101 - Aik
101 - Aik
ASURANSI
Soal Jawab Ujian LSPP AAMAI
Maret 2006 s.d. Oktober 2019
Edisi Ba
ru
ujian
Maret 20
20
Disusun oleh:
Afrianto Budi Purnomo, SS, MM, AAAIK, APAI
Mulai tahun 2014, Gelar profesi ujian Asuransi untuk gelar AAAIK dan AAIK sudah
tidak diselenggarakan lagi oleh Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia
(AAMAI), namun akan diadakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Profisiensi
AAMAI (LSPP AAMAI). Menanggapi hal tersebut, saya berusaha menyusun
kembali Buku Kumpulan Soal – Jawaban LSPP AAMAI 101 (atau dengan kode baru
K.651210.101.01) yang bertopik “Praktik Asuransi” untuk ujian LSPP AAMAI.
Buku Kumpulan Soal Jawaban LSPP AAMAI 101: Praktek Asuransi ini disajikan
untuk mempersiapkan ujian LSPP AAMAI pada bulan Maret 2020. Kumpulan Soal
Jawaban LSPP AAMAI 101: Praktek Asuransi ini diambil dari berbagai sumber lalu
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Meskipun buku Buku Kumpulan Soal Jawaban LSPP AAMAI 101: Praktek Asuransi
merupakan panduan belajar pribadi, sangat senang apabila kumpulan soal yang
saya susun ini dapat bermanfaat bagi teman-teman. Terimakasih untuk para
pengguna website www.akademiasuransi.org dan para pelanggan artikel harian yang
bisa didapat dengan memasukkan email melalui kotak pelanggan feed burner. Saya
berharap bahwa website tersebut tidak hanya menjadi website pribadi, melainkan
berguna bagi masyarakat banyak. Buku ini diterbitkan untuk memperkaya konten
www.akademiasuransi.org sebagai media belajar asuransi online terbesar di dunia.
Terimakasih untuk sumbangan materi dan juga semangat untuk penerbitan buku
ini, terutama kepada orang tuaku yang senantiasa memberi cinta dan semangat
yang tak terkira. Kebaikan Anda sangat bermanfaat untuk pengembangan website
www.akademiasuransi.org dan buku-buku yang akan terus diterbitkan satu demi
satu. Segala kritik dan saran sungguh saya harapkan. 2
1.1. Uraikan 3 (tiga) komponen utama yang terdapat dalam definisi Risiko (Mar 2008
No. 1, Sept 2009 No. 1, Mar 2012 No. 1)
Jawaban:
Risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak menguntungkan
Risiko adalah satu kombinasi dari bahaya- bahaya
Risiko adalah sesuatu yang tidak dapat diduga kecenderungan membawa
hasil yang berbeda dengan hasil yang diduga sebelumnya
Risiko adalah ketidakpastian kerugian
Risiko adalah kemungkinan kerugian
Dari definisi di atas, ketidakpastian (uncertainty) lebih difokuskan menjadi definisi
dari risiko sesuai dengan praktek asuransi sehari -hari.
4
1.2. Berkaitan dengan konsep risiko, uraikan 3 (tiga) pengertian terminologi risiko
dalam asuransi. (Sept 2016, No. 1).
Jawaban:
Lihat di atas
Jawaban:
Lihat di atas
1.4. Uraikan pengertian uncertainty sebagai salah satu komponen utama dalam
definisi risiko (Sept 2013, No. 1).
Jawaban:
UNCERTAINTY (ketidakpastian):
Ketidak-pastian berarti sesuatu keraguan tentang waktu yang akan datang
didasarkan pada kurang pengetahuan, ketidaksempurnaan dan pengetahuan.
Dalam hal ini, uncertainty terjadi tanpa memandang apakah keraguan tersebut
sudah diketahui sebelumnya oleh orang yang terlibat didalamnya.
1.5. Uraiakan pengertian uncertainty sebagai salah satu unsur dari suatu risiko dan
diberikan contohnya (Okt 2019, No. 2).
Jawaban:
Ketidak-pastian berarti sesuatu keraguan tentang waktu yang akan datang
didasarkan pada kurang pengetahuan, ketidaksempurnaan dan pengetahuan.
Dalam hal ini, uncertainty terjadi tanpa memandang apakah keraguan tersebut
sudah diketahui sebelumnya oleh orang yang terlibat didalamnya.
Contoh:
- Sekalipun sudah mematuhi rambu-rambu lalu lintas, mobil yang dikendarai ditabrak
seorang pemabuk
- Mobil yang tertimpa pohon tumbang saat sedang diparkirkan di jalan.
(Anda bisa mencari contoh lain yang lebih sesuai)
5
1.6. Uraikan 2 (dua) jenis attitude seseorang terhadap risiko (Mar 2013 No. 1).
Jawaban:
Perilaku risiko (risk atitude) seseorang atau institusi mempengaruhi keputusan yang
hendak diambil terhadap risiko yang dihadapi.
Ada tiga sikap yang mungkin terhadap resiko, yaitu:
1) Menghindari resiko
2) Sikap netral terhadap resiko
3) Preferensi akan resiko
1.7. Berkaitan dengan konsep risiko, uraikan 2 (dua) parameter pokok yang digunakan
dalam mengukur tingkat risiko. (Sept 2017 No. 2)
1.8. Uraikan perbedaan antara profil risiko high frequency - low severity dengan low
frequencyhigh severity. (Mar 2009 No. 1)
1.9. Berkaitan dengan konsep risiko, uraikan pengertian low frequency high severity,
serta berikan contoh jenis risiko yang memiliki karakteristik tersebut. (Mar 2017 No.
2)
7
1.10. Berkaitan dengan konsep risiko, uraikan pengertian high frequency and low severity,
serta contoh jenis asuransi yang mempunyai karakteristik tersebut. (Sept 2014 No.
2)
1.11. Dalam kaitan dengan tingkat risiko, uraikan : (Mar 2013 No. 10)
a. relevansi frequency dan severity terhadap pengukuran tingkat risiko
b. 2 (dua) bentuk profil frequency dan severity
c. Pentingnya profil frekuensi dan severity bagi penanggung
terjadi banjir akan lebih besar kerugiannya dari pada rumah dekat sungai
(severitas).
• Shop-lifting (Pengutilan) adalah contoh atas risiko dengan berfrekwensi tingi.
Di banyak toko frekwensi atas pengutilan sangat tinggi. Risiko pengutilan
dapat diprediksi dalam arti pemilik toko dapat mengetahui berapa banyak
barang tertentu yang dicuri setiap tahunnya sehingga ketidakpastian bisa
dikurangi atas frekwensi kejadian. Perusahaan asuransi dapat memprediksi
kejadian lebih akurat, bila frekwensi kejadian tinggi. Artinya besarnya premi
yang akan dibayar lebih besar dari pada risiko yang frekwensinya rendah.
• Hubungan antara Frekwensi dengan tingkat keparahan (Frequency dan
Severity) risiko dalam asuransi, menyatakan bahwa :
Pada Frequency tinggi, umumnya mempunyai nilai kerugian yang
rendah.
Pada Frekwensi rendah, umumnya dengan nilai kerugian yang besar.
1.12. Uraikan hubungan antara frequency dan severity terhadap tingkat risiko dalam
kaitan dengan proses akseptasi asuransi oleh penanggung.(Mar 2019, No. 2)
1.13. Uraikan pengertian frequency dan severity serta pentingnya profil tingkat risiko
tersebut bagi underwriter.(Sept 2016, No. 3)
1.14. Berkaitan dengan frequency dan severity dalam kontrak asuransi, uraikan: (Mar
2014, No. 10)
a. relevansi frequency dan severity terhadap pengukuran tingkat risiko.
9
b. 2 (dua) bentuk profil frequency dan severity.
c. pentingnya profil frequency dan severity bagi penanggung.
1.15. Berkaitan dengan konsep frequency dan severity dalam manajemen risiko, uraikan
apa yang digambarkan oleh Heinrich Triangle. (Mar 2018, No. 3)
penelitian pada ribuan insiden di tempat kerja dan studi serupa juga menunjukkan
hasil yang mirip. Pola dari segitiga Heinrich menunjukkan adanya sedikit insiden
serius dan sangat banyak insiden minor.
Riset serupa telah dilakukan di area kecelakaan kendaraan bermotor (oleh Frank
E Bird pada 1969) menggunakan data statistik dari 2 juta kecelakaan dan nyaris
kecelakaan. Dari perspektif penanggung, hubungan antara insiden serius dan minor
merupakan hal yang penting.
Dalam beberapa kasus, terjadi situasi dimana frekuensi rendah namun severity
tinggi, yang diilustrasikan pada gambar di atas. 10
1.16. Dalam kaitan dengan hazard (Mar 2008 no 11, Sept 2009 No. 11, Mar 2011 No. 14,
Sept 2014 No. 10)
a. Jelaskan perbedaan antara perils dan hazard
a. Jelaskan perbedaan antara physical hazard dan moral hazard
b. Sebutkan masing-masing 2(dua) contih physical hazard dalam asuransi:
Harta Benda
Tanggung Gugat
Kendaraan bennotor
c. Sebutkan 3(tiga) contoh moral hazard
Tanggung Gugat
1 Adanya bahan berbahaya di tempat kerja
2. System kerja yang tidak aman
2 Karyawan kecelakaan akibat tugas dari majikannya
3 Dekat dengan properti atau fasilitas umum
Kendaraan bermotor
1. Usia kendaraan
2. Kendaraan pribadi atau komersial
1.17. Uraikan pengertian physical hazard dan moral hazard; masing-masing disertai satu
contohnya. (Mar 2006 No. 2; Sept 2007 No. 6; Mar 2009 No. 2)
Moral hazard
Risiko yang berkaitan dengan perilaku atau sikap atau karakter Tertanggung,
contohnya: 12
kurangnya kesadaran Tertanggung untuk menjaga keselamatan objek asuransi,
ketidakjujuran Tertanggung
Kecerobohan dan kekuranghati-hatian
1.18. Uraikan perbedaan antara physical hazard dengan moral hazard pada Asuransi
tanggung gugat. (Okt 2019, No. 4)
Moral hazard
Risiko yang berkaitan dengan perilaku atau sikap atau karakter Tertanggung,
contohnya:
kurangnya kesadaran Tertanggung untuk menjaga keselamatan objek asuransi,
ketidakjujuran Tertanggung
Kecerobohan dan kekuranghati-hatian
1.19. Berkaitan dengan konsep hazard, uraikan perbedaan antara physical hazard dan
moral hazard dalam asuransi kendaraan bermotor. (Sept 2017, No. 4)
1.20. Berkaitan dengan konsep hazard, uraikan perbedaan antara physical hazard dengan
moral hazard dalam asuransi harta benda. (Mar 2016, No. 4)
1.21. Uraikan dasar penghitungan rateable proportion dalam asuransi harta benda (Sept
2013, No. 5) 13
Jawaban:
Perhitungan rateable proportion dapat dibagi dua cara, yaitu proporsi terhadap
harga pertanggungan dan limit of liability
1.Proporsi terhadap harga pertanggungan
Contoh:
Polis A HP : Rp 1 M
Polis B HP : Rp 2 M
Polis C HP : Rp 3 M
Polis A bayar : Rp 1 M X Loss
Rp 1 M + Rp 2 M + Rp 3 M 1
Dst untuk polis B dan C. Pendekatan ini disebut “The Independent Liability
Method”
1.22. Uraikan hubungan antara peril dan hazard disertai contohnya (Mar 2008 No. 2; Sept
2006 No. 5; Mar 2010 No. 1)
1.23. Jelaskan perbedaan antara: (Sept 2006 No. 12; Sept 2007 No. 11; Sept 2008 No.
9, Mar 2013 No. 9)
a. Risiko financial dan non financial
b. Risiko mumi dan spekulatif
c. Risiko fundamental dan parikular
Jawaban:
a. Risiko financial dan non financial
Financial Risk adalah satu risiko yang terjadi yang menimbulkan kerugian dapat
diukur dengan uang. Contohnya, risiko terjadi pencurian, kebakaran dan kehilangan
keuntungan setelah kebakaran.
Non financial risk : Dalam situasi lain, pengukuran dengan uang adalah tidak 14
mungkin. Contohnya risiko ketika terjadi salah memilih karir, salah memilih pasangan
atau teman hidup dan juga menyesal karena telah mengadopsi anak.
Risiko yang berasal dari suatu pihak/seseorang dan efeknya dirasakan hanya oleh
orang/pihak tertentu. Risiko ini jauh lebih bersifat personal, baik dari segi penyebab
maupun akibatnya
Contoh : kebakaran, pencurian, kecelakaan ke1j a, kecelakaan lalu lintas
Risiko fundamental
Risiko yang timbul dari sebab-sebab di luar kendali suatu individu atau sekelompok
individu; efeknya dirasakan oleh sejumlah besar orang
Contoh: gempa bumi, banjir, kelaparan, letusan gunung berapi, tsunami, perubahan
sosial, intervensi politik, perang
1.24. Uraikan perbedaan antara pure risk dan speculative risk. (Mar 2007 No. 1; Mar
2008 No. 3; Sept 2009 No. 2)
1.25. Uraikan perbedaan antara risiko Financial dan non Financial (Sept 2011 No. 1)
1.26. Uraikan perbedaan antara risiko partikular dan fundamental (Mar 2009 No. 3)
1.27. Uraikan pengertian risiko fundamental dan alasan mengapa pada umumnya jenis
risiko tersebut dikecualikan dalam polis asuransi. (Sept 2012 No. 1)
a. perbedaan antara:
Risiko financial dan non financial
Risiko mumi dan spekulatif
Jawaban:
a. Jawaban lihat di atas
b. Risiko-risiko mana saja yang secara umum dapat diasuransikan
1. Pure risk (risiko mumi)
2. Risiko partikular
3. Risiko finansial
Perluasan :
Risiko fundamental
Uraian lihat di atas
1.29. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko : (Mar 2014, No. 9; Mar 2017, No. 9)
a. Jelaskan perbedaan antara:
• risiko finansial dan non-finansial.
• risiko murni dan spekulatif .
• risiko partikular dan fundamental.
16
b. Dari tiap-tiap kategori risiko pada butir a. di atas, jelaskan risiko-risiko
mana saja yang secara umum dapat diasuransikan berikut alasannya.
1.30. Disadari atau tidak, dampak dari terjadinya risiko mengakibatkan kerugian
besar. Hal ini dapat dilihat dari 3 hal, yaitu:
Jawaban:
frekuensi risiko
besarnya kerugian yang ditimbulkan (severitas)
Human cost (penderitaan)
1.31. Uraikan 3 (tiga) faktor penilaian atas suatu risiko dalam proses underwriting (Sept
2013, No 7)
Jawaban:
frekuensi risiko
besarnya kerugian yang ditimbulkan (severitas)
Human cost (penderitaan)
1.32. Berkaitan dengan sifat risiko dan loss ratio klaim terhadap premi, uraikan 3 (tiga) hal
yang selalu dinilai atau dipertimbangkan dalam proses underwriting asuransi. (April
2015, No 7)
Jawaban:
frekuensi risiko
besarnya kerugian yang ditimbulkan (severitas)
Human cost (penderitaan)
1.33. Dalam kaitan dengan manajemen risiko: (Mar 2010 No. 10)
a. Uraikan pengertian manajemen risiko
b. Jelaskan 4 (empat) unsur penting yang terkandung dalam pengertian
manajemen risiko 17
c. Uraikan pengendalian risiko secara:
1. Fisik
2. Finansial
Jawaban:
a. Pengertian Manajemen risiko
Suatu proses identifikasi, analisa, dan pengendalian secara ekonomis atas
risiko-risiko yang membahayakan aset atau kemampuan menghasilkan
pendapatan dari suatu usaha (enterprise)
2. Finansial
Ada 2 cara pengendalian finansial:
(1) Retensi
Tujuan asuransi adalah untuk mengalihkan risiko yang tidak dapat
diperkirakan. Namun bila berdasarkan pengalaman tingkat risiko
dapat diperkirakan, jumlah perkiraan tersebut bisa diantisipasi dan
ditanggung sendiri. Kerugian yang dapat diperkirakan tersebut
dapat dibayar dari penghasilan saat itu dan dibebankan sebagai
biaya produksi. Alternatif lainnya adalah diadakan dana terpisah
yang dibentuk untuk mengatasinya atau untuk risiko-risiko lain
yang dapat ditanggung sendiri (retain) sepenuhnya.
1.34. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko, uraikan definisi manajemen risiko
serta prinsip dasar dari suatu manajemen risiko yang baik (Sept 2014 No. 1, Maret
2016, No.1)
Jawaban:
a. Pengertian Manajemen risiko
Suatu proses identifikasi, analisa, dan pengendalian secara ekonomis atas
risiko-risiko yang membahayakan aset atau kemampuan menghasilkan
pendapatan dari suatu usaha (enterprise)
1.35. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko, uraikan pengertian status high net
worth seseorang dan pendekatan individu tersebut dalam memutuskan untuk
mengalihkan risiko yang dimiliki melalui asuransi. (Mar 2018, No. 2)
Jawaban:
High-net-worth individual ( HNWI ) adalah istilah yang digunakan oleh beberapa
segmen industri jasa keuangan untuk menunjuk orang yang aset investasinya
(seperti saham dan obligasi) melebihi jumlah yang diberikan. Biasanya, orang-orang
ini didefinisikan sebagai memegang aset keuangan (tidak termasuk tempat tinggal
utama mereka) dengan nilai lebih dari US $ 1 juta. Dengan jumlah asset yang begitu
besar, maka risiko kerugian / kehilangan keuntungan atas asset tersebut juga besar.
Di sinilah Asuransi sebagai alternatif pengalihan risiko diperlukan. Dengan membeli
Asuransi, akan timbul perasaan aman dan tenang karena asset yang diasuransikan
telah mendapat jaminan dari penanggung polis atau pihak perusahaan sehingga
segala kemungkinan resiko bisa dikurangi.
1.36. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko, uraikan langkah selanjutnya setelah
risiko diidentifikasi dan dianalisa. (Mar 2017 No. 1)
Jawaban:
Setelah risiko diidentifikasi dan dianalisa, maka langkah selanjutnya adalah:
3 Kontrol risiko dan dampaknya
Mengambil tindakan alas risiko yang tidak dapat ditanggung perusahaan:
a) Dengan mengurangi freknensi risiko
b) Dengan mengurangi dampak atas karyawan, pengoperasian, dan
keuangan
c) Mentransfer risiko kepada perusahaan lain
d) Mempersiapkan contingency Plan
4 Mengupdate dan memelihara tingkat risiko yang diterima untuk perkembangan
& perubahan perusahaan, Mengkomnnikasikan informasi tentang risiko
kepada semua pihak yang berkepentingan.
1.37. Uraikan 2 (dua) aspek utama dalam pengukuran tingkat risiko. (Sept 2012 No. 2)
21
1.38. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko, uraikan 2 (dua) aspek utama
dalam pengukuran tingkat risiko. (April 2015 No. 2)
1.39. Uraikan pengertian manajemen risiko. (Mar 2007 No. 2; Mar 2008 No. 4)
1.40. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko, jelaskan: (April 2015, No. 9)
a. 3 (tiga) komponen utama yang terdapat dalam definisi risiko.
b. 2 (dua) bentuk profil frequency and severity.
c. perbedaan antara physical hazard dan moral hazard; masing-masing
diberikan 2 (dua) contoh.
Jawaban:
a. 3 (tiga) komponen utama yang terdapat dalam definisi risiko.
1. identifikasi risiko
Mengenali potensi dan ancaman-ancaman tersebut dalam
menghancurkan perusahaan dan stake holder perusahaan
Mengenali frekuensi terjadinya risiko
2 Evaluasi / analisa risiko
Menilai risiko yang dapat ditanggung perusahaan dan risiko yang tidak dapat
ditanggung oleh perusahaan
Tanggung Gugat
1 Adanya bahan berbahaya di tempat kerja
2. System kerja yang tidak aman
2 Karyawan kecelakaan akibat tugas dari majikannya
3 Dekat dengan properti atau fasilitas umum
Kendaraan bermotor
1. Usia kendaraan
2. Kendaraan pribadi atau komersial
1.41. Uraikan pengertian manajemen risiko dan 3 (tiga) manfaat utama bagi perusahaan.
23
(Sept 2013, No. 1)
Jawaban:
Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisa, dan pengendalian
secara ekonomis atas risiko-risiko yang membahayakan aset atau kemampuan
menghasilkan pendapatan dari suatu usaha (enterprise)
Manfaat utama bagi perusahaan:
a) Manajemen resiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan, sebagian
besar hancurnya fasilitas yang dapat menyebabkan perusahaan ditutup,jika
perusahaan belum ada kesiapan ,belum ada kesiap sediaan menghjadapi
musibah itu,manajemen resiko tersebut perusahaan dapat terhindar dari
keancuran.
b) Oleh karena laba data ditingkatkan dengan jalan mengurangi pengeluaran,maka
manajemen resiko menunjang secara langsung peningkatan laba misalnya :
manajemen resiko dapat mengurangi pengeluaran dengan jalan mengurangi
resiko kerugian perusahaan.
c) Manajemen resiko dapat menyumbang secara tidak langsung laba sedikitnya
dengan cara” berikut :
1. Jika sebuah perusahaan memanajeri resiko murninya dengan berhasil,
maka manajer akan bersikap tenang dan percaya diri dan membuka
pikiran untuk menyelidiki resiko spekulatif
2. Dengan membebaskan manajer umum dari memikirkan aspek resiko
murni dari proyek yang bersifat spekulatif, maka menejemen resiko dalam
hal ini menunjang peningkatan kualitas keputusan yang diambil
3. Bila keputusan telah diambil untuk menerima proyek yang bersifat
spekulatif, maka penanganan resiko spekulatif lebih efisien.
4. Manajemen resiko dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran
kas.
5. Melalui persiapan sebelumnya, manajemen resiko dalam banyak hal
dapat membuat perusahaan melanjutkan kegiatannya walaupun telah
mengalami kerugian, jadi dengan demikian mencegah langganan pindah
kepesaing.
1.42. Berkaitan dengan fungsi manajemen risiko, uraikan 3 (tiga) alasan pentingnya
manajemen risiko bagi perusahaan. (Sept 2016, No. 2)
Jawaban: 24
Pentingnya manajamen risiko bagi perusahaan:
a) Manajemen resiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan, sebagian
besar hancurnya fasilitas yang dapat menyebabkan perusahaan ditutup,jika
perusahaan belum ada kesiapan ,belum ada kesiap sediaan menghjadapi
musibah itu,manajemen resiko tersebut perusahaan dapat terhindar dari
keancuran.
b) Oleh karena laba data ditingkatkan dengan jalan mengurangi pengeluaran,maka
manajemen resiko menunjang secara langsung peningkatan laba misalnya :
manajemen resiko dapat mengurangi pengeluaran dengan jalan mengurangi
resiko kerugian perusahaan.
c) Manajemen resiko dapat menyumbang secara tidak langsung laba sedikitnya
dengan cara” berikut :
1. Jika sebuah perusahaan memanajeri resiko murninya dengan berhasil,
maka manajer akan bersikap tenang dan percaya diri dan membuka
pikiran untuk menyelidiki resiko spekulatif
2. Dengan membebaskan manajer umum dari memikirkan aspek resiko
murni dari proyek yang bersifat spekulatif, maka menejemen resiko dalam
hal ini menunjang peningkatan kualitas keputusan yang diambil
3. Bila keputusan telah diambil untuk menerima proyek yang bersifat
spekulatif, maka penanganan resiko spekulatif lebih efisien.
4. Manajemen resiko dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran
kas.
1.43. Berkaitan dengan manajemen risiko, jelaskan: (Okt 2019, No. 10)
a. Pengertian manajemen risiko
b. Focus utama dari manajemen risiko
c. 3 (tiga) alasan pentingnya manajemen risiko bagi badan usaha
Jawaban:
a. Pengertian manajemen risiko
Suatu proses identifikasi, analisa, dan pengendalian secara ekonomis atas
risiko-risiko yang membahayakan aset atau kemampuan menghasilkan 25
pendapatan dari suatu usaha (enterprise)
1.44. Berkaitan dengan proses manajemen risiko, uraikan 3 (tiga) tahap yang harus
dilakukan dalam proses manajemen risiko. (Sept 2015, No. 2)
Jawaban:
1. identifikasi risiko
Mengenali potensi dan ancaman-ancaman tersebut dalam
menghancurkan perusahaan dan stake holder perusahaan
1.45. Berkaitan dengan proses manajemen risiko, jelaskan: (Sept 2014 No. 9; Sept 2017
No. 9)
a. 3 (tiga) manfaat utama manajemen risiko bagi perusahaan.
27
b. 3 (tiga) tahapan proses manajemen risiko.
c. perbedaan antara physical control dan financial control.
1.46. Berkaitan dengan manajemen risiko, jelaskan: (Sept 2016 No. 9; Mar 2018, No. 9)
a. Pengertian risk-seeking dan risk-avers
b. 3 (tiga) prinsip pelaksanaan manajemen risiko yang baik
c. 3 (tiga) tahapan proses manajemen risiko
Jawaban:
a. Pengertian risk-seeking dan risk-averse
Risk averse
Prinsip ini mengatakan, ”When all else is equal, people prefer higher return and lower
risk”. Inti prinsip ini adalah orang akan memilih alternatif dengan rasio keuntungan
(return) dan risiko (risk) terbesar. Misalnya, proyek A dan B memiliki risiko yang
sama, tetapi A menjanjikan keuntungan lebih besar, maka investor akan memilih
proyek A karena memiliki rasio keuntungan dan risiko yang paling besar.
Prinsip ini juga mengasumsikan bahwa orang dikategorikan sebagai ”risk-averse”
atau enggan terhadap risiko. Lawan risk-averse adalah ”risk seeking” atau risk
lover”. Contoh risk seeking adalah judi.
Risk seeking
Jika dihadapkan pada dua portofolio yang memiliki ekspektasi return yang sama,
investor ini akan memilih portofolio yang memiliki risiko yang lebih besar.
b. 3 (tiga) prinsip pelaksanaan manajemen risiko yang baik --> lihat di atas
c. 3 (tiga) tahapan proses manajemen risiko --> lihat di atas
1.47. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko, uraikan perbedaan antara risk-seeking
dan risk-averse. (Sept 2017, No. 1)
Jawaban:
Lihat jawaban di atas.
2. Tabungan (savings)
Dalam produk asuransi jiwa khususnya endowment insurance menjamin
pembayaran baik meninggal atau hidup di akhir kontrak, pembayaran
yang diterima tertanggung pada akhir kontrak pada dasarnya merupakan
akumulasi premi ditambah dengan bunga.
1.49. Uraikan perbedaan antara pre-loss risk reduction dengan post-loss risk control,
masing-masing disertai satu contohnya. (Mar 2012 No. 3)
1.50. Uraikan pengertian economic control pada pengendalian risiko (Okt 2010 No. 2)
1.51. Dalam kaitan dengan manajemen risiko: (Sept 2008 No. 10)
a. 2(dua) hal terpenting agar proses identifikasi risiko lebih efektif 29
b. Pengendalian risiko secara
Fisik
Finansial
Jawaban:
a. 2 (dua) hal terpenting agar proses identifikasi risiko lebih efektif
1. Di sini risiko dipandang dari cakupan yang luas, tidak terbatas pada risiko
risiko yang dapat diasuransikan.
2. Dengan menggunakan alat-alat indentifikasi risiko, langkah-langkah
diambil untuk melihat se/uruh aspek yang dapat menyebabkan perusahaan
menderita kerugian.
TAMBAHAN: JAWABAN
a. Bagan organisasi
Bagan ini menunjukkan struktur organisasi perusahaan secara keseluruhan. Bagan
ini memperlihatkan hubungan antar personil sehingga dapat memperlihatkan
kelemahan kelemahan dalam struktur organisasi yang dapat menimbulkan masalah
bagi risk management.
Contoh:
- pembagian tugas tidak memadai
- ability personil/kompetensi
Juga digunakan untuk melihat apakah bagan organisasi sudah sesuai untuk
diterapkan di perusahaan tersebut atau belum.
b. Flow chart
Flow chart ini berguna untuk perusahaan - perusahaan di mana sistem produksinya
melibatkan proses dari bahan baku sampai menjadi barang jadi. Flow chart
menunjukkan aliran (flow) operasi perusahaan serta dapat menunjukkan masalah
masalah yang disebabkan oleh kejadian-kejadian yang tidak nampak.
c. Check List
Merupakan daftar pertanyaan tentang masing-masing bagian dalam perusahaan.
Contoh klasifikasi risiko yang ditanyakan dalam check list:
Risiko
langsung
Kebakaran, erosi, peledakan, fraud, kerusakan struktural,
perang
30
(direct)
Akibat-akibat Loss of profit akibat kebakaran, pencurian, pemogokan kar-
yawan
Sosial Moral liability, tekanan pelanggan
Hukum Civil liabilities, statutory liability, contractual liability
Politik lntervensi pemerintah, denda, peraturan pemerintah asing
Keuangan Ramalan inflasi yang tidak memuaskan, keputusan marketing
yang
salah
1.52. Uraikan 2 (dua) bentuk cost of risk akibat terjadinya suatu peristiwa risiko (Mar 2011
No. 2)
atau tetap konstan sebagai fungsi kegiatan ekonomi bisnis. Setelah pengukuran
kuantitatif telah diturunkan, perbandingan dapat dibuat antara COR bisnis itu dan
Cors kelompok rekan-nya. Selain itu, COR akan memungkinkan bisnis untuk fokus
pada bidang operasi yang akan memiliki jangka panjang terbesar efek pada biaya
total fungsi manajemen risiko.
1.53. Uraikan 4 (empat) kekurangan dari statistik kerugian dalam mengukur besarnya
cost of risk. (mar 2012 no 2)
Jawaban:
1. Tidak semua risiko dapat diasuransikan, hanya pure risk yang dapat
diasuransikan.
2. Asuransi hampir selalu tidak mampu memberi penggantian secara sempurna
yang dapat mengembalikan posisi keuangan pemegang polis ke posisi
semula sebelum terjadinya kerugian.
Hal ini disebabkan karena adanya under insurance dan penerapan limitation
of indemnity, yaitu:
• Sum insured
• Average karena adanya under insurance
• Excess
• Franchise 31
• Limits of liability (misalnya pada TPL)
• Deductible
3. Pembayaran premi, baik dalam hal jumlah maupun waktu pembayarannya,
juga tidak selalu dapat dipastikan. Hal ini terjadi jika premi ditetapkan secara
retrospective (misalnya dalam asuransi cash in transit dan stock insurance).
Selain itu, adanya faktor inflasi juga dapat menyebabkan premi di masa
datang berbeda dengan premi ditetapkan pada masa sekarang.
4. Bila terjadi kataspohik atau risiko yang jarang terjadi tetapi mempunyai
severity yang besar
1. Fisik
2. Finansial
Jawaban:
a. Alasan self-insurance antara lain: (Bobot 30%)
Sebagai alternatif pembelian asuransi
Sebagai tambahan di mana first layer atau proporsi dari suatu klaim tidak
diasuransikan dalam pasar konvensional
Mereka merasa cukup kuat secara finansial untuk menanggung kerugian
kerugian tersebut
Biaya untuk itu, dengan cara memupuk dana, lebih rendah dibanding tingkat
premi komersial tidak harus menanggung biaya administrasi dan laba 32
perusahaan asuransi
Exposure-nya terhadap kerugian melibatkan kejadian dalam jumlah
yang banyak tapi dengan tingkat kerugian yang cukup rendah (high frequency
- low severity) kerugiannya cukup dapat diprediksi (predictable)
Jawaban:
a. Self insurance
Suatu dana darurat dicadangkan untuk digunakan untuk menutup kerugian
Jawaban:
Perusahan asuransi sendiri dengan tujuan untuk mengelola risiko usahanya sendiri
(Lengkapi dengan penjelasan self Insurance di atas)
1.60. Berkaitan dengan struktur pasar asuransi, uraikan 3 (tiga) keuntungan dari
pengoperasian perusahaan asuransi captive. (Mar 2014, No. 1)
Jawaban:
35
1.61. Berkaitan dengan usaha perasuransian, uraikan pengertian usaha asuransi
umum berdasarkan UU No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian. (Mar 2016,
No. 2).
Jawaban:
Usaha Asuransi Umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan
penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
1.62. Berkaitan dengan UU no. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian: (Mar 2019, No.
11).
a. Sebutkan 7 (tujuh) jenis perusahaan asuransi
b. Uraiakan perbedaan peran antara pialang asuransi dengan agen asuransi
c. Uraikan perbedaan antara pemegang polis dengan tertanggung
d. Uraiakan ruang lingkup usaha peasuransian asuransi umum
Jawaban:
Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan
usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau
Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan
produk asuransi atau produk asuransi syariah.
36
c. Uraikan perbedaan antara pemegang polis dengan tertanggung
Pemegang Polis adalah Pihak yang mengikatkan diri berdasarkan
perjanjian dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah untuk
mendapatkan pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya,
tertanggung, atau peserta lain.
2.1. Jelaskan 7 (tujuh) karakteristik dari risiko yang dapat diasuransikan (insurable risks).
(Mar 2007 No. 10; Mar 2006 No. 10; Mar 2010 No. 10)
(1) Fortuitous
Terjadinya peristiwa / kejadian harus sepenuhnya tidak terduga dan di luar
sepengetahuan Tertanggung
Tidak mungkin untuk mengasuransikan suatu peristiwa yang pasti akan
terjadi dan tidak melibatkan ketidakpastian (uncertainty) kerugian, sehingga
tidak berlangsung pengalihan risiko
Contoh:
keausan (wear and tear) dan depresi
tindakan sengaja Tertanggung
37
Kedua risiko tersebut tidak dapat diasuransikan.
Catatan: Meskipun kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi, namun
kapan
terjadinya itu bersifat tidak dapat diduga (fortuitous), maka tetap dapat
diasuransikan.
Fundamental risk
Penyebabnya di luar kendali manusia; dan dampaknya dirasakan banyak
orang. Umumnya fundamental risk tidak dapat diasuransikan
Beberapa gejala alam dapat diasuransikan secara selektif; berdasarkan
letak geografis. (Misalnya: risiko gempa per daerah)
Risiko fundamental timbul dari sebab-sebab di luar kendali seseorang
secara individu atau sekelompok individu, dan dampak yang ditimbulkan
juga dirasakan banyak orang
Risiko partikular lebih bersifat personal baik dari sudut penyebab
maupun akibatnya. Umumnya risiko partikular dapat diasuransikan
Tidak tepat bila dikatakan bahwa semua risiko fundamental tidak
dapat diasuransikan
Penanggung akan bersikap sangat selektif atas jenis risiko fundamental
yang hendak dikover.
Risiko fundamental yang timbul dari sifat masyarakat (perang,
perubahan adat atau inflasi) umumnya tidak dapat diasuransikan
Risiko fundamental akibat sebab fisik seperti angin topan, gempa
bumi dan badai dapat diasuransikan; meskipun tergantung lokasinya
39
2.2. Berkaitan dengan konsep risiko, jelaskan 6 (enam) karakteristik risiko yang harus
dipenuhi agar suatu objek atau kepentingan dapat diasuransikan. (Mar 2019, No. 9)
2.3. Uraikan pengertian fortuitous dari suatu risiko agar dapat diasuransikan (Mar 2013
No. 2)
2.4. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi, uraikan pengertian insurable interest
dan kapan insurable interest tersebut harus ada dalam kontrak asuransi kebakaran
(Sept 2014 No. 4).
Jawaban:
Hubungan finansial yang diakui secara hukum antara Tertanggung dan
obyek pertanggungan di mana Tertanggung mengambil manfaat jika obyek
pertanggungan tersebut tidak mengalami kerugian atau kerusakan, namun 40
sebaliknya, akan menderita kerugian atau tanggung jawab yang timbul
Dalam asuransi kebakaran, seseorang tidak dapat mengasuransikan harta
benda orang lain dengan harapan jika harta benda tersebut mengalami
kerugian atau kerusakan dia akan mendapatkan kompensasi di luar yang
diterima pemilik harta benda tersebut.
Insurable interest ada dalam kontrak asuransi kebakaran jika:
- Tertanggung mempunyai hubungan finansial dengan obyek yang
diasuransikan
- Mendapat manfaat apabila harta benda / kepentingan tersebut tidak
hilang atau rusak
- Menderita kerugian atas hilang atau rusaknya; atau timbulnya tanggung
jawab
2.5. Uraikan kaitan antara prinsip hukum bilangan besar (the law of the large
number) dengan tingkat objektivitas suatu risiko bagi underwriter. (Mar 2013 No.
2)
Jawaban:
Risiko yang dapat diasuransikan harus memenuhi prinsip hukum bilangan besar
(the law of large number) di mana risiko yang diasuransikan harus homogen dan
dalam jumlah yang banyak. Dengan melihat adanya exposure yang serupa dalam
jumlah yang cukup besar, underwriter dapat membuat perkiraan tingkat kerugian
yang akan dihadapinya.
Tanpa itu, tugas underwriter menjadi lebih sulit dan premi yang dihasilkan akan
cenderung sebagai hasil perkiraan (guesstimate) dibanding perhitungan matematis
bisa tepat atau tidak. Tetapi, bagaimanapun juga Penanggung, melalui underwriter,
tetap akan memproteksi dirinya dengan menerapkan premi yang cukup untuk
menghadapi kemungkinan kejadian yang terburuk. Dengan demikian, underwriter
dapat lebih objektif dalam menentukan keputusan dalam menerima suatu risiko.
2.6. Berkaitan dengan insurable interest sebagai salah satu prinsip dasar asuransi,
uraikan: (April 2015 No. 11; Maret 2016 No. 10)
a. 3 (tiga) unsur utama dan definisi insurable interest.
b. 3 (tiga) cara timbulnya insurable interest.
c. 4 (empat) situasi dimana insurable interest timbul pada tertanggung yang
bukan pemilik dan objek pertanggungan.
c.4 Bailees
Bailees adalah orang-orang yang secara legal memegang atau
mengawasi langsung barang-barang milik orang lain, baik atas
pembayaran suatu uang imbalan untuk itu atau secara gratis,
misal : Bengkel; Binatu; Reperasi Tv dll.
Pihak-pihak ini bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
atau menjaga barang-barang yang berada dalam pengawasannya,
tanggung jawab inilah memberikan mereka Insurable Interest pada
barang-barang yang bersangkutan.
c.5 Agent
Seorang Agen bertanggung jawab atas barang-barang milik prinsipalnya
yang berada dibawah kekuasaan agen tersebut. Agen tersebut berhak
mengasu-ransikan barang yang bersangkutan, karena ada tanggung
jawab terhadap barang tersebutlah yang memberikannya Insurable
Interest.
c.6 Suami - Istri
Setiap Istri mempunyai Insurable Interest pada harta benda atau jiwa
Suaminya, dan Suami mempunyai Insurable Interest pada harta benda
atau jiwa Istrinya.
2.7. Berkaitan dengan prinsip insurable interest dalam perjanjian Asuransi, uraiakan:
(Okt 2019 No. 12)
43
a. Pengertian insurable interest
b. 3 (tiga) cara timbulnya insurable interest
c. Penerapan insurable interest dalam Asuransi marine cargo
2.8. Uraikan fungsi primer asuransi sebagai suatu mekanisme pengalihan risiko (Mar
2009 No. 4)
2.9. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi yang terkait dengan perjanjian asuransi,
uraikan: (Mar 2017 No. 11)
a. Pengertian insurable interest
b. Perbedaan antara subject matter of insurance dan subject matter of contract
c. 3 (tiga) cara timbulnya insurable interest
2.10. Uraikan pengertian asuransi sebagai suatu mekanisme pengalihan risiko. (Mar
2006 No. 1)
2.11. Jelaskan fungsi asuransi sebagai risk transfer (Mar 2008 No. 9)
Contoh 1.
Mobil senilai USD 15,000 merupakan investasi yang termasuk besar, akan
menghadapi ancaman kerusakan atau kehilangan. Mobil tersebut bisa saja dicuri
ataupun terbakar ataupun juga rusak akibat kecelakaan. Bagaimana pemilik
kendaraan tersebut bisa mengatasi semua risiko yang potensial tersebut dan
konsekuensi keuangan yang ditimbulkan? Dalam situasi ini, pemilik mobil dapat
mengalihkan / mentransfer konsekuensi keuangan atas risiko - risiko tersebut
kepada perusahaan asuransi dengan membayar premi.
Contoh 2.
Demikian juga kepada industri, di mana seorang direktur perusahaan menyadari
bahwa perusahaan menghadapi sejumlah risiko. Perusahaan tidak mengetahui
apakah risiko-risiko tersebut akan terjadi dan kapan akan terjadi. Dalam situasi yang
demikian, fungsi asuransi sebagai transfer risiko ini sangat berperan.
Managing Director dapat menukarkan ketidakpastian menjadi kepastian. Kerugian
yang pasti diganti dengan premi, mereka akan bebas dari ketidakpastian atas
kerugian yang besar.
2.12. Uraikan pengertian common pool sebagai salah satu fungsi primer asuransi (Sept
2009 No. 3)
2.15. Berkaitan dengan konsep asuransi, jelaskan:(Sept 2016 No. 10; Mar 2018 No. 10;
Oct 2019 No. 9)
a. Fungsi asuransi sebagai pool of risks
b. Manfaat prinsip the law of large numbers dalam pengoperasian pool of risks
c. Pengertian equitable premiums dalam pengoperasian pool of risks
Jawaban:
a. Dahulu sebelum adanya asuransi marine cargo / pengangkutan laut, saat
sebelum kapal berangkat, para pedagang yang memiliki barang dagangan
diangkut setuju untuk saling berkontribusi kepada siapa saja yang mengalami 48
kerugian atas kerusakan barang yang diangkut. Hal ini membuat setiap
pedagang terhindar dari kerugian total karena masing- masing pedangan
ikut menanggung beban atas setiap kerugian. Dana sebagai kontribusi para
pedagang dikumpulkan sebagai pool bersama. Demikian juga dalam asuransi
kebakaran, premi polis asuransi rumah tinggal akan dipoolkan pada Common
pool, pool asuransi rumah tinggal yang lain. Dan premi polis kendaraan bermotor
akan dipool bersamaan dengan polis -polis kendaraan bermotor lainnya. Premi
asuransi yang dikumpulkan haruslah cukup untuk mendanai kerugian total
untuk setiap tahun dan juga beban biaya dan keuntungan perusahaan asuransi.
b. Asuransi menganut prinsip hukum bilangan besar (the law af large number) dan
dalam menentukan tarif premi asuransi harus mempertimbangkan frekuensi
dan severity atas pengalaman ganti rugi (claim) untuk jenis risiko yang sama.
Prinsip the law of large numbers sangat erat kaitannya degan prinsip pool of
risks. Premi untuk risiko-risiko yang homogen dikumpulkan dalam suatu pool
untuk mengkover kerugian yang dialami oleh para anggotanya. Oleh karena
itu, diperlukan suatu jumlah bilangan yang besar agar kerugian itu dapat
dikover. Jika tidak menganut prinsip bilangan besar dalam pool of risk, maka
dikhawatirkan bahwa jumlah dana yang terkumpul tidak dapat mengkover
kerugian yang terjadi.
2.16. Jelaskan asuransi sebagai risk transfer, common pool, equitable premium (Sept
2006 No. 14, Sept 2013 No. 9)
2.17. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraikan alasan mengapa pembatalan polis
secara mid-term seharusnya dikenakan short-term premium (Sept 2015, No. 8)
Jawaban:
Kadang kala polis berlaku untuk waktu kurang dari 12 bulan, dan bila normal
struktur tarif digunakan, penanggung tidak akan menerima full loading untuk
expenses bila ‘pro rata’ premi digunakan, dan biaya penanggung dapat kurang
lebih sama dengan 12 bulan.
Dalam beberapa hal, misal polis kebakaran, penanggung menghitung
49
premi tahunan, premi pro rata dan 5% dari selisih antara dua premi tersebut
ditambahkan ke premi pro rata untuk mendapatkan short period premium.
Contoh:
Premi tahunan Rp 120
Pro rata untuk 3 bln Rp 30
Selisih Rp 90
5% dari selisih Rp 4.50
Short period premium : Rp 34.50
Pada kasus pembatalan polis, proporsi tertentu dari premi tahunan dikenakan
untuk satu bulan atau tiga bulan atau berapa saja sesuai dengan periode asuransi
yang telah digunakan. Untuk resiko 6 atau 9 bulan dapat dikenakan satu tahun
premi. Ini biasanya dilakukan bila kenaikan pada resiko bersifat seasonal. Misal,
jumlah motor vehicle pada musim panas, atau bila pengalaman menunjukkan
kejadian klaim pada short period policies secara proporsional lebih tinggi dari pada
polis tahunan.
2.18. Berkaitan dengan konsep risiko, uraikan korelasi antara risk transfer dan peace of
mind dalam penutupan Asuransi. (Okt 2019, No. 1)
Jawaban:
2.19. Jelaskan 5 (lima) manfaat utama yang diberikan asuransi kepada para tertanggung,
masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan. (Sept 2007 No. 10, Mar. 2009
No. 10)
Jawaban:
(1) Peace of mind
Dengan mengetahui bahwa telah ada asuransi untuk menanggulangi
akibat finansial dari risiko-risiko tertentu, maka timbul ketenangan (peace
of mind) bagi Tertanggung; baik perorangan maupun perusahaan.
Jika banyak risiko yang dapat menimbulkan hilangnya modal, maka
orang tidak mau berinvestasi dalam dunia usaha.
Lapangan kerja terbatas, pasokan barang berkurang, kebutuhan impor
meningkat, kesejahteraan masyarakat umum menurun.
Dengan berasuransi, sebagian risiko dialihkan ke perusahaan asuransi
Insentif bagi pengusaha untuk lebih berinvestasi
50
(2) Loss control
Perusahaan asuransi mempunyai kepentingan untuk menurunkan
frekuensi dan tingkat keparahan risiko kerugian; bukan hanya untuk
meningkatkan profitabilitas mereka sendiri tapi juga berkontribusi bagi
penurunan secara umum atas kerugian ekonomi akibat peristiwa kerugian.
Banyak perusahaan asuransi mengembangkan keahlian di bidang teknologi
yang beragam dari pengendalian risiko.
Melalui pengalamannya dalam menghadapi risiko-risiko yang ditutup
perusahaannya, surveyor perusahaan asuransi umumnya memberikan
saransaran (advices) tentang pengendalian risiko kepada Tertanggung
2.20. Berkaitan dengan konsep asuransi, jelaskan: (Mar 2019, No. 10)
a. 3 (tiga) manfaat asuransi bagi masyarakat secara umum
b. 2 (dua) cara penanggung berbagi risiko dengan pihak lain
c. pengertian self insurance
51
Jawaban: Lihat di atas. Silakan dibahasakan ulang.
a. 3 (tiga) manfaat asuransi bagi masyarakat secara umum
(1) Peace of mind
Dengan mengetahui bahwa telah ada asuransi untuk menanggulangi
akibat finansial dari risiko-risiko tertentu, maka timbul ketenangan (peace
of mind) bagi Tertanggung; baik perorangan maupun perusahaan.
Jika banyak risiko yang dapat menimbulkan hilangnya modal, maka
orang tidak mau berinvestasi dalam dunia usaha.
Lapangan kerja terbatas, pasokan barang berkurang, kebutuhan impor
meningkat, kesejahteraan masyarakat umum menurun.
Dengan berasuransi, sebagian risiko dialihkan ke perusahaan asuransi
Insentif bagi pengusaha untuk lebih berinvestasi
Dan apabila koasuransi itu telah dilakukan, maka perusahaan asuransi tersebut
hanya akan memikirkan reasuransi untuk bagian yang ditutupnya sendiri itu, yang
dalam hal tersebut suatu klaim maka hal itu tidak akan terlalu membebaninya,
terutama dalam hal mengusahakan dana untuk pembayaran klaim tersebut sebelum
“ recovery “ dari Reinsurer telah diperoleh.
Cara koasuransi ada 2 macam pula, yaitu koasuransi yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan asuransi dengan menggunakan 1 polis saja, dan koasuransi yang
dilakukan dengan menggunakan polisnya masing – masing untuk sebesar bagian
yang ditutupnya, yang dalam hal ini dikenal dengan penutupan koasuransi secara
polis jalan bersama ( run in conjunction ).
Mengenai kedua cara tersebut mempunyai kelebihan serta kelemahannya masing
– masing, tergantung pada kesepakatan yang dapat dicapai oleh perusahaan –
perusahaan asuransi yang saling berkoasuransi tersebut.
2.21. Berkaitan dengan kebutuhan dasar asuransi, uraikan 3 (tiga) faktor yang menjadi
dasar pertimbangan seseorang atau suatu organisasi dalam memutuskan untuk
berasuransi atau tidak. (Sept 2015, No. 1; Mar 2018, No. 1)
2.22. Berkaitan dengan usaha perasuransian, uraikan ruang lingkup usaha perusahaan
asuransi umum berdasarkan UU No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian. (Sept
2017, No. 3)
Jawaban:
Bab II, Pasal 2 ayat 1
Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan:
a. Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri; dan
b. Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Asuransi Umum lain.
2.23. Berkaitan dengan struktur pasar asuransi, sebutkan 5 (lima) bidang jasa usaha
perasuransian berdasarkan UU No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian.(Mar
2018, No. 4)
Jawaban:
Usaha Perasuransian adalah segala usaha menyangkut:
• jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko,
• pertanggungan ulang risiko,
• pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah,
• konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau 54
reasuransi syariah, atau
• penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah.
2.24. Uraikan manfaat asuransi sebagai peace of mind (Mar 2008 No. 6, Mar 2013 No. 4)
2.25. Berkaitan dengan UU no. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian: (Okt 2019 No. 11)
a. Sebutkan 5 (lima) bidang jasa usaha perasuransian
b. Sebutkan 3 (tiga) profesi penyedia jasa bagi perusahaan perasuransian
c. Uraikan pengertian objek Asuransi
d. Uraikan ketentuan tentang penutupan objek Asuransi di Indonesia
Jawaban:
2.26. Uraikan masing-masing 2 (dua) manfaat asuransi bagi tertanggung korporat dan
bagi masyarakat secara umum
Jawaban:
Usaha Perasuransian adalah segala usaha menyangkut:
• jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko,
• pertanggungan ulang risiko, 56
• pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah,
• konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau
reasuransi syariah, atau
• penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah.
3.1. Uraikan luas jaminan yang diberikan dalam asuransi CAR (Contactors All Risk)
(Sept 2007 No. 1)
Jawaban:
Contractors All Risks (merupakan asuransi yang menjamin suatu pengerjaan di
mana pekerjaan sipil lebih banyak daripada pengerjaan non-sipil). Luas jaminan:
1. Pekerjaan
2. Tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
Jawaban:
1. Contractors All Risks (lebih banyak pekerjaan sipil) atas : pekerjaan, tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga
2. Erection All Risks (lebih banyak pekerjaan nonsipil) atas pemasangan mesin 57
dan instalasi listrik, dll.
3. Machinery Breakdown: menanggung kerusakan akibat mesin itu sendiri. Misal:
Arus pendek pada mesin
4. Boiler : menjamin kerusakan pada broiler, juga kerusakan lain akibat meledak-
nya boiler
5. Electronic Equipment: Misal: mesin USG
6. Computer Insurance
7. Contractors’ Plant & Machinery
3.3. Uraikan 2 macam luas jaminan asuransi product liability (Sept 2006 No. 6)
Jawaban:
Asuransi Product Liability ini biasanya menggunakan ‘claims made basis’ (bisa juga
menggunakan occurence basis) dan terdiri dari:
1. Tanggung gugat untuk cedera atau kerusakan
2. Perbaikan dan penggantian produk polis jaminan produk menjamin:
Penggantian, pengerjaan ulang, pemulihan produk yang gagal, memberikan
fungsi yang diinginkan karena cacat disain, manufaktur, pemasangan, dsb
3. Kerugian finansial
Menjamin kerugian finansial yang diderita pihak ketiga sebagai akibat produk
gagal berfungsi seperti yang diinginkan
4. Penarikan produk
Menjamin biaya yang timbul bagi penyedia barang dalam menarik produk atau
mengatur pemusnahannya, karena barang tersebut diketahui memiliki kesala-
han yang berbahaya. Dasar penjaminannya adalah produk yang ditarik tersebut
dapat mengakibatkan cedera atau kerusakan dan kegagalan produk diakibat-
kan kesalahan dalam disain/manufaktur. Polis ini juga menjamin biaya penari-
kan produk yang tercemar asalkan itu tidak disengaja.
Biaya penarikan ini biasanya sangat mahal dan masih terdapat biaya tidak
langsung seperti kehilangan penjualan, rusaknya reputasi perusahaan dan
biaya disain ulang serta pengembangan ulang.
3.4. Uraikan perbedaan antara combined insurance dan comprehensive insurance (Sept
2007 No. 8; Mar. 2010 No. 2) 58
Jawaban:
Combined Insurances (Gabungan)
Gagasannya yaitu: menggabungkan beberapa polis sekaligus untuk dijual kepada
tertanggung
Dilakukan karena:
1. lebih mudah
2. nasabah akan lebih mudah karena cuma 1 polis (tagihannya cuma 1)
3. kemungkinan terlupakan kecil
4. penjualannya lebih mudah bagi perusahaan asuransi
Keuntungan:
1. biaya administrasi lebih ringan
2. one premium and one renewal
3. kemungkinan overlooking dari cover yg dibutuhkan sangat kecil
4. mudah untuk dipasarkan
(Contoh kombinasinya adalah: travel policy + PA + Medical Expenses + Cancellation
+ Delay)
3.5. Sebutkan 4 (empat) keuntungan combined insurance (Sept 2006 No. 8, Sept 2008
No. 8)
3.6. Sebutkan 6 (enam) jenis jasa yang dapat diberikan suatu risk management consult-
ant. (Mar 2006 No. 7)
Jawaban:
Risk Management consultant membantu pengguna jasa tersebut mengidentifikasi
dan mengevaluasi risiko suatu organisasi dan mengusulkan metode pengendalian
risiko yang meliputi:
1 Broad risk management strategic reviews
2. Advise dalam teknik pengendalian risiko dan pengendalian secara fisik
59
3. Audit risiko dan asuransi
4. Disaster recovery planning
5. Studi kelayakan tentang captive
6. Manajemen atau audit captive
7. Prakiraan kerugian dan analisa cadangan
8. Program self-insurance
9. Studi interdependensi bisnis
10. Penggunaan data industrial untuk komparasi dan benchmarking
3.7. Sebutkan 4(empat) jenis layanan yang umunya disediakan risk management con-
sultans dari pialang asuransi intemational yang besar (Mar 2010 No. 4)
Jawaban:
Broker asuransi
2. Llyoids broker
3. Agents
4. Konsultan asuransi
5 Home service insurance representative
Jawaban:
1. Proprietary company
2. Mutual companies
60
3. Klasifikasi perusahaan asuransi
4. Direct writing company
5. Supermarket and others retailers
4.3. Uraikan pengertian dan perbedaan pialang asuransi dengan agen asuransi
Jawaban:
a. Broker (pialang) adalah agen calon tertanggung apabila :
Pialang asuransi yang memberikan jasa dalam keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi dengan
bertindak untuk kepentingan tertanggung
Ia hanya menerima pembayaran dari penanggung berupa komisi (kasus
Bancroft v. Heath, 1900)
Ada kerjasama dengan tertanggung untuk mengelabuhi penanggung
Mengisi dan merubah atau menambah jawaban dalam formulir permintaan
penutupan asuransi dan tertanggung mengetahui hal ini (Newsholme Bros.
V. Road Transport & General, 1925)
61
4.4. Berkaitan dengan struktur pasar asuransi: (Sept 2018, No. 9)
a. Uraikan 5 (lima) karakteristik saluran distribusi langsung.
b. Sebutkan 5 (lima) ruang lingkup layanan perantara asuransi.
c. Uraikan mekanisme kerja binders.
Jawaban:
a. Uraikan 5 (lima) karakteristik saluran distribusi langsung.
Pemasaran langsung merupakan komunikasi langsung dengan pelanggan
individu yang dibidik secara seksama baik untuk memperoleh tanggapan
segera maupun membina hubungan pelanggan yang berlangsung
lama. Di dalam pemasaran langsung biasanya menggunakan salu-ran –
saluran langsung ke konsumen (Consumer direct) untuk menjangkau dan
menyerahkan barang dan jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan
perantara pemasaran. Saluran – salu-ran ini mencakup surat langsung,
catalog, telemarketing, tv interaktif, situs internet, dan lain-lain.
Karakteristik saluran distribusi langsung antara lain:
· Nonpublik , yaitu Pesan biasanya ditujukan kepada orang tertentu
· Disesuaikan , yaitu Pesan dapat disiapkan untuk menarik orang yang
dituju
· Terbaru, yaitu Pesan dapat disiapkan dengan sangat cepat
4.5. Berkaitan dengan usaha perasuransian, uraikan perbedaan pialang asuransi dan
agen asuransi berdasarkan UU No.40 tahun 2014 tentang Perasuransian. (Sept
2015, No. 3)
Jawaban:
Pialang Asuransi adalah orang yang bekerja pada perusahaan pialang asuransi dan
memenuhi persyaratan untuk memberi rekomendasi atau mewakili Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta dalam melakukan penutupan asuransi atau asuransi
syariah dan/atau penyelesaian klaim.
Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha,
yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi
atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk
asuransi syariah.
4.6. Uraikan ruang lingkup jasa yang diberikan pialang asuransi dan agen asuransi 63
berdasarkan Undang-Undang no. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian. (Sept
2016, No. 4)
Jawaban:
Pialang Asuransi adalah orang yang bekerja pada perusahaan pialang asuransi dan
memenuhi persyaratan untuk memberi rekomendasi atau mewakili Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta dalam melakukan penutupan asuransi atau asuransi
syariah dan/atau penyelesaian klaim.
Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha,
yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi
atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk
asuransi syariah.
4.7. Berkaitan dengan keperantaraan dalam struktur pasar asuransi, jelaskan: (April
2015, No. 10; Mar 2017, No. 10).
a. perbedaan peran pialang asuransi dan agen asuransi.
b. 5 (lima) kewajiban agen asuransi terhadap principal.
c. 2 (dua) kewajiban plinsipal terhadap agen asuransi.
Jawaban:
a. Lihat atas
4.8. Uraikan masing-masing 2 (dua) kelebihan dan kekurangan direct marketing sebagai
salah satu saluran distribusi asuransi dari sudut pandang tertanggung (Sept 2013,
No. 4; Apr 2015, No 3).
Jawaban:
Direct marketing/penjualan secara langsung maksudnya tidak melibatkan pihak lain
dalam pendistribusiannya, beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain:
1. menurunkan biaya pemasaran karena tidak memerlukan extra cost untuk
membayar pihak lain sehingga diharapkan premi dapat bersaing
2. dari sudut pandang pembeli, mereka dapat dengan langsung berinteraksi
dengan penjual sehingga merasa nyaman
Kerugian :
1. Salah satu kelemahan dari sudut pembeli pandang adalah bahwa produk
hanya satu perusahaan tersedia , kecuali beberapa panggilan telepon yang
dibuat .
2. Kerugian lebih lanjut dari sudut pembeli pandang adalah bahwa tidak ada
saran independen mengenai kesesuaian tersedia dan tidak ada bantuan yang
independen dalam hal klaim
4.9. Berkaitan dengan struktur pasar asuransi, uraikan masing-masing 2 (dua) kelebihan
dan kekurangan direct marketing sebagai salah satu saluran distribusi pemasaran
asuransi dari sudut pandang tertanggung. (April 2015, No. 3).
Jawaban:
Lihat di atas
4.10. Uraikan perbedaan usaha asuransi dengan usaha penunjang usaha asuransi
Jawaban:
Jenis usaha perasuransian meliputi:
a. Usaha asuransi terdiri dari: 65
1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan
risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum
terhadap pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti
2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan
risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan
3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi perusahaan asuransi kerugian dan atau jiwa
4.11. Berkaitan dengan usaha perasuransian dan berdasarkan SE OJK No 32 tahun 2015
tentang Bancassurance, uraikan (Sept 2017 No. 11):
a. Pengertian bancassurance
b. 3 (tiga) model bisnis kerjasama bancassurance
c. Pengertian produk asuransi PAYDI
Jawaban:
a. Pengertian bancassurance
Bancassurance adalah aktivitas kerja sama antara Perusahaan dengan
Bank dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui Bank.
4.12. 13. Berkaitan dengan prosedur underwriting dan sesuai dengan POJK No. 23
tahun 2015 tentang Produk Asuransi, uraiakan: (Mar 2019, No. 13)
a. pengertian produk asuransi pada perusahaan asuransi umum
b. 2 (dua) elemen dasar yang harus dimiliki produk asuransi
c. 3 (tiga) ketentuan yang harus dipenuhi produk asuransi bersama
Jawaban:
a. pengertian produk asuransi pada perusahaan asuransi umum
Produk Asuransi adalah program yang menjanjikan perlindungan terhadap
1 (satu) jenis atau lebih risiko yang dapat diasuransikan yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti dengan memberikan penggantian kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita pemegang polis, tertanggung,
67
atau peserta, atau pemberian jaminan pemenuhan kewajiban pihak yang
dijamin kepada pihak yang lain apabila pihak yang dijamin tersebut tidak
dapat memenuhi kewajibannya;
Jawaban:
Kewajiban pialang kepada prinsipal:
Bertindak secara hati-hati dan dengan skill yang diperlukan. (Contoh: broker
harus memiliki keahlian di bidang asuransi).
Bertindak sesuai dengan perjanjian sebagai agen. 68
Bertindak jujur; menginformasikan secara lengkap mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kontrak. Ia tidak boleh menerima komisi yang bersifat rahasia.
Hal ini secara common law dianggap bahwa komisi asuransi diperoleh dari
penanggung, dan hal ini harus diungkapkan pula kepada tertanggung.
Harus menyimpan uang yang menjadi milik prinsipalnya
Tidak mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain (delagus non palest
delegare), kecuali:
1. di mana nasabah memberikan sanksi pendelegasian
2. di mana pendelegasian itu diperlukan untuk melakukan kewajiban agen
3. di mana suatu perjanjian express atau implied yang membolehkan
pendelegasian
Jawaban:
Bertanggung jawab atas breach of warranty of authority.
Jika agen menyatakan bertindak sebagai agen tanpa adanya kewenangan, ia
bertanggung jawab untuk membayar kerugian kepada pihak yang berkontrak
dengannya
Bertanggung jawab kepada prinsipalnya jika ia melakukan kesalahan yang
membuat prinsipalnya rugi. Ada beberapa kasus di mana agen / broker tidak
melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk yang berkaitan dengan penutupan
asuransi dan ia harus memberikan kompensasi kepada tertanggung untuk
kerugian yang tidak diasuransikan
Bertanggung jawab atas pelanggaran kontrak
4.15. Berkaitan dengan struktur pasar asuransi, sebutkan 5 (lima) fungsi perantara
independen dalam transaksi asuransi. (Sept 2014 No. 3).
Jawaban:
Membantu tertanggung untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai
produk asuransi yang diminta
Memberikan saran kepada tertanggung atas perlunya asuransi danmemilih 69
penanggung untuk penempatan asuransinya jika diminta
Memberikan saran dalam penyelesaian klaim
Mengevaluasi informasi mengenai penempatan dalam mengelola premi dan
klaim
Meningkatkan pengetahuan konsumen yang pada akhirnya membantu
meningkatkan permintaan untuk asuransi dan meningkatkan tingkat take-up
asuransi.
Untuk lebih lengkapnya, silakan baca artikel di link berikut ini: https://www.ciab.
com/uploadedfiles/resources/roleofinsint.pdf
4.16. Berkaitan dengan usaha perasuransian, sebutkan 5 (lima) kelompok pihak utama
dalam struktur pasar asuransi non-tariff. (Mar 2017 No. 3)
Jawaban:
1. Pialang Asuransi,
2. Pialang Reasuransi,
3. Penilai Kerugian Asuransi,
4. Konsultan Aktuaria, dan
5. Agen Asuransi
Jawaban:
Proposal form adalah dokumen yang dibuat oleh penanggung dengan maksud
untuk mencari jawaban terhadap segala fakta material atas risiko yang akan
diasuransikan.
Kewajiban tertanggung tidak terbatas kepada pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan saja, tetapi Tertanggung juga harus mengungkapkan tambahan fakta
material yang mungkin berlaku.
Jawaban:
1. Mencatat informasi yang penting buat underwriter untuk melakukan assesment
atas risiko yang diajukan: apakah risiko tersebut bisa diasuransikan atau tidak,
dan bila bisa, apa syarat-syarat atau kondisi serta berapa preminya. 70
2. Dasar perjanjian
Proposal Form berisikan deklarasi bahwa proposal adalah dasar perjanjian
dan bahwa tertanggung menjamin kebenaran atas jawaban-jawaban yang
ada di proposal form, sehingga setiap misrepresentation adalah merupakan
pelanggaran perjanjian dan menjadikan perjanjian dapat batal.
3. Advertising
Proposal form juga berisikan secara rinci jaminan yang ada. Kadang-kadang
jenis polis lain yang ada dari perusahaan juga dicantumkan. Bila proposal form
juga menyebutkan jaminan yang ada secara ringkas disebut “prospectus” atau
lebih tepatnya “proposal dan prospectus”.
Harus diingat bahwa penerbitan proposal form kepada potensial klien tidak
menyatakan perusahaan akan menerima proposal klien. Informasi yang
dikumpulkan dari form yang telah diisi lengkap tentang fisik dan/atau moral risk
yang sedang diajukan dapat berarti bahwa risiko tersebut tidak dapat diterima
oleh penanggung.
4. Dengan bentuknya yang sudah uniform (seragam), proposal form memungkinkan
pihak penanggung menangani permintaan penutupan asuransi dengan cepat
dan akurat.
5. Memudahkan pihak penanggung dalam mengevaluasi apakah telah terjadi
penyampaian fakta-fakta material atau fakta-fakta penting yang keliru.
5.3. Berkaitan dengan prosedur underwriting, jelaskan : (Sept 2014 No. 13, Mar 2016
No. 12)
a. perbedaan fungsi dari quotation dan proposal form.
b. prinsip kerja dari quotation.
c. implikasi dari deklarasi dan peringatan yang umumnya tercantum pada
bagian akhir dari proposal form.
Jawaban:
a. perbedaan fungsi dari quotation dan proposal form.
Proposal form adalah dokumen yang dibuat oleh penanggung dengan
maksud untuk mencari jawaban terhadap segala fakta material atas risiko
yang akan diasuransikan (lihat dan uraikan seperti pada soal sebelumnya).
Kewajiban tertanggung tidak terbatas kepada pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan saja, tetapi Tertanggung juga harus mengungkapkan tambahan
fakta material yang mungkin berlaku.
Quotation biasanya diterbitkan oleh tertanggung/broker/agen asuransi.
Dalam quotation ini, diungkapkan secara jelas mengenai jenis asuransi yang
dikehendaki, nama tertanggung, objek pertanggungan, lokasi risiko, nilai
pertanggungan (TSI), dst.
5.4. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraikan perbedaan quotation dan proposal
forms (Sept 2018 No. 4)
Jawaban:
Proposal form adalah dokumen yang dibuat oleh penanggung dengan maksud
untuk mencari jawaban terhadap segala fakta material atas risiko yang akan
diasuransikan (lihat dan uraikan seperti pada soal sebelumnya).
Kewajiban tertanggung tidak terbatas kepada pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan saja, tetapi Tertanggung juga harus mengungkapkan tambahan fakta
5.5. Sebutkan 6 (enam) informasi yang secara umum ditanyakan dalam Surat
Permohonan Penutupan Asuransi (SPPA) yang tidak spesifik menunjuk pada
produk asuransi tertentu (Sept 2008 No. 3)
Jawaban:
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat ditemukan di kebanyakan
proposal form terlepas dari class of insurance.
1. Nama proposer
2. Alamat proposer
3. Alamat risiko
4. Pekerjaan proposer
5. Riwayat asuransi
6. Claim or loss history
72
PENJELASAN :
1. Nama proposer
Selain diperlukan untuk mengidentifikasi tertanggung, nama juga dapat
menunjukkan nature of the physical dan moral hazard. Nama perusahaan
yang mengajukan asuransi juga dapat menunjukkan nature of their trade
(contohnya: PT Telkomsel bergerak di bisnis telekomunikasi, PT Wingsfood
bergerak di bisnis makanan) atau nama seseorang di mana perusahaan tidak
ingin melakukan bisnis karena doubtful integrity (misalnya karena pengalaman
klaimnya yang buruk).
Bila nama proposer adalah perusahaan asing, perusahaan asuransi harus
berhati-hati karena tidak diketahui pasti bagaimana keadaan/kondisi perusahaan
induknya.
2. Alamat proposer
Alamat adalah faktor penting di dalam mengunderwrite motor insurance, theft
insurance dan semua risiko asuransi di mana perbedaan wilayah geografis
dapat juga menyebabkan perbedaan kemungkinan kerugian. Alamat juga
digunakan untuk tujuan korespondensi.
3. Alamat risiko
Dalam kasus tertentu, alamat risiko berbeda dengan alamat rumah tertanggung
atau alamat perusahaan. Alamat risiko dapat menjadi material dalam asuransi
4. Pekerjaan proposer
Pekerjaan-pekerjaan tertentu menghadirkan abnormal hazards, misal: dalam
asuransi jiwa dan kecelakaan diri: miners, airline crew dalam asuransi kebakaran
: plastic manufacturers & woodworking.
5. Riwayat asuransi
Jika penanggung lain memberlakukan syarat atau premi khusus, atau menolak
proposer di masa lalu, hal ini sangat penting buat penanggung baru untuk
menyelidiki keadaannya secara seksama sebelum memutuskan sehubungan
dengan acceptance and terms.
73
5.6. Berkaitan dengan prosedur underwriting, sebutkan masing-masing 3 (tiga) informasi
umum dan informasi khusus yang terdapat dalam proposal forms. (Mar 2018, No.
5; Okt 2019, No. 5)
Jawaban:
Informasi umum:
• Nama proposer
• Alamat proposer
• Alamat risiko
Informasi khusus:
• Asuransi kebakaran: konstruksi, penggunaan, dan nilai bangunan
• Asuransi kendaraan bermotor: jenis jaminan yang diinginkan dan penggunaan
kendaraan
• Public liability Insurance: sifat pekerjaan yang dilakukan, jumlah karyawan
5.7. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraikan 3 (tiga) tingkatan pada paramida
informasi dalam perusahaan asuransi. (Sept 2016 No. 7)
Jawaban:
Piramida informasi adalah suatu alat pengkategorian data. Suatu piramida berisi 3
baris dari informasi:
a. Fondasi: pada dasar piramida ini sumber makroekonomi memberikan konteks
dalam informasi.
b. Pusat: pada bagian tengah piramida data industri membuat rangka
pengungkapan perusahaan/korporasi.
c. Puncak: pada level teratas piramida data peusahaan berisi informasi tertentu
perusahaan.
5.8. Berkaitan dengan proses underwriting, uraikan 3 (tiga) bentuk laporan dalam
piramida informasi yang umumnya terdapat pada perusahaan asuransi. (Sept 2017
No. 6)
Jawaban:
Lihat di atas
5.9. Berkaitan dengan proses underwriting, uraiakan 3 (tiga) tingkatan dalam piramida 74
informasi yang berkorelasi dengan tingkatan pengambilan keputusan pada
perusahaan asuransi. (Mar 2019, No. 6)
Jawaban:
Lihat di atas
5.10. Sebutkan 4 (empat) hal utama yang ditanyakan dalam proposal form asuransi
personal accident (Sept 2006 No. 3)
Jawaban:
1. Nama proposer
2. Alamat proposer
3. Usia proposer
4. Pekerjaan proposer
5. Riwayat kesehatan atas jiwa yang dipertanggungkan
6. Tinggi, berat badan
5.11. Uraikan isi pernyataan yang umumnya terdapat pada akhir setiap surat permohonan
Penutupan Asuransi (SPPA). (Mar 2008 No. 7, Sept 2009 No. 4)
Jawaban:
Proposal form biasanya juga memuat juga deklarasi yang menegaskan bahwa
proposal dan isinya adalah dasar dari kontrak dan proposer akan menerima bentuk
kontrak penanggung. Proposer menjamin kebenaran jawaban-jawabannya, namun
pada saat ini jaminan dimaksud dibatasi dengan kata-kata: “To the best knowledge
and belief of proposer”
5.12. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraikan isi deklarasi dan peringatan
(attestation clause) yang umumnya terdapat pada bagian akhir dari Surat
Permohonan Penutupan Asuransi (SPPA). (April 2015, No. 5)
Jawaban:
Proposal form biasanya juga memuat juga deklarasi yang menegaskan bahwa
proposal dan isinya adalah dasar dari kontrak dan proposer akan menerima bentuk
kontrak penanggung. Proposer menjamin kebenaran jawaban-jawabannya, namun
pada saat ini jaminan dimaksud dibatasi dengan kata-kata: “To the best knowledge
and belief of proposer”
Attestation clause merupakan bagian dari polis yang memuat tanda tanda 75
penanggung sebagai persetujuan atas pengalihan risiko
5.13. Berkaitan dengan prosedur underwriting dan sesuai dengan SE OJK No 23 tahun
2015 tentang produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi, uraikan (Sept 2017
No. 13)
a. Pengertian polis asuransi
b. 7 (tujuh) ketentuan yang harus dicantumkan dalam polis asuransi
c. Ketentuan tentang penggunaan bahasa dalam polis asuransi
Jawaban:
a. Pengertian polis asuransi
Polis Asuransi adalah akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian asuransi,
yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian antara pihak perusahaan
asuransi dan pemegang polis.
Jawaban:
Polis adalah suatu dokumen yang merupakan bukti akan adanya kontrak /
perjanjian, tetapi bukan perjanjian itu sendiri. Di dalam kontrak tersebut ada
offer and acceptance.
Offer: tertanggung menyerahkan risiko untuk diambil alih oleh penanggung
(pada proposal form)
Acceptance: penanggung menerima pengalihan tersebut dengan menerbitkan
polis (dalam polis)
Yang menandatangani proposal form adalah tertanggung, sedangkan yang
menandatangani
polis adalah penanggung.
5.15. Berkaitan dengan prosedur underwriting dan sesuai dengan SE OJK No. 23 tahun
2015 tentang produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi, uraikan (Sept
2018, No. 11):
a. 3 (tiga) kriteria utama yang harus dipenuhi produk asuransi.
b. Pengertian produk asuransi standar, disertai 3 (tiga) contohnya. 77
c. 3 (tiga) ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemberian nama produk
asuransi.
Jawaban:
a. 3 (tiga) kriteria utama yang harus dipenuhi produk asuransi.
1. Setiap Produk Asuransi harus memberikan perlindungan dari paling
sedikit 1 (satu) jenis risiko yang dapat diasuransikan.
2. Produk Asuransi harus memiliki premi atau Kontribusi yang sesuai
dengan manfaat yang dijanjikan, yang ditetapkan pada tingkat yang
mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak diterapkan secara diskriminatif;
dan
3. Polis Asuransi yang tidak mengandung kata, frasa, atau kalimat yang
dapat:
a. menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko yang
ditutup, kewajiban Perusahaan, dan kewajiban pemegang polis,
tertanggung, atau peserta; dan/atau
b. mempersulit pemegang polis, tertanggung, atau peserta
mengurus haknya
Jawaban: 78
Di dalam bentuk polis di mana bagian-bagian yang berbeda dari dokumen dipisahkan
satu dari yang lainnya dan informasi tertentu yang berkaitan dengan perjanjian
dirinci dalam schedule atau list.
1. Heading
Nama dan alamat perusahaan disebut sebagai heading
3. Operative clause
Klausul ini merinci risiko-risiko apa saja yang dijamin di dalam polis tersebut.
Contoh : Dalam asuransi kebakaran, yang dijamin adalah fire, lightning,
explosion, aircraft dan smoke (FLEXAS)
4. Pengecualian/exception
Klausula ini merinci risiko-risiko yang tidak dijamin dalam polis, baik yang
bersifat umum maupun yang khusus
5. Kondisi /conditions
Bagian dari polis yang memuat syarat-syarat yang harus ditaati selama periode
pertanggungan
6. The Schedule
Bagian dari polis yang mencatat rincian atas kontrak pertanggungan yang
bersangkutan, seperti:
nama dan alamat tertanggung;
jenis usaha tertanggung;
pokok pertanggungan (the subject matter insured) jumlah pertanggungan
(the sum insured);
periode pertanggungan;
kondisi pertanggungan;
dan lain-lain yang dianggap perlu
79
7. Tanda tangan pihak penanggung (Attestation clause)
Merupakan bagian dari polis yang memuat tanda tanda penanggung sebagai
persetujuan atas pengalihan risiko
8. Uraian (Specification)
Khusus untuk risiko-risiko besar di mana ruangan dalam schedule tidak
mencukupi, maka dibuatlah lembar-lembar lain untuk memuat ikhtisar
pertanggungannya. Biasanya berbunyi: “Forming part of and attaching to policy
number: ...”
5.17. Berkaitan dengan prosedur underwriting, jelaskan 7 (tujuh) bagian yang umumnya
terdapat pada struktur polis asuransi. (Mar 2017 No. 12)
Jawaban:
Merupakan bagian dari polis yang memuat tanda tanda penanggung sebagai
persetujuan atas pengalihan risiko
5.19. Uraikan 7 (tujuh) bagian yang umumnya terdapat pada struktur suatu polis. (Sept
2006 No. 13; Sept 2007 No. 12; Sept 2009 No. 9; Sept 2015, No. 10)
5.20. Dalam kaitan dengan struktur suatu polis: (Mar 2009 No. 11)
a. uraikan 3 (tiga) hal pokok yang umunmya terdapat dalam preamble (Bobot 50%)
b. uraikan pengertian dari operative clause (Bobot 25%)
c. sebutkan 7 (tujuh) infmmasi pertanggungan yang umumnya dicantumkan dalam
ikhtisar polis (Bobot 25%)
Jawaban:
80
a. Biasanya, preamble bunyinya variatif, tapi pada umumnya mencakup tiga hal
pokok berikut:
(i) Bahwa proposal form menjadi dasar dari kontrak asuransi dan menjadi
satu kesatuan dari kontrak tersebut. Proposal form menjadi bagian
dari kontrak asuransi tersebut meskipun tidak ditulis ulang atau dicetak
bersama dengan dokumen polis. Tertanggung harus secara khusus
berhati-hati dalam mengisi proposal form, karena akan menjadi bagian
dari kontrak
(ii) Menyatakan bahwa premi telah dibayar atau telah disepakati untuk
dibayar oleh Tertanggung. Hal ini menjadi syarat dari berlakunya kontrak
polis.
(iii) Menyatakan bahwa Penanggung akan menyediakan jaminan
sebagaimana dirinci dalam polis
b. Operative clause :
Bagian dari polis yang menyatakan jaminan yang disediakan. Umumnya diawali
dengan kalimat “Penanggung akan ...” kemudian diikuti dengan hal-hal yang
dijanjikan Penanggung untuk dilakukan menurut jaminan polis tersebut
5.21. Sebutkan 7 (tujuh) informasi yang umumnya terdapat pada ikhtisar polis. (Mar 2006
No. 8, Sept 2007 No. 4, Mar 2010 No. 5)
Jawaban:
1. alamat tertanggung
2. bidang usaha
3. jangka waktu asuransi
4. premr
5. batas pemberian ganti rugi
6. nomor polis
7 rujukan atas pengecualian khusus, kondisi ataujaminan perlindungan
81
5.22. Uraikan 3 (tiga) hal pokok dalam preamble polis (Sept 2007 No. 3)
5.23. Uraikan pengertian operative clause. (Mar 2007 No. 4, Sept 2008 No. 4)
5.24. Berkaitan dengan konsep manajemen risiko, uraikan alasan mengapa keputusan
tertanggung individual untuk membeli polis asuransi umumnya tidak diambil melalui
proses formalized approach. (Sept 2018, No. 1)
Jawaban:
Kontrak asuransi untuk tertanggung individual merupakan kontrak yang sederhana.
5.25. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraikan 3 (tiga) hal pokok tentang polis
asuransi sebagai bentuk formalitas dari apa yang telah disepakati para pihak dalam
perjanjian asuransi. (April 2015, No 6; Mar 2016, No. 5)
Jawaban:
Offer: tertanggung menyerahkan risiko untuk diambil alih oleh penanggung (pada
proposal form)
Acceptance: penanggung menerima pengalihan tersebut dengan menerbitkan polis
(dalam polis)
Tanda tangan: Yang menandatangani proposal form adalah tertanggung,
sedangkan yang menandatangani polis adalah penanggung. Itu menjadi aspek
formal dari suatu perjanjian asuransi
5.26. Dalam kaitan dengan syarat-syarat polis (conditions): (Mar 2006 No. 11, Sept 2009 82
No. 10)
a. Sebutkan 8 (delapan) hal pokok yang tercakup dalam kondisi umum (general
conditions)
b. Jelaskan 2 (dua) contoh implied conditions
c. Jelaskan yang dimaksud dengan:
(i) conditions precedent to the contract
(ii) conditions subsequent to the contract
(iii) conditions precedent to liability
Jawaban:
a. Kondisi umum (general condition) dalam polis: (Bobot 40%)
1. Kondisi yang menyatakan bahwa Tertanggung akan mematuhi semua
ketentuan polis
2. Persyaratan bahwa Tertanggung memberitahu Penanggung atas setiap
perubahan risiko
3. Prosedur yang harus diikuti pada saat klaim (mis. batas waktu pelaporan
klaim)
4. Dampak dari kecurangan (fraud)
5. Tertanggung harus mengambil segala tindakan yang wajar untuk
5.27. Berkaitan dengan polis asuransi, uraikan: (Sept 2016, No. 14; Mar 2018, No. 12)
a. perbedaan antara implied conditions dan express conditions.
b. 3 (tiga) contoh implied conditions.
c. 7 (tujuh) hal pokok yang diatur dalam conditions
Jawaban:
a. lihat di atas
b. lihat di atas
c. 7 (tujuh) hal pokok yang diatur dalam conditions
1. satu kondisi yang menegaskan bahwa tertanggung akan patuh atas semua
syarat – syarat polis.
2. persyaratan dimana tertanggung wajib memberitahukan penanggung setiap
adanya perubahan dalam resiko.
3. prosedur yang harus dilaksanakan segera setelah peristiwa terjadi, hal ini
memang tidak sama antara satu jenis asuransi dengan jenis yang lain.
4. efek penggelapan
5. berkenaan pada satu fakta bahwa tertanggung harus selalu bertindak
seolah – olah tidak diasuransikan sehingga selalu melakukan tindakan untuk
mengurangi kerusakan atau kerugian, dengan kata lain, dengan adanya polis
asuransi bukan berarti bisa berbuat kecerobohan.
6. terdapatnya satu kondisi yang mengatur masalah arbitrase. Kondisi Arbitrase
hanya menyangkut adanya ketidaksesuaian nilai ganti rugi bukan masalah
dijamin atau tidak. Dengan kata lain, Penanggung setuju bahwa klaim adalah
sah Namun tidak dapat menyetujui angka yang hendak dibayar.
7. kondisi yang mengatur tentang konsekwensi bila terjadinya pertanggungan
ganda, yaitu terdapatnya polis lain yang menjamin resiko / kerugian yang
84
sama. Hal ini menyangkut masalah doktrik Kontribusi.
8. kondisi yang mengatur tentang pembatalan polis dan bagaimana prosedurnya.
9. kondisi yang mengatur tentang penerapan perhitungan premi, apakah
berdasarkan estimated figure atau adjustable. Misalnya dalam asuransi
employers’ liability yang menghitung premi berdasarkan payroll.
5.28. Berkaitan dengan polis asuransi, uraikan: (Mar 2014, No. 13; Mar 2017, No. 13)
a. perbedaan antara implied conditions dan express conditions.
b. 3 (tiga) contoh implied conditions.
c. pengertian dari :
i. Conditions precedent to the contract.
ii. Conditions subsequent to the contract.
iii. Conditions precedent to liability.
5.29. Sebutkan 5(lima) hal pokok yang tercakup dalam kondisi umum (general conditions)
(Sept 2006 No. 4)
5.30. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraikan 3 (tiga) karakteristik polis asuransi
sebagai bentuk kontrak pertanggungan. (Sept 2017, No. 5)
Jawaban:
Polis adalah suatu dokumen yang merupakan bukti akan adanya kontrak /
perjanjian, tetapi bukan perjanjian itu sendiri. Di dalam kontrak tersebut ada offer
and acceptance.
Offer: tertanggung menyerahkan risiko untuk diambil alih oleh penanggung (pada
proposal form)
Acceptance: penanggung menerima pengalihan tersebut dengan menerbitkan polis
(dalam polis)
Tanda tangan: Yang menandatangani proposal form adalah tertanggung,
sedangkan yang menandatangani polis adalah penanggung. Itu menjadi aspek
formal dari suatu perjanjian asuransi
85
5.31. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraiakan penerapan prinsip offer and
acceptance dalam penerbitan quotation (Mar 2019, No. 5)
Jawaban:
Prinsip offer dan acceptance dalam asuransi adalah sebagai berikut:
Offer: tertanggung menyerahkan risiko untuk diambil alih oleh penanggung (pada
proposal form)
Acceptance: penanggung menerima pengalihan tersebut dengan menerbitkan polis
(dalam polis)
Jawaban:
REPRESENTATION
adalah pernyataan lisan atau tertulis yang dibuat selama negosiasi untuk suatu
kontrak baik mengenai fakta-fakta penting(Material Facts) atau tidak, pernyataan
harus sungguh-sungguh benar (Substantially True) atau benar menurut keyakinan
terbaik dari calon Tertanggung.
WARRANTIES.
adalah suatu janji yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh
Tertanggung, jadi Warranty ini adalah subsider terhadap perjanjian pokok, bila
dilanggar maka pihak yang mengalami kerugian dapat menuntut gati rugi.
Oleh sebab itu, Warranty dalam kontrak asuransi merupakan syarat fundamental
terhadap kontrak yang bersangkutan dan memberi pihak Penanggung hak untuk
menolak kontrak tersebut. Apabila hal ini dilanggar oleh Tertanggung, maka Asuradur
dapat menolak tanggung jawab atas suatu kerugian.
Implied Warranty. adalah suatu warraty atauketentuan yang tidak secara tegas
tertulis atau dinyatakan dalam polis. misal : kapal harus dalam keadaan laik laut.
5.33. Berkaitan dengan prosedur penerbitan polis asuransi, jelaskan: (Sept 2015, No. 11;
Sept 2018, No. 12)
a. pengertian warranty dalam kontrak asuransi
b. konsekuensi pelanggaran warranty oleh tertanggung
c. perbedaan warranty dan condition dalam kontrak asuransi
Jawaban:
a. pengertian warranty dalam kontrak asuransi
WARRANTIES.
adalah suatu janji yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh
Tertanggung, jadi Warranty ini adalah subsider terhadap perjanjian pokok, bila
dilanggar maka pihak yang mengalami kerugian dapat menuntut gati rugi.
87
Dalam perjanjian asuransi, Warranty merupakan persyaratan bersifat fundamental
dan bila tidak dipenuhi, pihak yang dirugikan dapat menyangkal kontrak.
Oleh sebab itu, Warranty dalam kontrak asuransi merupakan syarat fundamental
terhadap kontrak yang bersangkutan dan memberi pihak Penanggung hak untuk
menolak kontrak tersebut.
5.34. Prinsip utmost good faith merupakan salah satu implied conditions dalam polis
asuransi. Uraikan pengertian prinsip tersebut dan penerapannya dalam polis-polis
standar Indonesia yang dikeluarkan oleh AAUI. (Mar 2009 No. 5)
Jawaban:
Secara tradisional, kewajiban ini merupakan implied conditions pada penutupan
asuransi
Kondisi yang tidak tertulis dalam polis
Dalam polis-polis standar keluaran AAUI, kondisi tersebut di tempat sebagai
bagian dari policy wordings --+ tercetak dalam polis
Menjadi express conditions 88
dalam polis-polis standar keluaran AAUI, utmost good faith dijabarkan sebagai
kewajiban tertanggung untuk:
mengungkapkan fakta material
membuat pernyataan yang benar tentang hal-hal yang berkaitan
dengan penutupan asuransi yang disampaikan:
o pada waktu pembuatan perjanjian asuransi; maupun
o selama jangka waktu pertanggungan
5.35. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi, uraikan pengertian utmost good faith.
(Mar 2014, No. 2)
Jawaban:
Pengertian Utmost Good Faith adalah suatu kewajiban yang positif dari Tertanggung
yang dengan sukarela menyampaikan seluruh fakta yang sifatnya penting (Material
Facts) secara lengkap dan akurat atas suatu risiko yang sedang dimintakan untuk
diasuransikan baik diminta oleh Underwriter ataupun tidak.
Suatu fakta dianggap penting (Material Facts) serta wajib untuk disampaikan
ialah fakta-fakta yang dapat mempengaruhi penilaian atau pertimbangan seorang
Penanggung dalam memutuskan apakah ia bersedia menerima atau menolak
pertanggungan yang diminta oleh Tertanggung, serta dalam hal menetapkan
besarnya suku premi atas risiko tersebut.
Sedangkan “Condition Precedent to the contract” adalah merupakan syarat atau
kondisi yang harus dipenuhi sebelum kontrak diadakan, yang dapat merupakan
Implied Condition, yaitu suatu kondisi yang tidak dinyatakan secara tertulis, namun
wajib untuk dilaksanakan atau dipenuhi, seperti :
a. Tertanggung harus ada Insurable Interest atas objek pertanggungan.
b. Kedua belah pihak melaksanakan atau menerapkan Prinsip Utmost Good
Faith didalam negosiasi hingga mencapai perjanjian.
c. Objek Pertanggungan (Subject Matter of Insurance) harus ada.
d. Objek pertanggungan (Subject matter of Insurance) dapat di-identifikasi-kan.
Dengan demikian, prinsip Utmost Good Faith adalah merupakan salah satu dari
Implied Conditions yang merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum kontrak
atau dapat dikatakan Prinsip Utmost Good Faith merupakan juga Conditions 89
Precedent to the Contract.
5.36. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi dalam perjanjian asuransi, uraikan
pengertian utmost good faith. (Sept 2015, No. 4)
5.37. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi, uraiakan pengertian uberrimae fides. (Mar
2019, No. 3)
Jawaban:
Kewajiban beritikad baik, utmost good faith (uberrima fides) adalah pusat atau inti
dalam membeli dan menjual asuran dan tentu saja, polis asuransi digambarkan
sebagai kontrak uberrima fides. Maksudnya dalam arti sederhana, penanggung dan
tertanggung yang melakukan kontrak asuransi punya kewajiban untuk saling berlaku
jujur dan terbuka pada saat negosiasi sehingga terbentuknya kontrak. Kewajiban ini
dapat berlanjut selama kontrak berlaku. Bila satu pihak melakukan pelanggaran
(breach) atas kewajibannya, pihak lain selalu punya hak untuk membatalkan kontrak
secara keseluruhan.
Doktrin Utmost Good Faith menentukan 2 kewajiban atas pihak – pihak dalam
kontrak:
- Satu kewajiban untuk tidak salah menyampaikan hal – hal pokok yang berhubungan
dengan asuransi, dalam hal ini semua pihak wajib menyampaikan kebenaran.
- Satu kewajiban untuk mengungkapkan semua fakta penting yang menyangkut
kontrak, dalam hal ini kewajiban untuk tidak menyembunyikan apa saja yang
berhubungan dengan kontrak.
Peraturan tentang misrepresentasi diterapkan pada semua jenis kontrak. Akan
tetapi, kewajiban untuk pengungkapan sekalipun tidak asing dalam kontrak asuransi,
juga berlaku pada beberapa jenis kontrak lain.
Jawaban:
a. Pengertian fakta material 90
Material Facts adalah keterangan-keterangan penting mengenai obyek
pertanggungan dan risiko-risiko yang akan dialihkan dari Tertanggung kepada
Penanggung, keterangan-keterangan tersebut diperlukan Penanggung untuk
menetapkan kebijakan akseptasi, penetapan Tarip Premi dan Menyusun Syarat-
syarat Pertanggungannya (Terms & Conditions).
b. 6 (enam) jenis fakta yang tidak harus diungkapkan oleh tertanggung atau calon
tertanggung:
5.39. Berkaitan dengan duty of disclosure, uraikan: (Sept 2016, No. 12)
a. Pengertian fakta material
b. 3 (tiga) alasan sehingga penanggung berhak mengabaikan kontrak asuransi
dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap duty of disclosure oleh tertanggung
c. 7 (tujuh) jenis fakta yang tidak harus diungkapkan oleh calon tertanggung
Jawaban:
a. Pengertian fakta material --> lihat di atas
b. 3 (tiga) alasan sehingga penanggung berhak mengabaikan kontrak asuransi
dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap duty of disclosure oleh tertanggung:
- Duty of disclousre merupakan sebuah prinsip utama dalam kontrak.
5.40. 13. Berkaitan dengan prinsip duty of disclosure, uraikan: (Okt 2019, No. 13)
a. Pengertian fakta material
b. 7 (tujuh) jenis fakta yang tidak harus diungkapkan oleh calon tertanggung
c. Jangka waktu penerapan prinsip duty of disclosure
92
Jawaban:
a. Pengertian fakta material --> lihat di atas
b. 7 (tujuh) jenis fakta yang tidak harus diungkapkan oleh calon tertanggung
--> lihat di atas
c. Jangka waktu penerapan prinsip duty of disclosure
Duty of disclosure dimulai pada saat pengajuan penutupan asuransi, saat
berlakunya polis, saat perpanjangan polis dan saat terdapat perubahan atas
objek pertanggungan selama jangka waktu polis.
Sesuai hukum common law, kewajiban untuk pengungkapan dimulai saat
awal negosiasi kontrak asuransi dan berakhir bila kontrak sudah dibentuk.
Yaitu saat dimulainya penawaran dan sampai adanya acceptance. Tidak ada
kewajiban umum untuk pengungkapan selama kontrak berjalan. Aturan ini
sangat sensitif dimana penanggung menghitung premi atas dasar resiko yang
terlihat pada saat penutupan dan setuju mengcover untuk periode waktu yang
disepakati sekalipun baik atau buruknya kenyataan sesungguhnya. Sementara
tertanggung tidak punya hak untuk pengurangan premi jika ternyata resiko di
minta untuk diimprove / adanya perbaikan sesuai dengan kondisi polis.
5.41. Berkaitan dengan prosedur underwriting, uraikan 3 (tiga) fakta yang tidak harus
diungkapkan oleh calon tertanggung. (Mar 2016, No. 6)
Jawaban:
Lihat di atas
5.42. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi, uraikan apa yang harus dilakukan calon
tertanggung jika ragu apakah informasi yang dimilikinya termasuk fakta material
atau tidak (Sept 2018, No. 3)
Jawaban:
Material Facts adalah keterangan-keterangan penting mengenai obyek
pertanggungan dan risiko-risiko yang akan dialihkan dari Tertanggung kepada
Penanggung, keterangan-keterangan tersebut diperlukan Penanggung untuk
menetapkan kebijakan akseptasi, penetapan Tarip Premi dan Menyusun Syarat-
syarat Pertanggungannya (Terms & Conditions). Dalam hal tertanggung ragu
apakah informasi yang dimilikinya termasuk material atau tidak, maka tertanggung
dapat menginformasikan fakta tersebut sekalipun tidak diminta. Adapun fakta-fakta
yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan antara lain:
1) Hal – hal tentang Hukum, Setiap orang harus tahu hukum.
2) Hal – hal tentang pengetahuan umum, Penanggung dianggap sudah tahu
tentang sesuatu proses normal atas aturan bisnis atau situasi / keadaan
perang.
3) Faktor – faktor yang mengurangi resiko, Tidak ada persyaratan untuk 93
mengungkapkan faktor yang mengurangi resiko. Contoh fungsi atau
kegunaan alarm dan otomotis sprinkler.
4) Fakta – fakta yang sudah jelas disampaikan, Fakta – fakta yang sudah
disampaikan pada proposal form, dalam hal ini penanggung tidak dapat
mengatakan adanya non-disclosure bila calon tertanggung sudah
mencatatnya dalam proposal form.
5) Fakta – fakta yang sudah jelas tertungkap oleh petugas surveyor
penanggung , Fakta – fakta yang sudah dicatat jelas oleh surveyor tidak
perlu lagi diungkapkan oleh calon tertanggung, namun dia tetap terikat untuk
menyampai hal lain yang berbahaya.
6) Fakta – fakta yang sudah termasuk dalam syarat – syarat polis, Contohnya
dalam asuransi personal accident, sudah jelas bahwa pengecualian
diberlakukan untuk luka akibat partisipasi olah raga yang berat / mengadung
bahaya, misalnya olah raga ski es. Calon tertanggung tidak perlu lagi
menyampaikan fakta tersebut kecuali secara khusus diminta.
7) Fakta – fakta yang sama sekali tidak diketahui oleh calon tertanggung,
sebagai aturan umum tidak diharuskan bagi calon tertanggung untuk
mengungkapkan sesuatu yang dia tidak tahu sama sekali. Contohnya dalam
kasus asuransi jiwa, Joel v. Law Union (1908) diputuskan oleh pengadilan
bahwa calon tertanggung tidak punya kewajiban untuk mengungkapkan
fakta dimana dia telah menderita depresi akut yang sama sekali belum
pernah dia sadari sebelumnya atas penyakit tersebut.
8) Penghukuman dengan sudah dijalani, sesuai dengan Undang – Undang the
rehabilitation of Offenders Act 1974 tidak harus diungkapkan.
5.43. Berkaitan dengan prinsip asuransi dan prosedur underwriting, uraikan: (April 2015,
No. 12)
a. pengertian prinsip utmost good faith.
b. masing-masing 3 (tiga) kewajiban tertanggung dan penanggung dalam
hal duty of disclosure.
c. status duty of disclosure pada saat mulai berlakunya polis, saat perpanjangan
polis dan saat terdapat perubahan alas objek pertanggungan selama jangka
waktu polis.
Jawaban:
a. pengertian prinsip utmost good faith.
Pengertian Utmost Good Faith adalah suatu kewajiban yang positif dari Tertanggung
yang dengan sukarela menyampaikan seluruh fakta yang sifatnya penting (Material
Facts) secara lengkap dan akurat atas suatu risiko yang sedang dimintakan untuk
diasuransikan baik diminta oleh Underwriter ataupun tidak.
Suatu fakta dianggap penting (Material Facts) serta wajib untuk disampaikan
ialah fakta-fakta yang dapat mempengaruhi penilaian atau pertimbangan seorang
Penanggung dalam memutuskan apakah ia bersedia menerima atau menolak
pertanggungan yang diminta oleh Tertanggung, serta dalam hal menetapkan
besarnya suku premi atas risiko tersebut.
Sedangkan “Condition Precedent to the contract” adalah merupakan syarat atau 94
kondisi yang harus dipenuhi sebelum kontrak diadakan, yang dapat merupakan
Implied Condition, yaitu suatu kondisi yang tidak dinyatakan secara tertulis, namun
wajib untuk dilaksanakan atau dipenuhi, seperti :
Tertanggung harus ada Insurable Interest atas objek pertanggungan.
Kedua belah pihak melaksanakan atau menerapkan Prinsip Utmost Good Faith
didalam negosiasi hingga mencapai perjanjian.
Objek Pertanggungan (Subject Matter of Insurance) harus ada.
Objek pertanggungan (Subject matter of Insurance) dapat di-identifikasi-kan.
Dengan demikian, prinsip Utmost Good Faith adalah merupakan salah satu dari
Implied Conditions yang merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum kontrak
atau dapat dikatakan Prinsip Utmost Good Faith merupakan juga Conditions
Precedent to the Contract.
c. status duty of disclosure pada saat mulai berlakunya polis, saat perpanjangan
polis dan saat terdapat perubahan alas objek pertanggungan selama jangka
waktu polis.
Sesuai hukum common law, kewajiban untuk pengungkapan dimulai saat
95
awal negosiasi kontrak asuransi dan berakhir bila kontrak sudah dibentuk.
Yaitu saat dimulainya penawaran dan sampai adanya acceptance. Tidak
ada kewajiban umum untuk pengungkapan selama kontrak berjalan. Aturan
ini sangat sensitif dimana penanggung menghitung premi atas dasar resiko
yang terlihat pada saat penutupan dan setuju mengcover untuk periode waktu
yang disepakati sekalipun baik atau buruknya kenyataan sesungguhnya.
Sementara tertanggung tidak punya hak untuk pengurangan premi jika
ternyata resiko di minta untuk diimprove / adanya perbaikan sesuai dengan
kondisi polis.
Bila penanggung mengirimkan pemberitahuan renewal, Kewajiban untuk
pengungkapan kembali dilakukan. Tertanggung punya kewajiban untuk
menyampaikan setiap adanya perubahan atas resiko atau keadaan –
keadaan yang penting selama periode kontrak yang sudah berjalan. Bila
tertanggung tidak membuat pernyataan apapun, maka dianggap fakta –
fakta yang berhubungan dengan resiko tidak mengalami perubahan.
Long – Term insurances.
Dalam asuransi jiwa dan sejenisnya, posisinya berbeda. Penanggung wajib
menerima premi bila tertanggung hendak memperpanjang kontrak. Tidak
ada kewajiban pengungkapan kembali dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa
kontrak jenis ini merupakan kontrak long term insurance.
Contohnya jika sesorang yang dicover dalam asuransi jiwa selama 10 tahun
diberitahu oleh dokter telah menderita satu penyakit yang serius, hal ini
tidak mesti dilaporkan kepada penanggung kecuali hendak mau mengurus
klaimnya.
5.44. Berkaitan dengan duty of disclosure, uraikan: (Sept 2014, No. 12)
Jawaban:
lihat di atas
Jawaban:
lihat di atas, berdasarkan penjelasan utmost good faith 96
Jawaban:
lihat di atas, berdasarkan penjelasan utmost good faith
5.47. Uraikan perbedaan antara express condition dan implied condition (Sept 2007 No.
5, Sept 2009 No. 5)
Jawaban:
Bagian dari polis yang memuat syarat-syarat yang harus ditaati selama periode
pertanggungan Ada dua macam conditions:
1. Implied conditions
Ada 4 kondisi yang dinyatakan secara tidak langsung oleh hukum yang berlaku
terhadap seluruh perjanjian asuransi walaupun kondisi tersebut tidak dinyatakan
secara tertulis, misal:
2. Express conditions
Express conditons adalah kondisi yang dinyatakan atau disebutkan di dalam
polis
Kondisi ini dapat dibagi ke dalam;
o General conditions adalah kondisi yang dicetak di atas polis dan
berlaku untuk semua polis yang diterbitkan oleh penanggung
o Particular conditions adalah kondisi yang dibuat dan diketik di atas
polis khusus
5.48. Uraikan pengaturan grace period dalam Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia
(PSAKBI) yang dikeluarkan oleh AAUI. (Mar 2009 No. 6)
Jawaban:
Merupakan prasyarat pertanggungan bahwa setiap premi terhutang harus sudah 97
dibayar dalam tenggang waktu:
30 hari kalender terhitung dari tanggal mulai berlakunya pertanggungan, jika
jangka waktu pertanggungan tersebut 30 hari kalender atau lebih.
Sesuai perjanjian antara Penanggung dan Tertanggung, jika jangka waktu
pertanggungan kurang dari 30 hari kalender
Jawaban:
Tertanggung diperbolehkan membayar premi 15 hari setelah tanggal renewal.
Konsensus ini disebut “days of grace”
Pertanggungan akan tetap berjalan dan bila klaim terjadi antara tanggal renewal
dan tanggal pembayaran, tertanggung akan mendapatkan recovery.
Bila tertanggung tidak berniat untuk melakukan renewal, konsensi tersebut
hilang dan polis batal pada tanggal renewal.
Catatan: untuk menghindari kerugian dari pihak penanggung untuk membayar
klaim di luar periode asuransi, penanggung melekatkan klausul: non automatic
renewal clase.
5.50. Berkaitan penetapan premi asuransi, jelaskan: (Mar 2013 No. 12, Sept 2014 No. 14;
Sept 2015, No. 13; Sept 2017, No. 14)
98
a. pengertian premium rate dan premium base.
b. perbedaan adjustable premium dan flat premium.
c. konsekuensi dari non-payment of premium.
Jawaban:
a. pengertian premium rate dan premium base.
Premium Rate
Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagi imbalan
jasa atas pengalihan resiko kepada penanggung.
Fungsi premi asuransi :
- Mengembalikan tertanggung kepada posisi seperti sebelum terjadi kerugian.
- Menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan, sehingga mampu pada
posisi seperti keadaan sebelum terjadinya kerugian.
suku premi
- umumnya dalam % atau %o
- mewakili tingkat risikonya
- makin tinggi risikonya, makin tinggi tingkat suku preminya
Flat Premi
Bila ada limit of liability sebagai pengganti harga pertanggungan, dalam praktek
sering dikenakan level atau unit premi. Contoh umum adalah motor insurance di
mana basic atau unit premium utuk medium sized family car sebesar GBP 250.
Pengurangan akan didapat untuk klaim free driving, dan skala paling umum adalah
30%, 40%, 50% atau 60% untuk 1,2,3,4 atau lebih tanpa klaim. Diskon yang lain
untuk restricted driving dan untuk menanggung sejumlah pertama dari kerugian.
penuh harus dibayarkan ke Penanggung dalam hal klaim atau kejadian sebelum
tanggal pembatalan yang menimbulkan klaim yang sah di bawah kontrak ini.
Penanggung akan memberikan pemberitahuan pembatalan ke Tertanggung melalui
broker dalam beberapa waktu yang ditentukan (misal: 30 hari). Jika premium
karena dibayar penuh untuk Penanggung sebelum periode pemberitahuan berakhir,
pemberitahuan pembatalan secara otomatis dicabut. Jika tidak, kontrak secara
otomatis akan berakhir pada akhir periode pemberitahuan.
5.51. Berkaitan dengan prinsip underwriting dalam penetapan premi Asuransi sesuai
dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan no. 23/POJK.05/2015 tentang Produk
Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi, uraikan: (Okt 2019 No. 14)
a. Pengertian premi Asuransi
b. 3 (tiga) hal pokok terkait premi Asuransi yang harus dimiliki produk Asuransi
c. 4 (empat) hal yang harus dipertimbangkan underwriter dalam penetapan
premi asuransi
Jawaban:
a. Pengertian premi Asuransi
Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi
dan disetujui oleh pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian
asuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib 100
untuk memperoleh manfaat.
b. 3 (tiga) hal pokok terkait premi Asuransi yang harus dimiliki produk
Asuransi
1. Produk Asuransi harus memiliki Premi atau Kontribusi yang sesuai
dengan manfaat yang dijanjikan
2. Ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan,
3. Premi tidak diterapkan secara diskriminatif
Jawaban:
silakan sarikan dari kalimat di bawah ini. Jawablah sesuai dengan pengalaman
Kebanyakan polis berperiode selama 12 (dua belas) bulan. Penanngung jelas
menginginkan tertanggung memperpanjang pertanggungan. Dengan kata lain
menginginkan kontrak diperpanjang. Memang tidak ada kewajiban diharuskan
untuk memperpanjang bagi kedua pihak, namun dibanyak kasus penanggung 101
punya kepentingan untuk mempertahankan bisnis untuk tahun berikutnya.
Apalagi pada saat terjadinya soft market dan kompetisi yang ketat.
Biasanya penanggung akan mengeluarkan surat perpanjangan kepada
tertanggungn yang dikenal dengan pemberitahuan perpanjangan yang
mengingatkan tertanggung bahwa periode asuransi akan berakhir dan juga
premi yang akan dibayar untuk polis perpanjangan. Sekali lagi bukan keharusan
bagi penanggung untuk mengeluarkan surat pemberitahuan perpanjangan
namun hanya semata – mata untuk kepentingan penanggung mengamankan
polis perpanjangan.
Terdapat satu atau dua hal penting yang harus dicatat berhubungan dengan
bisnis perpanjangan.
Jawaban:
a. Perpanjangan polis merupakan suatu keuntungan bagi perusahaan asuransi
untuk mempertahankan bisnis dan profitnya. Harus diakui bahwa perusahaan
asuransi harus dapat meyakinkan dirinya bahwa polis yang expired harus
segera diperpanjang agar keuntungan perusahaan juga tetap bertahan.
b. Perpanjangan polis juga dilakukan untuk memastikan bahwa klaim yang
5.54. Uraikan fungsi dari cover notes dalam penutupan asuransi (Sept 2007 No. 1, Sept
2008 No. 6, Sept 2009 No. 6)
Jawaban:
Cover notes merupakan dokumen penutupan asuransi yang bersifat sementara
(sampai waktu tertentu) sampai polis resmi diterbitkan. Hal ini terjadi karena
informasi belum lengkap atau survey sedang dilakukan atau tertanggung
membutuhkan dokumen yang menunjukkan bukti tentang penutupan asuransi.
Dokumen cover notes diperlukan karena:
o untuk menerbitkan polis karena perlu waktu pertanggungan memerlukan
bukti diterbitkan sebelum polis resmi terbit informasi yang diperlukan belum
lengkap
o penanggung masih melakukan survey
o cover notes merupakan dokumen yang sifatnya sementara (biasanya 30
hari) dan berakhir saat polis terbit. Bisa batal sebelum 30 hari (polis jadi
sebelum 30 hari) akan bisa diperpanjang (bila polis belum selesai)
o ada kemungkinan untuk dibatalkan bila informasi tidak memuaskan 102
Bila ada cover notes tetapi belum ada polis, maka bila terjadi klaim, tetap akan
diganti.
5.55. Jelaskan tujuan isi dan penggunaan Cover note dan sertificate asuransi (Sept 2006
No. 9)
Jawaban:
Cover Note: Lihat di atas
Certificate asuransi :
Sertifikat asuransi merupakan dokumen yang menegaskan bahwa telah terjadi
penutupan asuransi. Pada umumnya sertifikat diberikan berkait dengan jumlah
peserta yang sangat besar dan diwajibkan oleh UU dan pihak penanggung cukup
mengeluarkan master polis sedangkan pesertanya diberikan dokumen dalam
bentuk sertifikat.
5.56. Berkaitan dengan prosedur underwriting, sebutkan 5 (lima) hal pokok yang
dinyatakan dalam cover notes. (Mar 2019, No. 4)
Jawaban:
5 hal pokok yang dinyatakan dalam cover notes:
• Nama tertanggung
• Periode asuransi
• Objek pertanggungan dan deskripsinya
• Nilai pertanggungan
• Pernyataan masa berlakunya cover note
Jawaban:
a. Polis asuransi berfungsi:
Fungsi polis bagi nasabah (tertanggung) :
• Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggungan untuk mengganti
kerugian yang mungkin dideritannya yang ditanggung oleh polis.
• Sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung.
• Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung bila lalai atau tidak
memenuhi jaminannya.
Jawaban:
Perjanjian antara Penanggung dan Tertanggung di mana Penanggung akan
memberikan potongan (diskon) terhadap premi jika Tertanggung setuju untuk
memperpanjang bisnisnya kepada Penanggung selama beberapa tahun ke
depan
Kedua belah pihak diuntungkan: Tertanggung menikmati penurunan premi;
Penanggung mendapat kepastian bahwa bisnis tersebut akan terus diperpanjang
5.60. Uraikan tujuan penggunaan klausul tambahan dalam polis (Sept 2008 No. 5)
Jawaban:
Perancangan polis merupakan satu tugas yang membutuhkan keahlian yang tinggi.
Satu standar polis akan dibuat sesuai dengan maksud penggunaannya, tanpa
harus ada modifikasi. Akan tetapi tidak mungkin untuk selalu memenuhi kebutuhan 104
tertanggung tanpa adanya perubahan pada wording untuk perluasan. Untuk
itu perubahan dibuat dengan penambahan klausul khusus dan endorsements/
amandement.
Jawaban:
Apabila suatu risiko ditawarkan kepada Lloyd’s atau perusahaan asuransi,
seseorang atas nama penanggung harus memutuskan apakah risiko dimaksud
dapat diterima atau tidak.
Jika dapat diterima, underwriter harus memutuskan rate premi yang akan
dikenakan beserta syarat dan kondisi yang akan dibebankan.
Di Lloyd’s, slip yang dicap dan ditandatangani menunjukkan keikutsertaan
(dalam persentase). Seseorang yang menandatangani slip itulah yang disebut
“underwriter.” Proses menilai syarat dan kondisi yang dibebankan pada kontrak
asuransi disebut sebagai underwriting asuransi.
6.2. Berkaitan dengan usaha perasuransian, jelaskan peranan para professional berikut
dalam perusahaan asuransi: (Sept 2016, No. 11; Mar 2018, No. 11) 105
a. Underwriter
b. Aktuaris
c. Risk manager
d. Compliance officers
Jawaban:
a. Underwriter
a. Menilai risiko yang dibawa seseorang ke dalam pool
b. Memutuskan untuk menerima suatu Riko atau menolak risiko tersebut,
atau menilai seberapa banyak yang akan diterimanya
c. Menentukan ketentuan, kondisi dan cakupan jaminan perlindungan
yang ditawarkan
d. Menetapkan premi yang sesuai
b. Aktuaris
1. perhitungan kerja secara tekhnik baik produk baru dan existing .
2. menghitung cadangan klaim
3. menghitung persyratan RBC
c. Risk manager
Seorang individu yang bertanggung jawab untuk mengelola risiko organisasi
dan meminimalkan dampak negatif dari kerugian atas pencapaian tujuan
organisasi. (1) Secara tradisional, manajer risiko telah berfokus pada
risiko peristiwa, tetapi beberapa organisasi telah memperluas peran untuk
menyertakan jenis lain dari risiko (misalnya, risiko operasional). Manajer risiko
dibebankan dengan mengidentifikasi risiko, mengevaluasi risiko, memilih
teknik terbaik untuk mengelola risiko yang teridentifikasi, menerapkan
teknik manajemen risiko yang dipilih, dan secara teratur mengevaluasi
dan memantau program. Orang ini juga terlibat dalam proses manajerial
perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan kegiatan-
kegiatan dalam bisnis yang berhubungan dengan berbagai jenis risiko. (2)
Tipe lain dari manajer risiko adalah mengelola dampak dari risiko keuangan
pada organisasi. Individu ini biasanya karyawan departemen treasury yang
harus mempertahankan metrik keuangan kritis tertentu dalam parameter
yang dapat diterima. Misalnya, risiko suku bunga adalah risiko keuangan
yang paling penting bagi bank. Menggunakan berbagai alat lindung nilai dan
teknik seperti derivatif, manajer risiko memastikan bahwa eksposur bank
terhadap fluktuasi suku bunga dikelola secara memuaskan.
d. Compliance officers
Seorang Compliance officers adalah karyawan yang tanggung jawabnya
termasuk memastikan perusahaan mematuhi persyaratan peraturan eksternal
(pemerintah dan regulator) dan kebijakan internal. Seorang Compliance
officers dapat meninjau dan menetapkan standar untuk komunikasi dengan
106
pihak luar dengan mengharuskan disclaimer dalam email atau mungkin
memeriksa fasilitas untuk memastikan email dapat diakses dengan aman.
Seorang Compliance officers juga dapat merancang atau memperbarui
kebijakan internal untuk mengurangi risiko perusahaan melanggar undang-
undang dan peraturan, dan memimpin prosedur audit internal.
6.3. Sebutkan 4 (empat) peran utama seorang underwriter. (Mar 2006 No. 3, Mar 2007
No. 6, Sept 2008 No. 7, Sept 2009 No. 7, Mar 2013 No. 5)
Jawaban:
a. Menilai risiko yang dibawa seseorang ke dalam pool
b. Memutuskan untuk menerima suatu Riko atau menolak risiko tersebut, atau
menilai seberapa banyak yang akan diterimanya
c. Menentukan ketentuan, kondisi dan cakupan jaminan perlindungan yang
ditawarkan
d. Menetapkan premi yang sesuai
6.4. Dalam kaitan dengan risk survey report: (Mar 2007 No. 12, Sept 2009 No. 12)
Jawaban:
a. Hal pokok dalam survey report
1. Deskripsi lengkap tentang risiko
Dapat meliputi gambar / denah lokasi dalam hal risiko harta benda, proses
yang dikerjakan pada lokasi tersebut, keterangan tentang Tertanggung,
dan sebagainya.
1. Penilaian tingkat risiko
Memperhitungkan semua faktor berbahaya yang ada, baik moral hazard
maupun physical hazard.
Memberi gambaran kepada Underwriter tentang tingkat risiko yang 107
ditawarkan
Memberi ulasan tentang lingkungan sekitar, okupasi, kegunaan bangunan,
dsb misalnya dalam hal asuransi kebakaran, yang mempengaruhi tingkat
risiko
2. Penentuan Maximum Probable Loss (MPL)
• Istilah lainnya adalah Estimated Maximum Loss (EML)
• Besaran maksimal kerugian yang dapat terjadi menurut penilaian
Surveyor.
• Tanpa memperhitungkan keberadaan fitur-fitur yang baik pada risiko
• tersebut
• Misalnya: alat-alat pemadaman kebakaran.
• Underwriter yang akan menilainya sendiri
• Hanya untuk risiko kebakaran saja
• Surveyor dan Underwriter dapat berdiskusi tentang fitur-fitur positif
dan negatif yang ada, serta bersepakat atas besar nilai MPL atau
EML-nya
3. Rekomendasi atas pencegahan kerugian
• Surveyor memberitahu Underwriter langkah-langkah yang bisa
diambil untuk melindungi risiko
b Perhitungan MPL :
Total nilai bangunan dan isi IDR 3 Milyar
Nilai tersebut tersebar merata pada 3 (tiga) ruangan; masing-masing IDR
1 Milyar
Keberadaan fire wall yang menjadi batas antara ruang pertama (kiri) dan
kedua (tengah) membuat amat sangat sulit kebakaran menjalar dari satu
ruang ke ruang yang lainnya
Keberadaan pintu penghubung pada dinding pembatas antara ruang
kedua (tengah) dan ketiga (kanan) memungkinkan kebakaran dapat
menjalar dari satu ruang ke ruang lainnya
Potensi kerugian paling besar adalah jika terjadi kebakaran pada ruang
kedua (tengah) dan ketiga (kanan)
Nilai kerugian maksimal = MPL = 2 x IDR 1 Milyar = IDR 2 Milyar
108
6.5. Uraikan pengertian estimated maximum loss (EML) disertai dengan contoh (Sept
2013, No. 8)
6.6. Jelaskan 5 (lima) hal pokok yang umumnya diuraikan seorang risk surveyor dalam
survey report yang dibuatnya. (Mar 2006 No. 12, Sept 2007 No. 13)
Jawaban:
5 hal pokok dalam survey report (Bobot masing-masing 20%)
(i) Deskripsi yang lengkap tentang risiko
Termasuk gambar denah lokasi, proses produksi, keterangan rinci tentang
Tertanggung, dsb
(iii) Pengukuran MPL (Maximum Probable Loss) a tau EML (Estimated Maximum
Loss)
Besaran maksimum kerugian yang diperkirakan oleh surveyor hanya
atas kerugiannya saja. Akibat kebakaran tanpa memperhitungkan adanya
fasilitas pemadaman kebakaran atau fitur bagus lainnya.
MPL ini berfungsi untuk memberikan gambaran kepada underwriter atas
maksimum kerugian yang mungkin terjadi dari suatu peristiwa kebakaran
6.7. Sebagai mata dan telinga dari underwriter, risk surveyor akan menyampaikan hasil
surveynya kepada underwriter dalam bentuk survey report. Jelaskan 5(lima) hal
pokok yang diuraikan dalam survey report tersebut (Sept 2008 No. 12)
6.8. Berkaitan dengan proses underwriting, sebutkan 5 (lima) jenis data atau informasi
yang perlu disampaikan dalam laporan kepada dewan direksi. (Sept 2014 No. 6)
Jawaban:
1. Karakter risiko yang ditutup selama satu tahun
2. Loss ratio masing-masing line of business
Jawaban:
1. Karakter risiko yang ditutup selama satu tahun
2. Loss ratio masing-masing line of business
3. Penerapan/aplikasi regulasi, misalnya peraturan OJK dalam proses
underwriting
4. Berita underwriting di pasar asuransi
5. Big account yang perlu dibicarakan dengan direksi
Jawaban:
1. Karakter risiko yang ditutup selama satu tahun
2. Loss ratio masing-masing line of business
3. Penerapan/aplikasi regulasi, misalnya peraturan OJK dalam proses
underwriting
4. Berita underwriting di pasar asuransi
5. Big account yang perlu dibicarakan dengan direksi
Jawaban:
1. Jumlah polis baru untuk setiap line of business
6.12. Berkaitan dengan proses underwriting, sebutkan 6 (enam) set data yang secara
periodic dilaporkan kepada manajer underwriting untuk memantau kinerja portfolio
Asuransi yang menjadi tanggungjawabnya (Okt 2019, No. 6)
Jawaban:
1. Jumlah polis baru untuk setiap line of business
2. Underwriting Cycle Time per Underwriter
3. Prosentase dari SPPA yang disetujui
4. SLA Adherence: Underwriting Decisions
5. Underwriting Expense Ratio
6. Loss ratio untuk LOB yang menjadi tanggungjawabnya
111
6.13. Dalam kaitan dengan penentuan premi yang sesuai, jelaskan: (Mar 2006 No. 13)
a. 5 (lima) aspek yang harus dipenuhi agar kontribusi premi tersebut wajar
dan mencerminkan tingkat risikonya
b. 4 (empat) pertimbangan bisnis yang harus diperhatikan
Jawaban:
a. 5 aspek dalam penentuan premi yang sesuai (Bobot 60%)
2. Cukup untuk membuat suatu estimasi dari klaim yang belum dibayar
(outstanding claims)
Tidak semua klaim dapat dibayar dalam satu tahun yang sama
dengan tahun saat premi dibayarkan
Premi harus memperhitungkan klaim yang masih harus diselesaikan
pada akhir tahun
(iv) Kompetisi
• Penetapan premi yang terlalu tinggi akan berakibat kehilangan
bisnis, tetapi sebaliknya, penetapan premi yang terlalu rendah
tidak akan cukup untuk membayar klaim
6.14. Berkaitan dengan prinsip underiwriting dalam penetapan premi asuransi, jelaskan:
(April 2015 No 14)
a. tujuan analisa terhadap data / informasi klaim.
b. 5 (lima) aspek yang harus dipertimbangkan dalam menghitung premi risiko.
c. 5 (lima) komponen biaya yang harus diperhitungkan dalam menetapkan 113
premi.
Jawaban:
a. tujuan analisa terhadap data / informasi klaim.
- Menentukan tingkat severity dan frequency dari suatu risiko sehingga
dapat diketahui apakah risikonya bagus atau tidak untuk ditutup pada
sebuah jaminan asuransi.
- Dari situ dapat ditentukan rate yang sesuai untuk risiko tersebut.
- Deductible / risiko sendiri juga dapat semakin besar jika loss rationya
menjadi besar.
- Underwriter dapat menolak risiko tersebut jika loss rationya sangat tinggi.
- Menentukan warranty atau tindakan yang diperlukan oleh tertanggung
selama periode asuransi agar risiko dapat diminimalisasi.
2. Cukup untuk membuat suatu estimasi dari klaim yang belum dibayar
(outstanding claims)
Tidak semua klaim dapat dibayar dalam satu tahun yang sama
dengan tahun saat premi dibayarkan
Premi harus memperhitungkan klaim yang masih harus diselesaikan
pada akhir tahun
(3) Reserve
Penanggung juga harus memperhitungkan bahwa terdapat
kemungkinan contingencies yang berada di luar kendalinya. Ada
tanggung jawab untuk membayar klaim pada suatu waktu di masa
yang akan datang.
(5) Profit
Penanggung harus memastikan bahwa terdapat bagian untuk
profit yang wajar
sebagai tanggung jawab terhadap pemegang saham untuk
memberikan hasil atas investasi mereka dalam perusahaan
6.15. Berkaitan dengan prinsip underwriting dalam penetapan premi asuransi, uraikan:
(Mar 2019, No 14)
a. pengertian premi murni
b. 6 (enam) aspek yang mempengaruhi perhitungan premi murni
c. 3 (tiga) kelompok biaya variable dalam perusahaan asuransi
Jawaban:
a. Premi murni (pure premium) yaitu nilai premi yang belum melibatkan biaya-
biaya asuransi. Murni karena dihitung hanya berdasarkan risiko yang terjadi.
Dean and Mahler (2006) mendefinisikan premi murni sebagai kerugian
yang dibagi dengan eksposure. Premi murni merupakan hasil perkalian dari
frekuensi dan tingkat kegawatan, sebagai berikut.
Premi murni = kerugian / eksposure = (jumlah klaim / eksposure) (kerugian /
jumlah klaim) = (frekuensi) (tingkat kegawatan).
Variansi proses dari premi murni, jika frekuensi dan tingkat kegawatan
tidak saling bebas, dihitung dengan menggunakan momen pertama dan
momen kedua. Jika frekuensi dan tingkat kegawatan saling bebas, maka
variansi proses dari premi murni adalah (rata-rata frekuensi) (variansi tingkat
kegawatan) + (rata- rata tingkat kegawatan)2 (variansi frekuensi).
6.16. Berkaitan dengan prinsip dan praktek underwriting, uraikan pentingnya informasi
tentang klaim dalam pengelolaan portofolio asuransi. (Mar 2018 No 7)
Jawaban:
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ali Fikri (2009), bahwa rasio
beban klaim berpengaruh negatif terhadap laba. Informasi klaim yang akurat
akan mendorong perusahaan Asuransi melihat lebih dalam lini bisnis apa yang
memberikan rasio klaim rendah dan mana yang tinggi. Lini bisnis yang memberikan
rasio klaim rendah harus ditingkatkan penjualannya, sedangkan yang memberikan
rasio klaim yang tinggi akan dianalisis dan diantisipasi dengan berbagai kebijakan
underwriting sehingga portfolio Asuransi pada akhirnya diisi oleh account-account
6.17. Berkaitan dengan prinsip underwriting dalam penetapan premi asuransi, uraikan
pengertian klaim Incurred But Not Reported (IBNR). (Mar 2017 No 8)
Jawaban:
IBNR (Incurred but not reported) adalah klaim-klaim yang telah terjadi selama
periode asuransi, tapi penanggung belum menerima laporannya dari tertanggung.
Untuk membuat cadangan klaim biasanya diberikan allowance untuk klaim tsb dan
besar cadangan direvisi dari waktu kewaktu agar data tsb lebih reliable.
6.18. Berkaitan dengan loss ratio, uraikan fungsi IBNR dalam perhitungan loss ratio. (Mar
2019, No 7)
Jawaban:
IBNR (Incurred but not reported) adalah klaim-klaim yang telah terjadi selama
periode asuransi, tapi penanggung belum menerima laporannya dari tertanggung. 117
Untuk membuat cadangan klaim biasanya diberikan allowance untuk klaim tsb dan
besar cadangan direvisi dari waktu kewaktu agar data tsb lebih reliable.
Pada berakhirnya setiap periode asuransi tidak semua klaim yang telah terjadi
selama periode asuransi telah dilaporkan kepada penanggung. Bahkan, dalam
contoh kita, jumlah klaim tidak stabil hingga 48 bulan setelah dimulainya risiko.
Pelaporan klaim jarang seketika. Pemberitahuan terlambat terjadi karena berbagai
alasan seperti:
1) Insiden itu diperkirakan terjadi lebih satu bulan dan beberapa bulan kemudian
diajukan sehingga klaim menjadi jauh lebih mahal
2) Sejauh mana kerugian yang diderita tidak terlihat pada saat insiden;
3) Ada prosedur pelaporan panjang dan rumit di tempat yang menyebabkan
keterlambatan dalam klaim mencapai penanggung.
Untuk risiko liability tidak jarang untuk klaim harus dilaporkan beberapa bulan
atau bahkan bertahun-tahun setelah berakhirnya jangka waktu underwriting.
Pertimbangkan kasus penyakit laten yang mungkin berhenti atau yang belum
ditemukan selama bertahun-tahun sebelum didiagnosis atau ditemukan (asbestosis
misalnya).
Ketika mengalami sebuah klaim underwriter akan menggunakan `IBNR istilah
‘(artinya`Terjadi namun belum dilaporkan ‘) untuk menggambarkan kejadian yang
telah terjadi tetapi di mana klaim tersebut belum dilaporkan kepada penanggung.
IBNR menyebabkan masalah yang signifikan untuk underwriter ketika mereka
mengalami risiko klaim untuk individu atau portofolio. Mereka akan tahu bahwa
setiap klaim IBNR akan menampakkan diri pada suatu waktu di masa depan dan
6.19. Berkaitan dengan prinsip underwriting dalam penetapan premi asuransi, uraiakan
pengertian combined operating ratio. (Mar 2019, No 8)
Jawaban:
COR bisa didapatkan dari total incurred claim dan expenses lalu dibagi dengan
earned premium.
Hasilnya biasanya digambarkan dengan presentase yang akan menggambarkan
peforma dari bisnis asuransi disebuah perusahaan dan mengecualikan hasil investasi,
biaya kantor pusat dan pemasukan-pemasukan lain yang tidak berhubungan
langsung dengan operasional bisnis asuransi.
Jadi Misalnya..
Incurred claim USD 5,000,000
Expenses USD 3,000,000
Earned Premium USD 10,000,000
Maka COR nya adalah USD 8,000,000 / USD 10,000,000 = 80%
118
COR = 100% --> Menggambarkan bisnis break even atau impas, klaim dan expense
sesuai dengan jumlah premi
COR > 100% --> Menggambarkan bahwa klaim dan expense lebih besar dari premi,
jadi operasional menghasilkan kerugian underwriting
COR < 100% --> Menggambarkan bahwa klaim dan expense lebih kecil dari premi,
jadi operasional menghasilkan keuntungan underwriting
Perhitungan COR ini bisa digunakan untuk keseluruhan perusahaan asuransi, untuk
setiap produk berbeda atau divisional yang berbeda seperti divisi non marine dan
marine.
Tetapi sebelum anda menggunakan data COR tersebut, akan lebih baik jika anda
memastikan base data atau dasar data menggunakan basis yang sama.
Selain memahami prinsip loss ratio, anda harus memahami COR, agar dapat
mendapatkan gambaran lebih tepat mengenai keuntungan underwriting suatu
produk.
Karena bisa saja loss ratio hanya 70%, sedangkan COR bisa melebihi 100% karena
loss ratio dasarnya adalah gross klaim dibagi dengan gross premi, sedangkan COR
adalah net klaim + expense dibagi dengan net earned premi.
6.20. Berkaitan dengan prinsip underwriting dalam penetapan premi asuransi, uraikan
pengertian risk premium. (Sept 2018, No 8)
Jawaban:
Premi Resiko (Risk Premium) adalah sejumlah uang (atau besaran lain) yang rela
dilepaskan oleh pengambil keputusan untuk dapat menghindari resiko dari suatu
kejadian tak pasti yang dihadapi.
6.21. Berkaitan dengan prinsip underwriting dalam penetapan premi asuransi, uraikan:
(Mar 2016 No 14; Mar 2018 No 14)
a. pengertian premium rate dan premium base.
b. 5 (lima) aspek yang harus dipertimbangkan dalam menghitung premi risiko.
c. 5 (lima) komponen biaya yang harus diperhitungkan dalam menetapkan
premi.
Jawaban:
a. pengertian premium rate dan premium base.
Premium Rate
Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagi imbalan
jasa atas pengalihan resiko kepada penanggung.
Fungsi premi asuransi :
119
- Mengembalikan tertanggung kepada posisi seperti sebelum terjadi kerugian.
- Menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan, sehingga mampu pada
posisi seperti keadaan sebelum terjadinya kerugian.
suku premi:
- umumnya dalam % atau %o
- mewakili tingkat risikonya
- makin tinggi risikonya, makin tinggi tingkat suku preminya
6.22. Dalam kaitan dengan penetapan premi, uraikan: (Mar 2009 No. 12)
a. hubungan antara premi dengan hazard dan exposure dari suatu objek
pertanggungan (Bobot 30%)
b. pengertian adjustable premiums (Bobot 25%)
c. 5 (lima) komponen biaya yang secara memadai harus terpenuhi dalam premi
tersebut (Bobot 45%)
Jawaban:
a. Premi = suku premi X dasar perhitungan premi
Suku premi:
umumnya dalam % atau %o 120
mewakili tingkat risikonya
makin tinggi risikonya, makin tinggi tingkat suku preminya
Dasar perhitungan premi:
disebut juga harga pertanggungan
mencerminkan besaran / ukuran exposure dari risiko tersebut
misalnya : nilai bangunan, mesin, stok, inventaris
b. Adjustable premium
premi yang didapatkan dengan perkalian antara suku premi terhadap harga
pertanggungan yang pada saat awal penutupan masih berupa angka perkiraan
/ estimasi; yang kemudian pada akhir jangka waktu pertanggungan akan
disesuaikan berdasarkan laporan / deklarasi berkala (pada umumnya setiap
bulan) atas nilai sesungguhnya.
Contoh : asuransi atas stok atau upah
(3) Reserve
Penanggung juga harus memperhitungkan bahwa terdapat
kemungkinan contingencies yang berada di luar kendalinya. Ada
tanggung jawab untuk membayar klaim pada suatu waktu di masa
yang akan datang.
(5) Profit
Penanggung harus memastikan bahwa terdapat bagian untuk
profit yang wajar
sebagai tanggung jawab terhadap pemegang saham untuk
memberikan hasil atas investasi mereka dalam perusahaan
6.23. Dalam penetapan premi yang tepat (suitable premiums), uraikan : (Mar 2007 No. 11,
Sept 2009 No. 13, Mar 2008 No. 12)
a. 5 (lima) komponen biaya yang harus tercakup secara memadai premi tersebut
b. 4 (empat) aspek komersial yang harus dipertimbangkan
Jawaban:
6.24. Uraikan mengapa inflasi merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan
dalam penetapan premi. (Mar 2009 No. 7)
Jawaban:
Penanggung harus mempertimbangkan perubahan nilai uang
Biaya klaim dapat meningkat bukan karena meningkatnya besaran klaim itu
sendiri, tapi akibat turunnya nilai uang
6.25. Berkaitan dengan prinsip underwriting, uraikan prinsip perhitungan premi yang
dinyatakan dalam ikhtisar polis Asuransi. (Oct 2019, No. 8)
Jawaban:
Dalam ikhtisar polis asuransi, premi dihitung dari perkalian antara suku premi dan
dasar perhitungan premi. (Premi = suku premi X dasar perhitungan premi)
Suku premi: 122
umumnya dalam % atau %o
mewakili tingkat risikonya
makin tinggi risikonya, makin tinggi tingkat suku preminya
Dasar perhitungan premi:
disebut juga harga pertanggungan
mencerminkan besaran / ukuran exposure dari risiko tersebut
misalnya : nilai bangunan, mesin, stok, inventaris
6.26. Berkaitan dengan prinsip underwriting dalam penetapan premi asuransi, jelaskan
(Sept 2018, No. 14):
a. Pengertian premi.
b. Pengertian adjustable premium dan flat premium.
c. 5 (lima) ketentuan pembayaran premi berdasarkan Polis Standar Asuransi
Kebakaran Indonesia.
Jawaban:
a. Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagi
atau
c. Penanggung telah menyepakati pelunasan premi bersangkutan
secara tertulis.
4. Apabila premi dimaksud tidak dibayar sesuai dengan ketentuan
dan dalam jangka waktu yang ditetapkan, Polis ini batal dengan
sendirinya tanpa harus menerbitkan endosemen pembatalan terhitung
mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu tersebut dan Penanggung
dibebaskan dari semua tanggung jawab atas kerugian sejak tanggal
dimaksud. Namun demikian Tertanggung tetap berkewajiban membayar
premi untuk jangka waktu pertanggungan yang sudah berjalan sebesar
20% (dua puluh per seratus) dari premi satu tahun.
5. Apabila terjadi kerugian yang dijamin oleh Polis dalam tenggang
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2.1.1.) dan (2.1.2.) di atas,
Penanggung hanya akan bertanggung jawab terhadap kerugian
tersebut apabila Tertanggung melunasi premi dalam tengggang waktu
bersangkutan.
6.27. Dalam kaitan dengan reasuransi, jelaskan: (Sept 2006 No. 10, Sept 2008 No. 12)
a. Pengertian reasuransi
b. 5 (lima) alasan perusahaan asuransi membeli proteksi reasuransi
Jawaban:
124
a. Pengertian reasuransi
Reasuransi adalah persetujuan antara Penanggung (Ceding company)
dan reasuradur, di mana penanggung menyetujui untuk menyerahkan /
melimpahkan seluruh atau sebagian risiko atas suatu pertanggungan
yang ditutupnya (ditanggung) kepada reasuradur, dan dengan menerima
premi dari dari penanggung sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya,
reasuradur menyetujui untuk membayar ganti rugi kepada Penanggung
berhubung dengan kerugian yang terjadi atas pertanggungan yang
ditutupnya tersebut, semuanya itu berdasarkan atas syarat-syarat
sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian.
Ceding Company atau reinsured biasanya adalah sebuah perusahaan
asuransi, sedangkan reasuradur atau reinsurer adalah sebuah perusahaan
asuransi atau sebuah perusahaan reasuransi profesional.
Menurut R.C. Reinarz, reasuransi adalah akseptasi oleh suatu Penanggung
yang dikenal sebagai reasuradur dari semua atau sebagian risiko kerugian
dari Penanggung yang disebut Ceding Company.
boosting”
Problem:
Konsekuensi dari adanya peningkatan kapasitas tadi di mana sesuai
dengan mekanisme pasar, pada saat ada “kelebihan kapasitas’ di industri
asuransi dengan situasi lebih banyak asuradur dan reasuradur berlomba
memperebutkan risiko dengan jumlah yang sama, sementara itu premi
akan turun (tertanggung akan memperoleh manfaatnya). Di lain pihak,
klaim tidak berubah (tidak turun).
Akibatnya karena ditemukan situasi dengan loss ratio yang buruk, yaitu:
nilai klaim tetap sedangkan premi yang diterima turun dan tidak sesuai
dengan yang seharusnya untuk membentuk dana klaim tersebut.
4 Catastrophe protection
Keadaan finansial direct Insurer dapat menjadi sangat buruk dalam hal
ia harus menanggung kerugian-kerugian yang luar biasa jumlahnya
(catastrophic losses). Reasuransi berfungsi sebagai suatu pengaman
untuk melindungi direct insurers terhadap keadaan seperti ini (catastrophe
protection).
5 Spread of risks
Reasuransi adalah mekanisme pengalihan risiko dari direct insurer
kepada reasuradur. Oleh karena itu, reasuransi berfungsi sebagai alat
penyebar risiko (spread of risk).
Asuradur mungkin tidak menginginkan untuk konsentrasi tanggung
jawabnya kepada setiap kelas bisnis, setiap jenis risiko, setiap area atau
dalam bentuk klasifikasi lainnya.
Dengan mengatur fasilitas reasuransi secara tepat, maka akan dapat
disebarkan dampak yang potensial dari kerugian-kerugian yang akan
6.28. Dalam kaitan dengan reasuransi, jelaskan: (Sept 2007 No. 14)
a. 5 (lima) alasan perusahaan asuransi yang membeli proteksi reasuransi
b1. 4 (empat) pihak yang berperan sebagai pembeli
b2. 2 (empat) pihak yang berperan sebagai perantara
b3. 5 (1ima) pihak yang berperan sebagai penjual (seller)
Jawaban:
a. 5 (lima) alasan perusahaan asuransi membeli proteksi reasuransi
Jawaban: Lihat di atas
1. Direct Insurers.
Kelompok ini menggambarkan penanggung biasa yang betransaksi
asuransi dengan Publik umum. Para penanggung membeli reasuransi
dengan sejumlah alasan sebagaimana sudah dijelaskan sebelunmya.
126
2. Captive Insurance Companies
Perusahaan dimiliki oleh satu induk perusahaan yang bukan asuransi.
Perusahaan ini melakukan transaksi di mana asuransi dapat menetapkan
satu anak perusahaannya. Captive Company tidak cukup besar untuk
menjamin resikonya sendiri sehingga proteksi reasuransi untuk jumlah
yang sangat besar biasanya dibutuhkan. Captive dapat menahan sekian
presentase risiko atau satu proporsi tetap dan seimbang dan biasaya
bagian yang terbesar dijamin.
3. Lloyd ‘s Syndicates.
Sebagaimana dipelajari sebelumnya tentang Lloyd, masing-masing
syndicate dibentuk oleh para member dan para members mempunyai
liability yang tak terbatas. Reasuransi juga merupakan satu cara di mana
mereka dapat menempatkan beberapa batas atas kerugian personal yang
mungkin dialami oleh masing- asing member.
4. Reinsurers.
Pembeli terakhir juga adalah reasuransi itu sendiri. Individual reasuransi
mencari proteksi yang sama seperti tertanggung dan direct esik. Mereka
tidak kebal dari esik yang tidak diharapkan dan mengamankan unsur
stabilitas keuangan dengan membeli proteksi reasuransi sendiri.
4. Pools
Dalam kasus di mana resik sangat besar, tidaklah mungkin menempatkan
semuanya pada reasuransi yang dibutuhkan. Untuk mengatasi masalah ini
dan menyediakan proteksi , pools dibentuk. Pools ini di dalamnya terdiri
dari beberapa organisasi yang mengalami masalah resiko yang sama.
Contohnya resiko oil rig operator, atau resiko khusus atas bahaya yang
natural seperti gempa bumi. Kontribusi kepada pool diasses oleh seorang
underwriter dengan cara ini para member mendapatkan banyak manfaat
atas common pool dengan pendekatan risk sharing.
5. Lloyd’s Svndicates
Lloyd’s syndicate bisa sebagai pembeli dan penjual dipasar yang sama.
6.29. Berkaitan dengan struktur pasar asuransi, uraikan peran aggregator. (Sept 2018,
No. 2)
Jawaban:
Agregator asuransi adalah situs web yang digunakan untuk mendapatkan
penawaran asuransi. Agregator akan memiliki beberapa jenis penawaran dalam
website mereka agar pelanggan dapat mengisi dan mendapatkan perkiraan tentang
berapa biaya asuransinya.
Baca blog ini untuk memperkaya jawaban Anda: https://www.akademiasuransi.
org/2018/10/agregator-asuransi-siapa-dan-bagaimana.html
6.30. Uraikan perbedaan antara reasuransi facultative dan treaty. (Mar 2006 no 4)
Jawaban:
Facultative
Setiap risiko ditawarkan kepada reasuradur oleh penanggung langsung, dan
reasuradur dapat memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Dalam hal ini, 128
beban administrasi dan biaya yang besar karena dibuat secara case per case.
Treaty
Perjanjian antara reasuradur dan penanggung langsung di mana semua risiko yang
termasuk dalam parameter tertentu akan ditawarkan (ceded) kepada reasuradur
Reasuradur tidak dapat menolak risiko yang ditawarkan kepadanya dan penanggung
langsung
tidak dapat memilih-milih risiko mana saja yang akan ditawarkan dan manasaja
yang akan ditahan sendiri
Reasuradur mendapatkan rentang yang luas atas tingkat risiko dan dapat mencapai
keseimbangan yang wajar antara risiko-risiko yang baik dan yang buruk.
Penanggung langsung mendapat fasilitas reasuransi otomatis dan tidak harus
mengatur secara individual nutuk setiap risiko
6.31. Dalam kaitan dengan reasuransi treaty, jelaskan. (Mar 2006 No. 14)
preminya
Jawaban:
Contoh:
(ii) Surplus
Contoh:
Penetapan premi:
• Straightforward
• Overidding commission
• Profit commission
Reasuradur setuju untuk membayar jumlah melebihi dan di atas (in excess
of) suatu jumlah yang direct office setuju untuk menahannya (reatain)
Contoh:
Jika premi = USD 100 dan klaim = USD 50, maka loss
rationya adalah USD 50 : USD 100 x 100% = 50%
Penetapan premi
6.32. Dalam kaitan dengan reasuransi, jelaskan : (Mar 2009 No. 13)
a. Perbedaan antara reasuransi facultative dengan treaty (Bobot 20%)
131
b. masing-masing 2 (dua) bentuk reasuransi proportional treaty dan non-
proportional treaty (Bobot 40%)
c. metode perhitungan premi reasuransi proportional treaty dan non-
proportional treaty(Bobot 40%)
Jawaban:
a. Reasuransi facultative
Setiap risiko, secara individual, ditawarkan oleh Penanggung
Langsung (direct office = reinsured = ceding company) kepada
Penanggung Ulang (reinsurer)
Penanggung Ulang dapat memutuskan apakah akan mengkasep
atau menolak risiko yang ditawarkan tersebut
melibatkan beban administrasi yang cukup banyak dan biaya yang
lebih besar
Reasuransi treaty
- perjanjian dibuat antara Penanggung Langsung dan Penanggung
Ulang dimana semua risiko yang masuk dalam parameter tertentu
yang telah disepakati akan ditawarkan (ceded) kepada Penanggung
Ulang
- Penanggung Ulang tidak dapat menolak risiko yang ditawarkan
tersebut
- Penanggung Langsung tidak dapat memilih-milih risiko mana yang
akan ditawarkan dan mana yang akan ditahan sendiri
- Penanggung Ulang diuntungkan dengan menerima semua risiko,
tidak hanya melulu risiko-risiko yang buruk saja yang memang
memerlukan proteksi, dengan sebaran tingkat risiko yang cukup
luas, sehingga terdapat keseimbangan yang cukup baik antara
risiko-risiko yang bagus dan yang buruk
- Penanggung Langsung diuntungkan karena mempunyai fasilitas
reasuransi otomatis; tidak perlu membuat kontrak-kontrak reasuransi
secara individual
Jika loss ratio untuk suatu kelas asuransi melebihi suatu nilai tertentu,
Penanggung Ulang setuju untuk membayar kelebihan tersebut
Pada umumnya Penanggung Ulang tidak akan membayar 100%
kelebihan di atas loss ratio tersbut, karena akan menjadi kontra-
insentif bagi Penanggung Langsung untuk melakukan underwriting
yang prudent
Contoh: Penanggung Ulang akan membayar 75% dari setiap jumlah
yang melebihi suatu nilai ratio tertentu
Overiding commission
- diberikan reasuradur kepada direct office sebagai kompensasi
atas biaya-biaya yang dikeluarkan direct office : biaya survey,
promosi dan iklan, komisi perantara
Profit commission
- diberikan reasuradur kepada direct office jika bisnis reasuransi 133
tersebut ternyata bagus hasilnya
6.33. Dalam kaitan dengan reasuransi, jelaskan : (Mar 2009 No. 13)
a. perbedaan antara reasuransi facultative dan treaty (bobot 25%)
b. perbedaan antara proportional treaty dan non-proportional treaty (bobot
25%)
6.34. Dalam kaitan dengan reasuransi, jelaskan : (Mar 2008 No. 13)
a. Pengertian reasuransi
b. Perbedaan antara reasuransi facultative dan treaty
b. Perbedaan antara proportional treaty dan non-proportional treaty
Jawaban:
lihat di atas
6.35. Dalam kaitan dengan reasuransi, jelaskan : (Mar 2008 No. 13)
a. perbedaan antara reasuransi facultative dengan treaty
b. masing-masing 2 (dua) bentuk reasuransi proportional treaty dan non-
proportional trearty
134
c. 5 (lima) alasan perusahaan asuransi membeli proteksi asuransi
Jawaban:
lihat di atas
Jawaban:
a. Cara kerja Koasuransi (Collective Policies)
Dalam hal industrial fire risk, value at risk dan/atau potential hazards yang
sangat besar untuk ditutup oleh satu perusahaan saja, maka pialang akan
mencari beberapa perusahaan untuk menutupnya bersama-sama. Bila
135
b. Perbedaan pokok antara koasuransi dan reasuransi dari sisi
tertanggung.
Bila terjadi klaim:
1. Tertanggung harus menunggu untuk mendapatkan beberapa
penanggung
2. Tertanggung tidak mendapatkan pembayaran penuh 100% setelah
klaim disetujui kedua belah pihak (menuggu pembayaran dari masing
co member)
3. Sering terjadi dispute diantara member bila leader kurang kompeten
6.37. Dalam kaitan dengan struktur pasar asuransi, jelaskan : (Mar 2014, No. 11)
a. cara kerja koasuransi.
b. perbedaan pokok antara koasuransi dan reasuransi dari sisi tertanggung.
c. (empat) manfaat utama reasuransi bagi penanggung langsung.
136
7.1. Berkaitan dengan sifat risiko dan loss ratio klaim terhadap premi, uraikan
pentingnya informasi klaim bagi underwriter (Sept 2014 No. 7; Mar 2017 No. 6)
Jawaban:
Pentingnya informasi klaim berkaitan dengan sifat ratio dan loss ratio klaim:
- Menentukan tingkat severity dan frequency dari suatu risiko sehingga dapat
diketahui apakah risikonya bagus atau tidak untuk ditutup pada sebuah
jaminan asuransi.
- Dari situ dapat ditentukan rate yang sesuai untuk risiko tersebut.
- Deductible / risiko sendiri juga dapat semakin besar jika loss rationya menjadi
besar.
- Underwriter dapat menolak risiko tersebut jika loss rationya sangat tinggi.
- Menentukan warranty atau tindakan yang diperlukan oleh tertanggung
selama periode asuransi agar risiko dapat diminimalisasi.
137
7.2. Berkaitan dengan sifat risiko dan loss ratio, uraikan 3 (tiga) pertimbangan utama
underwriter dalam menilai risiko asuransi (Mar 2016, No. 7)
Jawaban:
- Menentukan tingkat severity dan frequency dari suatu risiko sehingga dapat
diketahui apakah risikonya bagus atau tidak untuk ditutup pada sebuah
jaminan asuransi. Dari situ dapat ditentukan rate yang sesuai untuk risiko
tersebut.
- Deductible / risiko sendiri juga dapat semakin besar jika loss rationya menjadi
besar. Underwriter dapat menolak risiko tersebut jika loss rationya sangat
tinggi.
- Menentukan warranty atau tindakan yang diperlukan oleh tertanggung
selama periode asuransi agar risiko dapat diminimalisasi.
7.3. Berkaitan dengan jenis data dan informasi yang diperlukan dalam proses
underwriting, uraikan: (Mar 2016, No. 13)
a. 5 (lima) jenis informasi yang perlu disajikan dalam laporan kepada manajer
underwriting.
b. pentingnya informasi klaim bagi manajer underwriting.
Jawaban:
a. 5 (lima) jenis informasi yang perlu disajikan dalam laporan kepada manajer
underwriting.
1. Nama proposer
Selain diperlukan untuk mengidentifikasi tertanggung, nama juga dapat
menunjukkan nature of the physical dan moral hazard. Nama perusahaan
yang mengajukan asuransi juga dapat menunjukkan nature of their
trade (contohnya: PT Telkomsel bergerak di bisnis telekomunikasi, PT
Wingsfood bergerak di bisnis makanan) atau nama seseorang di mana
perusahaan tidak ingin melakukan bisnis karena doubtful integrity
(misalnya karena pengalaman klaimnya yang buruk). Bila nama proposer
adalah perusahaan asing, perusahaan asuransi harus berhati-hati karena
tidak diketahui pasti bagaimana keadaan/kondisi perusahaan induknya.
2. Alamat proposer
Alamat adalah faktor penting di dalam mengunderwrite motor insurance,
theft insurance dan semua risiko asuransi di mana perbedaan wilayah
geografis dapat juga menyebabkan perbedaan kemungkinan kerugian.
Alamat juga digunakan untuk tujuan korespondensi.
4. Pekerjaan proposer
Pekerjaan-pekerjaan tertentu menghadirkan abnormal hazards, misal:
dalam asuransi jiwa dan kecelakaan diri: miners, airline crew dalam
asuransi kebakaran : plastic manufacturers & woodworking.
5. Riwayat asuransi
Jika penanggung lain memberlakukan syarat atau premi khusus, atau
menolak proposer di masa lalu, hal ini sangat penting buat penanggung
baru untuk menyelidiki keadaannya secara seksama sebelum memutuskan
sehubungan dengan acceptance and terms.
6. Claim or loss history
Underwriter ingin mengetahui kerugian-kerugian sebelumnya, apakah
diasuransikan atau tidak, yang akan dijamin oleh asuransi yang sedang
diajukan.
7.4. Berkaitan dengan loss ratio klaim, sebutkan 5 (lima) aspek yang dianalisa
underwriters dari data klaim perusahaan asuransi. (Sept 2017, No. 7)
Jawaban:
- Loss ratio selama 5 tahun terakhir untuk melihat frequency dan severity
- Penyebab terjadinya klaim
- Berapa besar nilai klaim
- Deductible yang sudah ditetapkan
- Preventive action yang sudah dilakukan tertanggung untuk mencegah
klaim yang serupa terulang
7.5. Berkaitan dengan loss ratio, sebutkan 5 (lima) aspek yang umumnya dipelajari
underwriter dari data statistik klaim suatu perusahaan asuransi. (Sept 2018, No.
6)
Jawaban:
- Loss ratio selama 5 tahun terakhir untuk melihat frequency dan severity
- Penyebab terjadinya klaim
- Berapa besar nilai klaim
- Deductible yang sudah ditetapkan
- Preventive action yang sudah dilakukan tertanggung untuk mencegah
klaim yang serupa terulang
Jawaban:
1. Underwriting year
Jenis periode pemantauan digunakan pada tingkat akun, dengan data polis individu
yang dikelompokkan ke dalam tahun underwriting ‘berdasarkan tahun di mana
incepts polis (atau memperbarui).
Dengan asumsi periode polis dua belas bulan panjangnya , dua tahun akan
berlalu antara awal tahun underwriting dan tanggal terakhir dari cover polis terakhir
yang melekat pada tahun itu. Namun, risiko tersebut akan menjadi tunduk pada
underwriting tertentu dan filsafat harga yang digunakan selama tahun underwriting. 140
periode pemantauan sehingga berfokus pada kedua tren klaim dan juga dampak
dari pengambilan keputusan karena berkembang dengan waktu.
2 Accounting Year
ini mirip dengan pendekatan tahun kalender, tetapi dengan modifikasi berikut:
- Periode akan tergantung pada tahun keuangan, misalnya 01/10-0/09, bukan
01/01-31/12.
- premium prospektif dan perkembangan klaim dari akhir tahun buku harus
diperkirakan.
Karena perkiraan digabungkan, tren lebih sulit untuk dideteksi, karena itu, informasi
ini hanya boleh digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan sebagai
upaya terakhir.
Jawaban:
Tahun kalender
Satu tahun kalender hanyalah tahun konvensional yang dimulai pada 1 Januari dan
berakhir pada 31 Desember. Sebagian besar bisnis menggunakan tahun kalender
untuk perhitungan keuangan. Jika perusahaan seperti itu mengacu pada laba setahun
penuh tahun 2017, misalnya, maka secara otomatis kita berbicara tentang total
uang yang diperolehnya antara 1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2017. Dengan
tidak adanya indikasi sebaliknya, harus selalu diasumsikan bahwa perusahaan
menggunakan tahun kalender. Namun, untuk menghilangkan kebingungan yang
mungkin terjadi, laporan tahunan kebanyakan perusahaan yang menggunakan
tahun kalender akan secara khusus dinyatakan tanggal awal dan akhir yang dicakup
oleh laporan laba rugi, bahkan jika hari-hari ini bertepatan dengan awal dan akhir
tahun kalender.
Tahun fiskal / tahun akuntansi
Di bidang keuangan, tahun fiskal adalah periode 12 bulan yang berakhir pada hari
terakhir setiap bulan kecuali Desember. Tahun fiskal dapat berakhir pada 30 April,
misalnya. Tahun fiskal seperti itu akan dimulai pada 1 Mei tahun sebelumnya, karena
harus mencakup 12 bulan berturut-turut. Misalnya, tahun fiskal perusahaan yang
telah berakhir pada 30 April 2017, akan dimulai pada 1 Mei 2016. Untuk menemukan
tanggal mulai dari tahun fiskal, tambahkan satu hari ke tanggal akhir dan kemudian
kembali penuh tahun. Jika hari terakhir tahun fiskal adalah 31 Agustus 2016,
menambahkan satu hari akan membawa kita ke 1 September 2016. Akan kembali
hasil setahun penuh pada 1 September 2015, yang merupakan hari awal dari tahun
fiskal tersebut.
2. Underwriting year
Jenis periode pemantauan digunakan pada tingkat akun, dengan data polis individu
yang dikelompokkan ke dalam tahun underwriting ‘berdasarkan tahun di mana
incepts polis (atau memperbarui).
Dengan asumsi periode polis dua belas bulan panjangnya , dua tahun akan berlalu
antara awal tahun underwriting dan tanggal terakhir dari cover polis terakhir yang
melekat pada tahun itu. Namun, risiko tersebut akan tunduk pada underwriting
tertentu dan filsafat harga yang digunakan selama tahun periode pemantauan
underwriting sehingga berfokus pada kedua tren klaim dan juga dampak dari
pengambilan keputusan karena berkembang dengan waktu.
7.9. Berikut adalah data kinerja underwriting dari Polis A dan Polis B: (Mar 2019, No. 12)
Berkaitan dengan konsep pemantauan kinerja underwriting, hitung loss ratio dari
kumpulan data kedua polis di atas berdasarkan:
a. policy year
b. underwriting year
c. accounting year dengan periode 1 Januari – 31 Desember
142
Jawaban:
a. Policy Year
Loss Ratio Polis A (Klaim perpolis / premi perpolis)
Periode 01/02/2016 – 01/02/2017: 0 / 20.000.000 = 0% (Nil)
Periode 01/02/2017 – 01/02/2018: 15.0000.000 / 50.000.000 = 30%
Periode 01/02/2018 – 01/02/2019: 0 / 30.000.000 = 0% (Nil)
b. Underwriting Year
Underwriting Year = policy year, tergantung periode treaty masing-masing
Loss Ratio Polis A (Klaim perpolis / premi perpolis)
c. Accounting Year
Periode 01/01/2015 – 31/12/2015: 10.000.000 / 50.000.000 = 20%
Periode 01/01/2016 – 31/12/2016: 25.000.000 / (20.000.000 + 40.000.000) = 41.67%
Periode 01/01/2017 – 31/12/2017: 102.500.000 / (50.000.000 + 50.000.000) =
102.5%
Periode 01/01/2018 – 31/12/2018: 44.500.000 / (30.000.000 + 50.000.000) = 55.6%
7.10. Berkaitan dengan konsep pemantauan kinerja underwriting, hitung loss ratio 143
berdasarkan tahun underwriting dari kumpulan data berikut: (Sept 2014 No. 8)
Jawaban:
Loss ratio dihitung dari Nilai kerugian dibagi dengan total premi
Polis A
Tahun 2011-2012: 10%
Tahun 2012-2013: 16,67%
Tahun 2013-2014: nil
Kesimpulan: Loss ratio 3 tahun terakhir: 7,78%
Polis B
Tahun 2011-2012: 20%
Tahun 2011-2012: 62.5%
Tahun 2012-2013: 200%
Tahun 2013-2014: 66.67%
Kesimpulan: Loss ratio 4 tahun terakhir: 89,19%
7.11. Berkaitan dengan konsep pemantauan kinerja underwriting: (Sept 2015, No. 14)
a. jelaskan pengertian claims loss ratio
b. jelaskan pengertian earned loss ratio
c. hitung loss ratio untuk tiap tahun underwriting dari kumpulan data
berikut:
144
Jawaban:
a. jelaskan pengertian claims loss ratio
Claims loss ratio adalah klaim yang dibayarkan sebagai persentase dari
pendapatan premi. Ini adalah setara dengan marjin laba kotor untuk bisnis
asuransi. Pendapatan investasi perusahaan asuransi ini juga merupakan
bagian dari bisnis inti sehingga perbandingan dengan laba kotor tidaklah
tepat.
Rasio klaim dapat dikombinasikan dengan rasio biaya untuk menghasilkan
rasio gabungan.
c. Loss ratio dihitung dari Nilai kerugian dibagi dengan total premi
Polis A
Tahun 2012-2013: Rp. 1,000.000 / Rp. 10.000.000 = 10%
Tahun 2013-2014: Rp. 25,000.000 / Rp. 12.500.000 = 50%
Tahun 2014-2015: Rp. 0 / Rp. 30.000.000 = nil
Kesimpulan: Loss ratio 3 tahun terakhir: Rp. 26,000.000 / Rp. 52.500.000 = 49.5%
Polis B
Tahun 2011-2012: Rp. 10,000.000 / Rp. 50.000.000 = 20%
Tahun 2012-2013: Rp. 25,000.000 / Rp. 40.000.000 = 62.5%
Tahun 2013-2014: Rp. 100,000.000 / Rp. 50.000.000 = 200%
Tahun 2014-2015: Rp. 32,000.000 / Rp. 50.000.000 = 64%
Kesimpulan: Loss ratio 4 tahun terakhir: Rp. 167,000.000 / Rp. 190.000.000 = 87.9%
7.12. Berkaitan dengan konsep pemantauan kinerja underwriting: (Mar 2017, No. 14)
a. jelaskan pengertian claims loss ratio
b. jelaskan pengertian earned loss ratio
c. hitung loss ratio untuk tiap tahun underwriting dari kumpulan data
berikut:
145
Jawaban:
a & b: lihat di atas.
c. Loss ratio dihitung dari Nilai kerugian dibagi dengan total premi
Polis A
Tahun 2014-2015: Rp. 2,500,000 / Rp. 20,000,000 = 12.5%
Polis B
Tahun 2013-2014: Rp. 10,000,000 / Rp. 50,000,000 = 20%
Tahun 2014-2015: Rp. 25,000,000 / Rp. 40,000,000 = 62.5%
Tahun 2015-2016: Rp. 100,000,000 / Rp. 50,000,000 = 200%
Tahun 2016-2017: Rp. 32,000,000 / Rp. 50,000,000 = 64%
7.13. Berkaitan dengan sifat risiko dan loss ratio klaim terhadap premi, uraikan 3 (tiga) hal
yang selalu dinilai atau dipertimbangkan dalam proses underwriting asuransi. (Mar
2015 no 7)
146
Jawaban:
Earned loss ratio adalah rasio klaim yang dikeluarkan untuk premi bersih yang
diperoleh. Klaim adalah “cost of production” untuk perusahaan asuransi dan analisa
yang akurat dari:
1 sejarah masa lalu klaim (dan mengalir dari ini, peramalan biaya masa depan
klaim) sangat penting untuk profitabilitas akun underwriting entitas asuransi.
2 Identifikasi tren adalah pertimbangan utama bagi manajer underwriting
ketika membuat keputusan mengenai hal underwriting dan premi.
3 Menganalisis informasi klaim dalam berbagai cara menyediakan manajer
underwriting dengan informasi yang diperlukan untuk memastikan bahwa
prediksi dapat dibuat tentang pola hilangnya masa depan dan, pada
gilirannya, premi yang diperlukan untuk menutupi masa depan biaya klaim
diantisipasi.
Ada banyak cara yang berbeda bahwa analisis ini dapat dilakukan dan banyak
detail dari teknik analisis klaim berada di luar ruang lingkup matakuliah ini. Namun,
pentingnya informasi mengenai klaim dalam persyaratan underwriting dan tarif
premi dapat dihargai melalui pemahaman dari berbagai pertanyaan underwriter
akan bertanya ketika mempelajari data klaim.
Jawaban:
Earned premium adalah jumlah total premi yang dikumpulkan oleh perusahaan
asuransi selama satu periode yang telah diperoleh berdasarkan rasio waktu yang
diteruskan pada polis-polis sepanjang efektivitas periode polis. Jumlah premi “bayar
di muka” pro-rated ini telah diperoleh dan sekarang menjadi milik perusahaan
asuransi.
Earned loss ratio lihat di atas.
7.15. Dalam kaitan dengan penanganan klaim, jelaskan peranan : (Sept 2012 No. 11;
Sept 2015, No. 9)
a. Petugas klaim perusahaan asuransi
b. Penilai kerugian
c. Ahli forensik
Jawaban:
a. Petugas klaim perusahaan asuransi.
Departemen klaim hendaknya dikelola oleh personil yang kompeten dan
profesional. Hal ini sangat penting untuk memastikan pengelolaan dana
perusahaan asuransi dengan efektif dan baik. Peran personil klaim adalah
untuk: 147
• Menangani semua klaim yang diajukan dengan cepat dan adil
• Mampu menganalisa dan mengetahui antara klaim nyata dan palsu
• Menentukan biaya klaim yang realistis sebelum pembayaran (atau
disebut dengan Cadangan)
• Menentukan apakah pihak lain, seperti perusahaan adjuster asuransi,
perlu dilibatkan, dan
• Dapat menyelesaikan klaim dengan biaya seefektif mungkin.
c. Ahli forensik.
untuk menetapkan penyebab kerugian, misalnya, penyebab kebakaran,
Tambahan :
d. Medical practitions :
Berfungsi untuk menentukan apakah kondisi medis yang diklaim benar.
Biasanya ada pada asuransi jiwa.
e. Loss adjuster
Loss adjuster adalah pihak ahli untuk memproses klaim dari awal sampai
akhir. Klaim yang kecil biasanya dinegosiasikan dan diselesaikan secara
langsung. Namun, dalam kasus klaim yang lebih besar atau kompleks, jasa
seorang loss adjuster akan digunakan. Fungsinya adalah:
• Penyelidikan keadaan seputar klaim yang terjadi
• Menentukan apakah kerugian yang terjadi dijamin dalam polis
• Memfasilitasi segala tindakan darurat, termasuk mengenai salvage
dan penyelamatan harta benda yang masih bias diselamatkan.
• Negosiasi atas jumlah diklaim
• Negosiasi dengan pemasok spesialis, dan
• Membuat rekomendasi atas penyelesaian klaim bagi perusahaan
asuransi. Perusahaan asuransi kemudian akan mempertimbangkan
jumlahnya dan menginformasikan jumlah ini kepada tertanggung.
148
Tujuan mereka adalah untuk merundingkan suatu penyelesaian, dalam hal
kebijakan, yang adil untuk kedua perusahaan asuransi dan tertanggung.
Adjuster asuransi Chartered adalah anggota dari Chartered Institute of Loss
Adjusters. Adjuster Kerugian bertindak sebagai pihak yang independen,
profesional, dan berkualitas. Mereka dibayar oleh perusahaan asuransi yang
memerintahkan mereka. Komisinya biasanya ditentukan oleh presentase
dari nilai kerugian.
7.16. Dalam kaitan dengan klaim asuransi: (Sept 2008 No. 13. Mar 2010 No. 12)
a. Sebutkan 7(tujuh) hal yang perlu diteliti oleh petugas klaim
b. Jelaskan peranan loss adjuster
c. Jelaskan perbedaan antara indemnity dan reinstatement dalam perhitungan
ganti rugi
Jawaban:
a. 7(tujuh) hal yang perlu diteliti oleh petugas klaim
1. Polis operative pada saat terjadi kerugian
2. Tertanggung benar mengasuransikan
3. Peril dicover dalam polis
4. Tertanggung telah merngambil langkah-langkah untuk mengurangi
kerugian
Reinstatement
Artinya pemulihan kembali harta benda yang dipertanggungkan kepada
kondisi sesaat sebelum kerugian.
Apabila terjadi total loss, indemnity dilakukan dengan cara rebuilding,
150
sedangkan apabila terjadi partial loss dilakukan repair.
Reinstatment bisa terjadi dalam keadaan sebagai berikut:
- oleh penanggung dalam terms of the policy
- oleh penanggung dalam UU
- oleh tertanggung dalam UU dan kontrak
Tertanggung harus memperhitungkan biaya pemulihan kembali
(reinstatement) pada saat dilakukannya reinstatement, dan dapat lebih tinggi
dibanding biaya penggantian saat ini.
Faktor keterlambatan pemesanan barang juga perlu diperhitungkan.
7.17. Uraikan peranan aktuaris dalam asuransi kerugian (non-life). (Sept 2012 No. 5)
Jawaban:
1. perhitungan kerja secara tekhnik baik produk baru dan existing .
2. menghitung cadangan klaim
3. menghitung persyratan RBC
4. analisa risiko investasi & dana untuk mendukung cadangan tekhnik
7.18. Uraikan apa yang dimaksud dengan proximate clause (Mar 2016, No. 3)
Jawaban:
The active, efficient cause that sets in motion a train of events which brings about a
result, without the intervention of any force started and working actively from a new
and independent source (Pawsey v Scottish Union and National, 1907). (Penyebab
yang aktif, efisien yang berlangsung dalam suatu rangkaian yang menimbulkan suatu
akibat, tanpa adanya intervensi dari setiap kekuatan, yang dimulai dan beroperasi
secara aktif dari sumber/sebab baru yang berdiri sendiri)
Untuk memudahkan memahaminya, cara kerja proximate cause ini sama dengan ‘efek
domino’ dalam permainan kartu domino yang ditegakkan dan disusun memanjang
seperti ular. Apabila kartu domino yang tertimpa kartu domino sebelumnya akan
terjatuh dan menimpa kartu berikutnya. Demikian seterusna hingga seluruh kartu
domino itu terjatuh sampai kartu domino terakhir. Sepanjang tidak ada intervensi
untuk menghentikan efek domino tersebut, dengan menahan atau mengambil kartu
domino dari tengah, maka proximate cause dari terjatuhnya kartu domino terakhir
adalah kartu domino yang paling awal dijatuhkan. Namun dalam praktek, terkadang
tidak semudah itu menentukan proximate cause dari suatu peristiwa. Sebagai
ilustrasi, kasus yang sering kali dijadikan rujukan dalam berbagai literatur asuransi
adalah kasus Leyland Shipping Co. V. Norwiich Union Fire Insurance Society Ltd
(1918).
Ketika itu sedang berkecamuk perang. Kapal milik Leyland Shipping Co mengalami 151
kerusakan parah dibagian tubuh lambung dsebabkan hantaman torpedo musuh.
Akibatnya kapal tersebut terancam tenggelam. Nahkoda kapal yang meyadari
bahaya tersebut, berupaya mengarahkan kapal ke pelabuhan terdeka untuk
diperbaiki. Usahanya berhasi, tapi baru saja pekerjaan perbaikan dimulai, badai
mulai berhembus dengan kuat dan mulai menerjang pelabuhan.
Syah Bandar menyadari kemungkinan kapal tersebut akan karam di pelabuhan
semakin pasti. Karena badai terus menghantam pelabuhan yang menyebabkan air
laut masuk ke dalam kapal melalui lubang yang menganga di lambung kapal yang
belum sempat diperbaiki. Dikhawatirkan jika kapal tersebut karam di pelabuhan,
maka akan menghalangi kapal-kapal lain untuk bersandar. Untuk menghindarkan hal
tersebut, Syah Bandar kemudian memaksa kapal tersebut ke luar dari pelabuhan.
Namun tak lama berselang setelah kapal berlayar menjauhi pelabuhan, akhirnya
karam dihantam badai. Dalam kasus peril manakah yang menjadiproximate cause
yang menyebabkan kerusakan pada lambung kapal atau karena badai yang
menyebabkan air laut masuk ke dalam kapal hingga tenggelam.Sepintas mungkin
akan menyimpulkan bahwa badailah yang menjadi penyebab tenggelamnya kapal
tersebut. Jadi badai adalah hakim House of Lord, UK dalam putusannya berpendapat
bahwa: “what does proximate here mean? To treat proximate cause as if it was the
cause which is proximate in time is, as I have said, out of the question. The cause
which is truly proximate is that which is proximate in efficiency. That efficiency may
have been preserved although other causes may meantime have sprung up which
have yet not destroyed remains the real efficient cause to which that can be ascribed
”. Proximate cause tidak semata-mata ditentukan oleh suatu sebab yang terjadi
dalam waktu dekat atau yang terdekat dari suatu peristiwa. Tapi ditentukan oleh
7.19. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi, uraikan: (Sept 2016, No. 13)
a. Pengertian proximate cause
b. 2 (dua) tahapan utama dalam penerapan prinsip proximate cause
c. Cara memodifikasi penerapan prinsip proximate cause dalam policy wordings
Jawaban:
a. Pengertian proximate cause
Proximate cause adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan 152
suatu rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat, tanpa adanya
intervensi suatu kekuatan yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru
dan independent (berdiri sendiri). Definisi ini lahir dalam kasus Pawsey V.S
Scottish Union and National (1907).
Proximate cause bukanlah penyebab pertama atau terakhir, tetapi adalah
penyebab yang dominan (Leyland Shipping Co. VS Norwick Union 1918) atau
penyebab yang efisien, atau penyebab yang operatif (P. Samuel & Co. Vs
Dumas 1924 dan Forkshire Ball Steamsihip Co. Vs. Minister of War transport
1942).
Penyebab disebut aktif dan efisien, jika ada hubungan langsung antara sebab
(cause) dengan akibat (result), dan penyebab tersebut cukup kuat, sehingga
setiap tahap (stage) dalam rentetan kejadian (train of events) seseorang dapat
secara logis memperkirakan apa yang akan terjadi dalam rentetan kejadian,
sampai akibat (result) terjadi jika ada beberapa penyebab yang beroperasi,
Proximate cause adalah penyebab yang dominan atau yang paling kuat
menimbulkan akibat.
tingginya kartu. Jika kita tepuk ujung atas kartu no.1, akan menyebabkan
jatuhnya kartu no.2, dan seterusnya, sampai kartu terakhir no.6 jatuh.
Dari ilustrasi di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Train/Chain of events, proses jatuhnya kartu dari no.1 s/d no.6 yang
menimbulkan suatu akibat (result) yaitu jatuhnya kartu No.6, dan penyebab
aktif dan efisien adalah tindakan menepuk kartu no.1.
Namun, jika dalam train/chain of events di atas, ada orang lain yang menahan
kartu no.3, kemudian orang tersebut menepuk kartu no.4 yang menyebabkan
jatuhnya kartu no.5 dst, maka proximate cause dari jatuhnya kartu no.6 adalah
tindakan orang lain yang menepuk kartu no.4. Karena dalam train of events
tersebut telah terjadi intervensi dari sumber baru dan independen.
CAUSATION
Dalam praktek kadang-kadang sulit menetapkan penyebab yang efisien atas
suatu kerugian. Penyebab awal dan penyebab akhir seringkali sangat jelas,
namun kesulitan seringkali timbul dalam memutuskan :
• Apakah ada “direct chain of causation”
• Apakah ada kekuatan baru yang intevensi dan mengalahkan penyebab
awal
Indirect causes
Dalam kasus “Coxe v. Employers” Liability Insurance Corporation Ltd (1916)”, polis
mengecualikan meninggal yang disebabkan “directly or indirectly” oleh perang.
Seorang officer yang sedang inspeksi prajurit disepanjang rel kereta api, tertabrak
kereta dan meninggal. Walaupun meninggalnya officer disebabkan langsung dan
proximate cause oleh kecelakaan, namun perang sebagai “indirect cause”, karena
jika tidak ada perang, officer tersebut tidak akan berada di rel kereta. Klaim tidak
dijamin.
Jawaban:
• Single cause (penyebab tunggal)
• Chain of event (penyebabnya lebih dari satu atau sederetan penyebab)
154
Dua kriteria yang perlu diperhatikan adalah :
1. unbroken sequence (sederetan penyebab yang tidak terputus)
2. broken sequence (sederetan penyebab yang terputus):
• Concurrent causes: 2 kejadian yang timbul pada saat bersamaan, tetapi
masing-masing berdiri sendiri
7.21. Uraikan pengertian prinsip pemberian ganti rugi secara reinstatement. (Mar 2006
No. 5)
Jawaban:
a. Pengertian Indemnity
Jawaban : Lihat di atas
Franchise
Adalah sejumlah tertentu yang disepakati bersama antara penanggung
dan tertanggung di mana apabila kerugian kurang dari jumlah tersebut
maka klaim tidak dibayar. Tapi apabila jumlah mencapai jumlah
minimum maka klaim akan diganti seluruhnya.
Jawaban:
a. Lihat di atas
b. Lihat di atas mengenai 4(empat) metode dalam memberikan indemnity
c. lihat metode dalam pemberian indemnity
7.24. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi, jelaskan: (Sept 2014 No. 11)
a. pengertian prinsip indemnity.
7.25. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi yang terkait dengan perjanjian asuransi,
jelaskan: (Sept 2017 No. 12)
a. pengertian prinsip indemnity.
b. 4 (empat) opsi bagi penanggung dalam penerapan prinsip indemnity.
c. 3 (tiga) jenis pertanggungan yang memodifikasi penerapan prinsip indemnity
Jawaban:
a. & b. lihat di atas
c. 3 (tiga) jenis pertanggungan yang memodifikasi penerapan prinsip indemnity
a. Reinstatement.
Kadang-kadang penutupan asuransi dilakukan berdasarkan Nilai Pemulihan
Kembali (Reinstatement), jika terjadi suatu kerugian yang dijamin dalam
polis, maka ganti-rugi adalah sebesar jumlah kerugian yang benar-benar
dideritanya tanpa dikurangi dengan Wear & Tear dan atau Depresiasi, sampai
157
maksimum sebesar Nilai Pertanggungan. Contoh: penggantian klaim atas
building dalam Polis PAR.
Hal ini berarti bahwa Tertanggung akan menerima pembayaran ganti-rugi
yang lebih besar daripada perhitungan ganti-rugi berdasarkan Indemnitas.
7.26. Uraikan 4 (empat) pilihan cara pemberian ganti rugi yang dapat diambil berdasarkan
Polis Standar Asuransi kebakaran Indonesia(PSAKI) (Okt 2010 No. 7)
7.27. Berkaitan dengan prinsip asuransi dalam penyelesaian klaim, jelaskan (Sept
2018,No. 13):
158
a. Perbedaan dasar penyelesaian klaim secara indemnity dan reinstatement.
b. 5 (lima) pokok ketentuan dalam Reinstatement Value Clause yang diterbitkan
oleh AAUI
c. 4 (empat) cara pemberian ganti rugi berdasarkan Polis Standar Asuransi
Kebakaran Indonesia.
Jawaban:
a. Perbedaan dasar penyelesaian klaim secara indemnity dan reinstatement.
Indemnity
Adalah kompensasi finansial yang pasti dan cukup menempatkan tertanggung
dalam posisi keuangan tertanggung sesudah kerugian sebagaimana yang ia
alami segera sebelum peristiwanya terjadi.
Reinstatement
Artinya pemulihan kembali harta benda yang dipertanggungkan kepada
kondisi sesaat sebelum kerugian. Apabila terjadi total loss, indemnity dilakukan
dengan cara rebuilding, sedangkan apabila terjadi partial loss dilakukan repair.
Reinstatment bisa terjadi dalam keadaan sebagai berikut:
- oleh penanggung dalam terms of the policy
- oleh penanggung dalam UU
- oleh tertanggung dalam UU dan kontrak
7.28. Dalam kaitan dengan ketentuan penyelesaian klaim berdasarkan polis Standar
Asuransi Kebakaran Indonesia, jelaskan: (Sept 2013, No. 14)
a. Empat pilihan bagi penanggung dalam memberikan ganti rugi
b. batas penetapan ganti grugi
c. pengukuran indemnitas menurut Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia
Jawaban:
a. Lihat di atas. 160
b. Lihat jawaban di soal setelah soal ini.
c. Lihat jawaban di soal sebelum soal ini.
7.29. Jelaskan 5 (lima) hal yang membatasi besarnya indemnity yang menjadi hak dari
tertanggung dalam asuransi kerugian.
Jawaban:
1. Sum Insured :
Maksimum batas penggantian kerugian
Batas tanggung jawab penanggung
2. Average
Average terjadi karena ada under-insurance
Penanggung hanya menikmati premi penyelesaian claim sebagai
indemnity
Tertanggung menerima kurang dari apa yang dideritanya tapi secara
3. Excess
Adalah jumlah dari setiap claim yang merupakan faktor pengurang
dalam pembayaran klaim
Biasanya diperjanjikan dalam polis sebagai kesepakatan jumlah
Secara teori berarti tertanggung menahan sebagai risiko sendiri sendiri
yang konsekuensinya dia akan menerima penggantian kurang dari
indemnity
4. Franchise
Adalah sejumlah tertentu yang disepakati bersama antara penanggung dan
tertanggung di mana apabila kerugian kurang dari jumlah tersebut maka
klaim tidak dibayar. Tapi apabila jumlah mencapai jumlah minimum maka
klaim akan diganti seluruhnya.
5. Limit
Adalah batas jumlah maksimum penggantian wardingnya “In the event of
loss not more than Rp 500.000,- akan dibayar setiap kejadian loss”
161
Jadi Rp 500.000,- adalah maksimum limit penggantian apabila kerugiannya
Rp 700.000,- maka jumlah yang dibayar adalah tetap Rp 500.000,-
6. Deductible
Pada prinsipnya sama dengan excess namun biasanya untuk jumlah yang
cukup besar. Seperti dalam marine insurance, deductible 1% of SI, dalam
pabrik Rp 150 juta.
7.30. Uraikan penerapan ketentuan average dalam perhitungan jumlah ganti rugi. (Mar
2009 No. 8)
Jawaban:
Dalam hal harga pertanggungan lebih rendah dari nilai harta benda / kepentingan
yang diasuransikan, pembayaran atas suatu klaim akan berkurang secara
proporsional menurut perbandingan antara harga pertanggungan dengan nilai harta
benda/kepentingan tersebut
misal dalam asuransi kebakaran :
o harga pertanggungan : Rp. 40 Milyar
o nilai harta benda sebenarnya : Rp. 50 Milyar
Rp. 40.000.000.000
------------------------ x Rp. 10.000.000.000 = Rp. 8.000.000.000
Rp. 50.000.000.000
7.31. Dalam Kaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan : (Mar 2011 No. 11)
a. Perbedaan antara indemnity dengan reinstatement
b. Penerapan ketentuan average dalam perhitungan ganti rugi
c. Kewajiban Tertanggung pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan
berdasarkan Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia
Jawaban:
a. Lihat di atas
b. Lihat di atas
c. Kewajiban Tertanggung pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan
berdasarkan Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia
162
Tertanggung, sesudah mengetahui atau pada waktu ia dianggap
seharusnya sudah mengetahui adanya kerugian atau kerusakan atas
harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan dalam Polis,
wajib :
- segera memberitahukan hal itu kepada Penanggungdalam waktu 7
(tujuh) hari kalender
- memberikan keterangan tertulis yang memuat hal ikhwal yang
diketahuinya tentang kerugian atau kerusakan tersebut. Keterangan
tertulis itu harus menguraikan tentang segala sesuatu yang terbakar,
musnah, hilang, rusak dan terselamatkan serta mengenai penyebab
kerugian atau kerusakan yang terjadi
- paling lambat dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak terjadinya
kerugian dan atau kerusakan, mengajukan tuntutan ganti rugi
kepada Penanggung tentang besarnya jumlah kerugian yang
diderita.
• Pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan, Tertanggung wajib :
- sedapat mungkin menyelamatkan harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan serta mengijinkan pihak lain
untuk menyelamatkan harta benda dan atau kepentingan tersebut
- mengamankan harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang masih bernilai
- memberikan bantuan sepenuhnya kepada Penanggung atau pihak
7.33. Berkaitan dengan prinsip dasar asuransi dalam perjanjian asuransi, uraikan
pengertian average condition (April 2015, No. 4).
Jawaban:
a. Ganti rugi pertangungan rangkap
a.1 Menyimpang dari Pasal 277 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas harta benda
dan atau kepentingan yang dipertanggungkan dengan Polis ini, di
mana harta benda dan atau kepentingan tersebut sudah dijamin pula
oleh satu atau lebih pertanggungan lain.
Dan jumlah seluruh harga pertanggungan polis yang ada (berlaku)
lebih besar dari harga sebenarnya dari harta benda dan atau
kepentingan yang dimaksud itu sesaat sebelum terjadinya kerugian,
maka jumlah ganti rugi maksimum yang dapat diperoleh berdasarkan
Polis ini berkurang secara proporsional menurut perbandingan
antara harga pertanggungan polis ini dengan jumlah seluruh harga
pertanggungan polis yang ada (berlaku), tetapi premi tidak dikurangi
atau dikembalikan.
a.2 Ketentuan di atas akan dijalankan, biarpun segala pertanggungan
yang dimaksud itu dibuat dengan beberapa polis yang diterbitkan
pada hari yang berlainan, dengan tidak mengurangi ketentuan
pada Pasal 277 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu
c. Penghentian pertangungan
c.1 Selain dari hal-hal yang diatur pada pasal 1 ayat (1.2.), Penanggung
dan Tertanggung masing-masing berhak setiap waktu menghentikan
164
pertanggungan ini dengan memberitahukan alasannya.
Pemberitahuan penghentian dimaksud dilakukan secara tertulis
melalui surat tercatat oleh pihak yang menghendaki penghentian
pertanggungan kepada pihak lainnya di alamat terakhir yang
diketahui. Penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan
Polis ini, 5 (lima) hari kalender terhitung sejak tanggal pengiriman
surat tercatat atas pemberitahuan tersebut.
c.2 Apabila terjadi penghentian pertanggungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (22.1.) di atas, premi akan dikembalikan secara prorata
untuk jangka waktu pertanggungan yang belum dijalani, setelah
dikurangi biaya akuisisi Penanggung. Namun demikian, dalam hal
penghentian pertanggungan dilakukan oleh Tertanggung di mana
selama jangka waktu pertanggungan yang telah dijalani, telah
terjadi klaim yang jumlahnya melebihi jumlah premi yang tercantum
dalam Ikhtisar Pertanggungan, maka Tertanggung tidak berhak atas
pengembalian premi untuk jangka waktu pertanggungan yang belum
dijalani.
7.36. Berkaitan dengan proses underwriting, sebutkan 5 (lima) jenis data atau informasi
yang perlu disampaikan dalam laporan kepada dewan direksi. (Sept 2014, No. 5)
7.37. Sebutkan 4 (empat) contoh fraud dalam klaim asuransi (Mar 2007 no 8)
Jawaban:
• Mengada-adakan suatu kejadian kerugian yang sebenarnya tidak terjadi;
Misal: Perampokan padahal sebenarnya bohong
• Membesar-besarkan jumlah barang yang hilang akibat suatu pencurian
yang secara jujur dilaporkan terjadi
• Secara sengaja menciptakan suatu kejadian yang dijamin; mis. 165
menumpahkan cat pada karpet di rumah
• Membesar-besarkan akibat dari suatu kejadian yang dijamin; mis.
berpura-pura seolah-olah terjadi cedera badan yang lebih parah dari yang
sebenarnya dialami untuk memperoleh kompensasi yang lebih besar
7.38. Berdasarkan Polis standar Asuransi Kebakaran Indonesia : (Mar 2010 No. 13)
Jawaban:
a. ketentuan tentang fraudulent report
Tertanggung yang bertujuan memperoleh keuntungan dari jaminan Polis ini
, yang dengan sengaja :
1. Memperbesar jumlah kerugian yang diderita ;
2. Memberitahukan barang-barang yang tidak ada sebagai barang-
2. Repair
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara
memperbaiki obyek asuransi yang mengalami kerusakan.
3. Replacement
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara mengganti
barang obyek asuransi yang mengalami kerusakan.
Biasanya untuk asuransi glass insurance, perhiasan, mobil
baru
Penanggung memanfaatkan discount dari perusahaan yang
dibelinya.
Menyimpang dari prinsip indemnity, pada motor insurance
ada “new for old” tapi hanya sedikit sekali perbedaannya dan
penanggung sudah mendapat discount waktu pembelian
4. Reinstatement
167
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara membangun
kembali harta benda (obyek asuransi) yang mengalami
kerusakan.
Artinya pemulihan kembali harta benda yang dipertanggungkan
kepada kondisi sesaat sebelum kerugian.
Apabila terjadi total loss, indemnity dilakukan dengan cara
rebuilding, sedangkan apabila terjadi partial loss dilakukan
repair
7.39. Berkaitan dengan prinsip asuransi dalam penyelesaian klaim berdasarkan ketentuan
Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia, jelaskan: (Sept 2015, No. 12)
a. 4 (empat) pilihan bagi penanggung dalam memberikan ganti rugi
b. batas penetapan ganti rugi
c. ketentuan tentang laporan tidak benar
Jawaban:
a. 4 (empat) pilihan bagi penanggung dalam memberikan ganti rugi
1. Payment (of money) atau cash
2. Repair
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara
memperbaiki obyek asuransi yang mengalami kerusakan.
Biasanya untuk asuransi kendaraan bermotor
Penanggung dapat memberikan indemnity dengan cara ini,
biasanya dia menyediakan fasilitas bengkel atau bahkan
bengkel kepunyaan penanggung sendiri.
Caranya tertanggung tinggal menarik mobil yang rusak ke
bengkel penanggung kemudian mengisi formulir, kendaraan
diperiksa oleh petugas bengkel dan pekerjaan perbaikan bisa
dimulai
168
3. Replacement
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara mengganti
barang obyek asuransi yang mengalami kerusakan.
Biasanya untuk asuransi glass insurance, perhiasan, mobil
baru
Penanggung memanfaatkan discount dari perusahaan yang
dibelinya.
Menyimpang dari prinsip indemnity, pada motor insurance
ada “new for old” tapi hanya sedikit sekali perbedaannya dan
penanggung sudah mendapat discount waktu pembelian
4. Reinstatement
Penanggung memberikan indemnitas dengan cara membangun
kembali harta benda (obyek asuransi) yang mengalami
kerusakan.
Artinya pemulihan kembali harta benda yang dipertanggungkan
kepada kondisi sesaat sebelum kerugian.
Apabila terjadi total loss, indemnity dilakukan dengan cara
rebuilding, sedangkan apabila terjadi partial loss dilakukan
repair
2. Average
Average terjadi karena ada under-insurance
Penanggung hanya menikmati premi penyelesaian claim sebagai
indemnity
Tertanggung menerima kurang dari apa yang dideritanya tapi secara
implisit tertanggung mendanai sendiri karena under insurance or self-
insurance
3. Excess
Adalah jumlah dari setiap claim yang merupakan faktor pengurang
dalam pembayaran klaim
Biasanya diperjanjikan dalam polis sebagai kesepakatan jumlah 169
Secara teori berarti tertanggung menahan sebagai risiko sendiri sendiri
yang konsekuensinya dia akan menerima penggantian kurang dari
indemnity
4. Franchise
Adalah sejumlah tertentu yang disepakati bersama antara penanggung dan
tertanggung di mana apabila kerugian kurang dari jumlah tersebut maka
klaim tidak dibayar. Tapi apabila jumlah mencapai jumlah minimum maka
klaim akan diganti seluruhnya.
5. Limit
Adalah batas jumlah maksimum penggantian wardingnya “In the event of
loss not more than Rp 500.000,- akan dibayar setiap kejadian loss”
Jadi Rp 500.000,- adalah maksimum limit penggantian apabila kerugiannya
Rp 700.000,- maka jumlah yang dibayar adalah tetap Rp 500.000,-
6. Deductible
Pada prinsipnya sama dengan excess namun biasanya untuk jumlah yang
cukup besar. Seperti dalam marine insurance, deductible 1% of SI, dalam
170
7.40. Uraikan apa yang dimaksud dengan new for old
Jawaban:
New for old berlaku dalam Household policy. Pada dasarnya asuradur setuju
untuk membayar kerusakan dengan barang yang baru sekalipun barang
tersebut telah dibeli beberapa tahun yang lalu tanpa dikurangi unsur wear
and tear.
New for loss juga berlaku dalam Motor Car policy di mana kendaraan yang
masih dalam usia tertentu akan mendapatkan penggantian mobil baru
dengan merk dan spesifikasi yang sama jika terjadi total los.
Jawaban:
Agreed value
Pembayaran klaim sesuai dengan jumlah harga yang disepakati yang setara dengan
jumlah kerugian property pada waktu dan tempat kejadian.
7.42. Berkaitan dengan subrograsi (subrogration) menurut Hukum Inggris, jelaskan: (Sept
2007 No. 12)
a. Definisi subrogasi
b. 3 (tiga) sumber timbulnya subrogasi)
c. Penerapan prinsip subrogasi
Jawaban:
a. Definisi subrograsi
Subrogation is a right of one person, having indemnified another under a
legal obligation to do so, to stand in the place of that another and avail himself
of all rights and remedies of that other, whether already enforced or not. 171
Dalam kasus Burnand v. Rodonachi, prinsip subrogasi diketengahkan di
mana asuradur yang telah memberikan indemnity, berhak menerima kembali
dari tertanggung sesuatu yang diterima tertanggung dari sumber lain.
Hal yang mendasar adalah bahwa tertanggung berhak atas indemnity tapi
tidak boleh lebih dari itu. Subrogasi membolehkan asuradur menggantikan
kedudukan tertanggung dalam memperoleh keuntungan atas adanya
kejadian yang dijaminkan.
Jawaban:
Isi klasulnya: In the event of a claim arising under this policy, the Insurers agree
to waive any rights, remedies or relief to which they might become entitled by
subrogation against any company standing in relation of subsidiary to or parent to
the insured as defined in section 102 of the company’s act 1997.
Tejemaannya: Dalam hal adanya klaim yang timbul di bawah polis ini, Penanggung
setuju untuk melepaskan segala hak, pemulihan atau keringanan yang mungkin
menjadi hak mereka melalui prinsip subrogasi yang berdiri atas perusahaan induk
7.44. Berkaitan dengan prosedur penerbitan polis, uraikan pengertian klausul subrogation
waiver. (Sept 2015, No. 5)
7.45. Hak subrograsi dalam perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 284 kitab undang
undang hukum Dagang (KUHD) (Sept 2009 No. 2)
Jawaban:
Penanggung telah membayar kerugian barang yang dipertanggungkan, memperoleh
semua hak yang sekiranya dimiliki tertanggung terhadap pihak ketiga berkenaan
dengan kerugian itu, dan tertanggung bertanggung jawab untuk setiap perbuatan
yang mungkin merugikan hak penanggung, terhadap pihak ketiga itu. 173
7.46. Dalam kaitannya dengan ketentuan tentang klaim dalam polis asuransi, jelaskan
(Sept 2013, No. 12; Mar 2018, No. 13)
a. Pengertian contribution
b. Pengertian subrogation
c. Perbedaan antara excess, deductible, dan franchises
Jawaban:
a. Pengertian contribution
Contribution is a right of an insurer to call upon others, similarly, but
neccesarily equally liable to the same insured, to share the cost of an
indemnity payment.
Corollary of indemnity
Memfokuskan pada proporsi tanggung jawab penanggung yang bertanggung
jawab atas peril / subject matter of insurance yang sama, dalam hal terjadi
double insurance sehingga tertanggung tidak mendapatkan indemnity lebih
dari kerugian yang diderita.
Hal yang pokok di sini adalah bila penanggung telah membayar ganti rugi
penuh, penanggung dapat menutup kerugiannya dari penanggung lain
b. Pengertian subrogation
Subrogation is a right of one person, having indemnified another under
a legal obligation to do so, to stand in the place of that another and avail
himself of all rights and remedies of that other, whether already enforced
or not.
Dalam kasus Burnand v. Rodonachi, prinsip subrogasi diketengahkan
di mana asuradur yang telah memberikan indemnity, berhak menerima
kembali dari tertanggung sesuatu yang diterima tertanggung dari sumber
lain.
Hal yang mendasar adalah bahwa tertanggung berhak atas indemnity tapi
tidak boleh lebih dari itu. Subrogasi membolehkan asuradur menggantikan
kedudukan tertanggung dalam memperoleh keuntungan atas adanya
kejadian yang dijaminkan.
Deductible:
Pada prinsipnya sama dengan excess namun biasanya untuk jumlah
yang cukup besar. Seperti dalam marine insurance, deductible 1% of SI,
dalam pabrik Rp 150 juta.
Franchises:
Adalah sejumlah tertentu yang disepakati bersama antara penanggung
dan tertanggung di mana apabila kerugian kurang dari jumlah tersebut
maka klaim tidak dibayar. Tapi apabila jumlah mencapai jumlah minimum
maka klaim akan diganti seluruhnya.
7.47. Berkaitan dengan prinsip asuransi dalam penyelesaian klaim, jelaskan: (April 2015
No 13))
a. pengertian contribution .
b. pengertian subrogation .
c. perbedaan antara excess,deductibles dan franchises.
Jawaban:
Tertanggung tidak berhak untuk mengklaim suatu pembayaran apabila peristiwa
atau kejadian yang menyebabkan kerugian atau kerusakan pokok pertanggungan
tidak termasuk dalam scope jaminan polis. Namun demikian, untuk peristiwa atau
kejadian seperti itu, penanggung kadang-kadang tetap membayar sebagian atau
seluruh kerugian itu karena pertimbangan komersil demi nama baik penanggung;
pembayaran seperti ini disebut “ex gratia payment”.
7.49. Berkaitan dengan prinsip kontribusi, Jelaskan : (Mar 2008 No. 13).
a. Definisi Contribution
b. Timbulnya kontribusi
c. Market agreement
Jawaban:
a. Definisi Contribution:
175
Contribution is a right of an insurer to call upon others, similarly, but neccesarily
equally liable to the same insured, to share the cost of an indemnity payment.
Corollary of indemnity
Memfokuskan pada proporsi tanggung jawab penanggung yang bertanggung
jawab atas peril / subject matter of insurance yang sama, dalam hal terjadi
double insurance sehingga tertanggung tidak mendapatkan indemnity lebih
dari kerugian yang diderita.
Hal yang pokok di sini adalah bila penanggung telah membayar ganti rugi
penuh, penanggung dapat menutup kerugiannya dari penanggung lain
dengan proporsi yang seimbang
b. Timbulnya kontribusi
Berdasarkan common law, kontribusi berlaku apabila terdapat hal-hal
sebagai berikut:
1. adanya dua atau lebih polis indemnity
1. polis-polis dimaksud menutup kepentingan bersama
(common interest)
Case North British & Mercantile v Liverpool & London & Globe
(1877) dikenal sebagai case “The King and Queen Granaries” .
Rodocanachi mendepositkan padi di lumbung yang dimiliki oleh
Barnett. Barnett mengasuransikannya. Pemilik mengasuransikannya
untuk melindungi interestnya sebagai pemilik.
Ketika terjadi kebakaran, penanggung penjamin/pengelola
membayar dan mencari recovery dari penanggung pemilik padi.
Karena interest berbeda, yang satu sebagai penjamin dan yang lain
sebagai pemilik, diputuskan bahwa kontribusi tidak berlaku.
Case tersebut membuktikan bahwa untuk kontribusi antara polis-
polis timbul di dalam hukum, interest in subject matter of insurance
harus sama.
176
3. polis-polis dimaksud menutup objek asuransi bersama (common
subject matter)
4. setiap polis harus membayar kerugian
a. Market agreements
Kadang kala oleh para penanggung di suatu negara (pasar) membuat
suatu perjanjian atau kesepakatan mengenai aturan / prinsip kontribusi.
Kesepakatan tersebut berisi modifikasi (perubahan) dari ketentuan kontribusi
berdasarkan kebiasaan dan bukan berdasarkan ketentuan hukum (legal
rule)
7.50. Sebutkan 3 (tiga) bentuk laporan tidak benar (fraudulent report) yang terdapat dalam
Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia (Mar 2011 No. 6).
7.51. Berdasarkan Polis standar Asuransi Kebakaran Indonesia : (Sept 2011 No. 14)
7.52. Dalam kaitan dengan penyelesaian perselisihan klaim, uraikan : (Mar 2007 No. 14)
a. perbedaan antara litigation dan arbitration (bobot 25%)
b. pengertian Alternative Dispute Resolution (ADR) (bobot 20%)
c 3 (tiga) bentuk Alternative Dispute Resolution (ADR) (bobot 45%)
Jawaban:
a Litigation
Pengajuan tuntutan melalui pengadilan oleh Tertanggung atau Pemegang
Polis (Policyholder) atas klaim yang ditolak dibayar oleh Penanggung
atas perselisihan tentang dijamin atau tidaknya suatu klaim menurut
Polis, atau tentang timbul atau tidaknya kewajiban Penanggung untuk
membayar klaim.
Tidak ada yang dapat menghalangi Tertanggung untuk mengajukan
tuntutan melalui pengadilan
177
Tidak bersifat sukarela (voluntary)
Jika sudah dimulai tidak ada pihak yang dapat menariknya tanpa
persetujuan pihak lawan
Arbitration
Fasilitas penyelesaian perselisihan tentang jumlah yang harus dibayar
Penanggung atas suatu klaim yang sudah diakui tanggung jawabnya
oleh Penanggung
Melibatkan penunjukan arbiter independen yang akan membuat suatu
keputusan yang bersifat final dan mengikat kedua pihak yang berselisih
bersifat sukarela
Kedua pihak mengambil jalan arbitrase atas dasar kesepakatan tanpa
paksaan
3. Expert appraisal
Para pihak merujukkan perselisihan kepada seorang ahli dalam
suatu bidang tertentu untuk mendapatkan opininya
7.53. Dalam kaitan dengan perselisihan antara tertanggung dan penanggung, jelaskan :
(Sept 2008 No. 14)
a. Perbedaan antara arbitratation dan litigation
b. Ketentuan arbritase menurut polis-polis standar Indonesia yang dikeluarkan
oleh AAUI.
c. Peran mediation and reconcillation sebagai salah satu metode alternative
Dispute Resolution
Jawaban:
a. Perbedaan antara arbitratation dan litigation
Jawaban : Lihat di atas
7.54. Uraikan perbedaan antara arbitrase dan litigation (Mar 2010 No. 8, Sept 2011 No. 7)
Jawaban:
180
Perselisihan diselesaikan melalui arbitrase dengan ketentuan:
1. Kedua belah pihak menunjuk 1 arbiter, maksud ini disampaikan secara tertulis
oleh yang bersangkutan ke pihak lainnya.
2. Bila tidak terlaksana dalam 15 hari, masing-masing menunjuk satu arbiter dan
kedua arbiter tersebut menunjuk arbiter ketiga
3. Bila tidak terlaksana dalam 60 hari, pihak yang lebih siap memohon kepada
DAI mengangkat 3 orang arbiter yang salah satunya menjadi Ketua Majelis
Arbitrase
4. Kematian salah satu pihak tidak membatalkan/mempengaruhi kekuasaan
arbiter. Bila arbiter meninggal, pihak yang menunjuk arbiter tersebut menunjuk
penggantinya.
5. Hak, kewajiban dan tanggung jawab serta tata cara perdagangan arbitrase
ditetapkan oleh para arbiter dan didasarkan kepada peraturan perundangan
yang berlaku
7.56. Jelaskan tentang arbitrase dalam Polis Standar Asuransi kebakaran Indonesia:
(Mar 2011 No. 12, Mar 2012 No. 14)
Jawaban:
8.1. Jelaskan 5 (lima) hal yang menjadi sasaran pengawasan Pemerintah terhadap
industri asuransi yang tujuannya untuk melindungi kepentingan masyarakat secara
umum. (sept 2006 no 11, mar 2008 no 14, mar 2009 no 14, mar 2010 no 14)
Jawaban:
1. Menjaga solvency
- Berkaitan dengan pendapatan premi
- Ditetapkan suatu rasio antara margin dan jumlah bisnis yang diaksep
- untuk mencegah orang-orang yang bertujuan penipuan (fraudulent)
dari menyediakan asuransi; dan bertindak sebagai pengawasan
berkesinambungan atas pihak-pihak yang telah melakukan transaksi
bisnis asuransi
2. Equity
- Juga diartikan morality, fairness atau reasonableness
- Mengimplikasikan fakta bahwa unsur fairness harus ada di antara
penanggung dan pemegang polis
- Kontrak asuransi cukup kompleks sehingga diperlukan alat kontrol 182
untuk melindungi pemegang polis
3 Competence
- Tidak ada barang nyata (tangible) yang diperjualbelikan dalam
kontrak asuransi; melainkan suatu janji untuk menyediakan indemity;
suatu kompensasi yang tepat / pasti
- Perlu dipastikan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis janji
tersebut adalah orang-orang yang kompeten dan dapat memenuhi
janjinya saat dibutuhkan
- Peraturan perundangan diperlukan dalam manajemen dari bisnis
asuransi dan investasi
4. Insurable Interest
- Perlu untuk menerbitkan peraturan perundangan untuk
menghilangkan unsur perjudian (gambling)
- Tidak dapat diterima jika seseorang akan mendapatkan keuntungan
dengan membeli polis asuransi dimana dia tidak mempunyai
kepentingan finansial dalam kerugian potensial melainkan
keuntungan yang akan diperolehnya jika kerugian tersebut terjadi
5 Penyediaan bentuk asuransi tertentu
- asuransi wajib, seperti asuransi jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek) di Indonesia, juga dapat diberlakukan sebagai intervensi
Pemerintah
- intervensi tidak dilakukan dengan bentuk Pemerintah yang
8.2. Jelaskan 5 (lima) aspek yang menjadi objek pengawasan pemerintah terhadap
industri Asuransi untuk melindungi kepentingan masyarakat secara umum (Mar
2011 No. 13)
8.3. Uraikan pengertian solvency margin. (Mar 2006 No. 6, Mar 2009 No. 7, sept 2011
No. 8)
Jawaban:
- Suatu jumlah dimana kekayaan (asset) harus melebihi kewajiban (liabilities)
183
- Setiap perusahaan harus menjaga suatu selisih minimum antara kekayaan
yang dimilikinya dan jumlah yang harus dibayarnya sebagai kewajiban
- Memperkecil risiko suatu perusahaanð asuransi dari tidak mempunyai
dana yang cukup untuk membayar klaim saat ini dan yang akan datang
8.4. Uraikan 3(tiga) alasan Pemerintah menetapkan asuransi wajib (Mar 2010 No. 3)
Jawaban:
1. Mewajibkan masyarakat untuk melakukan asuransi tertentu dengan maskud
dan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan
masyarakat.
2. Program asuransi untuk pegawai negeri sipil dan ABRI, yaitu meliputi
asuransi tabungan hari tua (THT) dan asuransi kesehatan (askes)
Jawaban:
1 Restriction on carrying on Insurance Business
Peraturan ini mengatur mengenai hal-hal yang harus dipenuhi jika ingin
menjalankan suatu Class of Business
BAGIAN I
Jawab seluruhnya DELAPAN pertanyaan pada bagian ini. Seluruh
pertanyaan memllikl bobot yang sama (equal marks).
Dianjurkan menggunakan waktu maksimum 45 menit untuk mengerjakan
Bagian I.
1. Berkaitan dengan konsep risiko, uraikan korelasi antara risk transfer dan
peace of mind dalam penutupan Asuransi. (Jawaban di halaman 49)
2. Uraiakan pengertian uncertainty sebagai salah satu unsur dari suatu risiko
dan diberikan contohnya. (Jawaban di halaman 5)
185
3. Berdasarkan perannya masing-masing, sebutkan 5 (lima) kelompok utama
dalam struktur pasar Asuransi. (Jawaban di halaman 56)
BAGIAN II
Jawab EMPAT dari ENAM pertanyaan pada bagian ini. Apabila dijawab lebih
dari 4 (empat) soal, maka yang akan dlnilai hanyalah jawaban dengan urutan
pengerjaan 1(satu) sampal 4 (empat) tanpa memperhatikan nomor urut soal.
Seluruh pertanyaan memiliki bobot yang sama (equal marks)
186
11. Berkaitan dengan UU no. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian: (Jawaban di
halaman 54)
a. Sebutkan 5 (lima) bidang jasa usaha perasuransian
b. Sebutkan 3 (tiga) profesi penyedia jasa bagi perusahaan perasuransian
c. Uraikan pengertian objek Asuransi
d. Uraikan ketentuan tentang penutupan objek Asuransi di Indonesia
187
PERASURANSIAN
SALINAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Produk Asuransi adalah:
a. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1
(satu) jenis atau lebih risiko yang dapat
diasuransikan yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti dengan memberikan penggantian kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita pemegang polis,
tertanggung, atau peserta, atau pemberian jaminan
pemenuhan kewajiban pihak yang dijamin kepada
pihak yang lain apabila pihak yang dijamin tersebut
tidak dapat memenuhi kewajibannya;
b. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1
(satu) jenis atau lebih risiko yang terkait dengan
meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan,
hidup dan meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan, atau anuitas asuransi jiwa;
-3-
BAB II
PRODUK ASURANSI
Bagian Kesatu
Jenis dan Kriteria Produk Asuransi
Pasal 2
Setiap Produk Asuransi harus memberikan perlindungan dari
paling sedikit 1 (satu) jenis risiko yang dapat diasuransikan.
Pasal 3
Produk Asuransi harus memiliki:
a. Premi atau Kontribusi yang sesuai dengan manfaat yang
dijanjikan, yang ditetapkan pada tingkat yang
mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak diterapkan
secara diskriminatif; dan
b. Polis Asuransi yang tidak mengandung kata, frasa, atau
kalimat yang dapat:
1. menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai
risiko yang ditutup, kewajiban Perusahaan, dan
kewajiban pemegang polis, tertanggung, atau
peserta; dan/atau
2. mempersulit pemegang polis, tertanggung, atau
peserta mengurus haknya.
Pasal 4
(1) PAYDI harus memenuhi kriteria:
a. memiliki proporsi perlindungan terhadap risiko
kematian dan manfaat yang dikaitkan dengan
investasi;
b. memiliki masa pertanggungan tertentu; dan
c. memiliki strategi investasi yang spesifik.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai PAYDI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran OJK.
-6-
Pasal 5
(1) Produk Asuransi Bersama dirancang untuk dipasarkan
dan ditanggung atau dikelola risikonya melalui
mekanisme kerja sama antara:
a. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan
Asuransi Umum lainnya;
b. Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Asuransi
Jiwa lainnya; atau
c. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan
Asuransi Jiwa.
(2) Pembagian risiko antara Perusahaan Asuransi Umum
dan Perusahaan Asuransi Jiwa dalam Produk Asuransi
Bersama harus sesuai dengan ruang lingkup usaha
Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi
Jiwa.
(3) Produk Asuransi Bersama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak termasuk pertanggungan bersama yang
dilakukan oleh 2 (dua) atau lebih Perusahaan yang
sejenis dalam rangka penyebaran risiko untuk satu objek
pertanggungan yang bersifat kasus per kasus.
Pasal 6
(1) Produk Asuransi Bersama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) harus dituangkan dalam suatu perjanjian
tertulis.
(2) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. susunan keanggotaan, termasuk Perusahaan yang
menjadi ketua (leader) yang akan mengkoordinir
kegiatan pemasaran Produk Asuransi Bersama
dimaksud;
b. tugas ketua;
c. pembagian risiko untuk masing-masing Perusahaan
yang tergabung dalam pemasaran Produk Asuransi
Bersama sesuai dengan ruang lingkup usaha
masing-masing Perusahaan;
-7-
Pasal 7
Produk Asuransi Standar harus memenuhi kriteria yaitu
memiliki Polis Asuransi yang sama dengan polis standar
asuransi yang dibuat oleh asosiasi industri asuransi.
Pasal 8
(1) Produk Asuransi Mikro harus memiliki karakteristik:
a. sederhana;
b. mudah;
c. ekonomis; dan
d. segera.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Produk Asuransi Mikro
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Surat Edaran OJK.
Pasal 9
(1) Produk Asuransi yang dapat dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Umum adalah Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a, huruf c, dan
huruf d.
(2) Produk Asuransi yang dapat dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Jiwa adalah Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf b, huruf c, huruf
d, dan angka 2.
(3) Produk Asuransi Mikro yang dapat dipasarkan oleh
Perusahaan Asuransi Jiwa adalah Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kecuali anuitas
asuransi jiwa dan PAYDI.
-8-
Pasal 10
(1) Perusahaan harus memberi nama untuk setiap Produk
Asuransi yang dipasarkan.
(2) Nama Produk Asuransi yang dipasarkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. menggunakan kata asuransi atau kata lain yang
semakna;
b. tidak menimbulkan tafsiran bahwa produk tersebut
bukan Produk Asuransi; dan
c. sesuai dengan nama Produk Asuransi pada saat
dilaporkan ke OJK.
(3) Nama dari Produk Asuransi Mikro harus menggunakan
frasa “asuransi mikro” atau frasa lain yang semakna.
Bagian Kedua
Polis Asuransi
Pasal 11
Polis Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
harus memuat ketentuan paling sedikit mengenai:
a. saat berlakunya pertanggungan;
b. uraian manfaat yang diperjanjikan;
c. cara pembayaran Premi atau Kontribusi;
d. tenggang waktu (grace period) pembayaran Premi atau
Kontribusi;
e. kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi dengan mata
uang asing apabila pembayaran Premi atau Kontribusi
dan manfaat dikaitkan dengan mata uang rupiah;
f. waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran
Premi atau Kontribusi;
-9-
Pasal 12
Polis Asuransi untuk Produk Asuransi dengan prinsip syariah,
selain harus memuat ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, juga harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. jenis akad yang digunakan;
b. hak, kewajiban, dan wewenang masing-masing pihak
berdasarkan akad yang disepakati;
c. besar Kontribusi yang dialokasikan ke dalam dana
tabarru’, ujrah, dan dana investasi;
- 10 -
Pasal 13
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berlaku
juga bagi Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Mikro,
kecuali huruf e, huruf i, huruf j, dan huruf n.
Pasal 14
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal
12 berlaku juga bagi Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Mikro dengan prinsip syariah, kecuali Pasal 11 huruf e, huruf
i, huruf j, huruf n, dan Pasal 12 huruf b.
Pasal 15
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 12, Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Bersama harus memuat bagian risiko yang akan
ditanggung oleh masing-masing Perusahaan yang
tergabung dalam pemasaran Produk Asuransi Bersama.
(2) Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Bersama
diterbitkan oleh Perusahaan yang ditunjuk menjadi ketua
dalam pemasaran Produk Asuransi Bersama.
(3) Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Bersama harus
ditandatangani oleh:
a. seluruh Perusahaan yang tergabung dalam
pemasaran Produk Asuransi Bersama; atau
b. Perusahaan yang menjadi ketua dalam pemasaran
Produk Asuransi Bersama.
(4) Dalam hal Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Bersama ditandatangani hanya oleh Perusahaan yang
menjadi ketua dalam pemasaran Produk Asuransi
- 11 -
Pasal 16
(1) Ketentuan mengenai kurs yang digunakan untuk Polis
Asuransi dengan mata uang asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf e, harus berupa kurs
ekuivalen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada saat
pembayaran.
(2) Kurs ekuivalen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus menghasilkan sejumlah mata uang asing yang
seharusnya diterima oleh penerima pembayaran tersebut
jika pembayaran dilakukan dengan mata uang asing
dimaksud.
Pasal 17
Perusahaan dilarang mencantumkan suatu ketentuan di
dalam Polis Asuransi yang dapat ditafsirkan:
a. bahwa pemegang polis, tertanggung, atau peserta tidak
dapat melakukan upaya hukum sehingga pemegang
polis, tertanggung, atau peserta harus menerima
penolakan pembayaran klaim; dan/atau
b. sebagai pembatasan upaya hukum bagi para pihak dalam
hal terjadi perselisihan mengenai ketentuan Polis
Asuransi.
Pasal 18
(1) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan harus memuat penyelesaian
sengketa yaitu di luar pengadilan dan melalui pengadilan.
(2) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan atas perjanjian asuransi yang
dilakukan di luar pengadilan, harus memberikan pilihan
- 12 -
Pasal 19
(1) Polis Asuransi harus ditulis dengan jelas sehingga dapat
dibaca dengan mudah dan dimengerti oleh pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.
(2) Dalam hal Polis Asuransi terdapat perumusan yang dapat
ditafsirkan sebagai:
a. pengecualian atau pembatasan penyebab risiko yang
ditutup berdasarkan Polis Asuransi yang
bersangkutan; dan/atau
b. pengurangan, pembatasan, atau pembebasan
kewajiban Perusahaan,
bagian perumusan dimaksud harus ditulis atau dicetak
dengan huruf tebal atau miring sehingga dapat dengan
mudah diketahui adanya pengecualian atau pembatasan
penyebab risiko atau adanya pengurangan, pembatasan,
atau pembebasan kewajiban Perusahaan.
Pasal 20
(1) Setiap Polis Asuransi yang diterbitkan dan dipasarkan di
wilayah hukum Indonesia harus dibuat dalam bahasa
Indonesia.
(2) Dalam hal diperlukan, Polis Asuransi dapat diterbitkan
dalam bahasa asing atau bahasa daerah berdampingan
dengan bahasa Indonesia.
- 13 -
Pasal 21
(1) Polis Asuransi diterbitkan dalam bentuk hardcopy atau
digital/elektronik.
(2) Dalam hal Polis Asuransi diterbitkan dalam bentuk
digital/elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perusahaan harus memperoleh persetujuan pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.
Pasal 22
Dalam pemasaran Produk Asuransi kumpulan, Perusahaan
wajib:
a. menerbitkan Polis Asuransi induk yang mencantumkan
nama tertanggung atau peserta asuransi dan masa
pertanggungan dari masing-masing tertanggung atau
peserta asuransi; dan
b. menerbitkan bukti kepesertaan bagi masing-masing
tertanggung/peserta asuransi.
Pasal 23
(1) Setiap polis standar asuransi yang dibuat oleh asosiasi
industri asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
harus dilaporkan oleh ketua asosiasi industri asuransi
kepada OJK untuk memperoleh surat persetujuan.
(2) Polis standar asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi ketentuan mengenai Polis Asuransi
sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK ini.
Pasal 24
Dalam setiap penutupan asuransi, Polis Asuransi harus
sesuai spesimen Polis Asuransi yang dilaporkan oleh
Perusahaan atau polis standar asuransi yang dilaporkan oleh
ketua asosiasi industri asuransi kepada OJK.
Pasal 25
Dalam hal OJK menilai bahwa dalam ketentuan Polis
Asuransi atau polis standar asuransi terdapat hal-hal yang
dapat merugikan pemegang polis, tertanggung, atau peserta,
- 14 -
Bagian Ketiga
Premi atau Kontribusi
Pasal 26
(1) Perhitungan Premi atau Kontribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf a harus didasarkan pada
asumsi yang wajar dan praktik asuransi yang berlaku
umum.
(2) Penetapan Premi atau Kontribusi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Umum harus
dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit
sebagai berikut:
a. Premi atau Kontribusi murni yang dihitung
berdasarkan profil kerugian (risk and loss profile)
jenis asuransi yang bersangkutan untuk paling
kurang 5 (lima) tahun terakhir; dan
b. biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya umum
lainnya.
(3) Penetapan Premi atau Kontribusi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa harus
dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit
sebagai berikut:
a. Premi atau Kontribusi murni yang dihitung
berdasarkan profil risiko, tingkat bunga, tabel
mortalita, atau tabel morbidita;
b. perkiraan hasil investasi dari Premi atau Kontribusi;
dan
c. biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya umum
lainnya.
- 15 -
Pasal 27
(1) Penghentian pertanggungan, baik atas kehendak
Perusahaan maupun pemegang polis, tertanggung, atau
peserta, harus dilakukan dengan pemberitahuan secara
tertulis.
(2) Dalam hal terjadi penghentian pertanggungan pada
Produk Asuransi yang tidak memiliki unsur tabungan
dan/atau investasi, maka besar pengembalian Premi atau
Kontribusi paling sedikit sebesar jumlah yang dihitung
secara proporsional berdasarkan sisa jangka waktu
pertanggungan, setelah dikurangi bagian Premi atau
Kontribusi yang telah dibayarkan kepada perusahaan
pialang asuransi, agen asuransi, dan/atau tenaga
pemasar.
(3) Dalam hal terjadi penghentian pertanggungan pada
Produk Asuransi yang memiliki unsur tabungan
dan/atau investasi, Perusahaan harus membayar paling
sedikit sejumlah:
a. nilai tunai atau cadangan akumulasi dana bagi
Produk Asuransi selain Produk Asuransi dengan
prinsip syariah; atau
b. akumulasi dana investasi peserta bagi Produk
Asuransi dengan prinsip syariah,
pada saat penghentian tersebut.
BAB III
PERSETUJUAN DAN PENCATATAN
PRODUK ASURANSI
Bagian Kesatu
Kewajiban Pelaporan
Pasal 28
(1) Setiap Produk Asuransi baru yang akan dipasarkan wajib
dilaporkan kepada OJK untuk memperoleh surat
persetujuan atau surat pencatatan.
- 16 -
Pasal 29
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) dilakukan oleh direksi
Perusahaan atau yang setara.
(2) Dalam hal Produk Asuransi baru yang dilaporkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
merupakan Produk Asuransi Bersama, pelaporan
dilakukan oleh direksi atau yang setara dari
Perusahaan yang ditunjuk menjadi ketua dalam
pemasaran Produk Asuransi Bersama.
Pasal 30
(1) Perusahaan yang akan melaporkan Produk Asuransi
baru harus:
a. memenuhi ketentuan tingkat kesehatan keuangan;
dan
b. tidak sedang dikenai sanksi administratif.
- 17 -
Bagian Kedua
Persetujuan Produk Asuransi
Pasal 31
Produk Asuransi yang wajib dilaporkan kepada OJK untuk
memperoleh surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) adalah Produk Asuransi baru selain Produk
Asuransi Standar.
Pasal 32
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru untuk memperoleh
surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31, harus dilengkapi dokumen sebagai berikut:
a. formulir pelaporan Produk Asuransi baru;
b. proyeksi pendapatan Premi atau Kontribusi dan
pengeluaran yang dikaitkan dengan pemasaran
Produk Asuransi baru untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun;
c. deskripsi Produk Asuransi baru;
- 18 -
Pasal 33
Selain kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32, dalam hal pelaporan Produk Asuransi Bersama
merupakan pelaporan:
a. Produk Asuransi baru yang belum pernah dipasarkan
oleh Perusahaan yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a, harus
dilengkapi dengan dokumen perjanjian tertulis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).
b. Produk Asuransi baru yang merupakan perubahan atas
Produk Asuransi yang sudah dipasarkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b, harus
dilengkapi dengan surat persetujuan atau surat
pencatatan Produk Asuransi Bersama dimaksud.
Pasal 34
(1) Selain kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32, untuk pelaporan Produk Asuransi kredit
dan/atau suretyship harus dilengkapi dengan dokumen
lain.
(2) Ketentuan mengenai dokumen lain untuk pelaporan
Produk Asuransi kredit dan/atau suretyship diatur dalam
- 19 -
Pasal 35
OJK memberikan surat persetujuan atas pelaporan Produk
Asuransi baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah dokumen diterima secara
lengkap dan benar.
Pasal 36
Perusahaan dilarang memasarkan Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 sebelum
mendapatkan surat persetujuan dari OJK.
Bagian Ketiga
Pencatatan Produk Asuransi
Pasal 37
Produk Asuransi yang wajib dilaporkan kepada OJK untuk
memperoleh surat pencatatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1), adalah sebagai berikut:
a. Produk Asuransi baru yang berupa Produk Asuransi
Standar; dan
b. Produk Asuransi yang telah dipasarkan yang mengalami
perubahan selain perubahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b dengan ketentuan:
1. Produk Asuransi dimaksud dipasarkan kepada
tertanggung orang perorangan; atau
2. Produk Asuransi dimaksud dipasarkan kepada
tertanggung selain orang perorangan, yang pernah
dihentikan pemasarannya.
Pasal 38
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru yang berupa Produk
Asuransi Standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
huruf a, harus dilengkapi dokumen sebagai berikut:
a. formulir pelaporan Produk Asuransi baru;
- 20 -
Pasal 39
Pelaporan perubahan atas Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf b, harus dilengkapi dokumen
sebagai berikut:
a. formulir pelaporan perubahan Produk Asuransi;
b. surat persetujuan atau surat pencatatan atas Produk
Asuransi sebelum perubahan;
c. deskripsi Produk Asuransi;
d. matriks perbandingan Produk Asuransi sebelum dan
sesudah perubahan; dan
e. spesimen Polis Asuransi setelah perubahan, khusus
untuk Produk Asuransi selain Produk Asuransi Standar.
Pasal 40
(1) Pelaporan Produk Asuransi Standar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf a yang merupakan
Produk Asuransi Bersama, selain harus memenuhi
kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38, juga harus dilengkapi dengan dokumen
perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1).
- 21 -
Pasal 41
OJK memberikan surat pencatatan atas pelaporan Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap
dan benar.
Pasal 42
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
dapat dipasarkan oleh Perusahaaan setelah mendapatkan
tanda terima dari OJK atas penyampaian pelaporan Produk
Asuransi dimaksud.
Bagian Keempat
Pemenuhan Kelengkapan Dokumen
Pelaporan Produk Asuransi
Pasal 43
(1) Dalam hal pelaporan Produk Asuransi baru atau
perubahan atas Produk Asuransi yang telah dipasarkan
belum memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan atau belum memenuhi kelengkapan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Pasal 33, Pasal
34, Pasal 38, Pasal 39, dan/atau Pasal 40, OJK
menyampaikan pemberitahuan mengenai persyaratan
yang harus dipenuhi dan/atau dokumen yang harus
dilengkapi kepada Perusahaan melalui:
a. surat;
b. surat elektronik;
- 22 -
Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, bentuk, dan format
pelaporan Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32, Pasal 38, dan Pasal 39 diatur dalam Surat Edaran
OJK.
BAB IV
SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
Pasal 45
(1) Perusahaan hanya dapat memasarkan Produk Asuransi
melalui saluran pemasaran sebagai berikut:
a. secara langsung (direct marketing);
b. agen asuransi;
c. Bancassurance; dan/atau
d. badan usaha selain bank.
- 23 -
Pasal 46
Perusahaan yang akan memasarkan Produk Asuransi melalui
saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf b sampai dengan huruf d wajib memiliki
perjanjian tertulis dengan pihak yang melakukan pemasaran.
Pasal 47
(1) Saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (1) dapat menggunakan media komunikasi jarak
jauh.
(2) Pemasaran Produk Asuransi melalui media komunikasi
jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat informasi mengenai identitas Perusahaan,
Produk Asuransi yang ditawarkan, serta syarat dan
ketentuan Polis Asuransi.
(3) Saluran pemasaran dengan menggunakan media
komunikasi jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), untuk PAYDI wajib diikuti dengan pertemuan
langsung secara tatap muka.
Pasal 48
Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui agen
asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
huruf b, wajib memastikan bahwa agen asuransi tersebut
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai agen asuransi.
- 24 -
Pasal 49
(1) Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui
Bancassurance sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf c harus terlebih dahulu memperoleh surat
persetujuan Bancassurance dari OJK.
(2) Perusahaan dilarang melakukan pemasaran melalui
Bancassurance sebelum mendapat surat persetujuan dari
OJK.
Pasal 50
Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui
badan usaha selain bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (1) huruf d dengan kriteria tertentu harus terlebih
dahulu memperoleh surat persetujuan dari OJK.
Pasal 51
Pemasaran Produk Asuransi Mikro melalui tenaga pemasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) harus
dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan mengenai
asuransi dan Produk Asuransi Mikro.
Pasal 52
Dalam hal pemasaran Produk Asuransi dilakukan melalui
saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan ayat (2), Perusahaan
wajib:
a. memastikan bahwa pihak yang melakukan pemasaran
dimaksud menyampaikan informasi yang akurat, jelas,
jujur, dan tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi
kepada calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
sebelum calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi
dengan Perusahaan; dan
b. bertanggung jawab atas semua tindakan pihak yang
melakukan pemasaran dimaksud yang berkaitan dengan
Produk Asuransi yang dipasarkan.
- 25 -
BAB V
PERLINDUNGAN KONSUMEN ASURANSI
Pasal 53
(1) Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib
menyampaikan informasi yang akurat, jelas, jujur, dan
tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi kepada
calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta sebelum
calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi
dengan Perusahaan.
(2) Perusahaan yang memasarkan PAYDI wajib memiliki,
menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan
prosedur penilaian kesesuaian Produk Asuransi dengan
kebutuhan dan profil calon pemegang polis, tertanggung,
atau peserta yang menjadi target pemasaran (customer
risk profile assessment).
(3) Perusahaan wajib menyelesaikan setiap keluhan terkait
Produk Asuransi yang diajukan oleh pihak pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.
Pasal 54
(1) Perusahaan wajib menyampaikan Polis Asuransi kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta dalam bentuk
hardcopy atau digital/elektronik.
(2) Dalam hal Polis Asuransi disampaikan dalam bentuk
digital/elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bagian Polis Asuransi yang berupa ikhtisar polis tetap
wajib disampaikan dalam bentuk hardcopy.
BAB VI
MANAJEMEN PRODUK ASURANSI
Bagian Kesatu
Perencanaan Produk Asuransi
Pasal 55
(1) Perusahaan wajib memiliki rencana pengembangan dan
pemasaran Produk Asuransi yang ditetapkan oleh direksi
atau yang setara.
- 26 -
Bagian Kedua
Pemantauan Kinerja Produk Asuransi
Pasal 56
(1) Perusahaan wajib melakukan pemantauan atas kinerja
setiap Produk Asuransi.
(2) Pemantauan atas kinerja setiap Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mengevaluasi antara lain:
a. embedded value atas Produk Asuransi dimaksud;
b. profit testing dan asset share dengan menggunakan
asumsi pada saat pemantauan; dan
c. analisis atas value new business (dampak new
business suatu Produk Asuransi terhadap
solvabilitas atau modal).
(3) Evaluasi pemantauan atas kinerja setiap Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Aktuaris Perusahaan sesuai dengan
standar praktik dan kode etik yang dikeluarkan oleh
asosiasi profesi aktuaris Indonesia.
(4) Berdasarkan evaluasi pemantauan atas kinerja setiap
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Aktuaris Perusahaan memberikan rekomendasi untuk:
a. melanjutkan pemasaran Produk Asuransi;
b. mengubah asumsi yang digunakan dalam Produk
Asuransi; atau
c. menghentikan pemasaran Produk Asuransi.
- 27 -
Bagian Ketiga
Penghentian Pemasaran Produk Asuransi
Pasal 57
(1) OJK dapat memerintahkan Perusahaan untuk
menghentikan pemasaran Produk Asuransi, dalam hal:
a. Produk Asuransi yang dipasarkan berbeda dengan
Produk Asuransi yang telah memperoleh surat
persetujuan atau surat pencatatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1); dan/atau
b. Produk yang dipasarkan tidak lagi memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perusahaan wajib menghentikan seluruh kegiatan
pemasaran Produk Asuransi yang dikenakan penghentian
oleh OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 58
(1) Perusahaan wajib melaporkan penghentian pemasaran
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
penghentian pemasaran Produk Asuransi dimaksud.
(2) Perusahaan yang telah menghentikan pemasaran Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dapat
memasarkan Produk Asuransi tersebut kembali setelah
Produk Asuransi tersebut telah mendapatkan surat
persetujuan atau surat pencatatan dari OJK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).
(3) Pelaporan penghentian pemasaran Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan
oleh direksi Perusahaan atau yang setara dilengkapi
dengan:
a. penjelasan mengenai alasan penghentian pemasaran
Produk Asuransi; dan
b. data Polis Asuransi yang masih aktif.
- 28 -
Pasal 59
Penghentian pemasaran Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 tidak boleh mengurangi hak
pemegang polis, tertanggung, atau peserta.
BAB VII
SANKSI
Pasal 60
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 17, Pasal 22,
Pasal 28 ayat (1), Pasal 36, Pasal 46, Pasal 47 ayat (2),
ayat (3), Pasal 48, Pasal 49 ayat (2), Pasal 52, Pasal 53,
Pasal 54, Pasal 55 ayat (1), Pasal 56 ayat (1), ayat (5),
Pasal 57 ayat (2), dan/atau Pasal 58 ayat (1), Peraturan
OJK ini dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda;
c. kewajiban bagi direksi atau yang setara untuk
menjalani penilaian kemampuan dan kepatutan ulang;
d. pembatasan kegiatan usaha; dan/atau
e. pencabutan izin usaha.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
huruf c, huruf d, dan/atau huruf e, dapat dikenakan
dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a.
(4) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b dapat dikenakan secara tersendiri atau secara
bersama-sama dengan pengenaaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d,
dan/atau huruf e.
(5) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b ditetapkan OJK berdasarkan ketentuan
tentang sanksi administratif berupa denda yang berlaku
untuk Perusahaan.
- 29 -
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 61
(1) Surat pencatatan atas Produk Asuransi yang telah
diterbitkan oleh OJK sebelum Peraturan OJK ini mulai
berlaku, dinyatakan tetap berlaku.
(2) Proses pelaporan Produk Asuransi yang belum selesai
pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku tunduk pada
Peraturan OJK ini.
(3) Dalam hal OJK telah menyampaikan pemberitahuan
mengenai kelengkapan dokumen dan/atau persyaratan
yang harus dipenuhi oleh Perusahaan sebelum Peraturan
OJK ini berlaku, jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (2) dihitung sejak Peraturan OJK ini
mulai berlaku.
(4) Asosiasi harus melaporkan spesimen polis standar
asuransi yang telah terbit sebelum Peraturan OJK ini
mulai berlaku kepada OJK paling lambat 20 (dua puluh)
hari kerja sejak Peraturan OJK ini mulai berlaku.
(5) Ketentuan mengenai PAYDI sebagaimana diatur dalam
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan
Lembaga Keuangan Nomor KEP-104/BL/2006 tentang
Produk Unit Link dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan OJK ini sampai
dengan Surat Edaran OJK mengenai PAYDI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditetapkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 62
Pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai Produk Asuransi dan pemasaran Produk Asuransi
tunduk pada Peraturan OJK ini.
- 30 -
Pasal 63
Peraturan OJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 November 2015
ttd
MULIAMAN D. HADAD
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 November 2015
ttd
YASONNA H. LAOLY
ttd
Sudarmaji
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 2014
TENTANG
PERASURANSIAN
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
BAB I . . .
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3. Prinsip . . .
-3-
9. Usaha . . .
-4-
17. Pihak . . .
-5-
24. Peserta . . .
-6-
30. Kontribusi . . .
-7-
38. Menteri . . .
-8-
BAB II
RUANG LINGKUP USAHA PERASURANSIAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4 . . .
-9-
Pasal 4
Pasal 5
BAB III
BENTUK BADAN HUKUM DAN KEPEMILIKAN
PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Pasal 6
(2) Usaha . . .
- 10 -
Pasal 7
BAB IV
PERIZINAN USAHA
Pasal 8
(2) Untuk . . .
- 11 -
Pasal 9
(2) Dalam . . .
- 12 -
Pasal 10
BAB V
PENYELENGGARAAN USAHA
Pasal 11
Pasal 12 . . .
- 13 -
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
(4) Ketentuan . . .
- 14 -
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
(3) Ketentuan . . .
- 15 -
Pasal 18
Pasal 19
(4) Ketentuan . . .
- 16 -
Pasal 20
Pasal 21
(3) Perusahaan . . .
- 17 -
Pasal 22
(6) Ketentuan . . .
- 18 -
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25 . . .
- 19 -
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
(2) Pialang . . .
- 20 -
Pasal 28
(8) Perusahaan . . .
- 21 -
Pasal 29
(7) Perusahaan . . .
- 22 -
Pasal 30
Pasal 31
(3) Perusahaan . . .
- 23 -
Pasal 32
Pasal 33 . . .
- 24 -
Pasal 33
Pasal 34
BAB VI
TATA KELOLA USAHA PERASURANSIAN
BERBENTUK KOPERASI DAN USAHA BERSAMA
Pasal 35
(4) Anggota . . .
- 25 -
BAB VII
PENINGKATAN KAPASITAS ASURANSI, ASURANSI SYARIAH, REASURANSI,
DAN REASURANSI SYARIAH DALAM NEGERI
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38 . . .
- 26 -
Pasal 38
BAB VIII
PROGRAM ASURANSI WAJIB
Pasal 39
BAB IX . . .
- 27 -
BAB IX
PERUBAHAN KEPEMILIKAN, PENGGABUNGAN, DAN PELEBURAN
Pasal 40
(6) Ketentuan . . .
- 28 -
Pasal 41
BAB X . . .
- 29 -
BAB X
PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44 . . .
- 30 -
Pasal 44
Pasal 45 . . .
- 31 -
Pasal 45
Pasal 46
(2) Pemegang . . .
- 32 -
Pasal 47
Pasal 48 . . .
- 33 -
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
(2) Tata . . .
- 34 -
Pasal 51
Pasal 52
(2) Dalam . . .
- 35 -
BAB XI
PELINDUNGAN PEMEGANG POLIS, TERTANGGUNG,
ATAU PESERTA
Pasal 53
Pasal 54 . . .
- 36 -
Pasal 54
BAB XII
PROFESI PENYEDIA JASA BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Pasal 55
(3) Ketentuan . . .
- 37 -
Pasal 56
BAB XIII
PENGATURAN DAN PENGAWASAN
Pasal 57
(2) Menteri . . .
- 38 -
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
e. mewajibkan . . .
- 39 -
2. Perusahaan . . .
- 40 -
Pasal 61 . . .
- 41 -
Pasal 61
(5) Ketentuan . . .
- 42 -
Pasal 62
e. menurut . . .
- 43 -
b. direksi . . .
- 44 -
Pasal 63
(3) Pengelola . . .
- 45 -
Pasal 64
Pasal 65 . . .
- 46 -
Pasal 65
Pasal 66
(2) Perintah . . .
- 47 -
Pasal 67
BAB XIV . . .
- 48 -
BAB XIV
ASOSIASI USAHA PERASURANSIAN
Pasal 68
Pasal 69
BAB XV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 70
Pasal 71 . . .
- 49 -
Pasal 71
i. larangan . . .
- 50 -
Pasal 72
c. direksi . . .
- 51 -
(4) Pencabutan . . .
- 52 -
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 73
(3) Setiap . . .
- 53 -
Pasal 74
Pasal 75 . . .
- 54 -
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79 . . .
- 55 -
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
d. dilakukan . . .
- 56 -
Pasal 82
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85 . . .
- 57 -
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
(2) Ketentuan . . .
- 58 -
Pasal 88
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 89
Pasal 90 . . .
- 59 -
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
Agar . . .
- 60 -
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 17 Oktober 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
ttd.
I. UMUM
2. penetapan . . .
-2-
Pengaturan . . .
-3-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Berdasarkan mekanisme pengelolaan risikonya, lini usaha asuransi
kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri lebih tepat
digolongkan sebagai Usaha Asuransi Umum. Namun, mengingat Objek
Asuransi yang dipertanggungkan dalam kedua lini usaha dimaksud
menyangkut diri manusia, lini usaha asuransi kesehatan dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri juga dapat digolongkan sebagai Usaha
Asuransi Jiwa. Dalam praktiknya, kedua lini usaha asuransi tersebut
telah diselenggarakan, baik oleh perusahaan asuransi umum maupun
oleh perusahaan asuransi jiwa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 3
Usaha asuransi syariah dan Usaha Reasuransi Syariah berbeda dari
usaha asuransi konvensional dan usaha reasuransi konvensional. Usaha
asuransi dan Usaha Reasuransi yang dikelola secara konvensional
menerapkan konsep transfer risiko, sedangkan usaha asuransi syariah
dan Usaha Reasuransi Syariah merupakan penerapan konsep berbagi
risiko (risk sharing). Mengingat perbedaan konsepsi yang mendasari
penyelenggaraan usahanya, usaha asuransi syariah dan Usaha
Reasuransi Syariah yang saat ini diperkenankan dalam bentuk unit di
dalam perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi konvensional
akan didorong untuk diselenggarakan oleh entitas yang terpisah.
Pasal 4 . . .
-4-
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pihak yang bermaksud menyelenggarakan Usaha Asuransi
Umum, Usaha Asuransi Jiwa, Usaha Asuransi Umum Syariah,
atau Usaha Asuransi Jiwa Syariah dengan bentuk badan hukum
usaha bersama setelah Undang-Undang ini diundangkan,
didorong untuk menjadi berbentuk koperasi dengan
pertimbangan kejelasan tata kelola dan prinsip usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah antara lain tata kelola,
persyaratan dan tata cara perubahan menjadi badan hukum
perseroan terbatas atau koperasi, serta persyaratan dan tata cara
pembubaran badan hukum usaha bersama.
Pasal 7
Ayat (1)
Dalam kehidupan perekonomian yang semakin terbuka dan
berkembang cepat, dibutuhkan layanan jasa pertanggungan atau
pengelolaan risiko yang semakin beragam dan berkualitas oleh
Perusahaan Perasuransian yang sehat, dapat diandalkan, amanah, dan
kompetitif. Untuk itu, Perusahaan Perasuransian perlu dibangun
dengan permodalan yang kuat, yang bersumber, baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
-5-
Huruf b
Kepemilikan pihak asing pada Perusahaan Perasuransian dibatasi
secara kualitatif. Pembatasan secara kualitatif dilakukan dengan
mempersyaratkan bahwa pada saat pendirian Perusahaan
Perasuransian, pihak asing yang dapat menjadi pemilik adalah
badan hukum asing yang memiliki Usaha Perasuransian yang
sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak
perusahaannya bergerak di bidang Usaha Perasuransian yang
sejenis. Persyaratan badan hukum asing harus mempunyai Usaha
Perasuransian yang sejenis dimaksudkan agar mitra asing yang
akan menjadi salah satu pemilik Perusahaan Perasuransian di
Indonesia tersebut merupakan Perusahaan Perasuransian yang
benar-benar mempunyai pengalaman usaha di bidangnya sehingga
diharapkan terjadi transfer modal dan transfer pengetahuan dan
teknologi kepada pihak Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah antara lain
mengenai pembatasan kepemilikan badan hukum asing secara
kuantitatif. Pembatasan tersebut dapat berupa persentase maksimum
kepemilikan asing pada Perusahaan Perasuransian.
Pembatasan secara kuantitatif membutuhkan fleksibilitas guna
menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan dan ketersediaan dana
dalam negeri.
Batas kepemilikan badan hukum asing dalam Perusahaan
Perasuransian dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
-6-
Ayat (4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan
usaha antara lain berupa persyaratan kompetensi atau keahlian di
bidang Usaha Perasuransian sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan termasuk bagi pengurus dan tenaga ahli
asing.
Pasal 9
Ayat (1)
Waktu 30 (tiga puluh) hari kerja mencakup waktu untuk
mengklarifikasi data atau informasi dalam dokumen yang
dipersyaratkan untuk mendapatkan izin usaha.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Pemenuhan persyaratan kemampuan dan kepatutan bagi anggota
dewan pengawas syariah mencakup integritas dan kompetensi terkait
tugas dan fungsi dewan pengawas syariah serta pengalaman dan
keahlian di bidang usaha perasuransian syariah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Penetapan Pengendali diperlukan agar Otoritas Jasa Keuangan dapat
menentukan Pihak yang dimintai pertanggungjawaban, selain direksi
dan komisaris, apabila terjadi kegagalan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta akibat
pengaruh Pihak tersebut dalam pengelolaan perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 14 . . .
-7-
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Persetujuan ini diperlukan antara lain agar Pihak yang tidak lagi
menjadi Pengendali dipastikan tidak lagi memiliki kewajiban untuk
ikut bertanggung jawab atas kerugian Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah yang disebabkan oleh Pihak yang
sebelumnya berada dalam pengendaliannya.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengecualian dalam ketentuan ini dimaksudkan agar negara dapat
memiliki dan/atau mengendalikan lebih dari satu perusahaan dengan
usaha sejenis dalam rangka menyediakan jasa asuransi bagi kelompok
masyarakat tertentu atau daerah tertentu, menjadi perintis kegiatan
usaha asuransi yang belum dapat dilaksanakan oleh pihak swasta,
atau menyelenggarakan kemanfaatan umum lain yang strategis bagi
masyarakat.
Ayat (3)
Hal yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan antara lain besar kepemilikan saham dan tata cara
konsolidasi perusahaan.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
-8-
Ayat (3)
Hal yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan antara lain
mengenai jenis, jumlah, persyaratan, tugas, tanggung jawab, dan
wewenang tenaga ahli dan aktuaris.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “standar seleksi” adalah persyaratan minimum
bagi Pihak yang akan dijadikan mitra kerja sama oleh Perusahaan
Perasuransian.
Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah adanya keyakinan
Perusahaan Perasuransian atas kemampuan dan pengalaman dari
perusahaan yang diajak bekerja sama dan adanya kejelasan
pertanggungjawaban oleh Perusahaan Perasuransian atas kegiatan
atau fungsi yang dilaksanakan oleh pihak lain tersebut.
Ayat (4)
Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
antara lain mengenai jenis, nilai, dan jangka waktu pengalihan fungsi
yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Perasuransian, termasuk
perusahaan penilai kerugian asuransi, kepada pihak lain terutama
pihak asing.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan agar Dana Asuransi atau Dana Tabarru’
dapat dikelola dengan baik, mengingat Dana Asuransi atau Dana
Tabarru’ dimaksud merupakan dana yang akan digunakan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta. Kewajiban melakukan evaluasi atas Dana
Asuransi atau Dana Tabarru’ juga dilakukan di negara lain.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 20 . . .
-9-
Pasal 20
Ayat (1)
Dana Jaminan dibentuk untuk memberikan jaminan atas penggantian
sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta
dalam hal perusahaan harus dilikuidasi. Dengan demikian, Dana
Jaminan merupakan bagian dari upaya melindungi Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (2)
Pada umumnya, perkembangan usaha mengakibatkan bertambahnya
kewajiban perusahaan kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau
Peserta. Hal ini juga berarti bertambah pula besar hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta yang perlu dijamin pengembaliannya jika
perusahaan dilikuidasi.
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan agar penggunaan Dana Jaminan untuk
mengembalikan sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta pada saat perusahaan dilikuidasi dapat
dipastikan.
Ayat (4)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan Dana
Jaminan.
Ayat (5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Dana Jaminan meliputi pengaturan
jenis aset yang dapat digunakan sebagai Dana Jaminan, jumlah Dana
Jaminan minimum yang harus dimiliki perusahaan, penyesuaian
besar Dana Jaminan berdasarkan volume usaha, tata cara
pemindahan atau pencairan Dana Jaminan, dan penatausahaannya.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pemisahan kekayaan dan kewajiban dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan antara pengembangan usaha dan
pelindungan konsumen.
Pasal 22 . . .
- 10 -
Pasal 22
Ayat (1)
Laporan yang wajib disampaikan Perusahaan Perasuransian kepada
Otoritas Jasa Keuangan antara lain laporan keuangan, laporan
kegiatan usaha, dan laporan program dukungan reasuransi otomatis.
Selain itu, dalam keadaan atau untuk tujuan tertentu, Perusahaan
Perasuransian juga dapat diwajibkan menyampaikan laporan yang
bersifat tematik misalnya profil risiko dan pelaksanaan tata kelola
perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Posisi keuangan, kinerja keuangan, dan kondisi kesehatan keuangan
yang diumumkan paling sedikit meliputi rasio kesehatan keuangan
sesuai dengan ketentuan mengenai kesehatan keuangan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan
perusahaan reasuransi syariah. Pengumuman melalui media
elektronik dilakukan pada situs perusahaan dan situs Otoritas Jasa
Keuangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
antara lain mengenai jenis, bentuk, dan susunan laporan atau
pengumuman, serta jadwal dan batas waktu penyampaian laporan
dan pengumuman.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26 . . .
- 11 -
Pasal 26
Ayat (1)
Ketentuan mengenai standar perilaku usaha bagi Perusahaan
Asuransi Syariah dan perusahaan reasuransi syariah mengacu pula
pada Prinsip Syariah.
Ayat (2)
Pengaturan mengenai standar perilaku usaha dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan disesuaikan dengan jenis usaha Perusahaan
Perasuransian masing-masing.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Imbalan jasa keperantaraan dapat dibayarkan langsung oleh
Pemegang Polis atau menjadi bagian dari Premi. Dalam hal imbalan
jasa keperantaraan merupakan bagian dari Premi, dalam polis atau
dokumen yang merupakan kesatuan dengannya dimuat perincian
mengenai bagian premi yang diteruskan kepada Perusahaan Asuransi
dan imbalan jasa keperantaraan yang dibayarkan kepada Perusahaan
Pialang Asuransi.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31 . . .
- 12 -
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “cepat” adalah bahwa proses penanganan
klaim dan keluhan dilakukan dengan segera, dalam waktu sesingkat-
singkatnya, dan secara cekatan.
Yang dimaksud dengan “sederhana” adalah bahwa proses penanganan
klaim dan keluhan bersifat lugas dan tidak rumit.
Yang dimaksud dengan “mudah diakses” adalah bahwa proses
penanganan klaim dan keluhan diselenggarakan di kantor perusahaan
atau tempat lain yang mudah dikunjungi, atau diselenggarakan
dengan memanfaatkan teknologi yang memudahkan orang untuk
menyampaikan klaim atau keluhan dan mendapatkan tanggapan.
Yang dimaksud dengan “adil” adalah bahwa proses penanganan klaim
dan keluhan dilakukan dengan berpegang kepada kebenaran, tidak
memihak, dan tidak sewenang-wenang.
Ayat (4)
Tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran
klaim antara lain:
a. memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta
penyerahan dokumen tertentu, yang kemudian diikuti dengan
meminta penyerahan dokumen lain yang pada dasarnya berisi hal
yang sama;
b. menunda penyelesaian dan pembayaran klaim karena menunggu
penyelesaian dan/atau pembayaran klaim reasuransinya;
c. tidak melakukan penyelesaian klaim yang merupakan bagian dari
penutupan asuransi karena alasan adanya keterkaitan dengan
penyelesaian klaim yang merupakan bagian lain dari penutupan
asuransi dalam 1 (satu) polis yang sama;
d. memperlambat penunjukan perusahaan penilai kerugian asuransi,
apabila jasa penilai kerugian asuransi dibutuhkan dalam proses
penyelesaian klaim; dan
e. menerapkan prosedur penyelesaian klaim yang tidak sesuai
dengan praktik usaha asuransi yang berlaku umum.
Ayat (5) . . .
- 13 -
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Ketentuan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa koperasi atau
usaha bersama memiliki keterbatasan kemampuan untuk menambah
modal. Namun, di sisi lain koperasi atau usaha bersama tetap harus
memastikan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban kepada
Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan konsep
pertanggungan bersama dan berbagi risiko antaranggota, dan
menghindari adanya anggota yang hanya menjadi pemodal bagi usaha
asuransi yang dijalankan oleh Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Asuransi Syariah berbentuk koperasi atau usaha bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c.
Ayat (3)
Ketentuan ini juga dimaksudkan untuk menegaskan konsep
pertanggungan bersama dan berbagi risiko antaranggota, dan
menghindari adanya anggota yang hanya menjadi pemodal.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “persyaratan keuangan” antara lain besaran
simpanan pokok dan simpanan wajib yang harus disetor oleh anggota.
Pasal 36
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendorong Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan
reasuransi syariah agar benar-benar menjalankan fungsinya sebagai
penanggung dan/atau penanggung ulang.
Optimalisasi . . .
- 14 -
Pasal 37
Pemerintah dan/atau Otoritas Jasa Keuangan, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, dapat melakukan langkah-langkah, seperti:
a. membentuk perusahaan reasuransi baru;
b. menggabungkan beberapa badan usaha milik negara yang bergerak di
bidang perasuransian dan menugaskan perusahaan hasil
penggabungan tersebut menjadi perusahaan reasuransi;
c. memberikan fasilitas untuk pembentukan pool atau konsorsium
asuransi untuk risiko tertentu, misalnya risiko bencana alam; atau
d. menghindari pengenaan pajak berganda terhadap industri
perasuransian.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Otoritas Jasa Keuangan harus menetapkan persyaratan bagi pihak
yang akan menyelenggarakan Program Asuransi Wajib, misalnya besar
modal dan ketersediaan infrastruktur usaha.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “manfaat tambahan” adalah besaran manfaat
yang diberikan dan bukan tambahan jenis manfaat.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Perubahan kepemilikan mencakup antara lain perubahan komposisi
saham, pengambilalihan, dan penambahan pemegang saham baru.
Ayat (2) . . .
- 15 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Hal yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan antara lain adanya transfer portofolio pertanggungan atau
pengembalian hak Pemegang Polis atau Tertanggung sebelum
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi tersebut
menghentikan kegiatan usahanya.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Likuidasi perusahaan yang telah dicabut izin usahanya perlu segera
dilakukan untuk melindungi kepentingan Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 16 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hal yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan antara lain:
a. mekanisme pembubaran badan hukum Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah;
b. jumlah anggota tim likuidasi;
c. penghasilan tim likuidasi;
d. tata cara pelaksanaan likuidasi;
e. jangka waktu likuidasi;
f. pengawasan pelaksanaan likuidasi oleh Otoritas Jasa Keuangan;
g. tata cara pengalihan aset dan kewajiban Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah; dan
h. pertanggungjawaban tim likuidasi.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Tagihan diajukan melalui Otoritas Jasa Keuangan dimaksudkan
untuk memudahkan proses penagihan, tetapi Otoritas Jasa Keuangan
tidak melakukan verifikasi terhadap tagihan tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50 . . .
- 17 -
Pasal 50
Ayat (1)
Sejalan dengan ruang lingkup tugas Otoritas Jasa Keuangan yang
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan, maka kewenangan pengajuan pailit terhadap Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan
perusahaan reasuransi syariah yang semula dilakukan oleh Menteri
Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
beralih menjadi kewenangan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan
Undang-Undang ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Program penjaminan polis dimaksudkan untuk menjamin
pengembalian sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Asuransi Syariah yang dicabut izin usahanya dan dilikuidasi.
Selain itu, keberadaan program penjaminan polis dimaksudkan untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri
perasuransian pada umumnya sehingga diharapkan dapat
meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa asuransi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 54 . . .
- 18 -
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “independen” adalah tidak dipengaruhi oleh
pihak lain.
Yang dimaksud dengan “imparsial” adalah tidak berpihak pada salah
satu pihak yang bersengketa.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “penilai” adalah penilai aset.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini didasarkan pertimbangan bahwa Usaha Perasuransian
memiliki karakteristik yang khas sehingga profesi penyedia jasa bagi
Perusahaan Perasuransian harus memenuhi kualifikasi tertentu.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57 . . .
- 19 -
Pasal 57
Ayat (1)
Pengaturan dan pengawasan kegiatan Usaha Perasuransian oleh
Otoritas Jasa Keuangan antara lain aspek tata kelola, perilaku usaha,
dan kesehatan keuangan.
Yang dimaksud dengan “pengawasan” antara lain analisis laporan,
pemeriksaan, dan penyidikan.
Ayat (2)
Kebijakan umum dalam rangka pengembangan pemanfaatan asuransi
dan reasuransi untuk mendukung perekonomian nasional meliputi hal
kepemilikan asing atas Perusahaan Perasuransian, peningkatan
kapasitas asuransi, asuransi syariah, reasuransi, dan reasuransi
syariah dalam negeri, serta pemberian fasilitas fiskal kepada
perseorangan, rumah tangga, dan/atau usaha mikro, kecil, dan
menengah.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g . . .
- 20 -
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Yang dimaksud dengan produk asuransi tertentu yang dapat
dihentikan pemasarannya adalah produk yang dapat
merugikan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta,
produk yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku di masyarakat, dan/atau
produk yang dapat membahayakan keuangan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah.
Angka 6
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Pasal 61 . . .
- 21 -
Pasal 61
Ayat (1)
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan di kantor
Perusahaan Perasuransian dan/atau pemeriksaan di kantor Otoritas
Jasa Keuangan. Pemeriksaan di kantor Perusahaan Perasuransian
dapat dilakukan terhadap seluruh aspek penyelenggaraan kegiatan
usaha Perusahaan Perasuransian dan/atau terhadap aspek tertentu
dari penyelenggaraan kegiatan usaha Perusahaan Perasuransian.
Sedangkan pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa Keuangan dilakukan
hanya terhadap aspek tertentu dari penyelenggaraan kegiatan usaha
Perusahaan Perasuransian.
Pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa Keuangan dapat ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan di kantor Perusahaan Perasuransian apabila:
a. data, dokumen, dan/atau keterangan dari Perusahaan
Perasuransian yang diperiksa tidak dapat memberikan dasar yang
cukup bagi pegawai Otoritas Jasa Keuangan dan/atau pihak lain
yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan yang melakukan
pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa Keuangan untuk membuat
kesimpulan atas hasil pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa
Keuangan; dan/atau
b. adanya tanggapan Perusahaan Perasuransian yang diperiksa
terhadap kesimpulan hasil pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa
Keuangan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah badan, lembaga, institusi,
atau orang, baik dari dalam maupun luar Otoritas Jasa Keuangan.
Pihak tersebut antara lain akuntan publik, konsultan aktuaria, penilai
kerugian, pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan/atau pejabat
penyidik Kepolisian Republik Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
- 22 -
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kekayaan” antara lain surat berharga,
tanah, gedung, dan kendaraan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan ini didasarkan bahwa direksi dan komisaris nonaktif
Perusahaan Perasuransian dianggap pihak yang paling mengetahui
keadaan keuangan dan operasional Perusahaan Perasuransian yang
sedang diambil alih kepengurusannya oleh Pengelola Statuter.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud “perintah tertulis” adalah perintah secara tertulis
untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan tertentu guna
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan dan/atau mencegah dan mengurangi kerugian Pemegang
Polis, Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5) . . .
- 23 -
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini didasarkan bahwa Pengendali mempunyai peranan
penting, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mempengaruhi pengelolaan atau kebijakan suatu Perusahaan
Perasuransian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 67
Informasi yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan dapat berupa informasi
yang sifatnya rahasia, antara lain informasi yang terkait dengan stabilitas
perekonomian nasional dan informasi yang berkaitan dengan kepentingan
pelindungan Usaha Perasuransian dari persaingan usaha tidak sehat.
Informasi rahasia tersebut dapat diakses oleh pegawai Otoritas Jasa
Keuangan atau pihak yang ditunjuk dan/atau diberi tugas oleh Otoritas
Jasa Keuangan.
Pasal 68
Ayat (1)
Pengaturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran asosiasi
dalam mengatur para anggotanya (self regulatory) dan melancarkan
koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan.
Ayat (2) . . .
- 24 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Penugasan atau pendelegasian wewenang tertentu dari Otoritas Jasa
Keuangan kepada asosiasi antara lain penyusunan standar etika
usaha dan tata perilaku (code of conduct), pembentukan profil risiko
dan tabel mortalita, serta pelaksanaan dan penetapan sertifikasi
keagenan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh kondisi yang membahayakan kepentingan Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta antara lain kondisi keuangan perusahaan
memburuk secara drastis, pemegang saham tidak kooperatif,
dan/atau direksi dan komisaris, atau yang setara dengan direksi dan
komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha
bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, tidak
memiliki jalan keluar untuk mengatasi permasalahan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75 . . .
- 25 -
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “izin” adalah izin di luar izin usaha. Contoh
izin atau persetujuan antara lain izin untuk memasarkan produk
asuransi dan persetujuan untuk bancassurance.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87 . . .
- 26 -
Pasal 87
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
antara lain mengenai kewajiban membuat rencana kerja dan
kewajiban perusahaan menginformasikan rencana pemisahan kepada
Pemegang Polis dan Peserta.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Ketentuan yang wajib disesuaikan termasuk ketentuan mengenai aspek
Program Asuransi Wajib yang terdapat di dalam peraturan perundang-
undangan mengenai dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang
dan dana kecelakaan lalu lintas jalan.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
SALINAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Produk Asuransi adalah:
a. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1
(satu) jenis atau lebih risiko yang dapat
diasuransikan yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti dengan memberikan penggantian kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita pemegang polis,
tertanggung, atau peserta, atau pemberian jaminan
pemenuhan kewajiban pihak yang dijamin kepada
pihak yang lain apabila pihak yang dijamin tersebut
tidak dapat memenuhi kewajibannya;
b. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1
(satu) jenis atau lebih risiko yang terkait dengan
meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan,
hidup dan meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan, atau anuitas asuransi jiwa;
-3-
BAB II
PRODUK ASURANSI
Bagian Kesatu
Jenis dan Kriteria Produk Asuransi
Pasal 2
Setiap Produk Asuransi harus memberikan perlindungan dari
paling sedikit 1 (satu) jenis risiko yang dapat diasuransikan.
Pasal 3
Produk Asuransi harus memiliki:
a. Premi atau Kontribusi yang sesuai dengan manfaat yang
dijanjikan, yang ditetapkan pada tingkat yang
mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak diterapkan
secara diskriminatif; dan
b. Polis Asuransi yang tidak mengandung kata, frasa, atau
kalimat yang dapat:
1. menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai
risiko yang ditutup, kewajiban Perusahaan, dan
kewajiban pemegang polis, tertanggung, atau
peserta; dan/atau
2. mempersulit pemegang polis, tertanggung, atau
peserta mengurus haknya.
Pasal 4
(1) PAYDI harus memenuhi kriteria:
a. memiliki proporsi perlindungan terhadap risiko
kematian dan manfaat yang dikaitkan dengan
investasi;
b. memiliki masa pertanggungan tertentu; dan
c. memiliki strategi investasi yang spesifik.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai PAYDI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran OJK.
-6-
Pasal 5
(1) Produk Asuransi Bersama dirancang untuk dipasarkan
dan ditanggung atau dikelola risikonya melalui
mekanisme kerja sama antara:
a. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan
Asuransi Umum lainnya;
b. Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Asuransi
Jiwa lainnya; atau
c. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan
Asuransi Jiwa.
(2) Pembagian risiko antara Perusahaan Asuransi Umum
dan Perusahaan Asuransi Jiwa dalam Produk Asuransi
Bersama harus sesuai dengan ruang lingkup usaha
Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi
Jiwa.
(3) Produk Asuransi Bersama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak termasuk pertanggungan bersama yang
dilakukan oleh 2 (dua) atau lebih Perusahaan yang
sejenis dalam rangka penyebaran risiko untuk satu objek
pertanggungan yang bersifat kasus per kasus.
Pasal 6
(1) Produk Asuransi Bersama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) harus dituangkan dalam suatu perjanjian
tertulis.
(2) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. susunan keanggotaan, termasuk Perusahaan yang
menjadi ketua (leader) yang akan mengkoordinir
kegiatan pemasaran Produk Asuransi Bersama
dimaksud;
b. tugas ketua;
c. pembagian risiko untuk masing-masing Perusahaan
yang tergabung dalam pemasaran Produk Asuransi
Bersama sesuai dengan ruang lingkup usaha
masing-masing Perusahaan;
-7-
Pasal 7
Produk Asuransi Standar harus memenuhi kriteria yaitu
memiliki Polis Asuransi yang sama dengan polis standar
asuransi yang dibuat oleh asosiasi industri asuransi.
Pasal 8
(1) Produk Asuransi Mikro harus memiliki karakteristik:
a. sederhana;
b. mudah;
c. ekonomis; dan
d. segera.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Produk Asuransi Mikro
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Surat Edaran OJK.
Pasal 9
(1) Produk Asuransi yang dapat dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Umum adalah Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a, huruf c, dan
huruf d.
(2) Produk Asuransi yang dapat dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Jiwa adalah Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf b, huruf c, huruf
d, dan angka 2.
(3) Produk Asuransi Mikro yang dapat dipasarkan oleh
Perusahaan Asuransi Jiwa adalah Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kecuali anuitas
asuransi jiwa dan PAYDI.
-8-
Pasal 10
(1) Perusahaan harus memberi nama untuk setiap Produk
Asuransi yang dipasarkan.
(2) Nama Produk Asuransi yang dipasarkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. menggunakan kata asuransi atau kata lain yang
semakna;
b. tidak menimbulkan tafsiran bahwa produk tersebut
bukan Produk Asuransi; dan
c. sesuai dengan nama Produk Asuransi pada saat
dilaporkan ke OJK.
(3) Nama dari Produk Asuransi Mikro harus menggunakan
frasa “asuransi mikro” atau frasa lain yang semakna.
Bagian Kedua
Polis Asuransi
Pasal 11
Polis Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
harus memuat ketentuan paling sedikit mengenai:
a. saat berlakunya pertanggungan;
b. uraian manfaat yang diperjanjikan;
c. cara pembayaran Premi atau Kontribusi;
d. tenggang waktu (grace period) pembayaran Premi atau
Kontribusi;
e. kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi dengan mata
uang asing apabila pembayaran Premi atau Kontribusi
dan manfaat dikaitkan dengan mata uang rupiah;
f. waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran
Premi atau Kontribusi;
-9-
Pasal 12
Polis Asuransi untuk Produk Asuransi dengan prinsip syariah,
selain harus memuat ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, juga harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. jenis akad yang digunakan;
b. hak, kewajiban, dan wewenang masing-masing pihak
berdasarkan akad yang disepakati;
c. besar Kontribusi yang dialokasikan ke dalam dana
tabarru’, ujrah, dan dana investasi;
- 10 -
Pasal 13
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berlaku
juga bagi Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Mikro,
kecuali huruf e, huruf i, huruf j, dan huruf n.
Pasal 14
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal
12 berlaku juga bagi Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Mikro dengan prinsip syariah, kecuali Pasal 11 huruf e, huruf
i, huruf j, huruf n, dan Pasal 12 huruf b.
Pasal 15
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 12, Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Bersama harus memuat bagian risiko yang akan
ditanggung oleh masing-masing Perusahaan yang
tergabung dalam pemasaran Produk Asuransi Bersama.
(2) Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Bersama
diterbitkan oleh Perusahaan yang ditunjuk menjadi ketua
dalam pemasaran Produk Asuransi Bersama.
(3) Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Bersama harus
ditandatangani oleh:
a. seluruh Perusahaan yang tergabung dalam
pemasaran Produk Asuransi Bersama; atau
b. Perusahaan yang menjadi ketua dalam pemasaran
Produk Asuransi Bersama.
(4) Dalam hal Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Bersama ditandatangani hanya oleh Perusahaan yang
menjadi ketua dalam pemasaran Produk Asuransi
- 11 -
Pasal 16
(1) Ketentuan mengenai kurs yang digunakan untuk Polis
Asuransi dengan mata uang asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf e, harus berupa kurs
ekuivalen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada saat
pembayaran.
(2) Kurs ekuivalen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus menghasilkan sejumlah mata uang asing yang
seharusnya diterima oleh penerima pembayaran tersebut
jika pembayaran dilakukan dengan mata uang asing
dimaksud.
Pasal 17
Perusahaan dilarang mencantumkan suatu ketentuan di
dalam Polis Asuransi yang dapat ditafsirkan:
a. bahwa pemegang polis, tertanggung, atau peserta tidak
dapat melakukan upaya hukum sehingga pemegang
polis, tertanggung, atau peserta harus menerima
penolakan pembayaran klaim; dan/atau
b. sebagai pembatasan upaya hukum bagi para pihak dalam
hal terjadi perselisihan mengenai ketentuan Polis
Asuransi.
Pasal 18
(1) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan harus memuat penyelesaian
sengketa yaitu di luar pengadilan dan melalui pengadilan.
(2) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan atas perjanjian asuransi yang
dilakukan di luar pengadilan, harus memberikan pilihan
- 12 -
Pasal 19
(1) Polis Asuransi harus ditulis dengan jelas sehingga dapat
dibaca dengan mudah dan dimengerti oleh pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.
(2) Dalam hal Polis Asuransi terdapat perumusan yang dapat
ditafsirkan sebagai:
a. pengecualian atau pembatasan penyebab risiko yang
ditutup berdasarkan Polis Asuransi yang
bersangkutan; dan/atau
b. pengurangan, pembatasan, atau pembebasan
kewajiban Perusahaan,
bagian perumusan dimaksud harus ditulis atau dicetak
dengan huruf tebal atau miring sehingga dapat dengan
mudah diketahui adanya pengecualian atau pembatasan
penyebab risiko atau adanya pengurangan, pembatasan,
atau pembebasan kewajiban Perusahaan.
Pasal 20
(1) Setiap Polis Asuransi yang diterbitkan dan dipasarkan di
wilayah hukum Indonesia harus dibuat dalam bahasa
Indonesia.
(2) Dalam hal diperlukan, Polis Asuransi dapat diterbitkan
dalam bahasa asing atau bahasa daerah berdampingan
dengan bahasa Indonesia.
- 13 -
Pasal 21
(1) Polis Asuransi diterbitkan dalam bentuk hardcopy atau
digital/elektronik.
(2) Dalam hal Polis Asuransi diterbitkan dalam bentuk
digital/elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perusahaan harus memperoleh persetujuan pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.
Pasal 22
Dalam pemasaran Produk Asuransi kumpulan, Perusahaan
wajib:
a. menerbitkan Polis Asuransi induk yang mencantumkan
nama tertanggung atau peserta asuransi dan masa
pertanggungan dari masing-masing tertanggung atau
peserta asuransi; dan
b. menerbitkan bukti kepesertaan bagi masing-masing
tertanggung/peserta asuransi.
Pasal 23
(1) Setiap polis standar asuransi yang dibuat oleh asosiasi
industri asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
harus dilaporkan oleh ketua asosiasi industri asuransi
kepada OJK untuk memperoleh surat persetujuan.
(2) Polis standar asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi ketentuan mengenai Polis Asuransi
sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK ini.
Pasal 24
Dalam setiap penutupan asuransi, Polis Asuransi harus
sesuai spesimen Polis Asuransi yang dilaporkan oleh
Perusahaan atau polis standar asuransi yang dilaporkan oleh
ketua asosiasi industri asuransi kepada OJK.
Pasal 25
Dalam hal OJK menilai bahwa dalam ketentuan Polis
Asuransi atau polis standar asuransi terdapat hal-hal yang
dapat merugikan pemegang polis, tertanggung, atau peserta,
- 14 -
Bagian Ketiga
Premi atau Kontribusi
Pasal 26
(1) Perhitungan Premi atau Kontribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf a harus didasarkan pada
asumsi yang wajar dan praktik asuransi yang berlaku
umum.
(2) Penetapan Premi atau Kontribusi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Umum harus
dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit
sebagai berikut:
a. Premi atau Kontribusi murni yang dihitung
berdasarkan profil kerugian (risk and loss profile)
jenis asuransi yang bersangkutan untuk paling
kurang 5 (lima) tahun terakhir; dan
b. biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya umum
lainnya.
(3) Penetapan Premi atau Kontribusi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa harus
dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit
sebagai berikut:
a. Premi atau Kontribusi murni yang dihitung
berdasarkan profil risiko, tingkat bunga, tabel
mortalita, atau tabel morbidita;
b. perkiraan hasil investasi dari Premi atau Kontribusi;
dan
c. biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya umum
lainnya.
- 15 -
Pasal 27
(1) Penghentian pertanggungan, baik atas kehendak
Perusahaan maupun pemegang polis, tertanggung, atau
peserta, harus dilakukan dengan pemberitahuan secara
tertulis.
(2) Dalam hal terjadi penghentian pertanggungan pada
Produk Asuransi yang tidak memiliki unsur tabungan
dan/atau investasi, maka besar pengembalian Premi atau
Kontribusi paling sedikit sebesar jumlah yang dihitung
secara proporsional berdasarkan sisa jangka waktu
pertanggungan, setelah dikurangi bagian Premi atau
Kontribusi yang telah dibayarkan kepada perusahaan
pialang asuransi, agen asuransi, dan/atau tenaga
pemasar.
(3) Dalam hal terjadi penghentian pertanggungan pada
Produk Asuransi yang memiliki unsur tabungan
dan/atau investasi, Perusahaan harus membayar paling
sedikit sejumlah:
a. nilai tunai atau cadangan akumulasi dana bagi
Produk Asuransi selain Produk Asuransi dengan
prinsip syariah; atau
b. akumulasi dana investasi peserta bagi Produk
Asuransi dengan prinsip syariah,
pada saat penghentian tersebut.
BAB III
PERSETUJUAN DAN PENCATATAN
PRODUK ASURANSI
Bagian Kesatu
Kewajiban Pelaporan
Pasal 28
(1) Setiap Produk Asuransi baru yang akan dipasarkan wajib
dilaporkan kepada OJK untuk memperoleh surat
persetujuan atau surat pencatatan.
- 16 -
Pasal 29
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) dilakukan oleh direksi
Perusahaan atau yang setara.
(2) Dalam hal Produk Asuransi baru yang dilaporkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
merupakan Produk Asuransi Bersama, pelaporan
dilakukan oleh direksi atau yang setara dari
Perusahaan yang ditunjuk menjadi ketua dalam
pemasaran Produk Asuransi Bersama.
Pasal 30
(1) Perusahaan yang akan melaporkan Produk Asuransi
baru harus:
a. memenuhi ketentuan tingkat kesehatan keuangan;
dan
b. tidak sedang dikenai sanksi administratif.
- 17 -
Bagian Kedua
Persetujuan Produk Asuransi
Pasal 31
Produk Asuransi yang wajib dilaporkan kepada OJK untuk
memperoleh surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) adalah Produk Asuransi baru selain Produk
Asuransi Standar.
Pasal 32
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru untuk memperoleh
surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31, harus dilengkapi dokumen sebagai berikut:
a. formulir pelaporan Produk Asuransi baru;
b. proyeksi pendapatan Premi atau Kontribusi dan
pengeluaran yang dikaitkan dengan pemasaran
Produk Asuransi baru untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun;
c. deskripsi Produk Asuransi baru;
- 18 -
Pasal 33
Selain kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32, dalam hal pelaporan Produk Asuransi Bersama
merupakan pelaporan:
a. Produk Asuransi baru yang belum pernah dipasarkan
oleh Perusahaan yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a, harus
dilengkapi dengan dokumen perjanjian tertulis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).
b. Produk Asuransi baru yang merupakan perubahan atas
Produk Asuransi yang sudah dipasarkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b, harus
dilengkapi dengan surat persetujuan atau surat
pencatatan Produk Asuransi Bersama dimaksud.
Pasal 34
(1) Selain kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32, untuk pelaporan Produk Asuransi kredit
dan/atau suretyship harus dilengkapi dengan dokumen
lain.
(2) Ketentuan mengenai dokumen lain untuk pelaporan
Produk Asuransi kredit dan/atau suretyship diatur dalam
- 19 -
Pasal 35
OJK memberikan surat persetujuan atas pelaporan Produk
Asuransi baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah dokumen diterima secara
lengkap dan benar.
Pasal 36
Perusahaan dilarang memasarkan Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 sebelum
mendapatkan surat persetujuan dari OJK.
Bagian Ketiga
Pencatatan Produk Asuransi
Pasal 37
Produk Asuransi yang wajib dilaporkan kepada OJK untuk
memperoleh surat pencatatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1), adalah sebagai berikut:
a. Produk Asuransi baru yang berupa Produk Asuransi
Standar; dan
b. Produk Asuransi yang telah dipasarkan yang mengalami
perubahan selain perubahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b dengan ketentuan:
1. Produk Asuransi dimaksud dipasarkan kepada
tertanggung orang perorangan; atau
2. Produk Asuransi dimaksud dipasarkan kepada
tertanggung selain orang perorangan, yang pernah
dihentikan pemasarannya.
Pasal 38
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru yang berupa Produk
Asuransi Standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
huruf a, harus dilengkapi dokumen sebagai berikut:
a. formulir pelaporan Produk Asuransi baru;
- 20 -
Pasal 39
Pelaporan perubahan atas Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf b, harus dilengkapi dokumen
sebagai berikut:
a. formulir pelaporan perubahan Produk Asuransi;
b. surat persetujuan atau surat pencatatan atas Produk
Asuransi sebelum perubahan;
c. deskripsi Produk Asuransi;
d. matriks perbandingan Produk Asuransi sebelum dan
sesudah perubahan; dan
e. spesimen Polis Asuransi setelah perubahan, khusus
untuk Produk Asuransi selain Produk Asuransi Standar.
Pasal 40
(1) Pelaporan Produk Asuransi Standar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf a yang merupakan
Produk Asuransi Bersama, selain harus memenuhi
kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38, juga harus dilengkapi dengan dokumen
perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1).
- 21 -
Pasal 41
OJK memberikan surat pencatatan atas pelaporan Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap
dan benar.
Pasal 42
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
dapat dipasarkan oleh Perusahaaan setelah mendapatkan
tanda terima dari OJK atas penyampaian pelaporan Produk
Asuransi dimaksud.
Bagian Keempat
Pemenuhan Kelengkapan Dokumen
Pelaporan Produk Asuransi
Pasal 43
(1) Dalam hal pelaporan Produk Asuransi baru atau
perubahan atas Produk Asuransi yang telah dipasarkan
belum memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan atau belum memenuhi kelengkapan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Pasal 33, Pasal
34, Pasal 38, Pasal 39, dan/atau Pasal 40, OJK
menyampaikan pemberitahuan mengenai persyaratan
yang harus dipenuhi dan/atau dokumen yang harus
dilengkapi kepada Perusahaan melalui:
a. surat;
b. surat elektronik;
- 22 -
Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, bentuk, dan format
pelaporan Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32, Pasal 38, dan Pasal 39 diatur dalam Surat Edaran
OJK.
BAB IV
SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
Pasal 45
(1) Perusahaan hanya dapat memasarkan Produk Asuransi
melalui saluran pemasaran sebagai berikut:
a. secara langsung (direct marketing);
b. agen asuransi;
c. Bancassurance; dan/atau
d. badan usaha selain bank.
- 23 -
Pasal 46
Perusahaan yang akan memasarkan Produk Asuransi melalui
saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf b sampai dengan huruf d wajib memiliki
perjanjian tertulis dengan pihak yang melakukan pemasaran.
Pasal 47
(1) Saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (1) dapat menggunakan media komunikasi jarak
jauh.
(2) Pemasaran Produk Asuransi melalui media komunikasi
jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat informasi mengenai identitas Perusahaan,
Produk Asuransi yang ditawarkan, serta syarat dan
ketentuan Polis Asuransi.
(3) Saluran pemasaran dengan menggunakan media
komunikasi jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), untuk PAYDI wajib diikuti dengan pertemuan
langsung secara tatap muka.
Pasal 48
Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui agen
asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
huruf b, wajib memastikan bahwa agen asuransi tersebut
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai agen asuransi.
- 24 -
Pasal 49
(1) Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui
Bancassurance sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf c harus terlebih dahulu memperoleh surat
persetujuan Bancassurance dari OJK.
(2) Perusahaan dilarang melakukan pemasaran melalui
Bancassurance sebelum mendapat surat persetujuan dari
OJK.
Pasal 50
Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui
badan usaha selain bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (1) huruf d dengan kriteria tertentu harus terlebih
dahulu memperoleh surat persetujuan dari OJK.
Pasal 51
Pemasaran Produk Asuransi Mikro melalui tenaga pemasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) harus
dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan mengenai
asuransi dan Produk Asuransi Mikro.
Pasal 52
Dalam hal pemasaran Produk Asuransi dilakukan melalui
saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan ayat (2), Perusahaan
wajib:
a. memastikan bahwa pihak yang melakukan pemasaran
dimaksud menyampaikan informasi yang akurat, jelas,
jujur, dan tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi
kepada calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
sebelum calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi
dengan Perusahaan; dan
b. bertanggung jawab atas semua tindakan pihak yang
melakukan pemasaran dimaksud yang berkaitan dengan
Produk Asuransi yang dipasarkan.
- 25 -
BAB V
PERLINDUNGAN KONSUMEN ASURANSI
Pasal 53
(1) Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib
menyampaikan informasi yang akurat, jelas, jujur, dan
tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi kepada
calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta sebelum
calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi
dengan Perusahaan.
(2) Perusahaan yang memasarkan PAYDI wajib memiliki,
menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan
prosedur penilaian kesesuaian Produk Asuransi dengan
kebutuhan dan profil calon pemegang polis, tertanggung,
atau peserta yang menjadi target pemasaran (customer
risk profile assessment).
(3) Perusahaan wajib menyelesaikan setiap keluhan terkait
Produk Asuransi yang diajukan oleh pihak pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.
Pasal 54
(1) Perusahaan wajib menyampaikan Polis Asuransi kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta dalam bentuk
hardcopy atau digital/elektronik.
(2) Dalam hal Polis Asuransi disampaikan dalam bentuk
digital/elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bagian Polis Asuransi yang berupa ikhtisar polis tetap
wajib disampaikan dalam bentuk hardcopy.
BAB VI
MANAJEMEN PRODUK ASURANSI
Bagian Kesatu
Perencanaan Produk Asuransi
Pasal 55
(1) Perusahaan wajib memiliki rencana pengembangan dan
pemasaran Produk Asuransi yang ditetapkan oleh direksi
atau yang setara.
- 26 -
Bagian Kedua
Pemantauan Kinerja Produk Asuransi
Pasal 56
(1) Perusahaan wajib melakukan pemantauan atas kinerja
setiap Produk Asuransi.
(2) Pemantauan atas kinerja setiap Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mengevaluasi antara lain:
a. embedded value atas Produk Asuransi dimaksud;
b. profit testing dan asset share dengan menggunakan
asumsi pada saat pemantauan; dan
c. analisis atas value new business (dampak new
business suatu Produk Asuransi terhadap
solvabilitas atau modal).
(3) Evaluasi pemantauan atas kinerja setiap Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Aktuaris Perusahaan sesuai dengan
standar praktik dan kode etik yang dikeluarkan oleh
asosiasi profesi aktuaris Indonesia.
(4) Berdasarkan evaluasi pemantauan atas kinerja setiap
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Aktuaris Perusahaan memberikan rekomendasi untuk:
a. melanjutkan pemasaran Produk Asuransi;
b. mengubah asumsi yang digunakan dalam Produk
Asuransi; atau
c. menghentikan pemasaran Produk Asuransi.
- 27 -
Bagian Ketiga
Penghentian Pemasaran Produk Asuransi
Pasal 57
(1) OJK dapat memerintahkan Perusahaan untuk
menghentikan pemasaran Produk Asuransi, dalam hal:
a. Produk Asuransi yang dipasarkan berbeda dengan
Produk Asuransi yang telah memperoleh surat
persetujuan atau surat pencatatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1); dan/atau
b. Produk yang dipasarkan tidak lagi memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perusahaan wajib menghentikan seluruh kegiatan
pemasaran Produk Asuransi yang dikenakan penghentian
oleh OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 58
(1) Perusahaan wajib melaporkan penghentian pemasaran
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
penghentian pemasaran Produk Asuransi dimaksud.
(2) Perusahaan yang telah menghentikan pemasaran Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dapat
memasarkan Produk Asuransi tersebut kembali setelah
Produk Asuransi tersebut telah mendapatkan surat
persetujuan atau surat pencatatan dari OJK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).
(3) Pelaporan penghentian pemasaran Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan
oleh direksi Perusahaan atau yang setara dilengkapi
dengan:
a. penjelasan mengenai alasan penghentian pemasaran
Produk Asuransi; dan
b. data Polis Asuransi yang masih aktif.
- 28 -
Pasal 59
Penghentian pemasaran Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 tidak boleh mengurangi hak
pemegang polis, tertanggung, atau peserta.
BAB VII
SANKSI
Pasal 60
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 17, Pasal 22,
Pasal 28 ayat (1), Pasal 36, Pasal 46, Pasal 47 ayat (2),
ayat (3), Pasal 48, Pasal 49 ayat (2), Pasal 52, Pasal 53,
Pasal 54, Pasal 55 ayat (1), Pasal 56 ayat (1), ayat (5),
Pasal 57 ayat (2), dan/atau Pasal 58 ayat (1), Peraturan
OJK ini dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda;
c. kewajiban bagi direksi atau yang setara untuk
menjalani penilaian kemampuan dan kepatutan ulang;
d. pembatasan kegiatan usaha; dan/atau
e. pencabutan izin usaha.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
huruf c, huruf d, dan/atau huruf e, dapat dikenakan
dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a.
(4) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b dapat dikenakan secara tersendiri atau secara
bersama-sama dengan pengenaaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d,
dan/atau huruf e.
(5) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b ditetapkan OJK berdasarkan ketentuan
tentang sanksi administratif berupa denda yang berlaku
untuk Perusahaan.
- 29 -
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 61
(1) Surat pencatatan atas Produk Asuransi yang telah
diterbitkan oleh OJK sebelum Peraturan OJK ini mulai
berlaku, dinyatakan tetap berlaku.
(2) Proses pelaporan Produk Asuransi yang belum selesai
pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku tunduk pada
Peraturan OJK ini.
(3) Dalam hal OJK telah menyampaikan pemberitahuan
mengenai kelengkapan dokumen dan/atau persyaratan
yang harus dipenuhi oleh Perusahaan sebelum Peraturan
OJK ini berlaku, jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (2) dihitung sejak Peraturan OJK ini
mulai berlaku.
(4) Asosiasi harus melaporkan spesimen polis standar
asuransi yang telah terbit sebelum Peraturan OJK ini
mulai berlaku kepada OJK paling lambat 20 (dua puluh)
hari kerja sejak Peraturan OJK ini mulai berlaku.
(5) Ketentuan mengenai PAYDI sebagaimana diatur dalam
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan
Lembaga Keuangan Nomor KEP-104/BL/2006 tentang
Produk Unit Link dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan OJK ini sampai
dengan Surat Edaran OJK mengenai PAYDI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditetapkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 62
Pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai Produk Asuransi dan pemasaran Produk Asuransi
tunduk pada Peraturan OJK ini.
- 30 -
Pasal 63
Peraturan OJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 November 2015
ttd
MULIAMAN D. HADAD
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 November 2015
ttd
YASONNA H. LAOLY
ttd
Sudarmaji
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 2014
TENTANG
PERASURANSIAN
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
BAB I . . .
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3. Prinsip . . .
-3-
9. Usaha . . .
-4-
17. Pihak . . .
-5-
24. Peserta . . .
-6-
30. Kontribusi . . .
-7-
38. Menteri . . .
-8-
BAB II
RUANG LINGKUP USAHA PERASURANSIAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4 . . .
-9-
Pasal 4
Pasal 5
BAB III
BENTUK BADAN HUKUM DAN KEPEMILIKAN
PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Pasal 6
(2) Usaha . . .
- 10 -
Pasal 7
BAB IV
PERIZINAN USAHA
Pasal 8
(2) Untuk . . .
- 11 -
Pasal 9
(2) Dalam . . .
- 12 -
Pasal 10
BAB V
PENYELENGGARAAN USAHA
Pasal 11
Pasal 12 . . .
- 13 -
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
(4) Ketentuan . . .
- 14 -
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
(3) Ketentuan . . .
- 15 -
Pasal 18
Pasal 19
(4) Ketentuan . . .
- 16 -
Pasal 20
Pasal 21
(3) Perusahaan . . .
- 17 -
Pasal 22
(6) Ketentuan . . .
- 18 -
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25 . . .
- 19 -
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
(2) Pialang . . .
- 20 -
Pasal 28
(8) Perusahaan . . .
- 21 -
Pasal 29
(7) Perusahaan . . .
- 22 -
Pasal 30
Pasal 31
(3) Perusahaan . . .
- 23 -
Pasal 32
Pasal 33 . . .
- 24 -
Pasal 33
Pasal 34
BAB VI
TATA KELOLA USAHA PERASURANSIAN
BERBENTUK KOPERASI DAN USAHA BERSAMA
Pasal 35
(4) Anggota . . .
- 25 -
BAB VII
PENINGKATAN KAPASITAS ASURANSI, ASURANSI SYARIAH, REASURANSI,
DAN REASURANSI SYARIAH DALAM NEGERI
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38 . . .
- 26 -
Pasal 38
BAB VIII
PROGRAM ASURANSI WAJIB
Pasal 39
BAB IX . . .
- 27 -
BAB IX
PERUBAHAN KEPEMILIKAN, PENGGABUNGAN, DAN PELEBURAN
Pasal 40
(6) Ketentuan . . .
- 28 -
Pasal 41
BAB X . . .
- 29 -
BAB X
PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44 . . .
- 30 -
Pasal 44
Pasal 45 . . .
- 31 -
Pasal 45
Pasal 46
(2) Pemegang . . .
- 32 -
Pasal 47
Pasal 48 . . .
- 33 -
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
(2) Tata . . .
- 34 -
Pasal 51
Pasal 52
(2) Dalam . . .
- 35 -
BAB XI
PELINDUNGAN PEMEGANG POLIS, TERTANGGUNG,
ATAU PESERTA
Pasal 53
Pasal 54 . . .
- 36 -
Pasal 54
BAB XII
PROFESI PENYEDIA JASA BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Pasal 55
(3) Ketentuan . . .
- 37 -
Pasal 56
BAB XIII
PENGATURAN DAN PENGAWASAN
Pasal 57
(2) Menteri . . .
- 38 -
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
e. mewajibkan . . .
- 39 -
2. Perusahaan . . .
- 40 -
Pasal 61 . . .
- 41 -
Pasal 61
(5) Ketentuan . . .
- 42 -
Pasal 62
e. menurut . . .
- 43 -
b. direksi . . .
- 44 -
Pasal 63
(3) Pengelola . . .
- 45 -
Pasal 64
Pasal 65 . . .
- 46 -
Pasal 65
Pasal 66
(2) Perintah . . .
- 47 -
Pasal 67
BAB XIV . . .
- 48 -
BAB XIV
ASOSIASI USAHA PERASURANSIAN
Pasal 68
Pasal 69
BAB XV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 70
Pasal 71 . . .
- 49 -
Pasal 71
i. larangan . . .
- 50 -
Pasal 72
c. direksi . . .
- 51 -
(4) Pencabutan . . .
- 52 -
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 73
(3) Setiap . . .
- 53 -
Pasal 74
Pasal 75 . . .
- 54 -
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79 . . .
- 55 -
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
d. dilakukan . . .
- 56 -
Pasal 82
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85 . . .
- 57 -
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
(2) Ketentuan . . .
- 58 -
Pasal 88
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 89
Pasal 90 . . .
- 59 -
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
Agar . . .
- 60 -
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 17 Oktober 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
ttd.
I. UMUM
2. penetapan . . .
-2-
Pengaturan . . .
-3-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Berdasarkan mekanisme pengelolaan risikonya, lini usaha asuransi
kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri lebih tepat
digolongkan sebagai Usaha Asuransi Umum. Namun, mengingat Objek
Asuransi yang dipertanggungkan dalam kedua lini usaha dimaksud
menyangkut diri manusia, lini usaha asuransi kesehatan dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri juga dapat digolongkan sebagai Usaha
Asuransi Jiwa. Dalam praktiknya, kedua lini usaha asuransi tersebut
telah diselenggarakan, baik oleh perusahaan asuransi umum maupun
oleh perusahaan asuransi jiwa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 3
Usaha asuransi syariah dan Usaha Reasuransi Syariah berbeda dari
usaha asuransi konvensional dan usaha reasuransi konvensional. Usaha
asuransi dan Usaha Reasuransi yang dikelola secara konvensional
menerapkan konsep transfer risiko, sedangkan usaha asuransi syariah
dan Usaha Reasuransi Syariah merupakan penerapan konsep berbagi
risiko (risk sharing). Mengingat perbedaan konsepsi yang mendasari
penyelenggaraan usahanya, usaha asuransi syariah dan Usaha
Reasuransi Syariah yang saat ini diperkenankan dalam bentuk unit di
dalam perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi konvensional
akan didorong untuk diselenggarakan oleh entitas yang terpisah.
Pasal 4 . . .
-4-
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pihak yang bermaksud menyelenggarakan Usaha Asuransi
Umum, Usaha Asuransi Jiwa, Usaha Asuransi Umum Syariah,
atau Usaha Asuransi Jiwa Syariah dengan bentuk badan hukum
usaha bersama setelah Undang-Undang ini diundangkan,
didorong untuk menjadi berbentuk koperasi dengan
pertimbangan kejelasan tata kelola dan prinsip usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah antara lain tata kelola,
persyaratan dan tata cara perubahan menjadi badan hukum
perseroan terbatas atau koperasi, serta persyaratan dan tata cara
pembubaran badan hukum usaha bersama.
Pasal 7
Ayat (1)
Dalam kehidupan perekonomian yang semakin terbuka dan
berkembang cepat, dibutuhkan layanan jasa pertanggungan atau
pengelolaan risiko yang semakin beragam dan berkualitas oleh
Perusahaan Perasuransian yang sehat, dapat diandalkan, amanah, dan
kompetitif. Untuk itu, Perusahaan Perasuransian perlu dibangun
dengan permodalan yang kuat, yang bersumber, baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
-5-
Huruf b
Kepemilikan pihak asing pada Perusahaan Perasuransian dibatasi
secara kualitatif. Pembatasan secara kualitatif dilakukan dengan
mempersyaratkan bahwa pada saat pendirian Perusahaan
Perasuransian, pihak asing yang dapat menjadi pemilik adalah
badan hukum asing yang memiliki Usaha Perasuransian yang
sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak
perusahaannya bergerak di bidang Usaha Perasuransian yang
sejenis. Persyaratan badan hukum asing harus mempunyai Usaha
Perasuransian yang sejenis dimaksudkan agar mitra asing yang
akan menjadi salah satu pemilik Perusahaan Perasuransian di
Indonesia tersebut merupakan Perusahaan Perasuransian yang
benar-benar mempunyai pengalaman usaha di bidangnya sehingga
diharapkan terjadi transfer modal dan transfer pengetahuan dan
teknologi kepada pihak Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah antara lain
mengenai pembatasan kepemilikan badan hukum asing secara
kuantitatif. Pembatasan tersebut dapat berupa persentase maksimum
kepemilikan asing pada Perusahaan Perasuransian.
Pembatasan secara kuantitatif membutuhkan fleksibilitas guna
menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan dan ketersediaan dana
dalam negeri.
Batas kepemilikan badan hukum asing dalam Perusahaan
Perasuransian dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
-6-
Ayat (4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan
usaha antara lain berupa persyaratan kompetensi atau keahlian di
bidang Usaha Perasuransian sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan termasuk bagi pengurus dan tenaga ahli
asing.
Pasal 9
Ayat (1)
Waktu 30 (tiga puluh) hari kerja mencakup waktu untuk
mengklarifikasi data atau informasi dalam dokumen yang
dipersyaratkan untuk mendapatkan izin usaha.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Pemenuhan persyaratan kemampuan dan kepatutan bagi anggota
dewan pengawas syariah mencakup integritas dan kompetensi terkait
tugas dan fungsi dewan pengawas syariah serta pengalaman dan
keahlian di bidang usaha perasuransian syariah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Penetapan Pengendali diperlukan agar Otoritas Jasa Keuangan dapat
menentukan Pihak yang dimintai pertanggungjawaban, selain direksi
dan komisaris, apabila terjadi kegagalan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta akibat
pengaruh Pihak tersebut dalam pengelolaan perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 14 . . .
-7-
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Persetujuan ini diperlukan antara lain agar Pihak yang tidak lagi
menjadi Pengendali dipastikan tidak lagi memiliki kewajiban untuk
ikut bertanggung jawab atas kerugian Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah yang disebabkan oleh Pihak yang
sebelumnya berada dalam pengendaliannya.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengecualian dalam ketentuan ini dimaksudkan agar negara dapat
memiliki dan/atau mengendalikan lebih dari satu perusahaan dengan
usaha sejenis dalam rangka menyediakan jasa asuransi bagi kelompok
masyarakat tertentu atau daerah tertentu, menjadi perintis kegiatan
usaha asuransi yang belum dapat dilaksanakan oleh pihak swasta,
atau menyelenggarakan kemanfaatan umum lain yang strategis bagi
masyarakat.
Ayat (3)
Hal yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan antara lain besar kepemilikan saham dan tata cara
konsolidasi perusahaan.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
-8-
Ayat (3)
Hal yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan antara lain
mengenai jenis, jumlah, persyaratan, tugas, tanggung jawab, dan
wewenang tenaga ahli dan aktuaris.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “standar seleksi” adalah persyaratan minimum
bagi Pihak yang akan dijadikan mitra kerja sama oleh Perusahaan
Perasuransian.
Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah adanya keyakinan
Perusahaan Perasuransian atas kemampuan dan pengalaman dari
perusahaan yang diajak bekerja sama dan adanya kejelasan
pertanggungjawaban oleh Perusahaan Perasuransian atas kegiatan
atau fungsi yang dilaksanakan oleh pihak lain tersebut.
Ayat (4)
Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
antara lain mengenai jenis, nilai, dan jangka waktu pengalihan fungsi
yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Perasuransian, termasuk
perusahaan penilai kerugian asuransi, kepada pihak lain terutama
pihak asing.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan agar Dana Asuransi atau Dana Tabarru’
dapat dikelola dengan baik, mengingat Dana Asuransi atau Dana
Tabarru’ dimaksud merupakan dana yang akan digunakan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta. Kewajiban melakukan evaluasi atas Dana
Asuransi atau Dana Tabarru’ juga dilakukan di negara lain.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 20 . . .
-9-
Pasal 20
Ayat (1)
Dana Jaminan dibentuk untuk memberikan jaminan atas penggantian
sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta
dalam hal perusahaan harus dilikuidasi. Dengan demikian, Dana
Jaminan merupakan bagian dari upaya melindungi Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (2)
Pada umumnya, perkembangan usaha mengakibatkan bertambahnya
kewajiban perusahaan kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau
Peserta. Hal ini juga berarti bertambah pula besar hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta yang perlu dijamin pengembaliannya jika
perusahaan dilikuidasi.
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan agar penggunaan Dana Jaminan untuk
mengembalikan sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta pada saat perusahaan dilikuidasi dapat
dipastikan.
Ayat (4)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan Dana
Jaminan.
Ayat (5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Dana Jaminan meliputi pengaturan
jenis aset yang dapat digunakan sebagai Dana Jaminan, jumlah Dana
Jaminan minimum yang harus dimiliki perusahaan, penyesuaian
besar Dana Jaminan berdasarkan volume usaha, tata cara
pemindahan atau pencairan Dana Jaminan, dan penatausahaannya.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pemisahan kekayaan dan kewajiban dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan antara pengembangan usaha dan
pelindungan konsumen.
Pasal 22 . . .
- 10 -
Pasal 22
Ayat (1)
Laporan yang wajib disampaikan Perusahaan Perasuransian kepada
Otoritas Jasa Keuangan antara lain laporan keuangan, laporan
kegiatan usaha, dan laporan program dukungan reasuransi otomatis.
Selain itu, dalam keadaan atau untuk tujuan tertentu, Perusahaan
Perasuransian juga dapat diwajibkan menyampaikan laporan yang
bersifat tematik misalnya profil risiko dan pelaksanaan tata kelola
perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Posisi keuangan, kinerja keuangan, dan kondisi kesehatan keuangan
yang diumumkan paling sedikit meliputi rasio kesehatan keuangan
sesuai dengan ketentuan mengenai kesehatan keuangan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan
perusahaan reasuransi syariah. Pengumuman melalui media
elektronik dilakukan pada situs perusahaan dan situs Otoritas Jasa
Keuangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
antara lain mengenai jenis, bentuk, dan susunan laporan atau
pengumuman, serta jadwal dan batas waktu penyampaian laporan
dan pengumuman.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26 . . .
- 11 -
Pasal 26
Ayat (1)
Ketentuan mengenai standar perilaku usaha bagi Perusahaan
Asuransi Syariah dan perusahaan reasuransi syariah mengacu pula
pada Prinsip Syariah.
Ayat (2)
Pengaturan mengenai standar perilaku usaha dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan disesuaikan dengan jenis usaha Perusahaan
Perasuransian masing-masing.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Imbalan jasa keperantaraan dapat dibayarkan langsung oleh
Pemegang Polis atau menjadi bagian dari Premi. Dalam hal imbalan
jasa keperantaraan merupakan bagian dari Premi, dalam polis atau
dokumen yang merupakan kesatuan dengannya dimuat perincian
mengenai bagian premi yang diteruskan kepada Perusahaan Asuransi
dan imbalan jasa keperantaraan yang dibayarkan kepada Perusahaan
Pialang Asuransi.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31 . . .
- 12 -
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “cepat” adalah bahwa proses penanganan
klaim dan keluhan dilakukan dengan segera, dalam waktu sesingkat-
singkatnya, dan secara cekatan.
Yang dimaksud dengan “sederhana” adalah bahwa proses penanganan
klaim dan keluhan bersifat lugas dan tidak rumit.
Yang dimaksud dengan “mudah diakses” adalah bahwa proses
penanganan klaim dan keluhan diselenggarakan di kantor perusahaan
atau tempat lain yang mudah dikunjungi, atau diselenggarakan
dengan memanfaatkan teknologi yang memudahkan orang untuk
menyampaikan klaim atau keluhan dan mendapatkan tanggapan.
Yang dimaksud dengan “adil” adalah bahwa proses penanganan klaim
dan keluhan dilakukan dengan berpegang kepada kebenaran, tidak
memihak, dan tidak sewenang-wenang.
Ayat (4)
Tindakan yang dapat memperlambat penyelesaian atau pembayaran
klaim antara lain:
a. memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta
penyerahan dokumen tertentu, yang kemudian diikuti dengan
meminta penyerahan dokumen lain yang pada dasarnya berisi hal
yang sama;
b. menunda penyelesaian dan pembayaran klaim karena menunggu
penyelesaian dan/atau pembayaran klaim reasuransinya;
c. tidak melakukan penyelesaian klaim yang merupakan bagian dari
penutupan asuransi karena alasan adanya keterkaitan dengan
penyelesaian klaim yang merupakan bagian lain dari penutupan
asuransi dalam 1 (satu) polis yang sama;
d. memperlambat penunjukan perusahaan penilai kerugian asuransi,
apabila jasa penilai kerugian asuransi dibutuhkan dalam proses
penyelesaian klaim; dan
e. menerapkan prosedur penyelesaian klaim yang tidak sesuai
dengan praktik usaha asuransi yang berlaku umum.
Ayat (5) . . .
- 13 -
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Ketentuan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa koperasi atau
usaha bersama memiliki keterbatasan kemampuan untuk menambah
modal. Namun, di sisi lain koperasi atau usaha bersama tetap harus
memastikan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban kepada
Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan konsep
pertanggungan bersama dan berbagi risiko antaranggota, dan
menghindari adanya anggota yang hanya menjadi pemodal bagi usaha
asuransi yang dijalankan oleh Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Asuransi Syariah berbentuk koperasi atau usaha bersama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c.
Ayat (3)
Ketentuan ini juga dimaksudkan untuk menegaskan konsep
pertanggungan bersama dan berbagi risiko antaranggota, dan
menghindari adanya anggota yang hanya menjadi pemodal.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “persyaratan keuangan” antara lain besaran
simpanan pokok dan simpanan wajib yang harus disetor oleh anggota.
Pasal 36
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendorong Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan
reasuransi syariah agar benar-benar menjalankan fungsinya sebagai
penanggung dan/atau penanggung ulang.
Optimalisasi . . .
- 14 -
Pasal 37
Pemerintah dan/atau Otoritas Jasa Keuangan, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, dapat melakukan langkah-langkah, seperti:
a. membentuk perusahaan reasuransi baru;
b. menggabungkan beberapa badan usaha milik negara yang bergerak di
bidang perasuransian dan menugaskan perusahaan hasil
penggabungan tersebut menjadi perusahaan reasuransi;
c. memberikan fasilitas untuk pembentukan pool atau konsorsium
asuransi untuk risiko tertentu, misalnya risiko bencana alam; atau
d. menghindari pengenaan pajak berganda terhadap industri
perasuransian.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Otoritas Jasa Keuangan harus menetapkan persyaratan bagi pihak
yang akan menyelenggarakan Program Asuransi Wajib, misalnya besar
modal dan ketersediaan infrastruktur usaha.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “manfaat tambahan” adalah besaran manfaat
yang diberikan dan bukan tambahan jenis manfaat.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Perubahan kepemilikan mencakup antara lain perubahan komposisi
saham, pengambilalihan, dan penambahan pemegang saham baru.
Ayat (2) . . .
- 15 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Hal yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan antara lain adanya transfer portofolio pertanggungan atau
pengembalian hak Pemegang Polis atau Tertanggung sebelum
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi tersebut
menghentikan kegiatan usahanya.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
Likuidasi perusahaan yang telah dicabut izin usahanya perlu segera
dilakukan untuk melindungi kepentingan Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 16 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hal yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan antara lain:
a. mekanisme pembubaran badan hukum Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah;
b. jumlah anggota tim likuidasi;
c. penghasilan tim likuidasi;
d. tata cara pelaksanaan likuidasi;
e. jangka waktu likuidasi;
f. pengawasan pelaksanaan likuidasi oleh Otoritas Jasa Keuangan;
g. tata cara pengalihan aset dan kewajiban Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah; dan
h. pertanggungjawaban tim likuidasi.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Tagihan diajukan melalui Otoritas Jasa Keuangan dimaksudkan
untuk memudahkan proses penagihan, tetapi Otoritas Jasa Keuangan
tidak melakukan verifikasi terhadap tagihan tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50 . . .
- 17 -
Pasal 50
Ayat (1)
Sejalan dengan ruang lingkup tugas Otoritas Jasa Keuangan yang
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan, maka kewenangan pengajuan pailit terhadap Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan
perusahaan reasuransi syariah yang semula dilakukan oleh Menteri
Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
beralih menjadi kewenangan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan
Undang-Undang ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Program penjaminan polis dimaksudkan untuk menjamin
pengembalian sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta dari Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Asuransi Syariah yang dicabut izin usahanya dan dilikuidasi.
Selain itu, keberadaan program penjaminan polis dimaksudkan untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri
perasuransian pada umumnya sehingga diharapkan dapat
meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa asuransi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 54 . . .
- 18 -
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “independen” adalah tidak dipengaruhi oleh
pihak lain.
Yang dimaksud dengan “imparsial” adalah tidak berpihak pada salah
satu pihak yang bersengketa.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “penilai” adalah penilai aset.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini didasarkan pertimbangan bahwa Usaha Perasuransian
memiliki karakteristik yang khas sehingga profesi penyedia jasa bagi
Perusahaan Perasuransian harus memenuhi kualifikasi tertentu.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57 . . .
- 19 -
Pasal 57
Ayat (1)
Pengaturan dan pengawasan kegiatan Usaha Perasuransian oleh
Otoritas Jasa Keuangan antara lain aspek tata kelola, perilaku usaha,
dan kesehatan keuangan.
Yang dimaksud dengan “pengawasan” antara lain analisis laporan,
pemeriksaan, dan penyidikan.
Ayat (2)
Kebijakan umum dalam rangka pengembangan pemanfaatan asuransi
dan reasuransi untuk mendukung perekonomian nasional meliputi hal
kepemilikan asing atas Perusahaan Perasuransian, peningkatan
kapasitas asuransi, asuransi syariah, reasuransi, dan reasuransi
syariah dalam negeri, serta pemberian fasilitas fiskal kepada
perseorangan, rumah tangga, dan/atau usaha mikro, kecil, dan
menengah.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g . . .
- 20 -
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Yang dimaksud dengan produk asuransi tertentu yang dapat
dihentikan pemasarannya adalah produk yang dapat
merugikan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta,
produk yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku di masyarakat, dan/atau
produk yang dapat membahayakan keuangan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah.
Angka 6
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Pasal 61 . . .
- 21 -
Pasal 61
Ayat (1)
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan di kantor
Perusahaan Perasuransian dan/atau pemeriksaan di kantor Otoritas
Jasa Keuangan. Pemeriksaan di kantor Perusahaan Perasuransian
dapat dilakukan terhadap seluruh aspek penyelenggaraan kegiatan
usaha Perusahaan Perasuransian dan/atau terhadap aspek tertentu
dari penyelenggaraan kegiatan usaha Perusahaan Perasuransian.
Sedangkan pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa Keuangan dilakukan
hanya terhadap aspek tertentu dari penyelenggaraan kegiatan usaha
Perusahaan Perasuransian.
Pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa Keuangan dapat ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan di kantor Perusahaan Perasuransian apabila:
a. data, dokumen, dan/atau keterangan dari Perusahaan
Perasuransian yang diperiksa tidak dapat memberikan dasar yang
cukup bagi pegawai Otoritas Jasa Keuangan dan/atau pihak lain
yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan yang melakukan
pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa Keuangan untuk membuat
kesimpulan atas hasil pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa
Keuangan; dan/atau
b. adanya tanggapan Perusahaan Perasuransian yang diperiksa
terhadap kesimpulan hasil pemeriksaan di kantor Otoritas Jasa
Keuangan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah badan, lembaga, institusi,
atau orang, baik dari dalam maupun luar Otoritas Jasa Keuangan.
Pihak tersebut antara lain akuntan publik, konsultan aktuaria, penilai
kerugian, pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan/atau pejabat
penyidik Kepolisian Republik Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
- 22 -
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kekayaan” antara lain surat berharga,
tanah, gedung, dan kendaraan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan ini didasarkan bahwa direksi dan komisaris nonaktif
Perusahaan Perasuransian dianggap pihak yang paling mengetahui
keadaan keuangan dan operasional Perusahaan Perasuransian yang
sedang diambil alih kepengurusannya oleh Pengelola Statuter.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud “perintah tertulis” adalah perintah secara tertulis
untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan tertentu guna
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan dan/atau mencegah dan mengurangi kerugian Pemegang
Polis, Tertanggung, atau Peserta.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5) . . .
- 23 -
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini didasarkan bahwa Pengendali mempunyai peranan
penting, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mempengaruhi pengelolaan atau kebijakan suatu Perusahaan
Perasuransian.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 67
Informasi yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan dapat berupa informasi
yang sifatnya rahasia, antara lain informasi yang terkait dengan stabilitas
perekonomian nasional dan informasi yang berkaitan dengan kepentingan
pelindungan Usaha Perasuransian dari persaingan usaha tidak sehat.
Informasi rahasia tersebut dapat diakses oleh pegawai Otoritas Jasa
Keuangan atau pihak yang ditunjuk dan/atau diberi tugas oleh Otoritas
Jasa Keuangan.
Pasal 68
Ayat (1)
Pengaturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran asosiasi
dalam mengatur para anggotanya (self regulatory) dan melancarkan
koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan.
Ayat (2) . . .
- 24 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Penugasan atau pendelegasian wewenang tertentu dari Otoritas Jasa
Keuangan kepada asosiasi antara lain penyusunan standar etika
usaha dan tata perilaku (code of conduct), pembentukan profil risiko
dan tabel mortalita, serta pelaksanaan dan penetapan sertifikasi
keagenan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh kondisi yang membahayakan kepentingan Pemegang Polis,
Tertanggung, atau Peserta antara lain kondisi keuangan perusahaan
memburuk secara drastis, pemegang saham tidak kooperatif,
dan/atau direksi dan komisaris, atau yang setara dengan direksi dan
komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha
bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, tidak
memiliki jalan keluar untuk mengatasi permasalahan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75 . . .
- 25 -
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “izin” adalah izin di luar izin usaha. Contoh
izin atau persetujuan antara lain izin untuk memasarkan produk
asuransi dan persetujuan untuk bancassurance.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87 . . .
- 26 -
Pasal 87
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
antara lain mengenai kewajiban membuat rencana kerja dan
kewajiban perusahaan menginformasikan rencana pemisahan kepada
Pemegang Polis dan Peserta.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Ketentuan yang wajib disesuaikan termasuk ketentuan mengenai aspek
Program Asuransi Wajib yang terdapat di dalam peraturan perundang-
undangan mengenai dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang
dan dana kecelakaan lalu lintas jalan.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.