BAB VII dan BAB VIII disisipkan 2 (dua) bab
dan 2 (dua) pasal, yakni BAB VIIA dan BAB VIIB serta
Pasal 52A dan Pasal 52B sehingga berbunyi sebagai
berikut:
BAB VIIA
LAYANAN PENYELENGGARAAN JAMINAN PRODUK HALAL
BERBASIS ELEKTRONIK
Pasal 52A
(1) Layanan penyelenggaraan JPH wajib
menggunakan sistem elektronik terintegrasi.
(2) Sistem elektronik terintegrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menghubungkan proses
layanan sertifikasi halal yang dilakukan oleh:
a- BPJPH;
h LPH;
c MUI, MUI Provinsi, MUI Kabupatenf Kota,
dan Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh;
d Komite Fatwa Produk Halal; dan
e pendamping PPH.
(3) Sistem elektronik terintegrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) juga digunakan untuk
mendukung layanan lainnya terkait
penyelenggaraan JPH.
(41 Sistem elektronik terintegrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh BPJPH.
BAB VTIB
SUMBER PENDANAAN
Pasal 52El
Pendanaan pelaksanaan Undang-Undang ini
bersumber dari:
a anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah;
dan/atau
c sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
SK No 176324 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-314-
Pasal 53
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam
penyelenggaraan JPH.
(21 Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa:
a. sosialisasi dan edukasi mengenai JPH;
b. pendampingan dalam PPH;
c. publikasi bahwa Produk berada dalam
pendampingan; dan
d. pengawasan Produk Halal yang beredar.
(3) Peran serta masyarakat berupa pengawasan
Produk Halal yang beredar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d berbentuk
pengaduan atau pelaporan ke BPJPH.
31. Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peran serta
masyarakat dan pemberian penghargaan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
32. Di antara Pasal 63 dan Pasal 64 disisipkan 3 (tiga)
pasal, yakni Pasal 63A, Pasal 638, dan Pasal 63C
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63A
Pelaksanaan layanan penyelenggaraan JPH
menggunakan sistem elektronik terintegrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52A dibangun
secara bertahap paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 63E}
Sertifikat Halal yang telah diterbitkan oleh BPJPH
sebelum Undang-Undang ini berlaku dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak terdapat perubahan komposisi
Bahan dan/atau PPH.
Pasal 63C
(1) Komite Fatwa Produk Halal sudah harus dibentuk
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan.
(2) Pemerintah menjalankan tugas Komite Fatwa
Produk Halal sampai dengan terbentuknya
Komite Fatwa Produk Halal.
Paragrafg ...
SK No 176325 A