Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Mataram No. 1 Mangli, Jember, Kode Pos 68136
Telp. (0331) 487550 Fax (0331) 427005 e-mail: ftik@uinkhas.ac.id

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah/SKS : Studi Quran dan Tafsir Tarbawi


SKS :4
Waktu/Ruang : 09.30 – 11.30/T202
Dosen Pembina : Rofiq Hidayat, M.Pd.
Semester : Satu/ Ganjil
Tahun Akademik : 2022/2023
Jenis Ujian : Ujian Akhir Semester (UTS)
Hari / Tanggal : Jumat, 16 Desember 2022
Sifat : Open Book

NOMOR :
ABSEN
FOTO
NAMA : muhammad sahrulla
(usahakan foto
NIM : 232101030047
resmi setengah
KELOMPOK :
badan)
KELAS :
NO. WA :

SURAT DAN AYAT


Surah Ali Imran Ayat 161

1. ISI SURAT DAN TERJEMAHAN


‫َو َم ا َك اَن ِل َن ِب ٍّي َأ ْن َي ُغ َّل ۚ َو َم ْن َي ْغ ُل ْل َي ْأ ِت ِبَم ا َغ َّل َي ْو َم ا ْل ِقَي ا َم ِة ۚ ُث َّم ُت َو َّف ٰى ُك ُّل َن ْف ٍس َم ا َك َس َب ْت َو ُه ْم اَل‬
‫ُي ْظ َل ُم وَن‬
Terjemahan
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.
Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari
kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap
diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.1

It is impossible for a prophet to betray in matters of war spoils. Whoever betrays in


the matter of war spoils, on the Day of Judgment, they will come bearing what they
betrayed, then each soul will be given retribution for what they did, and they will not
be wronged.

Ora mungkin kanggo wong nabi mungsuh ing urusan rampasan perang. Sapa werna
ing urusan rampasan perang iki, sajrone ing dinten kiamat bakal mlebu karo apa sing
digowo, terus setiap diri bakal dadi pembalasan kanggo opo sing wis digawe, lan ora
ana sing dizolimi.

2. STATISTIK AYAT
Surah Ali Imran ayat 161 merupakan bagian dari Surah Ali Imran (Surah ke-
3) dalam Al-Quran. Ayat ini termasuk dalam Juz ke-4. Terdiri dari satu kalimat
dengan jumlah kata sebanyak 32 kata dan terdiri dari 139 huruf. Ayat ini terdapat
dalam 5 baris pada mushaf standar.
Ayat ini turun di Madinah dan termasuk dalam kategori Muḥkam, yang
berarti ayat ini menyampaikan pernyataan yang jelas dan tegas. Isinya menjelaskan
bahwa tidak mungkin seorang Nabi melakukan pengkhianatan. Jika seseorang
melakukan pengkhianatan kepada Allah, pada hari kiamat, ia akan
mempertanggungjawabkan perbuatannya itu, dan setiap individu akan menerima
balasan sesuai dengan apa yang telah ia usahakan. Ayat ini memberikan keyakinan
yang kokoh tentang ketidakmungkinan pengkhianatan dari seorang Nabi serta tentang
keadilan Allah dalam memberikan balasan yang sesuai.

3. ASBABUN NUZUL
Ayat 161 dari Surah Ali Imran dalam al-Qur'an turun sebagai respons terhadap
dugaan bahwa Nabi Muhammad saw. telah mengambil harta rampasan perang. Ayat
1
Depag RI, (2011) Al-Qur’an Dan Terjemah, Jakarta, CV Darus Sunnah, Hal 645.
ini menegaskan bahwa seorang nabi tidak mungkin berkhianat dalam urusan harta
rampasan perang, dan barangsiapa yang berkhianat akan memikul konsekuensinya
pada hari Kiamat. Asbabun nuzul ayat ini terkait dengan kejadian saat kain merah
hilang dalam Perang Uhud, yang menyebabkan dugaan terhadap Nabi Muhammad
saw. Ayat ini menegaskan integritas seorang nabi dan bahwa setiap individu akan
memperoleh balasan sesuai perbuatannya, tanpa dizalimi.
Dalam konteks sejarah, ayat ini juga terkait dengan kejadian saat pasukan
pemanah dalam Perang Uhud turun dari posisi mereka untuk mengambil harta
rampasan, yang menimbulkan kekhawatiran akan ketidakadilan dalam pembagian
harta rampasan. Ayat ini menegaskan bahwa seorang nabi tidak mungkin berkhianat
dalam urusan harta rampasan perang.
Ayat ini menegaskan prinsip keadilan, integritas seorang nabi, dan konsekuensi
atas perbuatan berkhianat. Hal ini memberikan pedoman etika dan integritas dalam
konteks peperangan dan pengelolaan harta rampasan.
4. TAFSIR MENURUT 5 MUFASSIR DAN ANALISISNYA
a. Tafsir Al-Munir
Tafsir Al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili memberikan penjelasan yang
komprehensif terhadap ayat 161 dari Surah Ali Imran. Ayat ini menegaskan
bahwa seorang nabi tidak mungkin berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Ayat ini juga menegaskan bahwa setiap individu akan memperoleh
balasan sesuai perbuatannya, tanpa dizalimi. 2 Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa
ayat ini terkait dengan kejadian saat kain merah hilang dalam Perang Uhud, yang
menyebabkan dugaan terhadap Nabi Muhammad saw.
Al-Zuhaili menekankan bahwa seorang nabi tidak mungkin berkhianat
dalam urusan harta rampasan perang karena tujuan Nya adalah untuk
menghebatkan dan mengajarkan umat-Nya, bukanlah untuk mengambil harta
rampasan.3 Tafsir Al-Munir juga menegaskan prinsip keadilan dalam konteks
peperangan dan pengelolaan harta rampasan, yang merupakan pedoman bagi
umat-Nya untuk menjaga keadilan dan integritas dalam menangani sumber daya.
Al-Zuhaili menekankan bahwa ayat ini memberikan kontribusi yang
signifikan dalam pemahaman terhadap al-Qur'an, terutama dalam konteks fiqih
dan aspek hukum Islam. Dalam keseluruhan, Tafsir Al-Munir memberikan
2
Hamka, Tafsir al-Munir (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2008), Hal 162.
3
Faisal Munir, Dimensi Keagamaan dalam Tafsir Hermeneutika Al-Qur’an (Jakarta: Rajawali Press, 2020),
Hal 73.
penjelasan yang komprehensif dan lengkap terhadap ayat 161 dari Surah Ali
Imran, yang menegaskan prinsip keadilan dan integritas seorang nabi dalam
konteks peperangan dan pengelolaan harta rampasan. Tafsir ini memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pemahaman terhadap al-Qur'an, terutama dalam
konteks fiqih dan aspek hukum Islam.
b. Tafsir Fi Zhilalil Quran
Ayat 161 dari Surah Ali Imran dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menjelaskan
tentang ketidakmungkinan seorang Nabi berkhianat dalam urusan yang bersifat
penting, seperti urusan rampasan perang. Menurut tafsir ini, ayat ini menegaskan
bahwa seorang Nabi adalah individu yang terpelihara dari melakukan
pengkhianatan terhadap kepercayaan dan amanah yang diberikan kepadanya oleh
Allah SWT.4
Tafsir ini menyatakan bahwa seorang Nabi tidak akan melakukan
pengkhianatan dalam pengelolaan harta rampasan perang yang menjadi tanggung
jawabnya. Hal ini merupakan bagian dari karakter dan integritas seorang Nabi
yang memerankan peran penting dalam membimbing dan memimpin umat.
Ayat ini menekankan bahwa dalam konteks harta rampasan perang yang
merupakan bagian dari strategi perang, seorang Nabi tidak akan melanggar
prinsip-prinsip moral dan kejujuran dalam pengelolaannya. 5 Ayat ini juga
menegaskan bahwa segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu akan
diungkapkan pada hari kiamat, dan tiap-tiap diri akan menerima pembalasan yang
sesuai dengan perbuatannya, tanpa ada ketidakadilan dari sisi Allah SWT.
Tafsir Fi Zhilalil Quran menggambarkan ayat ini sebagai bagian dari
penegasan terhadap kemuliaan dan kejujuran seorang Nabi serta memperkuat
keyakinan akan adanya penghakiman ilahi yang adil di akhirat. Ini
menggarisbawahi bahwa seorang Nabi adalah contoh yang sempurna dalam
menjalankan tugasnya, dan ketidakmungkinan pengkhianatan adalah bagian
integral dari karakternya yang luhur.
c. Tafsir An-Nur
Tafsir An-Nur menekankan bahwa ayat 161 dari Surah Ali Imran menyoroti
ketidakmungkinan seorang Nabi untuk melakukan pengkhianatan, khususnya
terkait harta rampasan perang, yang harus diambil sesuai dengan ketetapan Allah.

4
Ahmad Mukti, Konsep Tafsir Hermeneutika dalam Al-Qur’an (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), Hal 88.
5
Ahmad Syukur, Makna Ketaatan dalam Tafsir Al-Qur’an (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hal 79.
Dalam ayat ini, terungkap bahwa setiap individu akan menerima balasan yang
sesuai dengan perbuatannya, tanpa adanya perlakuan yang tidak adil. 6 Hal ini
menegaskan bahwa kebohongan dan penipuan tidaklah menjadi bagian dari sifat
seorang Nabi, dan bahwa mereka yang melakukan hal tersebut akan menanggung
akibatnya di hari Kiamat. Pembalasan setiap perbuatan menjadi hal yang
dijelaskan dengan tegas dalam ayat tersebut.
Ayat ini, menurut Tafsir An-Nur, menunjukkan bahwa seorang Nabi tidak
akan terlibat dalam pengkhianatan terhadap harta rampasan perang yang telah
diatur oleh Allah. Ayat ini juga menggarisbawahi bahwa prinsip adil dalam
pembalasan setiap perbuatan adalah bagian integral dari ajaran Islam. Kesetiaan,
kejujuran, dan keadilan menjadi poin penting yang ditekankan dalam ayat ini,
memberikan pemahaman yang mendalam tentang prinsip moral yang harus
dipegang oleh seorang Nabi serta setiap individu dalam menjalani kehidupan
mereka.
Dengan jelas, ayat ini dalam tafsir An-Nur memberikan pandangan yang
kuat tentang prinsip moral dan keadilan dalam ajaran Islam. Ayat ini memberikan
arahan tentang integritas dan tanggung jawab seorang Nabi, serta
menggarisbawahi bahwa setiap perbuatan akan dihitung dan dibalas sesuai pada
hari Kiamat, menjelaskan bahwa tidak ada perlakuan yang tidak adil dari sisi
Allah SWT terhadap setiap individu.
d. Tafsir Al Qurthubi
Menurut Tafsir Al-Qurthubi, ayat 161 dari Surah Ali Imran menegaskan
ketidakmungkinan seorang Nabi untuk melakukan pengkhianatan terkait harta
rampasan perang. Ayat ini menyoroti bahwa seorang Nabi adalah sosok yang
terpelihara dari melakukan pengkhianatan dalam urusan penting semacam itu. 7
Lebih lanjut, ayat ini menegaskan prinsip adil yang ditekankan dalam ajaran
Islam, di mana setiap individu akan menerima balasan yang sesuai dengan
perbuatannya tanpa ada ketidakadilan yang terjadi.
Dalam penafsiran Tafsir Al-Qurthubi, ayat ini menegaskan bahwa prinsip
kejujuran, integritas, dan keadilan merupakan bagian tak terpisahkan dari karakter
seorang Nabi. Menipu atau melakukan tindakan tidak jujur bukanlah sifat yang
dimiliki seorang Nabi, dan konsekuensi dari perbuatan semacam itu akan
6
Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar, Juz I (Mesir: Al-Baby alHalaby, 1960), Hal 114.
7
Al-Qurtubi dan Ibnul, Tafsir al-Qurtubi: Tafsir al-Jami’ li-ahkam al-Qur’an (Bandung: Pustaka Amani,
2004), Hal 197.
ditanggung pada hari Kiamat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu akan
bertanggung jawab dan menerima balasan sesuai dengan amal perbuatannya.
Tafsir Al-Qurthubi menggarisbawahi bahwa ayat ini memberikan
penekanan yang kuat terhadap prinsip moral dan keadilan dalam Islam.
Menegaskan bahwa seorang Nabi adalah contoh yang sempurna dalam
integritasnya, ayat ini memberikan arahan yang jelas tentang pentingnya
memegang teguh prinsip kejujuran, serta bahwa pada akhirnya, setiap perbuatan
akan dihitung dan dibalas secara adil oleh Allah SWT.8
e. Tafsir At-Thabari
Tafsir At-Thabari menjelaskan bahwa ayat 161 dari Surah Ali Imran
menegaskan ketidakmungkinan seorang nabi melakukan pengkhianatan terkait
harta rampasan perang. Ayat ini menyoroti bahwa seorang nabi adalah individu
yang terpelihara dari melakukan pengkhianatan dalam urusan semacam itu. Lebih
lanjut, ayat ini menegaskan prinsip adil yang ditekankan dalam ajaran Islam,
bahwa setiap individu akan menerima balasan yang sesuai dengan perbuatannya
tanpa ada ketidakadilan yang terjadi.9
Dalam konteks sejarah, ayat ini dikaitkan dengan kejadian hilangnya kain
merah selama Perang Uhud yang menimbulkan dugaan terhadap Nabi Muhammad
saw. Ayat ini memperkuat prinsip keadilan dalam situasi perang dan pengelolaan
harta rampasan, memberikan pedoman bagi umat Islam untuk memelihara
keadilan dan integritas dalam mengelola sumber daya.
Tafsir At-Thabari menggarisbawahi bahwa ayat ini memberikan arahan
yang kuat tentang prinsip moral dan keadilan dalam Islam, menegaskan bahwa
seorang nabi adalah contoh teladan dalam integritasnya. Ayat ini memastikan
bahwa setiap individu akan bertanggung jawab atas perbuatannya di hadapan
Allah SWT pada hari Kiamat, menekankan bahwa tidak ada ketidakadilan dalam
pembalasan yang akan diterima setiap jiwa sesuai dengan amal perbuatannya.

Analisis:

1. Kesimpulan Umum:
Kelima tafsir tersebut menyampaikan pesan yang serupa terkait ayat 161
dari Surah Ali Imran, menegaskan ketidakmungkinan seorang Nabi untuk
8
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurthubi Jilid 1-20. (Terj. Tim Al-Furqan)
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), Hal 364.
9
Imam Ath-Thabari, Tafsir Tematis At-Thabari. (Jakarta: Pustaka Amani, 2018), Hal 190,.
melakukan pengkhianatan, khususnya terkait harta rampasan perang. Semua tafsir
menyoroti prinsip adil yang ditekankan dalam Islam bahwa setiap individu akan
menerima balasan yang sesuai dengan perbuatannya tanpa adanya ketidakadilan.
2. Perbedaan dan Persamaan
Meskipun kesimpulannya serupa, terdapat perbedaan dalam konteks sejarah
yang dijelaskan dalam tafsir-tafsir tersebut. Misalnya, terkait kejadian hilangnya
kain merah dalam Perang Uhud yang dihubungkan dengan ayat ini. Perbedaan lain
mungkin ada pada penekanan atau interpretasi spesifik dari beberapa kata atau
konteks ayat.
Persamaan utama adalah dalam menekankan prinsip keadilan, integritas
seorang Nabi, dan balasan yang adil dari Allah SWT atas perbuatan manusia di
akhirat.
3. Pilihan Tafsir yang Paling Sesuai (Kecenderungan)
Pilihan tafsir yang paling sesuai bergantung pada kebutuhan konteks spesifik
dan pemahaman mendalam atas ayat tersebut. Namun, dalam konteks prinsip-
prinsip umum yang ditekankan dalam ayat 161 dari Surah Ali Imran, tafsir yang
paling sesuai adalah yang menekankan prinsip-prinsip moral dan keadilan tanpa
meninggalkan aspek kontekstual. Tafsir yang memberikan pemahaman yang lebih
luas serta menggambarkan keterkaitan langsung antara ajaran ayat dengan konteks
sejarah, memberikan kesempatan bagi pemahaman yang lebih komprehensif.
5. HIKMAH DARI AYAT TERSEBUT DITINJAU DARI PENDIDIKAN
(TAFSIR TARBAWI)
Tafsir tarbawi atau pendidikan dari ayat 161 Surah Ali Imran menawarkan
sejumlah hikmah yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan. Berikut adalah
lima hikmah yang dapat dipetik:
1. Integritas dan Kepemimpinan
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya integritas dalam kepemimpinan. Dalam
pendidikan, hal ini menekankan bahwa guru dan pemimpin pendidikan harus
memegang teguh nilai-nilai kejujuran, tidak hanya dalam pengelolaan harta benda
sekolah tetapi juga dalam memimpin dan membimbing siswa.
2. Pendidikan Moral
Ayat ini menyoroti pentingnya moralitas dalam setiap tindakan. Dalam
konteks pendidikan, hal ini menekankan perlunya pembentukan karakter moral
pada siswa, bukan hanya fokus pada pencapaian akademis semata, tetapi juga
dalam aspek moral dan etika.
3. Penghargaan terhadap Keadilan
Hikmah dari ayat ini memperkuat prinsip keadilan dalam pendidikan. Seorang
pendidik harus adil dalam memberikan penilaian, kesempatan, dan perlakuan
kepada setiap siswa, tanpa ada diskriminasi atau ketidakadilan.
4. Pembelajaran dari Konsekuensi Tindakan
Ayat ini menegaskan bahwa setiap individu akan memikul konsekuensi
perbuatannya. Dalam pendidikan, hikmah ini membangun pemahaman bahwa
tindakan siswa akan berdampak pada kehidupan mereka sendiri di masa depan,
sehingga penting untuk mengajarkan tanggung jawab atas tindakan mereka.
5. Kegigihan dalam Pendidikan
Hikmah dari ayat ini menekankan pentingnya konsistensi dan kegigihan dalam
proses pendidikan. Seorang pendidik harus bertekad untuk terus membimbing dan
memberikan pemahaman yang baik kepada siswa, sesuai dengan nilai-nilai yang
diajarkan dalam ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai