Makalah-Sejarah Perkembangan Orientalisme
Makalah-Sejarah Perkembangan Orientalisme
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Kebudayaan
Lokal Prodi Dirasah Islamiyah Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh:
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
A. Sejarah Perkembangan Orientalisme............................................................7
B. Motif Lahirnya Orientalisme......................................................................10
C. Pemikiran Orientalisme Edward Said........................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nyata atau khayali antarsatu dengan yang lain. Garis demarkasi yang muncul
Namun demikian, lebih dari itu, sejak pertengahan abad XVIII, ada dua
unsur pokok dalam hubungan antara Timur dan Barat. Unsur pertama adalah
penjelajah-penjelajah berbakat.
Unsur kedua yang muncul dalam relasi antara dunia Timur dan Eropa
adalah bahwa Eropa selalu berada dalam “kedudukan yang kuat” (untuk tidak
mengungkapkan hal ini. Memang benar bahwa hubungan antara “yang kuat”
dan “yang lemah” bisa saja diselubungi atau bahkan dilunakkan sedemikian
1
Edward W.Said, Orientalism. Ter. Orientalisme, Menggugat Dunia Barat dan
Mendudukan Timur sebagai Subyek (Cet II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2016), h. 58
rupa, seperti ketika Balfour2 mengakui “kebesaran” peradaban-peradaban
Timur.
yang tidak pernah lepas dari kajian orientalisme. Dan pada dasarnya dapat
Timur (mayoritas adalah Islam) sebagai suatu pemahaman dan analisa yang
berkembang sedemikian rupa dan telah mendapat perhatian dan juga kajian
demikian untuk mengkaji orientalisme bukanlah hal yang mudah, oleh karena
B. Rumusan Masalah
2
Balfour adalah Arthur James Balfour Anggota Parlemen Majelis Rendah Inggris yang
Konservatif.
3
H. Muhammad Bahar Akkase Teng, Orientalis dan Orientalisme dalam Perspektif
Sejarah (Vol 4 No 1: Makassar: Jurnal Ilmu Budaya 2016), h. 48
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Orientalisme
berarti timur; kemudian oriental yang berarti adat-istiadat atau ciri atau
akan segala yang dimiliki oleh dunia Timur (oleh orang Timur Asia sendiri);
yang berarti the rising of the sun (terbit matahari), the castern part of the
world (belahan dunia timur): the sky whence comes the sun (langit asal
perubahan menjadi kata orient yang berarti cast (timur). Kata orient ini
secara bahasa, orien atau oriental merujuk pada daerah selain Eropa (secara
interpretasi.
oleh para ilmuan Barat yang menitikberatkan pada ambisi geografis pada
dikatakan oleh E.W. Said bahwa pada abad tersebut Renan menemukan usia
bahasa Timur (Sanskerta) yang ternyata jauh lebih tua daripada usia bahasa
6
Ahmad Bayuni Wahib, Orientalisme Dalam Hukum Islam, Kajian Hukum Islam Dalam
Tradisi Barat, h. 8.
Ibrani, berbondong-bondong orang-orang Eropa pada saat itu
Indo-Eropa. Dari sinilah muncul keinginan yang kuat dari orang Eropa
semakin intensif melakukan kajian terhadap dunia Timur. Pada era ini,
maupun bagi orientalis sendiri. Sebab, pada fase ini Barat telah benar-benar
ekonomi. Mungkin karena orang Barat telah masuk dan menguasai negeri-
framework kajian orientalis berubah dari fase caci maki menjadi serangan
sistematis dan ilmiah. Tapi sistematis dan ilmiah tidak berarti tanpa
kesalahan dan bias. Framework kajian orientalis tidak lepas dari warna dan
Bagi yang berfikir kritis perubahan sikap orientalis ini akan mendapati
bahwa kajian para orientalis itu berpijak pada subyektifitas mereka sebagai
orang Barat. Kajian Edward Said melahirkan kesimpulan bahwa apa saja
yang dikatakan oleh orang Eropa tentang Timur tetap saja rasial, imperalis
dan etnosentris.9
akhir abad XIX dan awal abad XX telah mengalami proses pereduksian
Eropa merasa getir menghadapi Timur. Tidak hanya itu, ketakutan Eropa ini
atasi.10
9
Hamid Fahmi Zarkasy, Tradisi Orientalisme dan Framework Studi Al-Qur-an, (Vol 7
No 1: Gontor: Jurnal Peradaban Islam Tsaqfqg 2011), h.7.
10
Edward W.Said, Orientalism. Ter. Orientalisme, Menggugat Dunia Barat dan
Mendudukan Timur sebagai Subyek, h. 391.
B. Motif Lahirnya Orientalisme
1. Agama
Agama atau sentiment agama ini dimulai oleh para rahib gereja
kepada public bahwa Islam hanyalah agama kebudayaan arab yang tidak
Barat, berupa rasa takut (syndrome) terhadap kekuatan Islam sampai mereka
keinginan dan usaha dalam diri mereka untuk melakukan studi tentang
11
Muhammad Bahar, “Orientalis dan Orientalisme Dalam Persepektif Sejarah” dalam
Jurnal ilmu budaya, Vol. 4, 2016.
dalam pokok-pokok ajaran Islam dengan memberikan cela terhadap
ajaran-ajaran Islam.
nafsu manusia.12
2. Kolonialisme
bangsa Eropa tidak berputus asa untuk kembali berusaha menjajah negara-
negara Arab dan seluruh negara Islam dengan bergai cara. Salah satunya,
berganti menjadi perang pemikiran. Ini termaktub dalam wasiat Louis. Raja
peperangan bukanlah strategi yang tepat untuk bisa meraih kemenangan dan
12
Hasan Abdul Rauf, Orientalisme dan Misionarisme (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2008), h. 3.
agamanya dan rela berjihad, mengorbankan jiwa dan raganya demi membela
agama Islam. Harus dengan strategi lain ! Yaitu mengalihkan pemikiran dan
menurut mereka ini meruapakan senjata yang ampuh, efektif, dan efisien
sebagai kekuatan baru dalam upaya melemahkan umat Islam dari aspek
3. Ekonomi
semurah mungkin.
4. Politik
negara-negara Islam.14
5. Keilmuan
sebagai suatu kenyataan yang tidak bisa dilupakan begitu saja, karena itu
diberikan petunjuk dan dibukakan pintu hatinya oleh Allah untuk tunduk
materi demi kepuasan hasrat pribadi. Ada yang mejadikan gerakan oriental
ini sebagai pemenuhan hobi berpergian dan mempelajari budaya dunia luar.
bagi orientalis Yahudi, tetap saja motif yang dominan bagi mereka
umat Islam atas ajaran agamanya sendiri. Secara politik, ini ditujukan untuk
15
Muhammad Bahar, “Orientalis dan Orientalisme Dalam Persepektif Sejarah” dalam
Jurnal ilmu budaya, Vol. 4, 2016, h.25.
16
A. Muin Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.
7.
maupun secara kenegaraan.17 Orientalis telah melakukan penyalahartian
aliran murtad (dari Kristen) tetapi juga sebagai agama sesat yang cenderung
putra dari pasangan Mariam Said dan Maire Jaanus seorang intelektual yang
yang menjadi tali pengikat setiap arsip itu adalah sekelompok ide-ide dan
dengan suatu mentalitas, geneologi dan iklim tertentu. Dan terpenting ide-ide
17
A. Muin Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam, h.7.
18
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam; Dari Fundamentalis, Modernisme hingga
Post Modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), h.196-197.
orang Timur sebagai suatu fenomena yang memiliki karakteristik yang
teratur.19
Orientalism, bahwa telaah atau kajian kaum orientalis Barat atas dunia Arab
dan Islam sebetulnya bukanlah pekerjaan yang hanya dalam rangka untuk
mengetahui sisi terluar dari peradaban dunia Timur, akan tetapi ada maksud
terselubung yang dimiliki oleh para orientalis dalam mengkaji dunia Timur,
utamanya dunia Islam. Oleh karena itu bisa dimasukkan dalam "ilmu politis",
Said sendiri dalam buku itu juga bukan "telaah murni", sebab ada motif-
motif yang berasal dari pengalaman hidup pribadinya sebagai eksil Palestina di
W. Said, seperti dikritik oleh Bernard Lewis, juga mengandung biasnya sendiri,
telah "salah jalur" karena dilepaskan dari sejarah pertumbuhan disiplin yang
juga mudah menuduh para pemikir liberal di dunia Islam sebagai antek
orientalisme.20
tahun 1910, yang melibatkan aspek politik, militer, dan ekonomi. Pidatonya
tentang "Dunia Timur" sering kali terdistorsi dan didasarkan pada stereotip,
yang lebih unggul. Konsep ini menjadi fokus kritik Said terhadap
statis, dan inferior.22 Ini menciptakan pandangan bias bahwa Barat adalah
subyek yang lebih unggul dibandingkan Timur yang menjadi obyek kajian
dan penaklukan.
Timur. Padahal Timur memiliki sejarah dan peradaban yang kaya dan
ini.
dan pemerintah.
sebenarnya. Hal ini telah memengaruhi persepsi dan hubungan antara kedua
itu membuka ruang bagi pemahaman yang lebih inklusif dan menghargai
masyarakat kontemporer.
kritik poskolonial terhadap hegemoni Barat atas Dunia Timur. Said sendiri
tidak hanya terjadi setelah penjajahan atau dekolonisasi, tetapi ketika terjadi
24
Maira, Sunaina. “Edward Said, Palestine, and the Politics of Academic Freedom.” Arab
Studies Journal Vol. 13, No. 14, 2005, h. 55.
kolonialisme, membantu mempertahankan dan meluaskan hegemoni Eropa
terhadap peradaban Islam dan umat Muslim oleh orientalis Barat sangatlah
Muslim.
Islam memiliki warisan yang luas dalam bidang ilmu pengetahuan, seni,
manusia.
dibuat oleh orientalis Barat dan untuk memahami bahwa pandangan tersebut
25
Young, Robert J.C. Postcolonialism: An Historical Introduction, (Blackwell Publishing,
2001), h. 13.
dialog serta pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang berbagai
Kritik pedasnya terhadap para orientalis Barat telah membuka jalan bagi
cara pandang yang tidak berpihak. Oleh karena itu, karya Said mendorong
poskolonial lain seperti Homi Bhabha dan Gayatri Spivak. Mereka semakin
dunia Islam. Kritiknya terhadap orientalis Barat membuka jalan bagi studi
26
Said, Edward W, Orientalism, (New York: Vintage Books, 1979), h. 49.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan pengkajian ketimuran (oriental studies) yang bernama
orientalisme muncul pada abad ke 18. Orientalisme yang mengkaji tradisi
ketimuran dan keislaman di dunia Barat telah berumur berabad-abad, karena
itu maka semangat dan kualitas kajian dapat dikatakan ilmiah. Namun, karena
subyek kajian ini umumnya adalah manusia Barat yang mayoritas beragama
Kristen yang obyek kajiannya ada di Timur yang mayoritas beragama Islam,
maka bias ideology, kultural dan religious tidak dapat dihindari.
Framework kajian orientalis tidak lepas dari warna dan latar belakang
agama, politik, worlview dan nilai-nilai peradaban Barat. Bagi yang berfikir
kritis perubahan sikap orientalis ini akan mendapati bahwa kajian para
orientalis itu berpijak pada subyektifitas mereka sebagai orang Barat. Kajian
Edward Said melahirkan kesimpulan bahwa apa saja yang dikatakan oleh
orang Eropa tentang Timur tetap saja rasial, imperialis, dan etnosentris.
Abdul Rauf, Hasan. Orientalisme dan Misionarisme. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2008.
Bayuni Wahib, Ahmad. Orientalisme Dalam Hukum Islam, Kajian Hukum Islam
Dalam Tradisi Barat. Cet I. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018.
Maira, Sunaina. "Edward Said, Palestine, and the Politics of Academic Freedom."
Arab Studies Journal Vol. 13, No. 14, 2005.
Prima Pena, Tim. Kamus Ilmiah Populer. Cet. I. Surabaya: Gita Media Press,
2006.
Umar, A. Muin. Orientalisme dan Studi tentang Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1978.