Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Laut Khatulistiwa, 1(1): 13-18, February 2018

ISSN: 2614-6142 (printed), 2614-8005 (online)


www.jurnal-untan.ac.id/lk

Kajian Senyawa Flavonoid pada Sargassum Sp.


dengan Pengeringan Asin Sebagai Sumber
Antioksidan

Shifa Helena1*, Dyahruri Sanjayasari2

1
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura, Pontianak-Indonesia
2
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Jenderal Soedirman

*Correspondence email: Shifa Helena


shifahelena31@gmail.com

Received: 23 December 2017- Accepted: 15 January 2018


Published: 28 February 2018 © Author(s) 2018. This article is open access

Abstract: Rumput laut diketahui berpotensi mengandung antioksidan yang dapat


menghambat pembentukan karsinogenik pada tubuh. Salah satu makroalgae
yang memiliki senyawa bioaktif ini adalah alga coklat antara lain Sargassum sp.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi senyawa flavonoid pada
rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan pengeringan asin sebagai sumber
antioksidan. Metode yang digunakan yaitu ekstraksi Soxhletasi. Hasil uji kualitatif
yang diperoleh menunjukkan bahwa Sargassum sp. mengandung senyawa
bioaktif seperti senyawa flavonoid. Kelompok senyawa aktif flavonoid ini dapat
menjadi sumber antioksidan yang baik untuk perlindungan tubuh akibat radikal
bebas. Nilai rendemen pada ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan
metode ekstraksi Soxhlet dengan rataan berat 30,00 gram mendapat nilai rataan
rendemen 22,56%. Hasil perhitungan kadar air menunjukan bahwa rataan kadar
air yang diperoleh adalah 23,63%.
Keywords: Antioksidan, Flavonoid, Soxhletasi, Pengeringan Asin, Sargassum sp.

1. Pendahuluan pembusukan oleh cendawan atau bakteri


Indonesia merupakan wilayah kepulauan (Fellows, 2002).
yang banyak memiliki sumber daya laut Flavonoid dapat menghasilkan senyawa
yang melimpah. Salah satu pemanfaatan seperti antiinflamasi, anti hepatotoksik
sumber daya laut yang belum banyak dan antioksidan yang dapat digunakan
dikaji adalah eksplorasi pemanfaatan untuk menangkal radikal bebas. Senyawa
makro alga coklat Sargassum sp. sebagai antioksidan sintetis telah banyak digu-
antioksidan alami. Pengolahan yang nakan untuk meningkatkan imunitas, akan
dilakukan yaitu dengan perlakuan pra tetapi menggunakan antioksidan sintetis
ekstraksi Sargassum sp. yang dikeringkan saat ini telah dilarang di beberapa negara
secara asin. Pengeringan bertujuan untuk dan dibatasi dosisnya demi alasan
mengurangi kadar air dan mencegah kesehatan. Lim et al. (2002) menyebutkan
bahwa penggunaan antioksidan sintetis

13
Gambar 1. Proses Soxhletasi

seperti Butylated Hydroxyanisole (BHA), raffia sebagai penjemur. Kemudian sampel


Butylated Hydroxytoluene (BHT), dan di keringkan Oven dengan suhu 60°C
Butylated Hydroxyquinone (TBHQ) yang selama 8-12 jam. Selanjutnya dilakukan
banyak beredar dipasaran tingkat kema- pengukuran kadar air, ambil sample 2-3
nan dan toksisitasnya masih diragukan. gram untuk memperoleh nilai rendemen
Antioksidan adalah substansi yang diper- dan dihaluskan dengan blender.
lukan tubuh untuk menangkal radikal
bebas dan mencegah timbulnya penyakit 2.2 Ekstraksi Sargassum
degeneratif seperti kanker dan jantung. Metode yang digunakan yaitu ekstraksi
Perlakuan sebelum ekstraksi seperti pe- Soxhletasi (Gambar 1). Sampel tepung
milihan metode ekstraksi dan pemilihan Sargassum sp. ditimbang sebanyak 30 gr
pelarut ekstrak perlu diperhatikan karena dimasukan kedalam kertas whatman.
akan mempengaruhi hasil ekstrak senya- Pelarut yang digunakan adalah etanol
wa metabolit sekunder. Dalam hal ini 70%. Pelarut etanol dituang kedalam alat
kesalahan banyak dilakukan pada proses hingga sampel terendam, uapkan semua
pengeringan kurang baik. Penjemuran atau hampir semua dari pelarutnya dan
yang tidak sempurna, akan mengaki- sisa endapan atau serbuk diatur untuk
batkan sampel Sargassum banyak ditum- ditetapkan standarnya, setelah ekstraksi
buhi jamur. Perlakuan ekstraksi yang pelarut dihapus, biasanya melalui suatu
tidak tepat akan mempengaruhi pelolehan evaporator berputar, menghasilkan
nilai rendemen dan total senyawa senyawa diekstraksi. Bagian yang tidak
metabolit sekunder, khususnya flavonoid. larut diekstraksi tetap dalam bidal, setelah
Pemilihan metode ekstraksi akan sangat diperoleh hasil ekstraksi kemudian
berpengaruh terhadap perolehan senyawa diuapkan dengan water bath selama 24
metabolit sekundernya, mempengaruhi jam pada suhu 60°C sampai diperoleh
komponen yang terkandung didalam ekstrak kental.
bahan (Meloan, 1999).
2.3 Penghitungan Rendemen Ekstrak
2. Metode Sargassum sp
2.1 Praperlakuan Data yang diperoleh berupa persentase
Sampel diambil langsung dari perairan (%) Kadar air, dan total rendemen yang
Jepara kemudian dikeringkan selama 2-3 akan dibahas secara deskrptif, sebagai
hari. Sampel dijemur dan diangin- sumber antoksidan. Rendemen dihitung
anginkan dengan digantungkan pada tali dengan cara membagi berat akhir ekstrak

14 Helena and Sanjayasari (2018)


kasar isoflavon setelah dikeringkan kemungkinan negative flavonoid
dengan berat awal yaitu berat tepung (Meenakshi et al., 2009).
Sargassum 30 gram. Perhitungan Tanin dengan cara ambil ekstrak 0,2
rendemen dari Sargassum sp adalah gram masukan ke tabung reaksi tam-
sebagai berikut: bahkan aquades 5ml, dipanaskan selama 2
b - bk menit, hasil ekstrak dimasukan kedalam
R  akhir  100% (1) vial droplet ditambah 2 tetes FeCl3 apabila
bsampel
warna menjadi cenderung gelap, maka
keterangan: positif mengandung tanin. Gelap pekat
R Rendemen positif tiga (+++), gelap positif dua (++),
bakhir Bobot akhir (gram) dan gelap sedang positif satu (+). Uji
bk Berat botol kosong (gram) saponin dengan larutan hasil dipanasan
bsampel Bobot sampel awal (gram) tadi dikocok kuat selama 5menit, dan
diamkan beberapa saat apabila banyak
Tahap pertama yang dilakukan untuk terjadi gelembung atau buih selama 1-2
menganalisis kadar air adalah menge- menit maka positif mengandung saponin.
ringkan cawan porselen dalam oven pada Aturan buih bila banyak maka positif tiga,
suhu 105°C selama 1 jam. Cawan tersebut dan kelipatannya (Jin Heo et al., 2005).
diletakkan ke dalam desikator (kurang
lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai 3. Hasil dan Pembahasan
dingin kemudian ditimbang. Cawan Metode soxhlet adalah metode filtrasi
tersebut ditimbang kembali hingga sederhana dapat digunakan untuk
beratnya konstan. Sebanyak 5 gram memisahkan senyawa dari substansi larut.
contoh dimasukkan ke dalam cawan Penelitian ini menggunakan 30 gram
tersebut, kemudian dikeringkan dengan bubuk Sargassum sp. yang telah dibungkus
oven pada suhu 105°C selama 5 jam atau dengan kertas whatman, dengan pelarut
hingga beratnya konstan. Setelah selesai, etanol sebagai penghasil ekstraknya.
cawan tersebut kemudian dimasukkan ke Pengamatan dilakukan 3 kali ulangan
dalam desikator dan dibiarkan sampai yaitu stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3.
dingin dan selanjutnya ditimbang kembali. Hasil nilai rendemen didapat pada stasiun
Persentase kadar air (berat basah) dapat 1 yaitu dengan 30,00 gram bubuk
dihitung dengan rumus sebagai berikut : Sargassum sp diperoleh 16,69%. Stasiun 2
y(z  x) berat sampel awal 30,03 gram mendapat
Kadar Air(%)  100   100% (2)
y nilai rendemen 25,91%, stasiun 3 berat
keterangan: sampel 30,01 dan nilai rendemennya
y Berat sampel basah adalah 25,09%. Rendemen Sargassum
z Cawan+ Sampel setalah oven adalah efektifitas massa produk setelah
105oC proses pengeringan dan sebelum proses
x Berat cawan kosong. pengeringan. Hasil yang diperoleh menun-
jukan bahwa dengan rataan berat sampel
2.4 Penetapan Flavonoid Secara Kua- kering 30 gram diperoleh rataan ren-
litatif demen 22,56%.
Uji Kandungan Flavonoid, diketahui de- Hasil yang diperoleh dari ekstraksi
ngan ekstrak fenol. Penetapan kadar flavonoid dengan menggunakan metode
flavonoid dengan mengambil ekstrak soxhlet didapatkan (+) satu positif
sargassum sekitar 0,2 gram lalu diberi (Gambar 2.). Hal ini dapat menjelaskan
methanol 5ml, beri sedikit bubuk Mg di bahwa metode ekstraksi soxhlet tidak
homogenkan dan beri 2-3 tetes HCL pekat, cocok digunakan dalam memperoleh
kocok pelan biarkan sampai warna senyawa metabolit sekunder flavonoid
berubah jingga. Apabila warna jingga karena proses ini menggunakan tehnik
maka sample positif mengandung flavo- pemanasan. terhadap etanol, dan yang
noid. Apabila sampel sample berwarna diketahui titik didih etanol yang baik
jingga terang maka flavonoid positif tiga adalah 70°C, dan suhu yang panas dapat
(+++), jingga redup (++), jingga pudar (+), merusak senyawa metabolit sekunder
dan apabila tidak berwarna jingga yang terkandung didalam Sargassum.
Selain itu penggunaan metode ini

Kajian Senyawa Flavonoid pada Sargassum Sp. dengan Pengeringan Asin 15


han mikroba, terjadinya aktivitas enzima-
tik dan kimiawi sangat menentukan masa
simpan makanan (Fellows, 2002).
Kadar air Sargassum sp. pada Tabel 2.
dengan pengeringan suhu 105°C diperoleh
nilai kadar air stasiun 1 sebesar 28,7%,
stasiun 2 sebesar 26,7% dan stasiun 3
sebesar 15,5%. Perbedaan nilai kadar air
ini dapat disebabkan oleh perbedaan
waktu dan proses pengeringan yang
dilakukan. Semakin lama waktu penge-
ringan yang dilakukan, kadar air yang
terdapat pada suatu bahan pangan akan
semakin rendah (Winarno, 2008). Hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa
Gambar 2. Hasil Flavonoid + dengan rataan persen kadar air pada
pengeringan suhu 105°C diperoleh
membutuhkan waktu yang lama untuk 23,63%. Kadar air yang dikehendaki
memperoleh ekstrak. dalam suatu bahan adalah kurang dari
Proses pengeringan dilakukan dengan 12% agar suatu bahan dapat disimpan
penggunaan suhu pengeringan matahari lebih lama. Namun, dalam hasil ini
selama 2-3 hari, pemanasan oven dengan didapatkan nilai kadar air yang cukup
suhu 60°C dan suhu 105°C. Kadar air yaitu rataan 23,63% hal ini dikarenakan
merupakan salah satu parameter uji yang Sargassum memiliki banyak kandungan
penting. Kadar air memerankan peranan air didalamnya.
penting dalam menentukan lamanya pe- Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil
nyimpanan bahan pakan. Presentase kan- yang positif terhadap adanya senyawa
dungan air yang terdapat pada bahan flavonoid pada ketiga ekstrak Sargassum
pangan disebut kadar air. Kadar air pada Tabel 3. diperoleh hasil flavonoid
mempunyai peranan penting dalam positif walau hanya satu (+), dari tabel
menentukan daya awet bahan pangan dapat diketahui pula Sargassum mengan-
karena dapat mempengaruhi sifat fisik, dung senyawa aktif lainnya seperti tanin
perubahan fisik, dan perubahan enzimatis. dan saponin. Hal ini sesuai dengan
Besarnya kadar air sangat penting. Kadar penelitian Rachmat (1999) yang menyata-
air mampu mempengaruhi daya awet kan bahwa Sargassum mengandung
bahan. Keberadaan air untuk pertumbu- senyawa aktif, diantaranya saponin dan

Tabel 1. Rataan rendemen Sargassum sp dengan metode soxhletasi


Berat sampel Berat botol Berat sampel (ekstrak+
Sampel Rendemen (%)
awal (gram) kosong (gram) botol) setelah rotav (gram)
SA I 30,00 163,94 171,37 16,59%
SA II 30,03 236,07 266,99 25,91%
SA III 30,01 219,00 250,93 25,09%

Tabel 2. Rataan persen kadar air Sargassum dengan pengeringan suhu 105°C
Sampel Total persen berat kering Jumlah Kadar Air 105°C
SA I 71,30 % 28,7 %
SA II 73,38 % 26,7 %
SA III 84,50 % 15,5 %

Tabel 3. Hasil rataan uji kulaitatif kandungan fitokimia Sargassum


Sampel Tanin Saponin Flavonoid
SA I ++ +++ +
SA II + ++ +
SA III + +++ +

16 Helena and Sanjayasari (2018)


tanin. Flavonoid merupakan salah satu Meloan C.E. 1999. Chemical Separations :
senyawa yang berpotensi sebagai Principles, Techniques, and Experiments.
antioksidan. Alkaloid bersama dengan New York: John Wileyand Sons Inc.
flavonoid dan saponin dipercaya sebagai Meenakshi S., D.M. Gnanambbigai, S.T. Mozhi,
sumber inhibitor lipase yang menghambat M. Arumugan, and T. Balasubramanian.
aktivitas lipase pankreas (Shimura et al., 2009. Total Flavanoid and in vitro
2005). Antioxidant Activity of Two Seaweeds of
Rameshwaram Coast. Journal of
pharmacology, 3(2), 59-62.
4. Kesimpulan
Rachmat R. 1999. Potensi Algae Coklat di
Pengeringan asin dan metode ekstraksi Indonesia dan Prospek Pemanfaatannya.
shoxlet pada sargassum memperoleh Prosiding Pra Kipnas VII Forum
senya- wa flavonoid yang sedikit namun Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia
disisi lain senyawa yang lebih stabil (IFI), Puspiptek. Serpong, Indonesia. 8
adalah saponin. Hal ini menunjukan September 1999. 31-35.
bahwa proses sebelum ekstraksi Shimura, Ruiz, K. Dean, D.S. Lean. 2005.
berpengaruh terhadap perolehan senyawa Alkaloids and Flavonoid from Aeral Parts
metabolit sekunder. (Leaves and Twigs) of Duguetia
Furfuracea- Annonaceae. J. Chil. Chem. Soc.,
Daftar Pustaka 51(2).
Fellows, P. 2002. Food ProcessingTechnology Winarno E.A. 2005. Pengaruh suhu dan lama
Principal and Practice Second Edition. hidrolisis menggunakan enzim papain
NewYork: CRC Press. kasar terhadap sifat fisikokimia hidrolisat
Jin. H., H. Khodr, R.C. Hider, and E.C.A. Rice. protein "offal" ayam broiler. Skripsi.
1998. Structural Dependence of Flavonoid Fakultas Teknologi Pertanian. Malang:
Interactions with Cu2+ Ions :Implications Universitas Brawijaya.
for Their Antioxidant Properties. Biochem
J., 330: 1173-1178.
Lim S.N., P.C.K. Cheung, V.E.C. Ooi, dan P.O.
Ang. 2002. Evaluasi aktivitas antioksidan
ekstrak dari rumput laut coklat,
siliquastrum Sargassum. J. Pertanian dan
Kimia Makanan, 50 (13): 3862-3866.

Kajian Senyawa Flavonoid pada Sargassum Sp. dengan Pengeringan Asin 17


18 Helena and Sanjayasari (2018)

Anda mungkin juga menyukai