PASAL 1.
PEKERJAAN PENDAHULUAN
PASAL 2.
A. UMUM
1) Uraian
a) Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih
rendah satu centimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki
kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air
permukaan.
4) Standar Rujukan
Standar rujukan yang relevan adalah yang diberikan dalam Pasal 3.2.1(4) dari
Spesifikasi ini.
Ketentuan dalam Pasal 3.1.1.(7) dan 3.2.1.(7), yang berhubungan dengan kondisi
tempat kerja yang disyaratkan, masing-masing untuk Galian dan Timbunan,
harus juga berlaku bilamana berhubungan dengan semua pekerjaan Penyiapan
Badan Jalan, bahkan pada tempat-tempat yang tidak memerlukan galian maupun
timbunan.
b) Kontraktor harus memperbaiki dengan biaya sendiri atas setiap alur (rutting)
atau gelombang yang terjadi akibat kelalaian pekerja atau lalu lintas atau
oleh sebab lainnya dengan membentuk dan memadatkannya kembali,
menggunakan mesin gilas dengan ukuran dan jenis yang diperlukan untuk
pekerjaan perbaikan ini.
c) Kontraktor harus memperbaiki, dengan cara yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, setiap kerusakan pada tanah dasar yang mungkin terjadi akibat
pengeringan, retak, atau akibat banjir atau akibat kejadian alam lainnya.
9) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi
Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang digunakan
dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, dan sifat-
sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan membentuk tanah dasar
haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi untuk bahan tersebut.
a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari
Pasal 3.2.3.(3) dari Spesifikasi ini.
b) Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan
dalam Pasal 3.2.4 dari Spesifikasi ini.
D. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah, dimana operasi
pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam Seksi 8.1 atau Seksi 8.2 dari
Spesifikasi ini dipandang tidak sesuai, akan digolongkan sebagai daerah yang
ditingkatkan dan persiapan tanah dasar akan dibayar menurut Seksi ini sebagai
daerah yang persiapan permukaan tanah dasarnya telah diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di atas,
akan dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang dimasukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran seperti terdaftar di
bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi
penuh untuk seluruh pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk
keperluan pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan
dalam Seksi ini.
PEKERJAAN TIMBUNAN
Pekerjaan meliputi Timbunan Base C, pemadatan dan pengujian dari tanah atau bahan
berbutir, dan memelihara permukaan yang disiapkan sampai material perkerasan ditempatkan
ditasnya, yang semuanya sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Yang harus diperhatikan dalam pekerjaan timbunan adalah elevasi dan kemiringan rencana
yakni 6%, tinggi rencana timbunan adalah , urugan yang digunakan adalah agregat base C.
PASAL 5.
A. BAHAN
1. SEMEN
a. Menggunakan semen buatan dalam negeri dan kualitasnya sama dengan mutu
Type I.
b. Semen berbentuk bubuk halus dan tidak mengandung gumpalan-gumpalan
yang keras.
c. Pengangkutan kedalam tempat penyimpanan (gudang) ditempat pelaksanaan,
dijaga agar semen tidak menjadi lembab, disimpan dengan baik dan dilindungi
terhadap cuaca menurut ketentuan / petunjuk direksi.
2. Agregat halus (pasir)
a. Agregat halus (pasir) berupa pasir alam.
b. Pasir terdiri dari butir-butir keras, tajam dan bersifat kekal
c. Bebas dari debu, lumpur, partikel-partikel lain yang lembut dan bahan organic
lainya.
d. Ukuran pasir antara 0,25 mm - 5 mm
3. Agregat Kasar (Batu Split)
a. Terdiri dari butir-butir yang keras, tidak berpori dan bersifat kekal.
b. Tidak mengandung zat yang merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.
c. Ukuran antara 20 mm - 30 mm
4. Air
Menggunakan Air Yang Bersih.
B. BETON JALAN
1. Pembersihan lahan
2. Meratakan jalan yang akan dibeton.
3. Badan jalan yang telah dipadatkan dan diprofil, dipasang plastik alas hitam selebar
badan jalan yang akan dikerjakan ( di cor ).
4. Begisting Menggunakan kayu / papan dengan tebal 3 cm, dengan lebar 15 Cm.
5. Pemasangan besi beton
6. Setiap jarak 5 M dari panjang jalan yang dicor diberi papan sekat dengan tebal 1
cm dengan lebar 15 cm, papan tersebut tetap berada dalam beton.
7. Penulangan dengan menggunakan besi Ware Mesh Dia 8 mm
8. Cor beton tebal 15 cm dengan Beton K-175 dengan kemiringan 2% kearah luar.
9. Penyiraman aspal pada permukaan beton atau buras 1,5 Kg/M2 disiram secara
merata dengan menggunakan aspal dengan penetrasi 60/70. Kemudian
dihamparkan pasir diatas siraman aspal tersebut.
C. CAMPURAN
1. Campuran beton dilakukan dengan alat Concrete Mixer.
2. Urutan memasukan bahan-bahan ke alat pengaduk serta lama waktu mengaduk
dilakukan atas sepengetahuan Pengawas/Direksi.
D. CETAKAN
Bahan cetakan dari kayu yang tidak mudah meresap air dan sebelumnya telah
mendapat persetujuan dari Pengawas/Direksi, Cetakan direncanakan sedemikian rupa
dan sebelum penempatan beton, permukaan dari cetakan diberi oli agar mudah
dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.
E. PENGECORAN
1. Sebelum beton dicor, semua cetakan, pembesian dan bagian-bagian lain telah
mendapat persetujuan dari Pengawas/Direksi.
2. Permukan tempat beton yang akan dicor telah bebas dari genangan air, lumpur
atau samapah.
3. Pengecoran beton dilakukan pada waktu pengawas ada ditempat pekerjaan.
4. Beton dicor secara menerus dan mendatar .
F. PERBAIKAN
1. Memperbaiki beton yang rusak atau tidak sesuai bentuk dengan gambar atau
meyimpang dari ukuran atau terdapat permukaan-permukaan yang rusak, sesuai
dengan petunjuk Direksi.
2. Membersihkan bagian-bagian yang akan dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak
berguna serta harus dalam keadaan basah, kemudian diisi dengan bahan pengisi
agar memenuhi tempat-tempat / bagian-bagian tersebut diatas.
3. Bidang-bidang beton yang rusak diplester menurut gambar bestek setebal 2,00-
2,50 cm dengan adukan 1 pc : 2 psr.
G. PEMBESIAN
1. Semua pekerjaan pembesian mengikuti peraturan dan syarat-syarat SNI – 2 –
1971 (PBI) 1971.
2. Membersihkan permukaan besi sebelum pengecoran.
3. Menggunakan besi ware mesh dia 8 mm
4. Besi ditempatkan setelah mendapat persetuan Pengawas/Direksi
5. Tulangan pokok digunakan besi ukuran yang disesuaikan dengan gambar bestek.
PASAL 6
PERKERASAN ASPAL
6.1.1 UMUM
1) Uraian
AASHTO :
Brirish Standards :
Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering
atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada
permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau
Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan
turun hujan.
Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan
yang disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai
akibat dari bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat
diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran
pemakaiannya memenuhi ketentuan.
Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus
sudah meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal
yang dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan
tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus
rapi dan tidak boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur
agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi
ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk
pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter
material), atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil
pada Lapis Resap Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan
Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar
lubang yang besar atau kerusakan lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan
kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali
Lapis Resap Pengikat.
6) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh
Kontraktor untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari
pabrik pembuat-nya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam
Pasal 1.11.1.(3).(c), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat
tersebut harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi
ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis
Resap Pengikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal
6.1.2 dari Spesifikasi ini.
b) Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan
tongkat celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam
Pasal 6.1.3.(3) dan 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan
paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup
ukur, alat instrumen dan meteran pengukur harus dikalibrasi sampai
memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan
dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan
kalibrasi harus tidak melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
c) Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari
Spesifikasi ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai.
d) Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus
dilaksanakan sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan
harian untuk pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan takaran
pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari
Spesifikasi ini
7) Kondisi Tempat Kerja
6.1.2 BAHAN
Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :
6.1.3 PERALATAN
1) Ketentuan Umum
3) Perlengkapan
Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor
aspal dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan berikut ini :
Catatan :
3) Pelaksanaan Penyemprotan
Luas yang
disemprot
a) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai
terkecil di antara berikut ini : jumlah liter pada 15 ºC menurut takaran
yang diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi
Pekerjaan, atau jumlah liter aktual pada 15 ºC yang terhampar dan
diterima. Pengukuran volume harus diambil saat bahan berada pada
temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara.
Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap
lintasan penyemprotan.
b) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus
dianggap termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis
Resap Pengikat yang memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau
dibayar secara terpisah.
c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya
diberi Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal
6.1.4.(a) dan 6.1.4.(b) tidak akan diukur atau dibayar di bawah Seksi
ini, tetapi harus diukur dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan
yang disyaratkan untuk pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di
dalam Pasal 6.1.4 dari Spesifikasi ini.
d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan
Pasal 6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan
pemeliharaan permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat
yang telah selesai menurut Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini harus
dianggap merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh
diukur atau dibayar secara terpisah.
2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki
Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak
memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan
menurut Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran
haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang
semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh
perbaikan ini.
3) Dasar Pembayaran
6.3.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet dari lapis perata,
lapis pondasi atau lapis aus campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan
aspal yang dicampur di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan
memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang
telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian
dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.
Dalam hal ini penting diingat bahwa dalam dalam merancang aspal beton
konvensional, yang dimulai dari memperoleh kepadatan agregat maksimum
yang paling mungkin, tidak akan menghasilkan campuran yang memenuhi
Spesifikasi ini.
2) Jenis Campuran Aspal
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada
Gambar.
c) Laston (AC)
Laston (Lapis Aspal Beton) lebih peka terhadap variasi kadar aspal
maupun variasi gradasi agregat daripada Lataston (HRS). Aspal Beton
(AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC),
Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base)
dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19
mm, 25,4 mm, 37,5 mm
a) Tebal setiap lapisan campuran aspal harus dipantau dengan benda uji
"inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor di bawah
pengawasan Direksi Peker-jaan. Jarak dan lokasi pengambilan benda
uji inti harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
tetapi paling sedikit harus diambil dua buah dalam arah melintang dari
masing-masing penampang lajur yang diperiksa. Jarak memanjang dari
penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 200 m dan harus
sedemikian rupa hingga jumlah total benda uji inti yang diambil dalam
setiap ruas yang diukur untuk pembayaran tidak kurang dari 6 (enam).
Bilamana tebal setiap benda uji inti individu kurang dari tebal
rancangan nominal pada setiap ruas, sebesar 3 mm untuk tebal
nominal rancangan kurang dari 3 cm dan 5 mm untuk tebal rancangan
nominal kurang atau sama dengan 3 cm, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan pengambilan benda uji inti tam-bahan pada lokasi yang
tidak memenuhi syarat ketebalan sebelum pembongkaran dan pelapisan
kembali.
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh
tebal campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi yang disyaratkan
dalam Pasal 6.3.1.(4).(a) dan tebal nominal rancangan yang disyaratkan
dalam Gambar.
Tabel 6.3.1.(1) Tebal nominal rancangan Campuran Aspal
Standar AASHTO :
Standar Lainnya :
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan
kering dan tidak turun hujan.
8) Perbaikan Pada Campuran Aspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan, juga
lokasi yang tidak memenuhi ketentuan dalam segi lainnya, tidak akan dibayar
sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian,
penambahan lapisan "Cam-puran Aspal" dan/atau tindakan lain yang dianggap
perlu oleh Direksi Pekerjaan.
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk
pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya
dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.
6.3.2 BAHAN
1) Agregat - Umum
2) Agregat Kasar
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8
(2,36 mm).
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan
terpisah dari agregat kasar.
c) Pasir boleh dapat digunakan dalam campuran aspal. Persentase
maksimum yang disarankan untuk Laston (AC) adalah 15%.
d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal
6.3.2.(1). Agar dapat memenuhi ketentuan Pasal ini batu pecah halus
harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok
pemecah batu (crusher feed) harus diayak dan ditempatkan tersendiri
sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses
pemecahan kedua (secondary crushing). Dalam segala hal, pasir yang
kotor dan berdebu serta mempunyai partikel lolos ayakan No.200
(0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai setara pasir
(sand equivalent) kurang dari 40 sesuai dengan Pd M-03-1996-03,
tidak diper-kenankan untuk digunakan dalam campuran.
e) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa
sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan
baik.
f) Agregat halus harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan
Tabel 6.3.2.(2).
a) Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur
(limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau
bahan non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaaan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak
dikehendaki.
Catatan :
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-
batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut.
Batas-batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum,
ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm).
Tabel 6.3.2.(4) : Contoh Batas-batas “Bahan bergradasi senjang”
% lolos No.8 40 50 60 70
a) Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen.60/70. Bahan aspal harus
memenuhi yang memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik
lembek minimum 48C, yang ditentukan sesuai dengan SNI 06-2434-
1991 (AASHTO T53). Pengambilan contoh bahan aspal harus
dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40. Sebagai tambahan,
pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki harus
dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah. Contoh pertama
yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk
memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Bahan aspal di dalam truk
tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpan sebelum hasil
pengujian contoh pertama tersebut memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi ini. Bilamana hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos
pengujian, tidak berarti bahan aspal dari truk tangki yang bersangkutan
diterima secara final kecuali bahan aspal dari contoh yang mewakili
telah memenuhi semua sifat-sifat bahan aspal yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini.
b) Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus
perbandingan campuran harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang
dari 55 % nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai
daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing-masing
dengan prosedur SNI-06-2456-1991 dan SNI-06-2432-1991.
c) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi
mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus
dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal. Pemindahan ini dianggap
memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh
kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Bahan aspal harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur AASHTO T
170.
7) Bahan Aditif Untuk Aspal
8) Sumber Pasokan
Persetujuan sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan.
Setiap jenis bahan harus diserahkan, seperti yang diperuntahkan Direksi
Pekerjaan, paling sedikit 60 hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan
pengaspalan.
6.3.3 CAMPURAN
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler yang ditambahkan boleh
digunakan bilamana diperlukan untuk menjamin sifat-sifat campuran
memenuhi ketentuan yang disyaratkan Tabel 6.3.3.(1).
CA = agregat kasar.
FA = agregat halus.
Nilai konstanta sekitar 0,5 - 1,0 untuk AC dan 2,0 - 3,0 untuk
HRS.
Mak 850 - -
s.
Kelelehan (mm) Min. 2 2 2 (1)
Mak 3 - -
s,
Marshall Quotient Min. 80 200 200
(kg/mm)
Stabilitas Marshall Sisa Min. 85 untuk Lalu Lintas > 1.000.000 ESA
setelah pe-endaman 80 untuk Lalu Lintas < 1.000.000 ESA
selama 24 jam, 60 ºC (5)
Rongga Lalu Lintas Min. Tidak - 2,5
dlm (LL) Mak digunak
campuran > 1 juta ESA s. an
(%) pada > 0,5 juta Min. untuk 2
(2,3)
ESA & < 1 Mak LL
Kepadatan juta ESA s. berat
membal Lalu Lintas Min. 1
(refusal) (LL) Mak
< 0,5 juta s.
ESA
Catatan :
3) Untuk lalu lintas yang sangat lambat atau lajur padat, gunakan kriteria
ESA yang lebih tinggi.
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan
percobaan. Contoh campuran aspal dapat diambil dari instalasi pencampur
aspal atau dari truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang
terbungkus rapi. Benda uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada
temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan menggunakan jumlah
penumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1). Kepadatan rata-rata
(Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan percobaan yang
memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard
Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan campuran aspal
terhampar dalam pekerjaan.
1) Umum
Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat
dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam
rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap
(steam coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi
tangki pemanas. Sirkulasi bahan aspal harus yang lancar dan terus menerus
selama periode pengoperasian. Temperatur bahan aspal yang disyaratkan di
dalam pipa, meteran, ember penimbang, batang semprot, dan tempat-tempat
lainnya dari sistem saluran, harus dipertahankan baik dengan selimut uap
(steam jackets) ataupun cara isolasi lainnya. Dengan persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan, bahan aspal boleh dipanaskan terlebih dahulu di dalam
tangki dan kemudian temperatur dinaikkan sampai temperatur yang
disyaratkan dengan menggunakan alat pemanas "booster" (penguat) yang
berada diantara tangki dan alat pencampur.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah 30.000 liter dan paling
sedikit harus disediakan dua tangki yang berkapasitas sama. Tangki-tangki
tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-
masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal
ke alat pencampur.
6) Ayakan
Ayakan harus mampu mengayak seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit di atas kapasitas
penuh alat pencampur. Ayakan harus memiliki efisiensi pengoperasian yang
sedemikian rupa sehingga agregat yang tertampung dalam setiap penampung
(bin) tidak mengandung lebih dari 10 % bahan yang berukuran terlampau
besar (oversize) atau terlampau kecil (undersize).
a) Termometer berlapis baja yang dapat dibaca dari 100 ºC sampai 200 ºC
harus dipasang di tempat mengalirnya pasokan aspal dekat katup
penge-luaran (discharge) pada alat pencampur.
b) Instalasi juga harus dilengkapi dengan termometer, baik jenis arloji
(pem-bacaan jarum), air raksa (mercury-actuated), pyrometer listrik
ataupun perlengkapan pengukur panas lainnya yang disetujui, yang
dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk mencatat
secara otomatis atau menunjukkan temperatur agregat yang
dipanaskan. Sebuah termo elemen (thermo couple) atau bola sensor
(resistance bulb) harus dipasang di dekat dasar penampung (bin) untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki alat
pencampur.
c) Direksi Pekerjaan dapat meminta penggantian setiap termometer
dengan alat pencatat temperatur yang disetujui. Selanjutnya Direksi
Pekerjaan dapat meminta grafik temperatur harian untuk disediakan.
10) Pengumpul Debu (Dust Collector)
e) Penampung (Hopper)
a) Setiap alat penghampar harus disertai dua alat pemadat roda baja (steel
wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet. Semua alat pemadat
harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
b) Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki
tidak kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan
ukuran yang sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa
6,0 - 6,5 kg/cm2 (85 - 90 psi). Roda-roda harus berjarak sama satu sama
lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga tengah-
tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-roda pada
sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus
dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan operasi yang
disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak
melebihi 0,350 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban
harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban pompa di
lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang
digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan
grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda,
tekanan ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang
kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara
penyetelan berat total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga
beban per lebar roda dapat diubah dari 300 - 375 kilogram per 0,1
meter. Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai dengan permintaan
Direksi Pekerjaan, agar dapat memenuhi ketentuan setiap aplikasi
khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda karet
pada setiap lapis campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi
mungkin yang masih dapat dipikul bahan.
c) Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas tiga
jenis :
Alat pemadat tiga roda
Alat pemadat dua roda, tandem
Alat pemadat tandem dengan tiga sumbu
Alat pemadat roda baja harus mampu memberikan tekanan pada roda
belakang tidak kurang dari 200 kg per lebar 0,1 meter di atas lebar
penggilas minimum 0,5 meter dan pemadat roda baja mempunyai berat
statis tidak kurang dari 6 ton. Roda gilas harus bebas dari permukaan
yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak
permukaan perkerasan.
1) Kemajuan Pekerjaan
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 ºC sampai 160 ºC
di dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan
aspal ke alat pen-campur secara terus menerus pada temperatur yang merata
setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum
harus terdapat 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke alat
pencampur.
3) Penyiapan Agregat
VISKOSITAS SUHU
No PROSEDUR PELAKSANAAN ASPAL CAMPURAN
. (PA.S) ASPAL (ºC)
Pen.60/70
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1
3 Suhu pencampuran maks. di tidak 165
AMP diperlukan
4 Pencampuran, rentang 0,2 - 0,5 145 - 155
temperatur sasaran
5 Menuangkan campuran aspal 0,5 - 1,0 135 - 150
dari alat pencampur ke dalam
truk
6 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 - 150
7 Penggilasan Awal (roda baja) 1-2 125 - 145
8 Penggilaan Kedua (roda karet) 2 - 20 100 - 125
9 Penggilasan Akhir (roda baja) < 20 > 95
Catatan :
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis
dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.
4) Pemadatan
Catatan :
98 3-4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8
97 3-4 97,1 94
5 97,3 93,9
6 97,5 93,8
b) Pengendalian Proses
Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Kontraktor untuk
maksud pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel 6.3.7.(2) di bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
Seluruh pengujian dari setiap ruas jalan, meliputi bahan atau ketenaga-
kerjaan, yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dibuang dan diganti dengan bahan dan ketenga-kerjaan yang memenuhi
Spesifikasi atau, bilamana diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan,
diperbaiki sedemikian rupa sehingga setelah diperbaiki, pekerjaan
tersebut memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan, semua biaya
pembuangan dan penggantian bahan maupun perbaikan menjadi beban
Kontraktor.
1) Pengukuran Pekerjaan
e) Lebar hamparan campuran aspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan pita ukur oleh
Kontraktor di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus
dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan tidak termasuk lokasi hamparan
yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan..
Interval jarak pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak
kurang dari 25 meter. Lebar yang akan digunakan dalam menghitung
luas untuk pembayaran setiap lokasi perkerasan yang diukur, harus
merupakan lebar rata-rata yang diukur dan disetujui.
f) Pelapisan campuran aspal dalam arah memanjang harus diukur
sepanjang sumbu jalan dengan menggunakan prosedur pengukuran
standar ilmu ukur tanah.
Cb = -----------------------------------------------------------------------------
-----
A. UMUM
1) Uraian
Detil pelaksanaan selokan, baik yang dilapisi maupun tidak, yang tidak
dimasukkan dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan
diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah Kontraktor menyerahkan
hasil survei lapangan sesuai dengan Seksi 1.9 dari Spesifikasi ini. dan
Direksi Pekerjaan telah menyelesaikan peninjauan kembali ran-cangan
tahap awal (initial design review) atau revisi desain.
3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
a) Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh
berbeda lebih dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui pada tiap titik,
dan harus cukup halus dan merata untuk menjamin aliran yang bebas dan
tanpa genangan bilamana alirannya kecil.
b) Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai diker-
jakan tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah
disetujui pada setiap titik.
a) Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran yang dilapisi harus
dise-rahkan sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 2.2.1.(5) dari
Spesifikasi ini.
b) Setelah selesainya pekerjaan pembentukan penampang selokan,
Kontraktor harus meminta persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum bahan
pelapis selokan dipasang.
6) Jadwal Kerja
Ketentuan yang diberikan dalam Pasal 3.1.1.(7) dari Spesifikasi ini tentang
cara pengeringan tempat kerja dan pemeliharaan sanitasi di lapangan harus
berlaku.
a) Bilamana dianggap perlu maka survei profil permukaan lama atau yang
akan dilaksanakan harus diulang untuk mendapatkan catatan kondisi fisik
yang teliti.
b) Pelaksanaan pekerjaan selokan yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang diberikan dalam Pasal 2.1.1.(4) di atas, harus diperbaiki oleh
Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Ketentuan yang disyaratkan untuk Galian dalam Pasal 3.1.1.(11) dari Spesifikasi
ini harus berlaku.
Ketentuan yang disyaratkan untuk Galian dalam Pasal 3.1.1.(12) dari Spesifikasi
ini harus berlaku.
1) Timbunan
Saluran yang dilapisi pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan
sifat-sifat bahan, pemasangan, dan jaminan mutu yang disyaratkan dalam Seksi
2.2 dari Spesifikasi ini.
C PELAKSANAAN
Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua
selokan yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, dan lokasi
semua lubang penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang
berhubungan, harus ditandai dengan cermat oleh Kontraktor sesuai dengan
Gambar atau detil pelaksanaan yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan
menurut Pasal 2.1.1.(2) dari Spesifikasi ini.
2) Pelaksanaan Pekerjaan Selokan
1) Pengukuran Galian
Pekerjaan galian selokan dan saluran air harus diukur untuk pembayaran
dalam meter kubik sebagai volume aktual bahan yang dipindahkan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan galian ini diperlukan untuk
pembentukan atau pembentukan kembali selokan dan saluran air yang
memenuhi pada garis, ketinggian dan profil yang benar seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Penggalian yang melebihi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tidak boleh diukur untuk pembayaran.
2) Pengukuran dan Pembayaran Timbunan
Timbunan yang digunakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus
diukur dan dibayar sebagai Timbunan dalam Seksi 3.2 dari Spesifikasi ini.
3) Pengukuran dan Pembayaran Pelapisan Saluran
Pelapisan saluran untuk selokan drainase dan saluran air akan diukur dan
dibayar seba-gai Pasangan Batu dengan Mortar dalam Seksi 2.2 dari
Spesifikasi ini.
4) Dasar Pembayaran
A. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pelapisan sisi atau dasar selokan dan saluran air,
dan pembuatan "apron" (lantai golak), lubang masuk (catch pits) dan
struktur saluran kecil lainnya dengan menggunakan pasangan batu
dengan mortar yang dibangun di atas suatu dasar yang telah disiapkan
memenuhi garis, ketinggian dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Dalam beberapa hal, bilamana mutu batu dan bentuknya cocok serta
mutu kerjanya tinggi, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
penggunaan pasangan batu dengan mortar (mortared stonework) sebagai
pekerjaan pasangan batu (stone masonry) untuk struktur dengan daya
dukung yang lebih besar seperti gorong-gorong pelat, tembok kepala
gorong-gorong dan tembok penahan tanah.
Detil pelaksanaan selokan, baik yang dilapisi maupun tidak, yang tidak
dimasukkan dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan
diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah Kontraktor menyerahkan
hasil survei lapangan sesuai dengan Seksi 1.9 dari Spesifikasi ini dan
Direksi Pekerjaan telah menyelesaikan peninjauan kembali ran-cangan
tahap awal (initial design review) atau revisi desain.
4) Toleransi Dimensi
6) Jadwal Kerja
1) Batu
a) Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak
terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan
air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
b) Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
diguna-kan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat
mungkin harus ber-bentuk persegi.
c) Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu
yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus tertahan
ayakan 10 cm.
2) Mortar
C PELAKSANAAN
2) Penyiapan Batu
a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit
dimana terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat
disediakannya cetakan, harus dilaksanakan dengan mengisi galian atau
cetakan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran maksimum batu yang
digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di atas adukan
yang belum mengeras. Selanjutnya adukan harus segera ditambahkan dan
proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan
berikutnya harus segera ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak
sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
b) Bilamana bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci
dengan kuat, dan bilamana digunakan adukan yang liat, pekerjaan
pasangan batu dengan mortar untuk struktur dapat pula dibuat tanpa
cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk Pasangan Batu dalam Seksi
7.9 dari Spesifikasi ini.
c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang
ter-ekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas
untuk pelapisan batu.
d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat
harus ditimbun sesuai dengan ketentuan Seksi 3.2 Timbunan atau Seksi
2.4 Drainase Porous.
D PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
d) Setiap bahan yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak boleh
diukur atau dibayar.
e) Galian untuk selokan drainase yang diberi pasangan batu dengan mortar
harus diukur untuk pembayaran sesuai dengan Seksi 2.1 dari Spesifikasi
ini.
2) Dasar Pembayaran
PEKERJAAN PENYEMPURNAAN
PASAL 9.
PEKERJAAN PENGUKURAN
Melaksanakan semua pekerjaan menurut ukuran – ukuran yang tercantum dalam gambar dan
bestek, dan memberitahukan kepada direksi saat memulai suatu bagian pekerjaan,
mencocokkan ukuran – ukuran satu sama lainnya, dan memberitahukan kepada direksi pada
setiap selisih yang didapat dalam bestek atau gambar.
PASAL 10.
Memelihara kebersihan Jalan dari material bahan dan peralatan pekerjaan selama pekerjaan
berlangsung.
PASAL 11.
PENYERAHAN PEKERJAAN
Pekerjaan seluruhnya diserahkan lengkap dan baik kepada direksi sebagaimana tercantum
dalam akte perjanjian.
PASAL 12.
A. Pengambilan foto – foto untuk dokumen terdiri dari beberapa arah yang diatur oleh
pengawas lapangan / direksi.
B. Semua Foto dari kegiatan dikumpulkan dalam bentuk soft copy ( CD ) serta
diserahkan / dikirimkan ke kantor Dinas PU Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai
dokumen ( Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ).
C. Fhoto – fhoto dalam keadaan 0% harus diambil sebelum pekerjaan dimulai beserta
papan pengenal proyek.
D. Fhoto fisik untuk lampiran tiap – tiap kali pengambilan termyn rangkap 6 ( Enam ).
E. Fhoto visual proyek mulai 0% sampai 100% untuk dikirimkan kekantor Bupati
Kabupaten Kepulauan Meranti.
F. Membuat Dokumen foto – foto sebelum pekerjaan dimulai ( 0 % ), 30 %, 50 %, 60
%, 80 %, sampai pada selesai 100 %. Pengambilan foto - foto dokumentasi pada
setiap item pekerjaan.
G. Membuat Job Mix Formula ( JMF ) serta uji tekan beton yang berbentuk silinder
dengan ukuran diameter 15 cm.
H. Bahan – bahan laporan harian mingguan setiap pengambilan termyn disampaikan ke
kantor Dinas PU Kabupaten Kepulauan Meranti.
I. Menyelesaikan As Built Drawing sesuai dengan pelaksanaan dilapangan dalam 2
( dua ) minggu setelah serah terima pekerjaan untuk pertama kali. Setelah pekerjaan
dinyatakan selesai, mengadakan gambar pelaksanaan sesungguhnya dilapangan (As
built Drawing) yang digambar sesuai dengan hasil perhitungan volume akhir
pekerjaan.
PASAL 13.
PENUTUP