Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI DENGAN TEHNIK RELAKSASI


NAFAS DALAM DI RUANG JANTUNG
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
HANI FRANSISKA PURBA G1B223010
INDAH WIDYA A NASUTION G1B223023
DIMAS HENDRI PUTRA G1B223042
N. MELLINIA RAMADANA G1B223046
MUTIARA PRASANI G1B223047
VITRIA G1B223003
ADEK PUTRI G1B223009
SYIFA INAYATI G1B223014
SEPTIA DWI MAWARTI G1B223020
VINOLA ADIESTY PRATAMI G1B223025
RIKA FITRIA G1B223050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri dengan Tehnik Relaksasi Nafas Dalam
Hari/Tgl : Jum’at/10 Oktober 2023
Waktu : 09.00 s/d selesai
Sasaran : Pasien dan Keluarga di Ruang Jantung Raden Mattaher
Provinsi Jambi
Target : 15 orang
Tempat : Ruang Jantung RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
Alokasi Waktu : 35 menit

A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman manusia yang paling kompleks dan merupakan
fenomena yang dipengaruhi oleh interaksi antara emosi, prilaku, kognitif dan
faktor-faktor sensori fisiologi. Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian yang dilukiskan dengan istilah kerusakan (Faisol, 2022).
Nyeri adalah masalah kesehatan dunia diperkirakan setiap tahun 20%
populasi dunia mengalami nyeri dan setengahnya adalah nyeri kronis. Di
Amerika, nyeri merupakan alasan utama yang membuat orang datang mencari
pusat pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian di Amerika tahun 2012,
terdapat sebanyak 86,6 juta orang dewasa yang mengalami nyeri akut setiap
hari dan 25,5 juta memiliki nyeri kronis. Di Indonesia belum ada penelitian
skala besar yang membahas prevalensi dan kualitas semua jenis nyeri.
Indonesia juga belum memiliki parameter praktis untuk menilai nyeri, tingkat
kenyamanan pasien, dan efek nyeri terhadap kualitas hidup rakyat Indonesia
(Faisol, 2022).
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) penyebab
nyeri tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker, tetapi
juga cidera, operasi, luka bakar, infeksi dan efek kekerasan. Seseorang juga
mengalami nyeri dari banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh
dokter dan perawat untuk menyelidiki dan mengobati penyakit (Daniel, 2016).
Nyeri dapat diatasi dengan cara managemen nyeri tarik nafas dalam. Teknik
relaksasi nafas dalam dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas
abdomen dengan frekunsi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan
matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010).
Oleh karena itu, kelompok tertarik mengangkat topik “Manajemen Nyeri
Relaksasi Nafas Dalam” agar pasien lebih mengenal dan mengetahui mengatasi
nyeri dengan relaksasi nafas dalam.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pasien dapat memahami dan mempraktikkan
manajemen nyeri relaksasi nafas dalam.
2) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran mampu :
a) Menjelaskan pengertian manajemen nyeri relaksasi nafas dalam
b) Menjelaskan tujuan manajemen nyeri relaksasi nafas dalam
c) Menjelaskan langkah-langkah manajemen nyeri relaksasi nafas dalam
d) Memperagakan langkah-langkah manajemen nyeri relaksasi nafas dalam

C. Metode Penyuluhan
Adapun metode dalam pelaksaan penyuluhan ini, yaitu:
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
D. Media dan Alat
Media : Slide power point dan leaflet
Proyektor

E. Tim Pelaksana
1) Moderator : Syifa Inayati
Uraian Tugas :
a) Membuka acara penyuluhan dan memperkenalkan diri kepada perserta
b) Mengatur proses dan lama penyuluhan
c) Memimpin jalannya penyuluhan
d) Menyimpulkan materi yang sudah disampaikan.
e) Menutup acara penyuluhan.
2) Penyaji : Dimas Hendri Putra
Uraian Tugas :
a) Menjelaskan tujuan dan manfaat penyuluhan ilmu dengan jelas dan
bahasa yang dapat dipahami peserta.
b) Menjelaskan materi mengenai manajemen nyeri
c) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan
d) Menjawab pertanyaan peserta.
3) Fasilitator :
● Vinola Adiesty Utami
● Indah Widya Astuti Nasution
● Nurul Mellinia Ramadana
● Mutiara Prasani
● Rika Fitria
● Septia Dwi Mawarti
Uraian tugas:
a) Ikut bergabung dan duduk bersama peserta.
b) Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
c) Menginterupsi penyuluhan tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta
d) Memperagakan materi penyuluhan kepada peserta
4) Peraga : Hani Fransiska Purba
a) Memperagakan materi penyuluhan kepada peserta
5) Observer : Adek Putri & Vitria
Uraian tugas :
a) Melihat proses penyuluhan dari awal hingga akhir
b) Mengamati proses penyuluhan dari awal hingga akhir
c) Mencatat hasil diskusi
d) Mencatat pertanyaan dan jawaban selama penyuluhan
e) Membuat laporan hasil penyuluhan

F. Setting Tempat
: Audience : Moderator

: Fasilitator : Penyaji/Penyuluh

: Observer : Dosen Pembimbing

: Peraga

G. Persiapan Kegiatan
1. Menyusun SAP dan materi
2. Menyiapkan alat
3. Konsultasi kepada dosen pembimbing

H. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Estimasi Metode
Kegiatan Peserta Waktu
1. Pembukaan 1. Moderator 1. Peserta 5 Menit Ceramah
mengucapkan salam menjawab
salam
2. Moderator 2. Peserta
memperkenalkan mendengarkan
diri. dengan baik
3. Moderator 3. Peserta
menjelaskan tujuan mendengarkan
penyuluhan dengan baik
4. Moderator 4. Peserta
menyebutkan materi mendengarkan
yang akan diberikan dengan baik
5. Moderator 5. Peserta
mengontrak waktu menyetujui
kontrak waktu

2. Pelaksanaan 1. Penyaji menggali 1. Peserta 20 Menit Ceramah


pengetahuan peserta menjawab dan
mengenai demonstrasi
manajemen nyeri
2. Menyampaikan 2. Peserta
materi mengenai mendengarkan
manajemen nyeri dengan baik
teknik relaksasi
napas dalam
a. Pengertian
manajemen
nyeri
b. Tujuan
manajemen
nyeri
c. Teknik relaksasi 3. Peserta
napas dalam memperagakan
3. Mendemonstrasikan
teknik manajemen
nyeri dengan teknik
relaksasi napas
dalam

3. Evaluasi 1. Moderator 1.Peserta 10 Menit Ceramah


memberikan memberikan dan diskusi
kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk
bertanya
2. Moderator 2.Peserta
mengevaluasi menjawab
peserta
3. Moderator 3.Peserta
menyimpulkan memperhatikan
materi dari kegiatan
penyuluhan
4. Moderator menutup 4.Peserta
kegiatan memperhatikan

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan di lakukan di Ruang Jantung RSUD Raden
Mattaher Kota Jambi
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan di lakukan sebelum dan saat
penyuluhan
c. 90% peserta menghadiri penyuluhan
d. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
e. Peran dan tugas sesuai dengan perencana

2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah di rencanakan
b. Peserta penyuluhan dapat mengikuti acara atau kegiatan sampai selesai
c. Peserta penyuluhan berperan aktif selama kegiatan

3. Evaluasi hasil
a. 70 % peserta dapat menjelaskan pengertian manajemen nyeri
b. 70 % peserta dapat menjelaskan tujuan manajemen nyeri
c. 70 % peserta dapat menjelaskan teknik relaksasi napas dalam
d. 70 % peserta dapat memperagakan teknik relaksasi napas dalam
MATERI MANAJEMEN NYERI DENGAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS
DALAM

Manajemen nyeri adalah mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik


atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Manajemen nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang sampai
mengganggu aktivitas penderita. Manajemen nyeri akan diberikan ketika seorang
merasakan sakit yang signifikan atau berkepanjangan. Tujuan adanya manajemen nyeri
antara lain: mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, meningkatkan fungsi bagian tubuh
yang sakit dan meningkatkan kualitas hidup. Nyeri dapat ditangani dengan
menggunakan manajemen nyeri farmakologi dan non-farmakologi.
Manajemen Nyeri non-Farmakologi untuk pasien Congestive Heart Failure
(CHF) dapat dilakukan teknik relaksasi napas dalam dengan cara menarik
dan menghembuskan napas secara teratur. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Ismoyowati, dkk (2021) dapat disimpulkan bahwa manajemen nyeri untuk pasien
dengan CHF didapatkan beberapa teknik non farmakologis yaitu Teknik Distraksi
Menonton,Teknik Relaksasi Napas Dalam, Teknik Guided Imaginery, Virtual
Reality, Teknik Meditasi, Teknik Murottal, Walking Therapy, Streching dan
penggunaan media panas dingin. Namun peneliti menyimpulkan bahwa terapi
Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Distraksi Menonton lebih efektif untuk
menurunkan nyeri pada pasien dengan CHF (p-value 0,000).
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.
Relaksasi nafas adalah pernapasan abdomen dengan frekuensi lambat atau
perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot,
yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot. Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode efektif untuk
menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri.

Tujuan teknik relaksasi nafas dalam


Tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru, meningkatkan
efisiensi batuk, mengurangi stress baik setres fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

Manfaat relaksasi napas dalam


1) Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman
2) Mengurangi rasa nyeri
3) Pasien tidak mengalami stress
4) Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yangbiasanya
menyertai nyeri
5) Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri
6) Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan perhatian

Menurut Potter and Perry (2010) teknik relaksasi napas dalam yang baik dan
benar akan memberikan efek yang penting bagi tubuh, efek tersebut antara lain
sebagai berikut :
a. Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan
b. Penurunan konsumsi oksigen
c. Penurunan ketegangan otot
d. Penurunan kecepatan metabolisme
e. Peningkatan kesadaran global
f. Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan
g. Tidak ada perubahan posisi yang volunter
h. Perasaan damai dan sejahtera
i. Periode kewaspadaan yang santai, terjaga, dan dalam

Teknik relaksasi napas dalam ini sangat baik untuk di lakukan setiap hari
oleh penderita tekanan darah tinggi, agar membantu relaksasi otot tubuh terutama
otot pembuluh darah sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri.
(Tawaang, Mulyadi & Palandeng, 2013) relaksasi napas dalam dapat menghambat
vasokonstriksi pembuluh darah melalui stimulasi baroreseptor. Hal tersebut akan
menyebabkan penurunan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan curah
jantung yang berdampak terjadi penurunan tekanan darah).

Mekanisme relaksasi napas dalam

Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan sensitivitas baroreseptor


dan mengeluarkan neurotransmitter endorphin sehingga mengstimulasi respons saraf
otonom yang berpengaruh dalam menghambat pusat simpatis (meningkatkan aktivitas
tubuh) dan merangsang aktivitas parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau
relaksasi). Apabila kondisi ini terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer
contro center (CCC) yang akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume,
sehingga menurunkan cardiac output, proses ini memberikan efek menurunkan tekanan
darah Johan (2000 dalam Tahu, 2015). Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep
breathing) akan merespons meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi
aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya penurunan kontraktilitas, kekuatan
pada setiap denyutan berkurang, sehingga volume sekuncup berkurang, terjadi
penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu menurunkan tekanan darah sehingga
mengurangi kecemasan (Muttaqin, 2009 dalam Khayati et all, 2016).

Indikasi relaksasi napas dalam


1) Pasien yang mengalami nyeri nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang
akibat penyakit yang kooperatif
2) Pasien yang nyeri kronis
3) Nyeri pasca operasi
4) Pasien yang mengalami stress

Teknik relaksasi nafas dalam


a Ciptakan lingkungan yang tenang
b Usahakan tetap rileks dan tenang
c Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan
d Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks

e Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali


f Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan

g Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks


h Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam
i Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri
j Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
k Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
l Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat Musrifatul Uliyah (2015) Pengantar Kebutuhan Dasar


Manusia. 2nd edn. Edited by Tri Utami. Jakarta Selatan: Salemba Medika.Aini
(2018) ‘Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
pasien fraktur’, Jurnal Kesehatan, 9(2), pp. 262–266.
Andarmoyo (2013) Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. 1st edn. Edited by Rose
KR. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Brunner & Suddarth (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 8th edn.
Edited by Monica Ester. Jakarta?: EGC: Buku Kedokteran EGC.
Faisol. (2022). Manajemen Nyeri. Kementrian Kesehatan
Ismoyowati, TW., Teku, ISD., Banik, JC., Sativa, RAO. Manajemen Nyeri untuk
Congestive Heart Failure. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Potter & Perry (2010) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. 7th edn. Edited by D. Yulianti and M. Ester. Jakarta : EGC: EGC.
Sakti, N. P. R., Dewi, E. and Triyono, T. (2019) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur Tertutup di IGD RSUD
Ir. Soekarno Sukoharjo’.
Smeltzer & Bare (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edited by
Monica Ester. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ismoyowati, T. W., Teku, I. S., Banik, J. C., & Sativa, R. A. (2021). Manajemen Nyeri
untuk Congestive Heart Failure. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes,
107-112.u
Tawaang, E., Mulyadi, N., & Palandeng, H. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas
Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sedang-
berat Di Ruang Irina C Blu Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan,
1(1).

Anda mungkin juga menyukai