Anda di halaman 1dari 40

UPDATE REGULASI HALAL

DAN AUDITOR HALAL

Senin, 20 Desember 2021

Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal


BPJPH Kementerian Agama
UPDATE REGULASI HALAL
POSISI UU JPH DALAM UU CIPTAKER
Bab III: Peningkatan
Ekosistem Investasi dan
Kegiatan Berusaha
Bab V: Kemudahan, Pengaturan Perizinan Berusaha pada
Sektor
Perlindungan, dan Pemberdayaan 15 cakupan sektor Perizinan Berusaha,
UMKM serta Perkoperasian yaitu: 1. Kelautan dan Perikanan, 2.
Pertanian, 3. Kehutanan, 4. Energi dan
Pendaftaran bagi UMK sebagai
Sumber Daya Mineral, 5.
kemudahan perizinan tunggal yang Ketenaganukliran, 6. Perindustrian, 7.
meliputi perizinan berusaha, Perdagangan, Metrologi Legal, Jaminan
standardisasi dan sertifikasi (terkait izin Produk Halal, dan Standardisasi dan
edar, jaminan produk halal, dan Penilaian Kesesuaian, 8. Pekerjaan Umum
pangan), dan Hak Kekayaan Intelektual. dan Perumahan Rakyat, 9. Transportasi,
10. Kesehatan, obat dan Makanan, 11.
Pendidikan dan Kebudayaan, 12.
Kepariwisataan, 13. Keagamaan, 14. Pos,
telekomunikasi, dan penyiaran, 15.
Pertahanan dan keamanan
Mendorong percepatan Keberpihakan pada pelaku
sertifikasi halal bagi aneka usaha mikro kecil (pro UMK)
produk (barang dan jasa) dengan menyediakan
untuk meningkatkan daya pembiayaan gratis sertifikasi
saing dan nilai tambah bagi halal dan kemudahan prosedur
pelaku usaha sertifikasi halal
MENGAPA UU
33/2014 TENTANG
JPH DIREVISI MELALUI
UU 21/2020 TENTANG
Penyederhanaan perijinan CIPTAKER ? Melibatkan pemangku
berusaha (mudah, cepat, kepentingan halal yang luas
meningkatkan investasi) meliputi kementerian, lembaga,
melalui integrasi perijinan instansi, perguruan tinggi,
tunggal (One Single ormas dan lembaga keagamaan
Submission) Islam
ISU PENTING JPH DALAM UU CIPTAKER NO 11/2020 DAN PP 39/2021
Kewajiban bersertifikat halal bagi UMK (yang Pendampingan PPH dilakukan oleh
memenuhi syarat tertentu) didasarkan atas Ormas/Lembaga keagamaan Islam, PT, dan
pernyataan pelaku UMK (self declare). K/L/pemerintah
BPJPH menetapkan standar-nya.

Pengangkatan auditor halal oleh LPH PERNYATAAN PELAKU USAHA


dengan syarat memiliki sertifikat
21 hari (sejak pengajuan permohonan ke
pelatihan dan/atau sertifikat
WAKTU PENGURUSAN BPJPH, audit di LPH, penetapan halal di
kompetensi yang dilaksanakan BPJPH, AUDITOR HALAL
SERTIFIKAT HALAL Komisi Fatwa MUI sampai terbit sertifikat
PT, dan lembaga pelatihan terakreditasi
halal dari BPJPH)

WEWENANG MUI GRATIS ALIAS NOL


RUPIAH
Kerjasama BPJPH dengan MUI dalam Pengurusan sertifikasi halal bagi pelaku
fatwa penetapan kehalalan produk. UMK tidak dikenai biaya. Disubsidi
Pelaksanaan fatwa halal MUI dilaksanakan oleh negara (melalui APBN/D) atau
di Propinsi maupun Kab/Kota. PENDIRIAN DAN PERAN SERTA fasilitasi pihak lain
AKREDITASI LPH MASYARAKAT

Pendirian LPH dikeluarkan oleh BPJPH. UU Ciptaker memberikan peran serta


Langsung keluar status akreditasi, dilaksanakan masyarakat yang luas dalam penyelenggaraan
oleh Tim Akreditasi yang ditunjuk Menag JPH
PRODUK REGULASI JPH

UU No. 33 TAHUN PP No. 39 TAHUN KMA 558/2021 PMK No. PMA NO. 20 TAHUN KEP KEPALA BPJPH
2014 2021 57/PMK.05/2021 2021 NOMOR 141 TAHUN 2021

UU No. 11 Tahun PMA NO. 26 KMA 748/2021 PMA NO. 12 KEP KEPALA BPJPH PERATURAN KEPALA BPJPH
TAHUN 2021 NOMOR 57 TAHUN 2021 NOMOR 1 TAHUN 2021
2020 TAHUN 2019
Pasal 4 UU 33/2014 tentang JPH menyebutkan:
“Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di
wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal “
Pasal 4A UU 11/2020 : Untuk Pelaku Usaha Mikro dan Kecil,
kewajiban bersertifikat halal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 didasarkan atas pernyataan pelaku usaha Mikro dan
Kecil.

P
R • MASUK WAJIB
O • BEREDAR BERSERTIFIKAT
D
U • DIPERDAGANGKAN HALAL
K

Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari Bahan yang berasal dari
Bahan yang diharamkan dikecualikan dari mengajukan permohonan
Sertifikat Halal dan wajib mencantumkan keterangan tidak halal pada
7
Produk
KERJA SAMA DALAM PENYELENGGARAAN
JAMINAN PRODUK HALAL
PENETAPAN KEHALALAN
PRODUK MELALUI
MUI SIDANG FATWA

K/L
KERJA SAMA
LINTAS
SEKTORAL
LEADING SECTOR
PENYELENGGARAAN
JAMINAN PRODUK HALAL

LPH
PEMERIKSAAN DAN/ATAU
PENGUJIAN PRODUK, DILAKUKAN
OLEH AUDITOR HALAL 8
KERJA SAMA INTERNASIONAL
UU 33/2014 pasal 4 “Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.”
UU 33/2014 pasal 46 “Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional dalam bidang JPH.”
PP 39/2021 pasal 119 ayat (4) “Kerja sama internasional didasarkan atas perjanjian antar negara.”

LHLN G to G
BPJPH
BPJPH berwenang melakukan kerja sama
dengan lembaga dalam dan luar negeri di
Pengakuan bidang penyelenggaraan JPH Pengembangan JPH
(UU 33/2014 pasal 6)
Sertifikat Halal 1) pengembangan teknologi;
Kerja sama dengan lembaga 1) saling pengakuan; dan 2) sumber daya manusia; dan
halal luar negeri yang berwenang 3) sarana dan prasarana JPH.
2) saling keberterimaan hasil penilaian
menerbitkan Sertifikat Halal kesesuaian
Penilaian Kesesuaian
KETENTUAN PENAHAPAN
KEWAJIBAN HALAL DAN
KMA 748 TAHUN 2021
KETENTUAN BARANG DAN JASA WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL

• Makanan
• Barang • Minuman
Ditetapkan masing-masing jenisnya oleh
Menteri setelah berkoordinasi dengan
• Obat
kementerian terkait, Lembaga terkait, dan MUI.
P • Kosmetik
• Produk Kimiawi Hanya yang terkait dengan makanan, minuman,
R • Produk Biologi obat, atau kosmetik.
O • Produk Rekayasa Genetik
D • Barang Gunaan yang Hanya bagi barang yang berasal dan/atau
dipakai, digunakan, dan
U dimanfaatkan.
mengandung unsur hewan.
K
• Penyembelihan
• Jasa • Pengolahan
• Penyimpanan Hanya yang terkait dengan makanan,
• Pengemasan minuman, obat, atau kosmetik.
• Pendistribusian
• Penjualan
• Penyajian
PP 39/2021 Pasal 135
PELAKSANAAN PENAHAPAN KEWAJIBAN BERSERTIFIKAT HALAL
17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt 17 Okt
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034

Makanan, minuman, hasil sembelihan, dan jasa


penyembelihan
Obat tradisional. Obat kuasi dan suplemen
kesehatan
Obat bebas dan obat bebas terbatas

Obat keras dikecualikan psikotropika


Kosmetik, produk kimiawi dan produk rekayasa
genetik
Barang gunaan yang dipakai kategori sandang,
penutup kepala, dan aksesoris PP 39/2021 Pasal 140

Barang gunaan yang digunakan kategori


perbekalan Kesehatan rumah tangga, peralatan
rumah tangga, perlengkapan peribadatan bagi
umat Islam, alat tulis, dan perlengkapan kantor

Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat


kesehatan kelas risiko A.
Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat kesehatan kelas risiko B.

Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat kesehatan kelas risiko C.


Produk Belum
Bersertifikat Halal Pada Penahapan tidak
17 Oktober 2019 berlaku, bagi:

Tetap dapat masuk, beredar, dan Produk hewan yang kewajiban kehalalannya
diperdagangkan di wilayah Indonesia selama sudah ditetapkan dalam peraturan
memiliki izin edar, izin usaha perdagangan, perundang-undangan.
dan/atau izin impor

sesuai peraturan perundang-undangan tentang Produk sudah bersertifikat halal sebelum


penahapan jenis produk yang wajib Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 berlaku
bersertifikat halal
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021
A Makanan
1. Susu dan analognya (1.1 s.d. 1.8)
2. Lemak, minyak, dan emulsi minyak (2.1 s.d. 2.5)
3. Es untuk dimakan (edible ice) termasuk sherbet dan sorbet (3.1 s.d. 3.2)
4. Buah dan sayur dengan pengolahan dan penambahan bahan tambahan pangan
(4.1 s.d. 4.3)
5. Kembang gula/permen dan cokelat (5.1 s.d. 5.5)
6. Serealia dan produk serealia yang merupakan produk turunan dari biji serealia,
akar dan umbi, kacangkacangan dan empulur dengan pengolahan dan
penambahan bahan tambahan pangan (6.1 s.d. 6.8)
7. Produk bakeri (7.1 s.d. 7.6)
8. Daging dan produk olahan daging (8.1 s.d. 8.5)
9. Ikan dan produk perikanan, termasuk moluska, krustase, dan ekinodermata
dengan pengolahan dan penambahan bahan tambahan pangan (9.1 s.d. 9.3)
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021
A Makanan
10. Telur olahan dan produk- produk telur hasil olahan (10.1 s.d. 10.4)
11. Gula dan pemanis termasuk madu (11.1 s.d. 11.6)
12. Garam, rempah, sup, saus, salad, serta produk protein (12.1 s.d. 12.9)
13. Pangan olahan untuk keperluan gizi khusus (13.1 s.d. 13.7)
14. Makanan ringan siap santap (14.1 s.d. 14.4)
15. Pangan siap saji (15.1 s.d. 15.9)
16. Penyediaan makanan dan minuman dengan pengolahan (16.1 s.d. 16.7)
17. Bahan tambahan pangan (17.1 s.d. 17.24)
18. Kelompok bahan lainnya (18.1 s.d. 18.5)
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021
B Minuman E Produk Kimiawi
1. Minuman dengan pengolahan (1.1 s.d. 1.8) 1. Kelompok bahan penolong (1.1 s.d. 1.10)
2. Kelompok bahan minuman (2.1) 2. Bahan kimiawi lainnya (2.1 s.d. 2.12)

C Obat F Produk Biologi


1. Obat tradisional (1.1 s.d. 1.7) 1. Produk biologi (1.1 s.d. 1.14)
2. Suplemen kesehatan (2.1 s.d. 2.2)
3. Obat kuasi (3.1) G Produk Rekayasa Genetik
4. Obat bebas (4.1) 1. Produk rekayasa genetik (1.1 s.d. 1.6)
5. Obat bebas terbatas (5.1) Barang Gunaan
6. Obat keras dikecualikan narkotika dan psikotropika H
1. Sandang (1.1. s.d. 1.5)
(6.1) 2. Penutup kepala (2.1 s.d. 2.5)
7. Bahan obat (7.1) 3. Aksesoris (3.1 s.d. 3.14)
Kosmetik 4. Perbekalan kesehatan rumah tangga (4.1 s.d. 4.8)
D 5. Peralatan rumah tangga (5.1 s.d. 5.11)
1. Kosmetika (1.1 s.d. 1.22) 6. Perlengkapan peribadatan bagi umat Islam (6.1 s.d.
6.5)
7. Kemasan produk (7.1 s.d. 7.5)
8. Alat tulis dan perlengkapan kantor (8.1 s.d. 8.5)
9. Alat kesehatan (9.1 s.d. 9.17)
10. Bahan penyusun barang gunaan (10.1 s.d. 10.3)
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK JASA SESUAI KMA 748/2021

I Jasa Penyembelihan N Jasa Penjualan


1. Jasa penyembelihan (1.1 s.d. 1.5) 1. Jasa penjualan (1.1. s.d. 1.4)

J Jasa Pengolahan O
Jasa Penyajian
1. Jasa pengolahan (1.1 s.d. 1.6) 1. Jasa penyajian (1.1 s.d. 1.5)

K Jasa Penyimpanan
1. Jasa penyimpanan (1.1 s.d. 1.5)

L Jasa Pengemasan
1. Jasa pengemasan (1.1 s.d. 1.2)

Jasa Pendistribusian
M
1. Jasa pendistribusian (1.1 s.d. 1.4)
CONTOH KODING JENIS PRODUK
“MAKANAN” YANG WAJIB
BERSERTIFIKAT HALAL
(KMA 748/2021)

MAKANAN TERMASUK PRODUK WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL DENGAN MASA PENAHAPAN


17 OKTOBER 2019 S.D. 17 OKTOBER 2024
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB AUDITOR HALAL
ERA BARU PROSES SERTIFIKASI HALAL

PRODUSEN
Perusahaan

LPH dapat dilakukan oleh


Instansi pemerintah,

BPJPH Universitas atau Yayasan


Islam.

MUI LPH
Sertifikasi Halal menganut sistem Telusur (Tracebility) dan bukan "End Product Analysis"

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN PRODUK HALAL 20


Permohonan Sertifikat Halal dilengkapi
dengan dokumen persyaratan:
• Data pelaku usaha;
• Nama dan jenis produk;
• Daftar produk dan bahan yang
digunakan; dan
• Pengolahan produk.

Penetapan LPH dilakukan


pertimbangan:
a. Akreditasi LPH;
b. ruang lingkup kegiatan LPH;
c. aksesibilitas LPH;
d. beban kerja LPH; dan/atau
e. kinerja LPH.

LPH menyampaikan hasil


pemeriksaan dan/atau pengujian
kehalalan produk kepada MUI
dengan tembusan kepada BPJPH,
yang memuat:
a. nama dan jenis produk;
b. Produk dan Bahan yang
digunakan;
c. PPH;
d. hasil analisis dan/atau spesifikasi
Bahan;
e. berita acara pemeriksaan; dan
f. rekomendasi.
Auditor Halal adalah orang yang memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan
kehalalan Produk.

Persyaratan Auditor Halal Sesuai Undang-undang 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

(1) Auditor halal diangkat dan diberhentikan oleh LPH.


(2) Pengangkatan auditor halal oleh LPH harus memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. berpendidikan paling rendah sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan, kimia, biokimia,
teknik industri, biologi, farmasi, kedokteran, tata boga, atau pertanian;
yang dimaksud sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan meliputi sarjana pangan,
teknologi pangan, pertanian, teknologi pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan,
kedokteran hewan, dan gizi.
d. memahami dan memiliki wawasan luas mengenai kehalalan produk menurut syariat
Islam; dan
e. mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan.
Tugas Auditor Halal Sesuai Undang-undang 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal

Auditor Halal bertugas:


1. memeriksa dan mengkaji bahan yang digunakan;
2. memeriksa dan mengkaji proses pengolahan produk;
3. memeriksa dan mengkaji sistem penyembelihan;
4. meneliti lokasi produk;
5. meneliti peralatan, ruang produksi, dan penyimpanan;
6. memeriksa pendistribusian dan penyajian produk;
7. memeriksa sistem jaminan halal pelaku usaha; dan
8. melaporkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kepada LPH.
Ketentuan Auditor Halal Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal

1. Auditor halal diangkat dan diberhentikan oleh LPH.


2. Auditor halal hanya dapat diangkat dan terdaftar pada 1 (satu) LPH.
3. Pengangkatan auditor halal ditetapkan dengan keputusan pimpinan LPH
4. Untuk memperoleh sertifikat pelatihan auditor halal dan/atau sertifikat kompetensi
auditor halal, auditor halal harus mengikuti:
a. pelatihan auditor halal; dan/atau
b. sertifikasi kompetensi auditor halal
5. Pelatihan auditor halal dilaksanakan oleh BPJPH, perguruan tinggi, dan/atau lembaga
pelatihan lain yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
6. Sertifikasi kompetensi auditor halal dilaksanakan oleh BPJPH dan dapat bekerja sama
dengan lembaga yang memiliki kewenangan penjaminan mutu kompetensi profesi
Registrasi dan Pemberhentian Auditor Halal Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal

• Auditor halal yang telah diangkat harus diregistrasi oleh BPJPH oleh LPH.
• Pengajuan registrasi auditor halal disertai dengan salinan keputusan pimpinan LPH
mengenai pengangkatan auditor halal.
• Pencabutan registrasi auditor halal dilakukan oleh BPJPH dan dilakukan dalam hal
Auditor Halal diberhentikan oleh LPH
• Auditor Halal dapat diberhentikan oleh LPH dalam hal:
a. mengundurkan diri;
b. meninggal dunia;
c. tidak memenuhi lagi salah satu persyaratan auditor halal;
d. terbukti melakukan pelanggaran kode etik dan kode perilaku tingkat berat; atau
e. dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
Ketentuan Peralihan Auditor Halal
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal

1. Auditor halal yang telah menjalankan tugas sebelum Peraturan


Pemerintah ini diundangkan tetap diakui sebagai auditor halal
sepanjang memiliki kualifikasi sesuai dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
2. Sertifikat auditor halal yang telah diterbitkan sebelum Peraturan
Pemerintah ini diundangkan tetap diakui dan berlaku sebagai
sertifikat Auditor Halal.
SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL
(SJPH)
SJPH ADALAH PANDUAN UNTUK:
PENGERTIAN SJPH
• Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam
penetapan fatwa
Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) • Kementerian/Lembaga dalam kerja sama
adalah suatu sistem yang terintegrasi, penyelenggaraan JPH
disusun, diterapkan, dan dipelihara
untuk mengatur bahan, proses produksi, • Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dalam melaksanakan
produk, sumber daya, dan prosedur pemeriksaan dan/atau pengujian produk
dalam rangka menjaga kesinambungan • Auditor/LPH yang akan melakukan pemeriksaan
Proses Produk Halal (PPH) dan/atau pengujian kehalalan produk

Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) • Perusahaan yang akan mengimplementasikan SJPH
harus diterapkan oleh pelaku usaha • Lembaga pelatihan untuk melakukan kegiatan
untuk menjaga konsistensi produksi pelatihan
selama masa berlakunya sertifikat • Penyelia halal dalam menyusun sistem jaminan
halal produk halal di perusahaan
• Pengawas PPH dalam melakukan fungsi pengawasan
PPH
Ketentuan Bahan
Bahan yang digunakan dalam PPH
(Proses Produk Halal) terdiri atas:
1. bahan baku,
2. bahan olahan,
3. bahan tambahan, dan
4. bahan penolong.

Bahan dimaksud berasal dari:


1. hewan;
2. tumbuhan;
3. mikroba; atau
4. bahan yang dihasilkan melalui proses
kimiawi, proses biologi, atau proses
rekayasa genetik.

UU 33 Tahun 2014 Pasal 17-20


Ketentuan Bahan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 62

Daftar produk dan bahan yang digunakan dalam proses produk halal harus merupakan produk dan bahan halal
yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal.
Ketentuan tersebut tidak diperlukan bagi bahan yang:
1. Berasal dari alam berupa tumbuhan dan bahan tambang tanpa melalui proses pengolahan;
2. Dikategorikan tidak berisiko mengandung Bahan yang diharamkan;
3. Tidak tergolong berbahaya serta tidak bersinggungan dengan bahan haram

Peraturan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 2019 Pasal 94


Daftar produk dan bahan yang digunakan harus merupakan produk dan bahan halal yang
dibuktikan dengan sertifikat halal, kecuali bagi bahan yang:
a. Berasal dari alam tanpa melalui proses pengolahan
b. Dikategorikan tidak berisiko mengandung bahan yang diharamkan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 22
Ketentuan Pemisahan pada Pendistribusian, Penjualan dan Penyajian

1) Pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk segar asal hewan tidak halal dipisahkan
dari pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk segar asal hewan halal.
2) Pendistribusian Produk olahan asal hewan tidak halal dan Produk olahan asal non hewan
tidak halal dapat disatukan dengan pendistribusian Produk olahan asal hewan halal dan
Produk olahan non hewan halal sepanjang terjamin tidak terjadi kontaminasi silang dan
alat distribusi bukan setelah digunakan untuk mendistribusikan Produk segar asal hewan
tidak halal, yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari pihak produsen atau distributor.
3) Penjualan dan penyajian Produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan tidak halal
dipisahkan dari penjualan dan penyajian Produk segar dan olahan asal hewan dan non
hewan halal.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 64
Ketentuan Penggunaan Fasilitas Bersama

Dalam hal fasilitas Produksi yang digunakan untuk memproduksi Produk


yang diajukan Sertifikat Halal juga digunakan untuk memproduksi Produk
yang tidak diajukan Sertifikat Halal yang tidak berasal dari Bahan yang
mengandung Bahan yang diharamkan, Pelaku Usaha wajib menyampaikan
dokumen:
a. nama Produk;
b. daftar Produk dan Bahan yang digunakan;
c. proses pengolahan Produk; dan
d. pencucian atau penyamakan pada fasilitas Produksi yang digunakan
secara bersama.
5 HAL YANG HARUS DIKETAHUI
DALAM PRODUKSI PRODUK HALAL

1. MEMASTIKAN BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN


ADALAH BAHAN BAKU HALAL

2. DALAM PROSES PRODUKSI TIDAK BOLEH


TERCAMPUR DENGAN BAHAN/BARANG YANG
HARAM/NAJIS

3. TEMPAT, PERALATAN, DAN FASILITAS PRODUKSI


TERPISAH/DIPISAHKAN DARI KEMUNGKINAN
KONTAMINASI BARANG YANG HARAM (PEMISAHAN)

4. SETELAH PROSES PRODUKSI SELESAI, JIKA ADA


MASA PENYIMPANAN PRODUK HARUS DISIMPAN DI
TEMPAT YANG TERPISAH DENGAN BARANG-BARANG
YANG HARAM/NAJIS

5. DISTRIBUSI PRODUK HARUS BERDASARKAN PRINSIP


KEMASLAHATAN DAN TERHINDAR DARI
KONTAMINASI DENGAN BARANG-BARANG YANG
HARAM/NAJIS
Ketentuan Produk yang Tidak Dapat Diajukan Sertifikasi Halalnya

1. Nama produk yang mengandung nama minuman keras, contoh rootbeer, es krim rasa
rhum raisin, bir 0% alkohol.
2. Nama produk yang mengandung nama babi dan anjing serta turunannya, seperti babi
panggang, babi goreng, beef bacon, hamburger, hotdog.
3. Nama produk yang mengandung nama setan seperti rawon setan, es pocong, mi ayam
kuntilanak.
4. Nama produk yang mengarah kepada hal-hal yang menimbulkan kekufuran dan
kebatilan, atau ritual/perayaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam
5. Nama produk yang mengandung kata-kata yang mengandung unsur pornografi.
6. Produk dengan karakteristik/profil sensori yang memiliki kecenderungan bau atau
rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah dinyatakan haram
berdasarkan ketetapan fatwa.
7. Produk atau bahan tidak aman untuk dikonsumsi.
Terima kasih

Jl. Raya Pondok Gede No. 13,


Pinang Ranti Jakarta Timur

Anda mungkin juga menyukai