Anda di halaman 1dari 19

TUJUAN HUKUM ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hukum yang mejadi penutan masyarakat merupakan cita-cita social yang tidak pernah berhenti
dikejar sampai akhir hayat.Cita-cita sosial bersandarkan pada hukum.Setiap keberadaan hukum
tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hokum. Harapan manusia terhadap hukum
pada umumnya meliputi harapan keamanan dan ketenteraman hidup tanpa batas waktu.

Manusia berharap pada beberapa hal-hal berikut:-


1- Kemaslahatan hidup bagi diri orang lain
2- Menegakkan keadilan
3- Persamaan hak dan kewajipan dalam hokum
4- Saling control dalam masyarakat
5- Kebebasan berekpresi,berpendapat,bertindak dengan tidak melebihi batasan hokum.
6- Regenerasi sosial yang positif dan bertanggungjawab

Apabila satu minit sahaja kehidupan sosial tidak terjamin oleh hukum yang kuat,masyarakat
dengan semua komponannya akan rosak,karena seminit tanpa adanya jaminan hukum bagaikan
adanya bencana yang melanda dalam sesuatu masyarakat tersebut.

Asas legalitas sebagai pokok dari hidup dan berlakunya hukum .Yang berbahaya lagi adalah
memendan hokum tidak berguna lagi karena keberpehakan hokum kepada keadilan dan
persamaan hak sehingga masyarakat kurang percaya kepada hokum.

Cita-cita hokum adalah menegakkan keadilan,tetapi yang menegakkan keadilan bukan teks-teks
hokum,melainkan manusia yang meneria sebutan hakim,pengacara penguasa hokum,penegak
hokum,polisi dan sebagainya.

Identitas hokum Islam adalah adil,member rahmat dan mengandungi hikmah yang banyak bagi
kehidupan.Dengan yang demikian setiap hal yang merupakan kezaliman,tidak member rasa
keadilan,jauh dari rahmat,menciptakan kemafsadatan bukan merupakan tujuan hokum Islam

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut :

1. Apa itu hukum islam ?


2. Apa saja tujuan hukum islam?
3. Apa pendapat Asy Syatibi mengenai tujuan syariat islam?

C. Maksud dan tujuan penelitian


Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk mengetahui tujuan hukum
islam dan mengetahui pendapat para ahli mengenai tujuan hukum islam
Adapun tujuan yang ingin di capai oleh kami untuk membuat makalah ini
Adalah : Untuk mengetahui tujuan hukum islam

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam menyusun makalah ini sistematika yang di gunakan adalah :

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, maksud


dan tujuan, serta sistematika penulisan

BAB II Pembahasan

Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian tujuan hukum islam

BAB III Penutup


Dalam bab ini di uraikan : kesimpulan dan saran yang berisikan tanggapan
dan kesimpulan apa yang di bahas pada bab ii sebelumnya dan kemudian
sebagai sumbangan pemikiran tentang permasalahan yang ada kami mencoba
menyampaikan beberapa saran dan semoga dapat bermanfaat bagi semua
pihak

BAB II

PEMBAHASAN

E. APA ITU HUKUM ISLAM


Hukum islam Yaitu hukum yang diberlakukan bagi warga negara indonesia yang beragama
Islam yang tercantum dalam hukum positif yaitu UU Nomor 1 tahun 1974, UU Nomor 7 tahun
1989 tentang peradilan agama, UU Nomor 1991.Menurut Aulasi Aulawi yaitu hukum yang
diyakini memliki keterkaitan dengan sumber dan ajaran Islam yaitu amal, Dalam UU Nomor 1
Tahun 1974 sistem hukum yang diberlakukan adalah hukum adat, barat dan hukum Islam.
Kafa : bulat (tidak dapat dikurangi atau ditambah)Keberadaan hukum Islam landasan
konsititusionalnya yaitu UUD 1945 Pembukaan alinea pasal 29.
Hukum islam sebagai hukum nasional diperuntukan bagi warga negara Indonesia yang beragama
islam yaitu menyangkut hukum keluarga, waris, perkawinan, dan harta perkawin (keempatnya
merupakan bidang sensitif karena menyangkut budaya dan keyakinan masyarakat).
Pembukaan alinea ke 3 dihubungkan dengan teori Thomas Aquino tentang negara terbentuk atas
ketuhanan, teori tersebut terdiri dari :

 Legs aeterna (yaitu 10 perintah Tuhan)


 Legs divina (zabur, taurat , inzil)
 Legs positif (hukum buatan manusia)

Dengan demikian hukum positif merupakan tetesan dari aeterna, positif , divina dan naturalis.
Dengan demikian UUD 1945 merupakan tetesan dari Al Quran.
Kedudukan Hukum Islam dalam ketatanegaraan Indonesia berkaitan dengan sejarah Hukum
Islam.
Sejarah Hukum Islam

 Periode I

Penerimaan hukum islam sepenuhnya dikenal dengan “Receptio in Complexiu” pencetusnya


Winter, Salomon Geyzer dan Cornelius van den Berg.
Menurut teori tesebut memperlakukan penuh hukum Islam bagi orang Islam dengan dasar bahwa
mereka telah memeluk agama islam. Pada masa ini berhasil dibuat suatu kumpulan peraturan
hukum perkawinan yang dikenal dengan “compendium preizer” (dibuat oleh D.W Preizer) yang
berisi tentang hukum waris perkawinan.
Dalam pasal 75 dinyatakan bahwa pemerintah Belanda memerintahkan kepada pengadilan untuk
mempergunakan undang-undang agama, lembaga-lembaga, dan kebiasaan mereka.
Pasal 78 ayat 2 RR

 Periode II

Penerimaan hukum islam oleh hukum adat atau teori Resepsi tokoh-tokohnya Van Hollenhoven,
Terhar, Snouck Hurgronye (teori setan). Teori ini intinya bahwa hukum islam dipandang sebagai
sumber hukum apabila telah diterima atau direvisir oleh hukum adat. Dasar hukumnya dalam
Staatblaad 1929 Nomor 212.
Dalam pasal 134 ayat 2 dinyatakan bahwa dalam hal terjadi perkara perdata antar sesama islam
akan diselesaikan oleh hakim agama islam apabila hukum adat mereka menghendaki dan sejauh
itu tidak ditentukan lagi dengan ordonansi.
Tujuan Hukum Islam.
Tujuan Hukum Islam dapat dilihat dari 2 (dua) segi, yaitu :

1. Segi pembuat Hukum Islam (Allah dan Rasul)

Tujuannya :
 Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat primer, skunder dan tersier.
 Untuk ditati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.

1. Segi Manusia

Sebagai subyek : Tercapainya keridhoan Allah dalam kehidupan manusia di dunia dan di
akhirat.
 Kepentingan Primer, meliputi :
 Pemeliharaan Agama
Hal tersebut merupakan tujuan utama dalam hukum Islam sebab agama merupakan pedoman
hidup manusia yang memiliki komponen akidah, sariah dan akhlak maka hukum Islam wajib
melindungi agama yang dianut seseorang dan menjamin kemerdekan seseorang untuk beribadah
menurut keyakinan agamanya.

 Pemeliharaan Jiwa
Hukum islam wajib memlihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya
dan hukum islam melarang pembunuhan (surat 17 ayat 33)
 Pemeliharaan Akal
Dengan mempergunakan akalnya menusia dapat berpikir tentang Allah, alam semesta dan
dirinya sehingga manusia dapat mengembangkan IPTEK, oleh sebab itu hukum islam melarang
meminum minuman yang memabukan atau Khamar (Q.S : 5 ayat 90) dan menghukum setiap
perbuatan yang merusak akal manusia.
 Pemeliharaan Keturunan
Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelangsungan keturunan dapat diteruskan maka
pemeliharaan keturunan wajib dilaksanakan dan hal tersebut tercermin dalam hubungan darah
menjadi syarat untuk dapat saling mewarisi (Q.S : 4 ayat 11)
 Pemeliharaan Harta
Harta merupakan pemberian Tuhan kepada manusia dengan tujuan agar dapat mempertahankan
hidup dan kelangsungan hidupnya, oleh karena itu hukum islam melindungi manusia untuk ;
Mempertahankan harta
Melindungi kepentingan harta seseorang masyarakat dan negara dari penipuan (QS 4:29),
penggelapan (QS.4:58), perampaan (QS.5:33), pencurian (QS.5:38), peralihan harat seseorang
setelah meninggal dunia (waris), peralihan harta sebelum meninggal dunia (wakaf atau hibah),
kejahatan-kejahatan harta orang lain baik perdata maupun pidana.
Hukum Islam dan pembinaan hubungan nasional
Hukum islam adalah hukum yang bersifat universal karena merupakan bagian dari hukum islam,
karena sifatnya universla maka hukum islam iu berlaku bagi orang islam dimanapun is berada
apapun rasionalitasnya.
Hukum nasional adalah hukum yang berlaku bagi bangsa tertentu disuau negara tertentu. Dalam
kasus di indonesia hukum nasional itu berarti hukum yang dibangun bangsa indonesia setelah
bangsa indonesia merdeka dan berlaku bagi warga negara indonesia dan kolonial dahulu.
Hukum nasional indonesia yatu kumpulan norma-norma hukum masyarakat yang berasal dari
unsur-unsur hukum islam, adat dan hukum barat.

Kedudukan hukum islam dalam pembangunan hukum nasional


Baru jelas tempatnya yaitu pada saat pidato pengarahan Menteri Kehakiman “Ali Said” pada
acara pembukaan simposium Pembaharuan hukum perdata nasional tanggal 21 Desember 1981,
yang menyatakan bahwa disaping hukum adat dan hukum eks-barat hukum islam yang
merupakan salah satu komponen tat hukum indonesia menjadi salah satu sumber bahan baku
bagi pembentukan nasional. Kata tersebut dijelaskan secara rinci 8 tahun kemudian oleh menteri
Kehakiman “Ismail Saleh” tetapi harus diperhatikan terlebih dahulu. Langkah-langkah
kebijaksanaan pembangunan hukum nasional :
Dimensi pemeliharaan
Tujuan untuk memelihara tatanan yang ada walaupun sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadan. Untuk mencegah kekosongan hukum dan merupakan konsekuensi dari
pasal II aturan peralihan UUD 1945.
Dimensi pembaharuan
Usaha untuk lebih meningkatkan dan menyempurnakan pembangunan nasional dengan
kebijaksanaan pembentukan peraturan perundang-undangan yang baru, penyempurnaan
perautran perundang-undangan yang ada.
Dimensi penciptaan : Diciptakan untuk suau perangkat undang-undang yang baru yang
sebelumnya belum ada. Contoh : UU Nomor 4 tahun 1982 diperbaharui UU Nomor 23 1997
tentang lingkungan hidup

F. Apa saja tujuan hukum islam


Hukum yang mejadi penutan masyarakat merupakan cita-cita social yang tidak pernah berhenti
dikejar sampai akhir hayat.Cita-cita sosial bersandarkan pada hukum.Setiap keberadaan hokum
tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hokum.Harapan manusia terhadap hokum
pada umumnya meliputi harapan keamanan dan ketenteraman hidup tanpa batas waktu.

Manusia berharap pada beberapa hal-hal berikut:-


1- Kemaslahatan hidup bagi diri orang lain
2- Menegakkan keadilan
3- Persamaan hak dan kewajipan dalam hokum
4- Saling control dalam masyarakat
5- Kebebasan berekpresi,berpendapat,bertindak dengan tidak melebihi batasan hokum.
6- Regenerasi sosial yang positif dan bertanggungjawab

Apabila satu minit sahaja kehidupan sosial tidak terjamin oleh hokum yang kuat,masyarakat
dengan semua komponannya akan rosak,karena seminit tanpa adanya jaminan hokum bagaikan
adanya bencana yang melanda dalam sesuatu masyarakat tersebut.

Asas legalitas sebagai pokok dari hidup dan berlakunya hokum .Yang berbahaya lagi adalah
memendan hokum tidak berguna lagi karena keberpehakan hokum kepada keadilan dan
persamaan hak sehingga masyarakat kurang percaya kepada hokum.

Cita-cita hokum adalah menegakkan keadilan,tetapi yang menegakkan keadilan bukan teks-teks
hokum,melainkan manusia yang meneria sebutan hakim,pengacara penguasa hokum,penegak
hokum,polisi dan sebagainya.

Identitas hokum Islam adalah adil,member rahmat dan mengandungi hikmah yang banyak bagi
kehidupan.Dengan yang demikian setiap hal yang merupakan kezaliman,tidak member rasa
keadilan,jauh dari rahmat,menciptakan kemafsadatan bukan merupakan tujuan hokum Islam.

Asy Syatibi mengatakan bahawa tujuan Syariat Islam adalah mencapai kemaslahatan hamba baik
di dunia maupon di akhirat.Antara kemaslahatan tersebut adalah seperti berikut:-

1- Memelihara Agama
2- Memelihara Jiwa
3- Memelihara Akal
4- Memelihara Keturunan
5- Memelihara Kekeyaan

Lima unsure di atas dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu:-

1- Dharuriyyat
2- Hijiyyat
3- Tahsiniyyat

Peringkat Dharuriyyat menepati urutan yang pertama,disusuli dengan peringkat yang ke dua
yaitu Hijiyyat dan dilengkapi dengan yang terakhir sekali ialah Tahsiniyyat.

Yang dimaksudkan dengan Dharuriyyat adalah memelihara segala kebutuhan-kebutuhan yang


bersifat esensial bagi kehidupan manusia.
Yang dimaksudkan dengan Hijiyyat adalah tidak termasuk dlam kebutuhan-kebutuhan yang
esensial,melainkan kebutuhan yangdapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup mereka.
Dimaksudkan pula dengan Tahsiniyyat adalah kebutuhan yang menunjang peningkatan mertanat
seseorang dalam masyarakat dan dihadapan Tuhannya,sesuai dengan kepatutan .

Kesimpulannya disini ketiga-tiga peringkat yang disebut Dharuriyyat,hijiyyat serta


Tahsiniyyat,mampu mewujudkan serta memelihara kelima-lima pokok tersebut.

A) Memelihara Agama (Hifz Ad-Din)


Menjaga atau memelihara agama,berdasarkan kepentingannya,dapat kita bedekan
dengan tiga peringkat ini:

1. Dharuriyyah: Memelihara dan melaksanakan kewajipan agama yang masuk peringkat


primer .
Contoh : Solat lima waktu.Jika solat itu diabaikan,maka akan terancamlah
eksestensi agama.

2. Hijiyyat : Melaksanakan ketentuan Agama

Contoh : Solat Jamak dan Solat Kasarbagi orang yang sedangbepergian.


jika tidak dilaksanakan solat tersebut,maka tidak akan mengancam
eksestensi agamanya,melainkan hanya mempersulitkan bagi orang
yang melakukannya.

3. Tahsiniyyat : Mengikuti petunjuk agama.

Contoh : Menutup aurat.baik di dalam maupon diluar solat,membersihkan


badan,pakaian dan tempat.Kegiatan ini tidak sama sekali mengancan
eksestensi agama dan tidak pua mempersulitkan bagi orang yang
melakukannya.
B) Memelihara Jiwa (Hifz An-Nafs)

Memelihara jiwa berdasarkan tingkat kepentinganya,kita dapat bedakan dengan tiga peringkat
yaitu:-
1. Dharuriyyat : Memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan
hidup.Jika diabaikan maka akan berakibat terancamnya eksestansi
jiwa manusia.

2. Hijiyyat : sepertinya diperbolehkan berburu binatang untuk menukmati makanan


yang halal dan lazat.Jika diabaikan maka tidak akan mengancam
eksestensi manusia,melainkan hanya untuk mempersulitkan hidupnya.

3. Tahsiniyyat : Sepertinya ditetapkannya tatacara makan dan minum.Kegiatan ini


hanya berhubung dengan kesopanan dan etika.Sama sekali tidak
mengancam eksestensi jiwa manusia ataupun mempersulitkan
kehidupan seseorang.

C) Memelihara Akal (Hifz Al-‘Aql)

Memelihara akal,dilihat dari segi kepentingannya,dapat dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu:
1. Dharuriyyat: Diharamkan meminum minuman keras.Jika tidak diindahkan maka
akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.

2, Hijiyyat : Sepertinya menuntu ilmu pengetahuan.Jika hat tersebut diindahkan


maka tidak akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.

3, Tahsiniyyat : Menghindarkan diri dari menghayal atau mendengarkan sesuatu yang


tidak berfaedah.Hal ini jika diindahkan maka tidak akan ancamnya
eksestensi akal secara langsung.

D) Memelihara Keturunan (Hifz An-Nasl)

1. Dharuriyyat: Sepertinya disyari’atkan nikah dan dilarang berzina.Jika di abaikan maka


eksestensi keturunannya akan terancam.

2. Hijiyyat : Sepertinya ditetapkan menyebut mahar bagi suami pada waktu akad
nikah dan diberi hak talaq padanya.Jika mahar itu tidak disebut pada
waktu akad maka si suami akan mengalami kesulitan,kerana suami
harus membayar mahar misl.

3. Tahsiniyyat : Disyariatkan Khitbah atau Walimat dalam perkahwinan.hal ini jika diabaikan
maka tidak akan mengancam eksestensi keturunan.

E) Memelihara Harta (Hifz Al-Mal)

1- Dharuriyat : Tata cara pemilikan dan larangan mengambil harta orang lain.Jika
Diabaikan maka akan mengakibatkan eksestensi harta.

2- Hijiyyat : Sepertinya tentang jual beli dengan salam.Jika tidak dipakai salam,
Maka tidak akan mengancam eksestensi harta.

3- Tahsiniyyat: Menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan.Hal ini erat


Kaitannya dengan etika bermu’amalah atau etika bisnis.

G. APA PENDAPAT ASY SYATIBI MENGENAI TUJUAN HUKUM ISLAM


Asy Syatibi mengatakan bahawa tujuan Syariat Islam adalah mencapai kemaslahatan hamba baik
di dunia maupon di akhirat.Antara kemaslahatan tersebut adalah seperti berikut:
1- Memelihara Agama
2- Memelihara Jiwa
3- Memelihara Akal
4- Memelihara Keturunan
5- Memelihara Kekeyaan
 Lima unsure di atas dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu:
1- Dharuriyyat
2- Hijiyyat
3- Tahsiniyyat

Peringkat Dharuriyyat menepati urutan yang pertama,disusuli dengan peringkat yang ke dua
yaitu Hijiyyat dan dilengkapi dengan yang terakhir sekali ialah Tahsiniyyat.

Yang dimaksudkan dengan Dharuriyyat adalah memelihara segala kebutuhan-kebutuhan yang


bersifat esensial bagi kehidupan manusia.

Yang dimaksudkan dengan Hijiyyat adalah tidak termasuk dlam kebutuhan-kebutuhan yang
esensial,melainkan kebutuhan yangdapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup mereka.
Dimaksudkan pula dengan Tahsiniyyat adalah kebutuhan yang menunjang peningkatan mertanat
seseorang dalam masyarakat dan dihadapan Tuhannya,sesuai dengan kepatutan .

Kesimpulannya disini ketiga-tiga peringkat yang disebut Dharuriyyat,hijiyyat serta


Tahsiniyyat,mampu mewujudkan serta memelihara kelima-lima pokok tersebut.

A) Memelihara Agama (Hifz Ad-Din)


Menjaga atau memelihara agama,berdasarkan kepentingannya,dapat kita bedekan
dengan tiga peringkat ini:

H.

1. Dharuriyyah: Memelihara dan melaksanakan kewajipan agama yang masuk peringkat


primer .
Contoh : Solat lima waktu.Jika solat itu diabaikan,maka akan terancamlah
eksestensi agama.

2. Hijiyyat : Melaksanakan ketentuan Agama

Contoh : Solat Jamak dan Solat Kasarbagi orang yang sedangbepergian.


jika tidak dilaksanakan solat tersebut,maka tidak akan mengancam
eksestensi agamanya,melainkan hanya mempersulitkan bagi orang
yang melakukannya.

3. Tahsiniyyat : Mengikuti petunjuk agama.

Contoh : Menutup aurat.baik di dalam maupon diluar solat,membersihkan


badan,pakaian dan tempat.Kegiatan ini tidak sama sekali mengancan
eksestensi agama dan tidak pua mempersulitkan bagi orang yang
melakukannya.


B) Memelihara Jiwa (Hifz An-Nafs)
Memelihara jiwa berdasarkan tingkat kepentinganya,kita dapat bedakan dengan tiga peringkat
yaitu:-
1. Dharuriyyat : Memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan
hidup.Jika diabaikan maka akan berakibat terancamnya eksestansi
jiwa manusia.
2. Hijiyyat : sepertinya diperbolehkan berburu binatang untuk menukmati makanan
yang halal dan lazat.Jika diabaikan maka tidak akan mengancam
eksestensi manusia,melainkan hanya untuk mempersulitkan hidupnya.

3. Tahsiniyyat : Sepertinya ditetapkannya tatacara makan dan minum.Kegiatan ini


hanya berhubung dengan kesopanan dan etika.Sama sekali tidak
mengancam eksestensi jiwa manusia ataupun mempersulitkan
kehidupan seseorang.

C) Memelihara Akal (Hifz Al-‘Aql)


Memelihara akal,dilihat dari segi kepentingannya,dapat dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu:
1. Dharuriyyat: Diharamkan meminum minuman keras.Jika tidak diindahkan maka
akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.
2, Hijiyyat : Sepertinya menuntu ilmu pengetahuan.Jika hat tersebut diindahkan
maka tidak akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal.
3, Tahsiniyyat : Menghindarkan diri dari menghayal atau mendengarkan sesuatu yang
tidak berfaedah.Hal ini jika diindahkan maka tidak akan ancamnya
eksestensi akal secara langsung.

D) Memelihara Keturunan (Hifz An-Nasl)

1. Dharuriyyat: Sepertinya disyari’atkan nikah dan dilarang berzina.Jika di abaikan maka


eksestensi keturunannya akan terancam.
2. Hijiyyat : Sepertinya ditetapkan menyebut mahar bagi suami pada waktu akad
nikah dan diberi hak talaq padanya.Jika mahar itu tidak disebut pada
waktu akad maka si suami akan mengalami kesulitan,kerana suami
harus membayar mahar misl.
3. Tahsiniyyat : Disyariatkan Khitbah atau Walimat dalam perkahwinan.hal ini jika diabaikan
maka tidak akan mengancam eksestensi keturunan.

E) Memelihara Harta (Hifz Al-Mal)

1- Dharuriyat : Tata cara pemilikan dan larangan mengambil harta orang lain.Jika
Diabaikan maka akan mengakibatkan eksestensi harta.
2- Hijiyyat : Sepertinya tentang jual beli dengan salam.Jika tidak dipakai salam,
Maka tidak akan mengancam eksestensi harta.
3- Tahsiniyyat: Menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan.Hal ini erat
Kaitannya dengan etika bermu’amalah atau etika bisnis.
BAB III

PENUTUPAN

H. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kami paparkan dapat kami simpulkan bahwa : Tujuan
Hukum islam adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara keturunan dan
memelihara harta benda dan Hukum islam sebagai hukum nasional diperuntukan bagi warga
negara Indonesia yang beragama islam yaitu menyangkut hukum keluarga, waris, perkawinan,
dan harta perkawin (keempatnya merupakan bidang sensitif karena menyangkut budaya dan
keyakinan masyarakat).dan hukum islam juga bertujuan mewujudkan kehidupan yang hakiki

I. SARAN
Saran kami apabila kita mengetahui tujuan hukum islam kita akan menjadi pribadi yang
baik karena hukum islam melarang perbuatan yang pada dasarnya merusak kehidupan
manusia sekalipun kehidupan itu di senangi oleh manusia atau sekalipun umpamanya
perbuatan itu di lakukan oleh seseorang tanpa merugikan orang lain, seperi seseorang
meminum minuman keras dll.

DAFTAR PUSTAKA

Usman, suparman, Prof. Dr. M.A, S.H, 2002, Hukum Islam, Jakarta selatan:
gaya media pratama Jakarta

http:/google,com. Tujuan hukum islam dam hukum islam ( di akses pada 03 juni 2010)

Anda mungkin juga menyukai