Anda di halaman 1dari 17

KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP BUNDA AMANAH


Nomor : 15/KMB.SK/VI/2023

Tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
KLINIK PRATAMA RAWAT INAP BUNDA AMANAH

PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA RAWAT INAP BUNDA AMANAH,

Menimbang : a. bahwa pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan peraturan


perundang – undangan;
b. bahwa pelayanan kefarmasian di klinik di selenggarakan oleh
ruang /instalasi farmasi.;
c. bahwa pelayanan kefarmasian di klinik terdiri dari pengelolaan
sediaan farmasi, alat Kesehatan dan BMHP,serta pelayanan farmasi
klinis;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b dan c, perlu menetapkan dengan Keputusan Pimpinan
Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah tentang Kebijakan
Pelayanan Farmasi di Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah.

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014


Tentang Tenaga Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2019 Tentang Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021
Tentang Program Penggunaan Antibiotik;
4. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2022 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Standar
Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggara Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1983/2022 Tentang Standar Akreditasi Klinik;
8. Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan Nomor
HK.02.02/I/105/2023 Tentang Instrumen Survey Akreditasi Klinik.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PENANGGUNGJAWAB KLINIK TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI KLINIK PRATAMA
RAWAT INAP BUNDA AMANAH
Kesatu : Memberlakukan Kebijakan Pelayanan Farmasi Klinik Pratama Rawat
Inap Bunda Amanah sebagaimana terlampir.
Kedua : Mengamanatkan kepada Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah
dan unit yang terkait untuk menjadikan kebijakan ini sebagai acuan
sebagaimana mestinya.
Ketiga : Kebijakan ini berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal
ditetapkannya dan akan dilakukan evaluasi sekurang-kurangnya sekali
dalam masa berlakunya.
Keempat : Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini,
maka akan ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan dan
kemampuan Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah.

Ditetapkan di : Sukorame
Pada tanggal : 30 Juni 2023
Penanggung Jawab Klinik Pratama Rawat Inap Bunda
Amanah,

dr. Vina Satya Dilaga S.

Tembusan:
1. Kepala Bidang Pelayanan Klinis
2. Kepala Bidang Administrasi
3. Kepala Unit Penunjang
4. Unit Terkai
Lampiran : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Rawat Inap
Bunda Amanah Nomor :
Tentang : Kebijakan Pelayanan Farmasi Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


KLINIK PRATAMA RAWAT INAP BUNDA AMANAH

STANDAR PELAYANAN FARMASI

Tujuan
Terwujudnya pelayanan farmasi yang mampu melaksanakan fungsi manajemen & farmasi
klinik sbb :
1. Manajemen
a. Mengelola Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan farmasi dan
staf melalui pendidikan
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan
berdaya guna untuk pengembangan
e. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk peningkatan
mutu pelayanan
2. Farmasi Klinik
a. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan Obat rasional termasuk
pencegahan dan rehabilitasinya
b. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan Obat baik potensial
maupun kenyataan
c. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan Obat melalui
kerjasama pasien & tenaga kesehatan lainnya
d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan obat
e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta tenaga
kesehatan di Klinik
f. Melakukan konseling pada pasien maupun tenaga kesehatan untuk terapi
rasional baik akut, kronik maupun gawat darurat
g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun retrospektif
h. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan, penerapan dan
evaluasi pengobatan

Fungsi Pelayanan Farmasi

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


a. Memilih Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan
pelayanan di Klinik, bekerjasama dengan staf medis
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
secara optimal
c. Mengadakan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman
pada perencanaan yang telah dibuat

d. Menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
spesifikasi dan prosedur tetap
e. Menyimpan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
f. Mendistribusikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit
pelayanan di Klinik

Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat & Alat Kesehatan


a. Mengkaji instruksi pengobatan/ resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/ keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien/ keluarga
g. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
h. Melaporkan setiap kegiatan

Sistem Pelayanan Farmasi


Untuk dapat mencapai tujuan maka mutlak diperlukan sistem farmasi satu pintu karena:
a. Pelayanan Farmasi bertanggung jawab atas semua Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Klinik baik rawat jalan maupun rawat
inap
b. Pelayanan Farmasi bertanggung jawab atas pengadaan & penyajian informasi
obat bagi semua pihak di Klinik baik petugas kesehatan maupun pasien
c. Pelayanan Farmasi bertanggung jawab atas semua
pekerjaan pelayanan kefarmasian di Klinik

Organisasi Pelayanan Farmasi


Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang
efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian
yang universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi
yang ditetapkan oleh Pimpinan Klinik
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan diubah bila terdapat
hal:
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran Klinik
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Penanggung Jawab Farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan
penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya
4. Pelayanan Farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan
masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut
disebarluaskan dan dicatat untuk disimpan
5. Adanya komunikasi yang tetap dengan Dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar
bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi
6. Hasil penilaian/ pencatatan terhadap staf didokumentasikan secara rahasia dan hanya
digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu
7. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi
terhadap pelayanan farmasi setiap tiga tahun
8. Penanggung Jawab Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala
keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat

Cakupan Pelayanan Farmasi


Pelayanan farmasi di Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah melaksanakan kegiatan:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi
pengelolaan
2. Pelayanan farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian resep yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, farmasi
dan klinis baik pasien rawat jalan maupun rawat inap
b. Dispensing yang merupakan kegiatan pelayanan dari tahap validasi,
interpretasi, menyiapkan, meracik obat, memberikan label/ etiket, penyerahan
obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi yang dibedakan berdasarkan atas sifat sediaan
c. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat, bekerjasama dengan Dokter dan
Perawat
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
e. Konseling
f. Ronde/ visite Pasien
g. Pemantauan terapi obat
h. Evaluasi penggunaan obat
KEBIJAKAN
PELAYANAN FARMASI

Pengawasan Penggunaan Obat dan Pengamanan Obat di Klinik


a. Pemilihan/ seleksi obat yang akan digunakan di Klinik dilakukan oleh tim medis
dengan peran aktif Apoteker
b. Penyusunan Formularium dilaksanakan oleh tim medis beserta Apoteker
c. Kriteria pemilihan obat masuk Formularium
1) Mengutamakan penggunaan obat generik
2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7) Pembatasan suplemen
8) Tidak NORUM untuk meminimalkan KTD & KNC

d. Kriteria penghapusan obat


1) Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi
2) Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3 (tiga) bulan maka
akan diingatkan kepada para Dokter terkait yang menggunakan obat tersebut.
Apabila pada 3 (tiga) bulan berikutnya tetap tidak/ kurang digunakan, maka obat
tersebut dikeluarkan dari buku Formularium
3) Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/ BPOM atau dari
pabrikan
4) Jika dalam satu periode Formularium terjadi stok tidak ready selama 3x maka
secara otomatis akan dilakukan penggantian produk
e. Apoteker diperbolehkan mengganti resep obat-obatan dan/ atau alat kesehatan dari
dokter tanpa harus melakukan konfirmasi sejauh kandungan dan kegunaan obat-
obatan dan/ atau alat kesehatan yang diresepkan tersebut sebanding secara klas
farmakologi dan atau nama generik
f. Perubahan Formularium dilakukan sekurang-kurangnya satu tahun sekali dan
selambat-lambatnya 3 tahun sekali sesuai ketentuan yang telah diberlakukan
g. Peresepan antibiotik mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 28 Tahun 2021 tentang Pedoman Penggunaan Antibiotika
h. Peresepan obat generik
1) Obat generik diresepkan bagi pasien tidak mampu, atas permintaan pasien dan
atas pengkajian Dokter terhadap riwayat pengobatan pasien
2) Penulisan resep dengan nama generik boleh diganti dengan paten bila status
pasien umum

Peresepan, Pemesanan dan Pencatatan Obat


a. Yang berhak merawat pasien dan memberi resep adalah Dokter Klinik
Pratama Rawat Inap Bunda Amanah yang telah mempunyai SIP
dari Pimpinan Klinik termasuk yang berhak dalam meresepkan obat - obat
psikotropika dan narkotika
b. Perencanaan atau pemesanan stok tetap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai di ruang perawatan hanya boleh dilakukan oleh kepala unit masing-masing unit
perawatan
c. Data yang penting untuk identifikasi pasien secara akurat: nama pasien, nomor rekam
medis, ID pasien dan tanggal lahir pasien
d. Elemen-Elemen dari pemesanan atau penulisan resep
1. Sebelum menulis resep atau menentukan terapi pasien, Dokter harus melakukan
penyelarasan obat dengan assesmen pasien terkait obat yang sedang diminum
atau dibawa, serta riwayat alergi obat
2. Lembar resep hanya berlaku untuk Dokter dan satu lembar resep tidak boleh
dibuat 2 kolom
3. Iter atau pengulangan resep untuk pasien rawat jalan maksimal 3x
4. Pasien anak wajib disertai umur dan berat badan
5. Nama obat harus sesuai Formularium Obat Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah
6. Penulisan resep:
 Harus jelas, benar dan lengkap
 Setiap coretan wajib diberi paraf dan inisial serta tidak boleh ditumpuk
dengan tulisan baru
 Tidak boleh meringkas nama obat
 Menggunakan istilah dan singkatan yang ditetapkan Klinik dan tidak boleh
menggunakan singkatan yang dilarang
 Harus memperhatikan tiga kemungkinan :
o Kontraindikasi
o Interaksi obat
o Reaksi alergi
 Tulis jumlah obat dengan angka romawi dan huruf untuk obat Narkotika,
serta angka romawi saja untuk obat Psikotropika
 Beri tanda tangan di setiap item R/ untuk obat Narkotika
7. Resep harus lengkap sesuai panduan yang ada
e. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik atau sesuai persetujuan
pasien, untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium
f. Aturan pakai harus ditulis lengkap disertai frekuensi, dosis, rute pemberian. Untuk
aturan pakai ”jika perlu” atau ”prn” atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis
maksimal sehari
g. Pemesanan obat dengan nama yang NORUM, penulisan harus jelas dan bila melalui
telepon wajib menggunakan ejaan sesuai panduan komunikasi efektif
h. Bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas harus
menghubungi Dokter penulis resep
i. Batasan penulisan resep/ terapi khusus seperti Narkotika & Psikotropika tidak boleh
atas permintaan pasien
j. Semua proses penentuan, pemesanan dan pelaksanaan terapi wajib dicatat sesuai
ketentuan yang berlaku
k. Kebutuhan obat pasien yang harus dengan resep Dokter adalah:
 Obat yang masuk daftar obat waspada tinggi selain NORUM
 Obat narkotika dan psikotropika
 Obat yang diminum per oral
 Alkes dengan operator Dokter
l. Pesanan obat secara verbal atau melalui telepon wajib CABAK (Catat, Baca Ulang &
Konfirmasi) dan hanya boleh dilakukan selain poin ”k”
m. Peresepan non Formularium dan Dokter berkehendak agar tidak diganti karena faktor
klinis maka Dokter wajib memberi keterangan “Tetap/ TT”
Pelayanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk Pasien Rawat Inap,
Rawat Jalan, Karyawan dan Pasien Tidak Mampu
a. Pelayanan Farmasi dibuka selama 24 jam untuk melayani pasien UGD dan Rawat
Inap
b. Pelayanan Farmasi di luar jam dinas petugas farmasi (pukul 21.00-07.00)
dilaksanakan oleh perawat atau bidan yang pada saat pelayanan sedang melaksanakan
tugas piket jaga, bertanggung jawab terhadap stok, menjaga dan memastikan keamanan
obat
c. Pelayanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien di Klinik
Pratama Rawat Inap Bunda Amanah menggunakan sistem satu pintu
d. Pelayanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan berdasarkan
resep
e. Pembelian dan pembayaran obat dilaksanakan oleh keluarga pasien
f. Pelayanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk karyawan dengan alur
yang sama dengan pasien umum namun mengikuti ketentuan tunjangan kesehatan
karyawan
g. Waktu tunggu pelayanan obat racikan ≤ 60 menit, obat jadi ≤ 30 menit
h. Penggunaan obat sendiri oleh pasien tidak diperkenankan dan di luar tanggung
jawab Klinik

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Perencanaan
a. Perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
menggunakan metode konsumsi & epidemologi, sesuai Formularium Klinik Pratama
Rawat Inap Bunda Amanah
b. Perencanaan dilakukan setiap satu bulan sekali pada akhir bulan untuk
kebutuhan1 bulan kedepan.
Pengadaan
Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah melakukan pengadaan melalui Pedagang
Besar Farmasi (PBF) serta bekerjasama dengan RS Muhammadiyah Lamongan
dalah hal pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai untuk memenuhi
kebutuhan di Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah.
Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak sesuai
dengan pesanan dan atau rusak dan atau kadaluwarsa 1 th (kecuali sangat
dibutuhkan) dikembalikan ke supplier yang bersangkutan.
Penyimpanan
a. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dikelompokkan
berdasarkan bentuk sediaan, dan disusun secara alfabetis
b. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai disusun dengan
sistem FIFO (First In First Out) & FEFO (First Expired Date First Out) yaitu
barang yang datang terlebih dahulu dan atau kadaluwarsa terdekat dikeluarkan
dahulu
c. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai berdasar suhu
penyimpanan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 Suhu ruangan (lemari, rak & ruangan yang tersedia)
 Suhu dibawah 25°C (dilengkapi AC & pengontrol suhu)
 Suhu 2–8°C (lemari pendingin dengan pengontrol suhu)
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai berdasar sifat
bahan dan aturan khusus
 Narkotika dan Psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang
terkunci dengan penanggung jawab kunci adalah Apoteker Penanggung
Jawab dan petugas penanggung jawab shift (PJ shift)
 Obat waspada tinggi (high alert drugs) disimpan di tempat khusus dengan
disertai label pada sediaan dan kotak penyimpanannya
 Obat NORUM disimpan secara terpisah
 Obat Diabetes Mellitus dan obat kardiovaskuler dipisah
 Obat Emergency:
1. Obat Emergency sesuai standar disimpan di kotak emergency
(suhu ruangan) terkunci segel plastik dengan no register dengan
pengelolaan khusus
2. Tempat penyimpanan akses terdekat dan selalu siap pakai
e. Obat-obatan yang dikeluarkan dari wadah asli harus diberi label: nama obat,
jumlah obat, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus (bila ada)
f. Pemberian stiker “High Alert” untuk obat high alert dan stiker “LASA” untuk
obat NORUM/ LASA
g. Obat yang dibawa pasien dari rumah, jika dokter menghendaki terapi dilanjutkan
maka obat disimpan di Pos Perawat, jika stop terapi maka obat disimpan oleh
pasien dengan informasi
h. Penyimpanan resep wajib disimpan di Apotek dengan baik dalam jangka waktu
3 (tiga) tahun, setelah melalui masa waktu 3 tahun penyimpanan resep tersebut
mengikuti ketentuan/ pedoman pengarsipan Klinik Pratama Rawat Inap Bunda
Amanah
Pelayanan farmasi (penjualan obat ke pasien)
a. Pelayanan resep harus menjamin pemberian obat yang 7 benar dan 1 waspada
yaitu benar pasien, benar indikasi, benar obat, benar dosis, benar cara pemberian,
benar waktu pemberian, benar dokumentasi dan waspada efek samping dengan
melakukan telaah resep
b. Staf yang berwenang melakukan telaah resep, menyediakan dan menyerahkan
obat adalah Apoteker yang mempunyai STRA & SIPA atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang mempunyai STRTTK, SIKTTK dan terlatih
c. Apabila dalam melakukan penyediaan obat, pemberian obat dan edukasi tidak ada
staf farmasi, maka dilakukan pendelegasian wewenang kepada perawat ataupun
bidan yang sudah mengikuti pelatihan khusus oleh Tim Farmasi RSML untuk
melaksanakan tugas penyediaan obat. Pelatihan yang diberikan meliputi:
 Kebijakan dan pedoman pelayanan farmasi
 Panduan High Alert Medication (HAM)
 Tehnik aseptik
 Jenis dan penggolongan obat
 Telaah resep
 Cara penulisan etiket obat
 Penyiapan dan penyerahan obat disertai konseling kepada pasien
d. Untuk menunjang ketepatan pasien maka dilakukan identifikasi dengan pertanyaan
nama pasien serta tanggal lahir pasien dengan kalimat terbuka
e. Resep yang masuk ke Ruang Farmasi harus lengkap dan benar menyangkut data
dan identitas pasien pada lembar resep yaitu ID pasien, nama pasien, nama
ruangan/ asal resep, tanggal, riwayat alergi dan nama Dokter yang memeriksa
f. Keluar masuknya obat harus disertai pencatatan dan bukti yang sah
g. Pelayanan kepada pasien dengan memperhatikan:
- Tangible (wujud fisik yang dapat menarik perhatian pelanggan), seperti:
penampilan karyawan, gedung yang terawat, kebersihan ruang/ kantor, penataan
ruang dan pengarsipan data administrasi
- Reliability (handal dalam memberikan pelayanan atau memenuhi janji kepada
pelanggan), “membentuk budaya ERROR FREE atau NO MISTAKE“
- Responsiveness (mampu melayani pelanggan dengan BENAR, TEPAT dan
CEPAT)
- Assurance (mampu memberi rasa percaya dan keyakinan kepada pelanggan
atas produk dan layanan yang kita tawarkan kepada mereka)
- Empati (mampu memenuhi kebutuhan dan perasaan pelanggan)
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Macet, Menjelang
Kadaluwarsa, Rusak dan Kadaluwarsa
a. Farmasi wajib mempunyai data Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
menjelang ED
b. Petugas wajib memastikan obat dan alkes yang diberikan ke pasien tidak expired
date
c. Unit perawatan wajib memastikan stok obat ruangan tidak ada yang ED dengan
mengecek tanggal kadaluwarsa stok obat ruangan minimal sekali dalam sebulan
d. Setiap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai macet dan menjelang
kadaluwarsa dilaporkan dan dibicarakan antara Penanggung Jawab Farmasi dengan
staf medis untuk mencari solusi agar tidak kadaluwarsa atau macet. Jika sudah
dilaporkan tetap macet dan sampai ED kerugian tanggung jawab Dokter yang meminta
dan Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah
e. Setiap Dokter yang meminta Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
disediakan wajib menghabiskan atau mencarikan solusi obat/ alkes tersebut jika
macet atau menjelang ED
f. Semua Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai expired date disimpan
terpisah di tempat yang telah ditentukan
g. Laporkan dan kirim obat/ alkes rusak dan kadaluwarsa kepada RS Muhammadiyah
Lamongan atau supplier untuk dilakukan pemusnahan (MOU)

Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan


a. Pencatatan keluar masuknya barang (obat & alkes) dari dan ke Ruang Farmasi
secara komputerisasi
b. Pelaporan bahan yang terkontrol (Narkotika dan Psikotropika) dilaporkan secara
akurat sesuai Undang-Undang dan peraturan yang berlaku
c. Pelaporan kegiatan Farmasi dilakukan secara berkala
d. Penyimpanan arsip non resep di Ruang Farmasi selama satu tahun
e. Pemberian Copy Resep dilakukan dengan ketentuan:
1. Pembuatan Copy Resep harus dikendalikan dan guna kepentingan pasien
2. Penulisan Copy Resep harus memperhatikan :
 Penulisan nama obat harus sesuai ISO/ MIMS
 Bila dosis sediaan lebih dari satu maka dosis sediaan harus ditulis dengan jelas
sesuai dengan tulisan dokter
 Aturan pakai (signa) harus jelas dan benar sesuai tulisan Dokter
 Keterangan jumlah yang telah diserahkan atau dibeli harus jelas dan benar (jika
resep ada tulisan “iter….X”, pemberian pertama beri keterangan “det orig”,
selanjutnya “det iter 1x” dan seterusnya sejumlah angka iter Dokter)
f. Semua penjualan dengan kwitansi diluar struk komputer wajib dimasukkan ke
komputer (penjualan tanpa komputer= stok komputer 0, barang ada = SH)

Program Peningkatan Mutu, Pengawasan Mutu dan Pengendalian Sediaan


Farmasi dan bahan Medis Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilakukan dengan ketentuan:
a. Inventory control setiap shif dengan cara menghitung stok riil dengan stok
computer dan cek kadaluwarsa sejumlah 15-20 item setiap hari sampai
seluruh item telah dicek, dievaluasi dan dilaporkan setiap bulan
b. Stock opname oleh tim stok opname tiap tahun
c. Peminjaman obat milik Ruang Farmasi oleh petugas ruang perawatan
untuk pasien
• Obat yang boleh dipinjam hanya obat di luar stok obat tetap ruangan
(persediaan obat ruangan yang jumlahnya harus selalu tetap setiap waktu,
apabila ada pemakaian maka harus diganti dengan jumlah yang tetap),
kecuali ada musibah massal/ Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Peminjaman obat oral, Narkotika & Psikotropika harus dengan resep Dokter
• Setiap peminjaman langsung dibebankan ke rekening pasien
• Perawat atau Dokter wajib meminta persetujuan pasien dengan
meminta tandatangan dan nama terang pasien/ keluarga
d. Stok obat tetap rawat jalan atau UGD yang telah dipakai pasien
• Pengambilan stok obat tetap ruangan di Ruang Farmasi selambat-
lambatnya satu hari berikutnya
• Jika pengambilan lebih dari satu hari dan obat mengalami kerusakan
maka tanggung jawab ada pada ruangan perawatan tersebut
• Jika sampai satu bulan belum diambil dianggap obat tersebut dimutasikan
ke Ruang Farmasi
• Pinjaman obat pasien rawat inap harus mengikuti prosedur
pemulangan pasien (tidak dititipkan ke Ruang Farmasi)
e. Retur penjualan obat boleh dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
• Hanya untuk pasien rawat inap
• Obat berasal dari Ruang Farmasi Klinik Muhammadiyah Blimbing
dan kemasan obat masih layak jual
• Ada memo retur dari ruangan yang telah ditandatangani Dokter yang
meresepkan atau Dokter Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah
• Pengembalian 100%
f. Obat emergency:
 Dipakai hanya untuk tindakan emergensi saja dan sesudah dipakai harus
segera dilaporkan untuk diganti dan disegel ulang
 Harus dicek secara berkala oleh Petugas Farmasi setiap 3 bulan sekali
terkait adanya obat yang ED atau rusak
 Daftar obat emergensi di Ruang UGD, Kamar Bersalin, Gigi :
1) Epinefrin injeksi : 2 ampul
2) Atropin sulfas injeksi : 1 ampul
3) MgSO4 20% : 1 fl

Program peningkatan mutu


a. Retur Pembelian dilakukan dengan ketentuan :
 Barang datang yang tidak sesuai dengan pesanan dan atau faktur dan
atau kadaluarsa < 1 th (kecuali sangat dibutuhkan) harus diretur saat itu
juga
 Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang menjelang tanggal
kadaluwarsa kurang enam bulan harus diretur kepada PBF atau RS
Muhammadiyah Lamongan
b. Diajukan tiap tahun bersama Tim Mutu dan Tim Keselamatan Pasien

Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


a. Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah melaksanakan MESO (Monitoring Efek
Samping Obat)
b. Kegiatan MESO dilakukan kepada setiap pasien dengan mengisi data ESO pada
status rekam medis pasien
c. Kegiatan MESO dalam hal identifikasi merupakan tanggung jawab bersama antara
Dokter, Perawat dan Farmasis
d. Kegiatan MESO dalam hal analisa, dokumentasi dan pelaporan merupakan
tanggung jawab Dokter, Perawat dan Farmasis
e. Kegiatan MESO dalam hal tindakan segera maupun pencegahan menjadi tanggung
jawab Dokter
f. Klinik membuat regulasi tentang pencatatan, pemantauan dan pelaporan
Efek Samping Obat (ESO) dan insiden Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
g. Setiap kejadian ESO dan KTD harus di tindak lanjuti dan dilaporkan kepada Tim
Keselamatan Pasien dan Pimpinan Klinik
Informasi/ Penyuluhan
a. Farmasi Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah menyelenggarakan kegiatan
penyuluhan berupa konseling obat bagi pasien dan keluarganya dengan
ketentuan:

Konseling obat pasien rawat jalan menggunakan metode aktif dan metode pasif

Konseling obat pasien rawat jalan dilakukan di Ruang Farmasi

Setiap pasien mendapatkan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
b. Setiap farmasis dan petugas lain yang terlatih yang diberikan kewenangan harus
memberikan layanan informasi obat kepada pasien dan/ atau keluarganya, tenaga
kesehatan lain, masyarakat dan pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi obat

Pengelolaan Stok Obat dan Alkes Tetap & Tidak Tetap Ruangan
Stok Obat dan Alkes Tetap
a. Setiap ruang pelayanan (UGD, R.Konsultasi Umum, R.Konsultasi KIA & KB,
Kamar Bersalin, R.Konsultasi Gigi 1 dan 2) disediakan stok obat dan alkes tetap
yang sudah ditentukan berdasarkan standar obat ruangan. Tanggung jawab
pengelolaan stok obat dan alkes tetap ruangan dibebankan kepada Kepala Unit
dengan ketentuan wajib membuat:
 Laporan obat/ alkes menjelang ED (6 bulan sebelum ED, jika ada)
kesupplier yang bersangkutan.
 Laporan kelebihan dan atau kekurangan stok obat dan alkes tetap
ruangan (jika ada) ke Pimpinan Klinik
b. Penambahan stok obat dan alkes tetap ruangan dapat dilakukan berdasarkan
rekomendasi dan persetujuan Pimpinan Klinik
c. Kekurangan stok obat dan alkes dengan alasan tidak jelas menjadi tanggung
jawab ruangan
Stok Obat dan Alkes Tidak Tetap
a. Setiap ruang keperawatan disediakan stok obat dan alkes tidak tetap di ruangan
yang sudah ditetapkan dalam bentuk standar obat/ alkes ruangan
b. Kepala Unit wajib membuat laporan keluar masuknya persediaan stok
obat/ alkes tidak tetap ruangan tiap bulan ke Kepala
Unit Keuangan
Keamanan Instalasi Farmasi
a. Area penyimpanan obat harus steril dari orang selain petugas
b. Pintu dan jendela dibuat kuat agar aman dari pencurian dari luar
b. Kunci pintu dan lemari yang ada merupakan tanggung jawab Apoteker & PJ
shift termasuk cadangannya
c. Stempel, SP & Copy Resep wajib dijaga sehingga tidak dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak

Ditetapkan di : Sukorame
Pada tanggal : 30 Juni 2023
Penanggung Jawab Klinik Pratama Rawat Inap Bunda Amanah,

dr. Vina Satya Dilaga S.

Anda mungkin juga menyukai